“Keragaman Siswa”
DOSEN PENGAMPU:
Dr. AIP BADRUZAMAN
Oleh
Oktavianingsih
7316140242
F. Pendidikan Dwibahasa
Pelajar bahasa ingris biasanya diajari dalam salah satu dari keempat
jenis program. Jenis-jenis program tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan total bahasa ingris. Program penggunaan total bahasa
ingris dapat menggunakan strategi-strategi yang dirancang denga
seksama untuk mengembangkan pembendaharaan kata siswa ELL
berhasil dalam isi.
2. Pendidikan dwibahasa peralihan. Pilihan ini merupakan program
dimana anak-anak diajarkan pelajaran membaca atau mata pelajaran
lain dalam bahasa ibu mereka selama beberapa tahun dan kemudian
dialihkan kedalam bahasa ingris, biasanya dikelas dua, tiga, atau
empat.
3. Pendidikan dwibahasa berpasangan. Model ini anak-anak diajarkan
pelajaran membaca atau mata pelajaran lain dalam bahasa ibu
mereka mauun dalam bahasa ingris, biasanya dalam waktu yang
berbeda pada hari itu.
4. Pendidikan dwibahasa dua arah. Dari sudut pandang pelajar bahasa
inggris, program dwibahasa dua arah pada dasarnya adalah program
dwibahasa berpasangan, dalam pengertian bahwa mereka diajari
dalam bahasa ibu mereka maupun dalam bahasa ingris dalam waktu
yang berbeda.
G. Apa yang Dimaksud dengan Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah gagasan yang menyebutkan bahwa
semua siswa, tanpa peduli dalam kelompok manapun mereka masuk, seperti
kelompok yang terkait dengan jender, suku bangsa, ras, budaya, kelas sosial,
agama, atau pengecualian, seharusnya mengalami kesetaraan pendidikan di
sekolah. Lima dimensi utama pendidikan multikultural, yaitu integrasi isi,
konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, istilah pedagogi keadilan,
dan budaya sekolah yang memberdayakan.
Intergrasi isi adalah penggunaan contoh, data dan informasi lain dari
berbagai budaya oleh guru. Konstruksi pengetahuan merujuk pada guru yang
membantu siswa memahami bagaimana pengetahuan yang kita terima
dipengaruhi oleh asal-usul dan sudut pandang kita. Pengurangan prasangka
merupakan sasaran penting pendidikan multikultural yang meliputi
pengembangan hubungan positif di kalangan siswa dari latar belakang etnis
yang berbeda. Pedagogi keadilan merujuk pada penggunaan teknik-teknik
pengajaran yang mempermudah keberhasilan akademis siswa dari
kelompok-kelompok etnis dan kelas sosial yang berbeda. Budaya sekolah
yang memberdayakan adalah budaya yang membuat organisasi dan praktik
sekolah bersifat kondusif bagi perumbuhan akademis dan emosional semua
siswa.
H. Dimensi-dimensi Pendidikan Multikultural
Banks (1999) membahas lima dimensi utama pendidikan multicultural.
1. Integrasi isi adalah penggunaan contoh, data dan informasi dari
berbagai budaya oleh guru. Mengajarkan budaya-budaya yang berbeda
dan sumbangan yang diberikan oleh orang-orang dari budaya yang
bermacam-macam, menyertakan dalam kurikulum karya anggota-
anggota kelompok yang kurang terwakili, termaksud wanita, dan
semacam itu.
2. Kontruksi pengetahuan merujuk pada guru yang membantu anak-anak
memahami bagaimana pengetahuan diciptakan dan bagaimana hal itu
dipengaruhi oleh kedudukan ras, etnis, dan kelas sosial individu dan
kelompok.
3. Pengaruh prasangka merupakan sasaran penting pendidikan
multicultural. Pengurangan prasangka meliputi pengembangan
hubungan positif di kalangan siswa dari latar belakang etnis yang
berbeda dan perkembangan sikap yang lebih demokratis dan toleran
terhadap orang-orang lain.
4. Pedagogi keadilan (equity pedagogy) merujuk pada pengunaan teknik-
teknik pengajaran yang mempermudah keberhasilan akademis siswa
dari kelompok kelompok etnis dan kelas sosial yang berbeda.
5. Budaya sekolah yang memberdayakan adalah budaya yang membuat
organisasi dan praktik sekolah bersifat kondusif bagi pertumbuhan
akademis dan emosional semua siswa.
I. Pengaruh Jender dan Ketidakadilan Jender Terhadap Pengalaman
Sekolah Siswa
Jenis kelamin seorang siswa merupakan ciri yang terlihat jelas dan abadi.
Persoalan perbedaan jender dalam kecerdasan atau pencapaian akademis
telah diperdebatkan selama berabad-abad, dan masalah itu telah menjadi
sesuatu yang sangat penting sejak awal 1970-an. Perbedaan yang
didasarkan pada genetika antara pria dan wanita sedikit dibandingkan
dengan perbedaan perilaku. Perbedaan perilaku lebih banyak karena
perbedaan perilaku berasal dari pengalaman yang berbeda, termasuk
kebiasaan orang dewasa yang memperkuat jenis-jenis perilaku yang
berbeda.
Guru biasanya tanpa menyadari memperlihatkan ketidakadilan jender
dalam pengajaran di ruang kelas dengan tiga cara utama yaitu memperkuat
stereotipe jender, mempertahankan jenis kelamin, dan memperlakukan pria
dan wanita dengan berbeda sebagai siswa. Seharusnya yang dilakukan oleh
guru adalah menghindari stereotipe, menumbuhkan integritas, dan
memperlakukan wanita dan pria dengan setara.