Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KURIKULUM

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional masih mengalami kesulitan di menghasilkan lulusan


yang mana berkualitas, terampil, serta kreatif yang mana bisa berfungsi
sebagai sumber penggerak di berbagai bidang pembangunan. Serta output
hasil pendidikan sering menjadi beban pemerintah guna memenuhi
kebutuhan mereka guna pelayanan sosial, ketenagakerjaan, subsidi, serta
sejenisnya. Mereka lulus serta muncul sebagai warga negara baru yang mana
tidak mampu menawarkan solusi, melainkan sumber masalah serta
masyarakat kecemasan. Salah satu sumber masalah di pendidikan masih
lemah pendidikan yang mana bisa menumbuhkan nilai-nilai penting
keindividuan. Dimana saat ini telah terjadi pemisahan antara "pendidikan
intelektual" dengan "nilai pendidikan". Dikotomi ini menunjukkan kekerdilan
pikiran, karena nilai moral yang mana tidak berbeda dengan dimensi
intelektual, tetapi yakni dasar bagi pertumbuhan intelektual. Hal ini
diperlukan guna pelaksanaan kurikulum yang mana didasarkan pada
peningkatan pendidikan karakter berbasis kompetensi selain itu di proses
pelaksanaan harus sesuai dengan bagaimana menerapkan pendidikan
karakter. Di hal ini kurikulum dinilai yakni kurikulum 2013.

Sampai dengan saat ini berbagai usaha telah dilaksanakan di rangka


perbaikan serta peningkatan kualitas pembangunan nasional, akan tetapi
berbagai masalah tetap saja belum teratasi, khususnya di hal pembangunan
di bidang pendidikan, seperti yang mana dikemukakan oleh Ace Suryadi
(2014:94) bahwa : sampai saat ini pelaksanaan pembangunan nasional
cenderung lebih berorientasi terhadap tujuan yang mana lebih pragmatis,
yakni memuaskan kebutuhan material yang mana lebih berjangka pendek.

1
Pola pemikiran pragmatis telah merambah pada pembangunan di berbagai
bidang temasuk sektor-sektor ekonomi bahkan agama serta pendidikan.
Permasalahan yakni muncul serta bermula dari pembangunan pendidikan
nasional yang mana lebih menonjolkan aspek material ketimbang aspek
keindividuannya. Program-program pembangunan pendidikan nasional lebih
memproritaskan pengadaan sarana serta prasarana fisik pendidikan
daripada pengembangan kapasitas individu, baik sebagai pemikir, perencana,
pengelola, pelaksana, maupun peneliti, pengembang, serta analisis kebijakan
di pengelolaan pendidikan nasional. Sampai saat ini, pendidikan nasional
masih mengalami kesulitan di menghasilkan lulusan yang mana berkualitas,
cakap, serta kreatif yang mana bisa berfungsi sebagai sumber penggerak di
berbagai bidang pembangunan. keluaran pendidikan sering menjadi beban
pemerintah guna memenuhi kebutuhan mereka akan pelayanan sosial,
lapangan kerja, subsidi, serta sejenisnya. Mereka lulus serta muncul sebagai
warga negara baru yang mana tidak mampu menawarkan solusi, tetapi
sebaliknya menjadi sumber masalah serta kegelisahan masyarakat. Salah
satu sumber permasalah di pendidikan yakni masih lemahnya pendidikan
yang mana mampu menumbuh kembangkan nilai-nilai hakiki keindividuan.
Dimana saat ini telah terjadi pemisahan antara “pendidikan intelektual”
dengan “pendidikan nilai”. Dikotomi ini menunjukan kekerdilan di
pemikiran, karena nilai moral bukanlah dimensi yang mana berbeda dari
intelektual, tetapi yakni landasan guna tumbuhnya intelektual. Rancangan
program seperti inilah yang mana ditengarai sebagai penyebab utama
terjadinya krisis moral serta karakter dikalangan para peserta didik, lulusan,
pendidik, bahkan pengelola pendidikan. Krisis moral serta karakter telah
terjadi baik pada tingkat individual maupun kolektif, yang mana tercermin di
institusi pendidikan mulai dari tingkat makro hingga satuan pendidikan. oleh
karena itu, guna terbentuknya budaya serta karakter bangsa maka perlu
diwujudkan suatu program serta proses pendidikan tidak lepas dari faktor
lingkungan yang mana sarat dengan nilai-nilai sosial, budaya serta

