Anda di halaman 1dari 2

Teori Belajar Konstruktivisme

Teori Konstruktivisme juga merupakan bagian dari teori kognitif. Teori konstruktivisme lahir dari ide
Piaget dan Vygotsky. Belajar menurut teori ini adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui
pengalaman nyata di lapangan. Penekanan teori konstruktivisme bukan pada membangun kualitas
kognitif, tetapi lebih pada proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realita lapangan, belajar
bukanlah proses teknologisasi (robotisasi) bagi siswa, melainkan proses untuk membangun penghayatan
terhadap suatu materi yang disampaikan. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan
pangalaman nyata kepada peserta didik. Agar siswa cepat memiliki pengetahuan, jika pengetahuan itu
dibangun atas dasar realitas yang ada dalam masyarakat. Sehingga model pembelajaran yang dilakukan
adalah model pembelajaran secara natural.

Dalam teori ini proses belajar tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat normative(tekstual)
tetapi harus juga menyampaikan materi yang yang bersifat konstektual. Peran guru dalam pembelajaran
menurut teori konstruktivisme adalah sebagi fasilitator atau moderator. Artinya guru bukan satu-
satunya sumber belajar yang harus selalu ditirudan segala ucapan dan tindakannya selalu benar,
sedangkan murid adalah sosok manusia yang bodoh, yang segala ucapan dan tindakannya tidak selalu
dapat dipercaya atau salah. Proses pembelajaran yang seperti ini cenderung menempatkan siswa
sebagai sosok manusia yang pasif, statis, dan tidak memiliki kepekaan dalam memahami persoalan.
Posisi siswa dalam pembelajaran menurut teori ini adalah siswa yang harus aktif, kreatif, dan kritis.

Paul Suparno Sj (dalam M.Saekhan:2008) menyatakan bahwa model pembelajaran dianggap tepat
menurut teori konstruktivisme adalah model pembelajaran yang demokratis dan dialogis. Pembelajaran
harus memberikan ruang kebebasan untuk siswa melakukan kritik, memiliki peluang yang luas untuk
mengungkapkan idea tau gagasannya, guru tidak memiliki jiwa otoriter dan diktator.

Pembelajaran akan efektif jika didasarkan pada empat komponen dasar antara lain

(a) pengetahuan (knowledge) yaitu pembelajaran harus mampu dijadikan sarana untuk tumbuh
kembangnya pengetahuan bagi siswa

(b) ketrampilan (skill), pembelajaran harus benar-benar memberikan ketrampilan bagi siswa baik
ketrampilan kognitif, afektif maupun psikomotorik

(c) sifat alamiah (disposisions), proses pembelajaran harus benar-benar berjalan secara alamiah, tanpa
adanya paksaan dan tidak semata-mata rutinitas belaka.

(d) Perasaan (feeling), perasaan ini bermakna perasaan atau emosi atau kepekaan, pembelajaran harus
mampu menumbuhkan kepekaan social terhadap dinamika dan problematika kehidupan masyarakat.
Guru adalah seorang yang bertanggung jawab atas jalannnya suatu proses pembelajaran. Oleh sebab itu
sebagai seorang pendidik harus bisa merancanng suatu pembelajaran yang mampu mengaktifkan
siswanya Serta dalam konteks ini guru harus memiliki kesadaran penuh bahwa guna pembelajaran
adalah untuk siswa bukan untuk gurunya. Sehingga seorang guru pastinya akan memiliki trik-trik khusus
untuk merancang pembelajaran yang bisa membuat siswanya aktif dan selalu antusias untuk mengikuti
pelajaran yang ada

Anda mungkin juga menyukai