2
keindividuan. Pendidikan karakter tidak bisa dilakukan di di suatu ruang
hampa yang mana bebas nilai, karena karakter sangat terkait erat dengan
kehidupan. Integrasi dari seluruh bahan serta proses ajar penting guna
akseletasi di pembentukan moral serta karakter peserta didik. Namun, nilai
tidak bisa hanya diajarkan, tetapi harus dilakukan di bentuk pembiasaan,
pemahaman, keteladanan, serta aplikasi yang mana terus menerus, hingga
akhirnya ditemukan makna dari suatu nilai karakter. Menurut Likona (1992),
pendidikan karakter yakni sarana ampu guna memacu kehidupan bersama
yang mana demokratis, demokratis yakni cerminan dari karakter individu
yang mana tumbuh pada setiap individu di kontek kehidupan kolektif. Di
masyarakat demokratis, setiap orang memiliki komitmen moral di kehidupan
bersama, seperti menghormati hak dirinya serta orang lain, mematuhi norma
serta aturan, partisipasi di kebersamaan, peduli terhadap kemaslahatan
hidup bersama serta seterusnya. Nilai-nilai karakter seperti itu bisa
ditumbuhkan pada setiap individu sejak dini sebagai fondasi guna kehidupan
warga negara. Sebagai mana telah dijelaskan diatas bahwa pendidikan
karakter sangat erat kaitannya dengan kehidupan kemudian di
implementasinya tidak bisa hanya sebatas diajarkan, tetapi harus dilakukan
di bentuk pembiasaan, pemahaman, keteladanan, serta aplikasi yang mana
terus menerus, hingga akhirnya ditemukan makna dari suatu nilai karakter.

nasional menjadi dasar di pengembangan pendidikan budaya serta karakter


bangsa. Karakter yakni watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang
yang mana terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues)
yang mana diyakini serta digunakan sebagai landasan guna cara pandang,
berpikir, bersikap, serta bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai,
moral, serta norma, seperti jujur, berani bertindak, bisa dipercaya, serta
hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat serta karakter bangsa. Oleh karena itu,
pengembangan karakter bangsa hanya bisa dilakukan melalui
pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena individu

3
hidup di ligkungan sosial serta budaya tertentu, maka pengembangan
karakter individu seseorang hanya bisa dilakukan di lingkungan sosial serta
budaya yang mana berangkutan. Artinya, pengembangan budaya serta
karakter bangsa hanya bisa dilakukan di suatu proses pendidikan yang mana
tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat,
serta budaya bangsa. Lingkungan sosial serta budaya bangsa yakni Pancasila;
jadi pendidikan budaya serta karakter bangsa haruslah berdasarkan nilainilai
Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya serta karakter bangsa yakni
mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui
pendidikan hati, otak, serta fisik. Dengan memperhatikan cakupan
kompetensi lulusan dari kurikulum 2013, Nampak secara jelas bahwa
kurikulum ini sangat memperhatikan bagaimana membentuk karakter
bangsa yang mana unggul guna menghadapi segala tantangan masa depan
melalui peningkatan mutu kompetensi lulusannya. Prinsip pembelajaran
yang mana digunakan di pengembangan pendidikan budaya serta karakter
bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal serta menerima nilai-
nilai budaya serta karakter bangsa sebagai milik mereka serta bertanggung
jawab atas keputusan yang mana diambilnya melalui tahapan mengenal
pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, serta selanjutnya menjadikan
suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik
belajar melalui proses berpikir, bersikap, serta berbuat. Ketiga proses ini
dimaksudkan guna mengembangkan kemampuan peserta didik di melakukan
kegiatan sosial serta mendorong peserta didik guna melihat diri sendiri
sebagai makhluk sosial. Guna mencapai kualitas yang mana telah dirancang
di dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip
yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas
peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan serta menantang, (4)
bermuatan nilai, etika, estetika, logika, serta kinestetika, serta (5)
menyediakan pengalaman belajar yang mana beragam melalui penerapan
berbagai strategi serta metode pembelajaran yang mana menyenangkan,

4
kontekstual, efektif, efisien, serta bermakna. Di di pembelajaran, peserta
didik didorong guna menemukan sendiri serta mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang mana sudah ada
di ingatannya, serta melakukan pengembangan menjadi informasi atau
kemampuan yang mana sesuai dengan lingkungan serta jaman tempat serta
waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa
pengetahuan tidak bisa dipindahkan begitu saja dari pengajar ke peserta
didik. Peserta didik yakni subjek yang mana memiliki kemampuan guna
secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, serta menggunakan
pengetahuan. Guna itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan
yang mana diberikan kepada peserta didik guna mengkonstruksi
pengetahuan di proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami serta bisa
menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong guna bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu guna dirinya, serta
berupaya keras mewujudkan ideidenya. Pengajar memberikan kemudahan
guna proses ini, dengan mengembangkan suasana belajar yang mana
memberi kesempatan peserta didik guna menemukan, menerapkan ide-ide
mereka sendiri, menjadi sadar serta secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri guna belajar. Pengajar mengembangkan kesempatan belajar
kepada peserta didik guna meniti anak tangga yang mana membawa peserta
didik kepemahaman yang mana lebih tinggi, yang mana semula dilakukan
dengan bantuan pengajar tetapi semakin lama semakin mandiri. Bagi peserta
didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari
tahu”.

PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN LANGSUNG SERTA TIDAK LANGSUNG

5
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yakni
proses pembelajaran langsung serta proses pembelajaran tidak langsung.
Proses pembelajaran langsung yakni proses pendidikan di mana peserta
didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir serta
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber
belajar yang mana dirancang di silabus serta RPP berupa kegiatan-kegiatan
pembelajaran. Di pembelajaran langsung yakni peserta didik melakukan
kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi atau menganalisis, serta mengkomunikasikan apa yang mana
sudah ditemukannya di kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung
menghasilkan pengetahuan serta keterampilan langsung atau yang mana
disebut dengan instructional effect. Pembelajaran tidak langsung yakni
proses pendidikan yang mana terjadi selama proses pembelajaran langsung
tetapi tidak dirancang di kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung
berkenaan dengan pengembangan nilai serta sikap. Berbeda dengan
pengetahuan tentang nilai serta sikap yang mana dilakukan di proses
pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap
sebagai proses pengembangan moral serta perilaku dilakukan oleh seluruh
mata pelajaran serta di setiap kegiatan yang mana terjadi di kelas, sekolah,
serta masyarakat. Oleh karena itu, di proses pembelajaran Kurikulum 2013,
semua kegiatan yang mana terjadi selama belajar di sekolah serta di luar di
kegiatan kokurikuler serta ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran guna
mengembangkan moral serta perilaku yang mana terkait dengan sikap. Baik
pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara
terintegrasi serta tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan
pembelajaran yang mana menyangkut KD yang mana dikembangkan dari KI-
3 serta KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan di suatu proses
pembelajaran serta menjadi wahana guna mengembangkan KD pada KI-1
serta KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran
yang mana menyangkut KD yang mana dikembangkan dari KI-1 serta KI-2.

6
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yakni: a.
mengamati; b. menanya; c. mengumpulkan informasi; d. Mengasosiasi.

KEGIATAN RUTIN LAINNYA

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) yakni sekolah dasar yang mana
memadukan kurikulum pemerintah dengan kurikulum yayasan. Di sekolah
ini, peserta didik tidak hanya diajarkan pelajaran umum seperti di sekolah
dasar negeri, melainkan diajarkan pula pelajaran keagamaan yang mana
cukup seimbang jumlah mata pelajarannya. Setiap yayasan penyelenggara
SDIT biasanya memiliki kekhasan dibanding SDIT lainnya, misalnya di tahfidz
qur’an, penguasaan Bahasa Arab, penguasaan kitab kuning, serta lain
sebaginya. Dewasa ini, marak bermunculan SDIT di berbagai wilayah di
Indonesia. Kota serta Kabupaten Tasikmalaya yang mana terkenal dengan
sebutan kota santri tidak ketinggalan di hal penyediaan sekolah yang mana
berbasis keislaman ini. Semakin banyaknya SDIT yang mana berdiri,
menimbulkan pertanyaan tersendiri di kalangan para praktisi pendidikan
dasar. Mungkinkah sekolah dasar negeri sudah tidak dipercayai lagi oleh
masyarakat luas? Ataukah SDIT ini memang menjanjikan pendidikan yang
mana lebih baik terhadap perkembangan anak? Kegiatan anak di sekolah
memang sangat terbatas waktunya, yakni hanya dari pukul 7 pagi sampai
pukul 12 siang. Bagi orang tua yang mana keduanya bekerja penuh waktu,
meninggalkan anak dari pukul 12 siang sampai pukul 6 sore yakni hal yang
mana sangat merisaukan. Pergaulan anak tidak terkontrol karena kedua
orang tuanya sibuk bekerja. Biasanya orang tua tipe seperti ini lebih tenang
saat anaknya disekolahkan di fullday school. Hal ini karena anak sepanjang
hari berada di bawah pengawasan pengajar serta kepala sekolah. Dengan
demikian, orang tua bisa lebih fokus pada pekerjaan sementara anaknya
dititipkan di sekolah yang mana juga penuh waktu. Selain mengawasi peserta
didik secara penuh waktu, di SDIT juga biasanya mengajarkan peserta

7
didiknya guna disiplin serta mampu mengikuti seluruh kegiatan yang mana
dilaksanakan oleh sekolah. Misalnya pendampingan shalat dzuhur berjamaah
di mesjid sekolah, pemantauan kegiatan ekstra serta intra kurikuler, serta
kegiatan rutin lainnya yang mana diadakan oleh pihak sekolah. Peran
pengajar di SDIT ini sangatlah besar di membimbing peserta didiknya.
Pengajar tidak hanya mengajarkan materi pelajaran saja melainkan pengajar
harus mampu membimbing peserta didiknya mengikuti seluruh kegiatan
yang mana diadakan oleh pihak sekolah Setiap SDIT pastinya memiliki
kurikulum sendiri yang mana sudah dirancang oleh penyelenggara
pendidikan. Kurikulum memiliki artian “seperangkat rencana serta
pengaturan mengenai tujuan, isi, serta bahan pelajaran serta cara yang mana
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran guna
mencapai tujuan pendidikan tertentu” (UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Ada dua hal yang mana menjadi bagian utama
dari kurikulum yakni kurikulum yakni sebuah rencana yang mana mengatur
mengenai tujuan pembelajaran, isi, serta bahan pelajaran yang mana akan
diajarkan, kemudian kurikulum juga sebagai sebuah pedoman atau panduan
yang mana menjabarkan cara guna mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum memiliki beberapa peranan, yakni peran konservatif, peran kritis


atau evaluatif, serta peran kreatif (Hamalik, 2011). 1. Peran Konservatif
Peran konservatif memiliki artian bahwa kurikulum memiliki peranan guna
mentransmisikan serta menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. 2.
Peran Kritis Peran kritis memiliki artian bahwa kurikulum memiliki peranan
guna mengkritisi serta mengevaluasi nilainilai sosial yang mana tidak sesuai
lagi dengan zaman. 3. Peran Kreatif Peran kreatif memiliki artian bahwa
kurikulum memiliki peranan guna menciptakan serta menyusun suatu hal
yang mana baru sesuai dengan perkembangan zaman. Proses pembelajaran
yakni aplikasi dari kurikulum yang mana telah dirancang. Pembelajaran
berasal dari kata ajar yakni petunjuk yang mana diberikan kepada orang
supaya diketahui (diturut). Adapun arti dari pembelajaran yakni proses, cara,

8
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Di proses pembelajaran di sekolah, terbisa tiga langkah
yang mana biasanya dilakukan yakni: 1. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran yakni proses penyusunan materi pelajaran,
penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan serta metode
pengajaran, serta penilaian di suatu alokasi waktu yang mana akan
dilaksanakan pada masa tertentu guna mencapai tujuan yang mana telah
ditentukan (Majid, 2007). 2. Pelaksanaan pembelajaran Pelaksanaan
pembelajaran yakni implementasi dari perencanaan pembelajaran yang
mana telah disusun sebelumnya. Adapun kegiatan pelaksanaan pembelajaran
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, serta kegiatan penutup. 3.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi pembelajaran yakni proses peninjauan
seluruh kegiatan pembelajaran yang mana telah dilakukan sebelumnya.
Arikunto (2006) memaparkan bahwa ada prinsip umum serta penting di
kegiatan evalusi, yakni adanya triangulasi antara tujuan, kegiatan
pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran.

Target Hafalan Peserta didik

Kurikulum yakni suatu cara atau rancangan guna mencapai tujuan


pendidikan tertentu. Kurikulum yakni suatu hal yang mana wajib dimiliki
serta disusun oleh sebuah sekolah guna mencapai tujuan pendidikan yang
mana menjadi acuan. Kurikulum yang mana digunakan SDIT tentunya
berbeda dengan kurikulum yang mana digunakan di SD pada umumnya. Hal
ini karena di SDIT biasanya memiliki tujuan pendidikan yang mana khas
serta tidak dimiliki oleh SD lainnya. Sekolah yakni salah satu SDIT yang mana
cukup eksis di Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini bisa terlihat dari semakin
banyaknya orang tua yang mana menyekolahkan anaknya di SD ini. selain itu,
SD ini memiliki standar sendiri di perekrutan peserta didik baru setiap tahun
ajarannya. Peserta didik harus mengenal huruf hijaiyyah sebagai modal awal

9
guna menghafal Al-Quran yang mana menjadi ciri khas dari sekolah ini.
Meluluskan peserta didik menjadi insan mutakamil, yang mana
berakhlakulkarimah, mandiri, beriman, bertakwa, terampil, disiplin, serta
menjadi unsur perekat umat yakni visi dari Sekolah. Berdasarkan visinya
yakni, SDIT ini jelas mengharapkan lulusan yang mana bukan hanya pintar
secara ilmu duniawi melainkan pintar pula di menguasai ilmu ukhrawi. SDIT
ini juga mengharapkan agar lulusannya terampil di berbagai hal, tidak hanya
pintar secara teori namun juga terampil di mengaplikasikannya. Adapun misi
dari Sekolah yakni sebagai berikut. 1. Menjadikan Sekolah sebagai lembaga
pendidikan dasar yang mana berasas Islam, dengan mengikuti metode
Rasulullah SAW. 2. Lembaga pendidikan yang mana meletakan dasar-dasar
pendidikan secara terpadu serta seimbang antara ruhiyah, antara individu,
keluarga, serta masyarakat, antara imtaq serta iptek, antara ayat qauliyah
serta kauniyah, antara kepentingan dunia serta akhirat. 3. Lembaga
pendidikan yang mana berorientasi guna membentuk generasi muslim yang
mana utuh, sholeh, cerdas, serta terampil. 4. Lembaga pendidikan yang mana
berupaya mewarnai lembaga pendidikan islami pada khususnya serta
lembaga pendidikan dasar pada umumnya dengan konsep pendidikan Islami,
berwawasan Qurani, berprestasi tinggi serta bersemangat serta
berkemampuan mewujudkan ajaran Islam dengan sains serta teknologi. 5.
Lembaga pendidikan yang mana mewadahi seluruh potensi umat. Guna
mewujudkan visi serta misi yang mana telah dirancang ini, pihak pengelola
SDIT melakukan berbagai macam upaya agar bisa terlaksana dengan optimal.
Berikut yakni beberapa upaya yang mana dilakukan oleh pihak pengelola
agar terciptany Setiap peserta didik yang mana sekolah di SDIT ini memiliki
target hafalan sebanyak 2 juz yakni juz 29 serta juz 30. Peserta didik kelas 1-
3 target hafalannya yakni juz 30, sedangkan peserta didik kelas 4-6 target
hafalannya yakni juz 29. Selain juz 29, bagi peserta didik kelas 4-6 ada target
hafalan lainnya yakni doadoa pilihan. Peserta didik yang mana tidak
memenui target hafalan setiap tahunnya dikenakan sanksi berupa penahanan

10
raport. Oleh karena itu, orang tua harus ikut bekerja sama dengan pihak
sekolah guna memenuhi target hafalan peserta didik setiap tahunnya agar
tidak dikenakan sanksi. 3. Pembiasaan Shalat Malam Pembiasaan shalat
malam diberlakukan bagi peserta didik mulai kelas 4 sampai kelas 6.
Kegiatan ini dilakukan setiap malam sabtu. Peserta didik diwajibkan guna
mondok di sekolah agar memudahkan di pembinaannya. Selain dilakukan
pembiasaan shalat malam, peserta didik juga diajarkan tahsin quran. Maksud
dari tahsin quran ini yakni peserta didik dibimbing guna memahami cara
membaca quran yang mana benar, khususnya di makhorijul hurufnya. 4.
Pengajian Rutin Bulanan Kegiatan pengajian rutin bulanan ini bukan hanya
diwajibkan bagi peserta didik SDIT melainkan juga bagi para orang tua.
Kegiatan ini dilakukan setiap hari sabtu minggu di minggu pertama setiap
bulannya. Di kegiatan ini, pihak sekolah biasanya mendatangkan penceramah
dari luar sekolah guna menambah khasanah keilmuan. Kegiatan ini bukan
hanya sebatas pengajian rutin bagi para orang tua, melainkan juga sebagai
ajang silaturahmi antar orang tua peserta didik serta para pengajar. Biasanya
setelah kegiatan ini selesai, pihak sekolah memfasilitasi para pengajar guna
melakukan pertemuan terbatas dengan orang tua peserta didik. Hal ini
dilkukan agar orang tua bisa melakukan pemantauan kemajuan anaknya
setiap bulan. 5. Pengadaan Buku Penghubung Buku penghubung yakni salah
satu inovasi yang mana dilakukan oleh Sekolah guna memantau
perkembangan para peserta didik. Di buku ini, orang tua bisa bertukar
informasi dengan pengajar setiap harinya. Selain itu, di buku ini terbisa
evaluasi shalat. Orang tua harus menuliskan pukul berapa anaknya shalat
setiap hari. Dengan ini, diharapkan terjalin kerja sama yang mana baik antara
pihak sekolah serta pihak keluarga di upaya pendidikan peserta didik. 6.
Pengintegrasian Pembelajaran Pembelajaran yang mana dilakukan di
Sekolah diintegrasikan antara pelajaran umum dengan pelajaran keagamaan.
Pembelajaran dilakukan mulai pukul 08.00 serta diakhiri pukul 14.00 bagi
peserta didik kelas 1 sampai kelas 3, serta bagi peserta didik kelas 4 sampai

11
kelas 6 pembelajaran diakhiri pukul 15.00. Tidak ada pemisahan waktu di
proses pembelajarannya. Peserta didik setiap harinya menbisakan pelajaran
umum serta pelajaran keagamaan secara acak. Pengajar yang mana
mengajarkan pelajaran umum yakni pengajar kelas, sedangkan pengajar yang
mana mengajarkan pelajaran keagamaan yakni pengajar khusus yang mana
ditunjuk oleh pihak sekolah.

Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah pada dasarnya hampir sama dengan


pembelajaran pada umumnya, yakni terdiri dari kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, serta kegiatan penutup. Namun yang mana membedakan yakni
penanaman pendidikan akhlak yang mana diselipkan di proses
pembelajarannya. Berikut yakni kegiatan pembelajaran yang mana dilakukan
di kelas 4 pada mata pelajaran matematika dengan materi mengubah
pecahan campuran menjadi pecahan biasa. 1. Kegiatan Pendahuluan Pada
kegiatan pendahuluan, pengajar mengkondisikan peserta didik guna siap
memulai pembelajaran baik secara fisik maupun psikis. Pengajar
membimbing peserta didik yang mana bertugas membersihkan kelas guna
merapikan kelas terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. Salah satu
peserta didik ada yang mana membawa oleh-oleh dari orang tuanya yang
mana baru saja pulang dari luar kota. Pengajar membuat perjanjian dengan
peserta didik akan membagikan oleh-oleh yakni setelah peserta didik
menyelesaikan pelajaran yang mana diberikan oleh pengajar. Pengajar
menanyakan tentang materi pecahan yang mana telah dipelajari sebelumnya.
Pengajar mengingatkan kembali tentang pecahan biasa serta pecahan
campuran. Pengajar memberikan contoh di papan tulis tentang pecahan
biasa serta pecahan campuran. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti dimulai dengan
pengajar memberikan contoh cara mengubah pecahan campuran menjadi
pecahan biasa. Peserta didik sangat antusias memperhatikan pemaparan dari
pengajar. Beberapa dari peserta didik diminta ke depan kelas guna
mengerjakan soal yang mana telah dibuat oleh pengajar tentang mengubah
pecahan campuran menjadi pecahan biasa. Pengajar membing peserta didik

12
mengajarkan soal di papan tulis dengan penuh kesabaran. Pengajar memberi
kesempatan kepada peserta didik yang mana ingin mengerjakan soal di
papan tulis. Pengajar tidak menunjuk salah satu peserta didik melainkan
peserta didik sendiri yang mana menawarkan dirinya guna mengerjakan soal
yakni. Setelah pemberian contoh soal dirasa cukup serta sebagian besar
peserta didik faham tentang materi yang mana diajarkan, pengajar
menugaskan peserta didik guna mengerjakan soal latihan yang mana dibuat
sendiri oleh pengajar. Pengajar sengaja tidak menugaskan peserta didik
mengerjakan soal latihan yang mana terbisa dibuku agar peserta didik lebih
kretaif serta menguasai materi secara lebih mendi. Biasanya soal latihan yang
mana terbisa di buku ditugaskan oleh pengajar sebagai pekerjaan rumah
yang mana harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Pengajar
membuat 15 buah soal guna dikerjakan oleh peserta didik. Pengajar tidak
mengharuskan peserta didik guna duduk di kursi masing-masing. Pengajar
membebaskan peserta didik guna duduk dimana saja asalkan peserta didik
nyaman serta tidak menggangu teman yang mana lain. Sebagian besar
peserta didik duduk di lantai serta sebagian lainnya duduk di kursi. Pengajar
memberikan kebebasan ini karena pengajar menginginkan kenyaman
peserta didik di belajar. Hal ini karena ketika peserta didik merasa nyamaan
saat belajar maka materi pelajaran pun akan terserap dengan baik oleh
peserta didik. Setelah peserta didik selesai mengerjakan 15 soal yang mana
diberikan oleh pengajar, peserta didik secara tertib mengumpulkan bukunya
guna diperiksa oleh pengajar. Sesuai perjanjian di awal pembelajaran,
peserta didik yang mana telah selesai mengerjakan soal dari Indonesia yakni
negara yang mana selalu berusaha mengikuti perkembangan Era Global serta
persuasi, setiap pergantian Kepala Negara (Presiden) juga Pergantian
Menteri Pendidikan Perubahan Kurikulum pun dilakukan. Permasalahan
yang mana dihadapi yakni, Kurikulum di Indonesia telah mengalami
beberapa perubahan, hingga akhirnya kurikulum baru lahir pada tahun 2013
yang mana yakni kurikulum berdasarkan kompetensi serta karakter. Menjadi

13
bermasalah di setiap sekolah, khususnya di Sekolah Umum di Kota
Palembang. Sesuai dengan permasalahannya, penelitian ini bertujuan guna
menganalisis "Bagaimana Penerapan Kurikulum 2013 di Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri-Palembang". Metode yang mana
digunakan yakni dengan menggunakan metode deskriptif guna mengetahui
perencanaan serta pelaksanaan kurikulum 2013 yang mana dilakukan oleh
pengajar di pelaksanaan serta peningkatan pembelajaran ekonomi di SMA
Negeri Kota Palembang. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pada saat
pembelajaran pengajar telah menerapkan kurikulum 2013, terbukti dari
95,83% sesuai dengan pedoman Kurikulum yang mana dibuat oleh
Pemerintah berjalan dengan baik, serta hanya 4,67% yang mana cukup
sesuai.

Kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh Sumber Daya Individu (SDM).
Kualitas SDM yakni bergantung pada kualitas pendidikan serta peran
pendidikan guna menciptakan masyarakat yang mana cerdas, damai, terbuka
serta demokratis. Oleh sebab itu, komponen dari sistem pendidikan nasional
harus senantiasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan serta
perkembangan yang mana terjadi, baik pada tingkat lokal, nasional maupun
global. Salah satu komponen yang mana penting dari sistem pendidikan
yakni kurikulum. Kurikulum menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yakni seperangkat rencana serta peraturan mengenai
tujuan, isi, serta bahan pelajaran serta cara yang mana digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan
tertentu. (Permendikbud 2016). Fadlillah (2014:13), juga mengemukakan
bahwa Kurikulum yakni sebuah wadah yang mana akan menentukan arah
pendidikan. Dari beberapa penjelasan kurikulum diatas, bisa disimpulkan
bahwasannya kurikulum yakni bagian yang mana sangat berperan penting di
mengembangkan ide serta rancangan menjadi proses pembelajaran sehingga
mampu mencapai tujuan pendidikan yang mana dicita-citakan selama ini.
Negara Indonesi yakni negara yang mana selalu berusaha mengikuti

14
perkembangan zaman serta persaingan global, setiap pergantian Kepala
Negara (Presiden) juga Pergantian Mentri Pendidikan Pergantian Kurikulum
pun selalu dilakukan. Masalah yang mana di hadapi yakni, Kurikulum di
Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan secaraberturut-turut
yakni pada tahun 1947, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1973, tahun 1975,
tahun 1984, tahun 1994, tahun 1997 (revisi Kurikulum 1994), serta tahun
2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), serta kurikulum 2006 (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan). Di perjalanannya, pemerintah sebagai regulator
melihat perlu adanya pengembangan pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP tahun 2006) yang mana sudah berlangsung selama kurang
lebih 6 tahun yakni, di rangka memajukan mutu serta kualitas pendidikan
nasional. Oleh sebab itu, akhirnya lahir kurikulum baru di tahun 2013 yang
mana yakni kurikulum berbasis kompetensi serta karakter, hal itu menjadi
problematika di setiap sekolah, terutama di Sekolah Negeri di Kota
Palembang. Lahirnya kebijakan baru ini, tentunya tetap harus disikapi secara
positif jangan sampai menjadi beban pengajar serta satuan pendidikan yang
mana berkecimpung serta menaruh perhatian terhadap pendidikan. Saat ini
perbincangan Kurikulum 2013 yakni topik terhangat di dunia pendidikan di
tanah air. Pada awal tahun ajaran 2013/2014, pemerintah telah
memberlakukan Kurikulum 2013 guna diujicobakan ke beberapa sekolah
yang mana terakreditasi A serta B, yakni pada pendidikan Dasar (SD),
Menengah (SMP) serta Atas (SMA/SMK). Di Kurikulum 2013, guna
meningkatkan kualitas pembelajaran tidak lepas dari proses pembelajaran,
proses pembelajaran yakni salah satu elemen dari standar proses yang mana
mengalami perubahan guna pencapaian keberhasilan pembelajaran serta
pembentukan kompetensi peserta didik. Pemerintah di Peraturan Menteri
Pendidikan serta Kebudayaan Republik Indonesia No. 65 Tahun 2013
tentang standar proses pendidikan dasar serta menengah menjelaskan
bahwa di mengimplementasikan proses pembelajaran di kurikulum 2013
pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

15
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik guna berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang mana cukup bagi prakarsa, kreativitas,
serta kemandirian sesuai dengan bakat, minat, serta prkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Dari penjelasan diatas, bisa dikatakan bahwa di
meningkatkan kualitas pembelajaran, proses pembelajaran yakni salah satu
rangkaian kegiatan yang mana penting guna pencapaian keberhasilan
pembelajaran serta pembentukan kompetensi peserta didik dimana
dilaksanakan oleh pengajar sebagai pendidik serta peserta didik sebagai
peserta didik di kegiatan pembelajaran dengan menggunakan sarana serta
fasilitas pendidikan yang mana ada guna mencapai tujuan yang mana telah
ditetapkan di kurikulum, sehingga di hal ini, pihak-pihak yang mana terkait
serta berkepentingan seharusnya senantiasa responsif terhadap dinamika
yang mana terjadi di dunia pendidikan

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang mana telah dilakukan tentang Analisis


Penerapan Kurikulum 2013 di Meningkatkan Kualiatas Pembelajaran
Ekonomi bisa peneliti simpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan pembelajaran
Kurikulum 2013 benar bisa meningkatkan Kualitas pembelajaran belajar
peserta didik, terbukti dari hasil dokumentasi nilai rapor di kategori Baik. 2.
Pelaksanaa penerapan Kurikulum 2013 oleh Pengajar Ekonomi sudah
terlaksana dengan Baik serta sesuai dengan Kurikulum 2013, walapun masih
terbisa kesulitan karena seringnya terjadi revisi serta kesesuaian dengan
alokasi waktu. Walaupun demikian Pengajar berusaha menerapkan
Kurikulum 2013 dengan sebaik mungkin.

Ada suatu tuntutan KTSP terhadap penyelesaian dokumen yakni sisi lain dari
implementasi KTSP di sekolah. Pemberlakuan Kurikulum 2013 pada
dasarnya juga menghendaki adanya dokumen-dokumen yang mana
dibutuhkan terutama guna kebutuhan akreditasi serta evaluasi diri sekolah.

16
Dengan berlakunya kurikulum 2013, para pengajar akan sangat terbantu di
penyiapan proses pembelajaran di sekolah. Pemerintah telah menyiapkan
banyak perangkat guna mendukung berjalannya kurikulum ini. Tetapi
ketimpangan pada sisi produktifitas para pengajar atau perancang buku yang
mana sudah terbiasa memproduk baku teks. Kesannya tidak ada lagi
kebebasan guna menggunakan sembarang buku. Tentu hal ini layak guna
dikaji lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, HM., Pengembangan Kurikulum, Bandung; Pustaka Setia, 1998.

Hardiman, F. Budi, Filsafat Fragmentaris, Jogjakarta: Kanisius, 2

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2005 tentang Standar


Isi guna Satuan Pendidikan Dasar serta Menengah.

Sulistiyowati serta Antonios Cahyuadi, Runtuhnya sekat Perdata serta


Perdana, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Surakhmad, Winarno, Pendidikan Nasional – Strategi serta Tragedi, Jakarta:


Kompas, 2009.

17

Anda mungkin juga menyukai