Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK REPORT

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN FISIKA

Disusun Oleh :
Nama : Leonardo Silalahi
NIM : 4182121017
Kelas : Fisika Dik A 2018
Dosen Pengampu : Sabani,S,Pd,.M,Si

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan Critical Book Report dengan baik dan tepat
waktu.
Terima kasih kepada bapak Sabani,S,Pd,.M,Si selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pengembangan Program Pengajaran Fisika yang telah memberikan motivasi dan
saran kepada penulis untuk membuat Critical Book Report. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini, maupun isi materi Critical Book Report tentang
Pengembangan Program Pembelajaran Fisika masih banyak kekurangan. Sehingga
penulis mengharapkan bagi setiap pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna penyempurnaan Critical Journal Review ke depannya.
.

Medan, 17 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................2

1.1 Latar Belakang......................................................................................................2

1.2 Tujuan....................................................................................................................2

1.3 Manfaat..................................................................................................................2

BAB II REVIEW BUKU..................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................13

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mahasiswa Universitas Negeri Medan menggunakan kurikulum KKNI,
yang mana kurikulum ini memuat 6 tugas pokok yang harus diselesaikan oleh
Mahasiswa. Oleh karena itu penulis membuat laporan Critical Book Report untuk
memenuhi tuntutan KKNI. Tugas Critical Book Report bertujuan agar mahasiswa
mampu mengkritisi satu buku atau lebih dan diharapkan mahasiswa lebih sering
untuk membaca buku, terutama buku internasional . Adapun hal yang yang akan
penulis bahas dalam laporan ini tidak hanya mengenai materi buku melainkan
juga mengenai kelebihan dan kekurangan buku tersebut.
Dalam makalah ini penulis akan meriview dua buku dari masing-masing
buku yang dikritik yaitu mengenai model pembelajaran problem based learning.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pembaca,
baik sebagai referensi ataupun bahan bacaan.
1.2 Tujuan
Tujuan penulis dalam mengadakan critical book report ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan program pengajaran fisika.
2. Untuk menambah wawasan mahasiswa terkait mata kuliah pengembangan
program pengajaran fisika melalui model pembelajaran problem based
learning.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari buku yang riview.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari critical book report ini adalah:
1. Melatih mahasiswa untuk berpikir logis dan sistematis.
2. Mengembangkan kreativitas mahasiswa melalui Critical Book Report.
3. Memudahkan untuk memahami isi materi secara ringkas.
4. Dapat dijadikan penentuan pembelajaran atau sebagai referensi bacaan.
5. Menambah wawasan pembaca.

4
BAB II REVIEW BUKU

2.1 Identitas Buku I


Judul : Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter
Pengarang : Suyadi, M.Pd.I.
Tahun Terbit 2015
Penerbit : PT Remaja RosdaKarya
Kota Terbit : Bandung
ISBN : 978-979-692-137-9

2.1.1 Ringkasan Buku I


A. Pengertian Problem Based Learning
PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta
didik memrlukan pengetahuan baru untuk menyelesaikannya.
(Hamruni,2009). Strategi pembelajaran berbasis masalah (PBL)
dikembangkan dari filsafat konstruksionisme, yang menyatakan bahwa
kebenaran merupakan konstruksi pengetahuan secara otonom. Artinya, peserta
didik akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari
seluruh pengetahuan yang telah dimiliki dan dari semua pengetahuan baru
yang diperoleh.
Strategi pembelajaran berbasis masalah mengusung gagasan utama bahwa
tujuan pembelajaran dapat tercapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada
tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan dan di presentasikan
dalam satu konteks. Dengan kata lain, tujuan utama pendidikan adalah
memcahkan problem-problem pendidikan.
Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pebelajaran aktif dan kolaboratif, derta berpusat kepada peserta didik,
sehingga mampu mengembangkan kemampun pemecahan masalah secara
mandiri. Pembelajaran berbasis masalah dapat pula dimulai dengan melakukan
kerja kelompok antar peserta didik. Misalnya, peserta didik menyelidiki
sendiri, menemukan permasalahan sendiri, dan menyelesaikan masalah

5
tersebut di bawah bimbingan fasilitator atau pendidik.
Landasan teori pembelajaran berbasis masalah adalah kolaborativisme,
yaitu suatu perspektif yang berpendapat bahwa peserta didik akan menyusun
pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang
sudah dimilikinya, dan diri semuanya itu akan memperoleh hasil dari kegiatan
berinteraksi dengan sesame individu.
B. Konsep Dasar Problem Based Learning
Dengan kata lain, karena problem based learning yang masih “asli”
sebagaimana adanya, hanya mengandung satu nilai karakter secara implisit,
maka perlu pengembangan problem based learning bermuatan karakter secara
lebih kompleks. Berikut ini adalah pengembangan problem based learning
bermuatan karakter tersebut.
Pertama, problem based learning dikaji nilai-nilai karakter yang
terkandung di dalamnya untuk diaktualisasikan dalam pembelajaran, sehingga
nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan atau diinternalisasikan ke dalam diri
peserta didik. Kedua, dapat dimodifikasi dan dikembangkan secara kreatif
agar memuat nilai-nilai karakter lebih kompleks. Artinya. Problem based
learning dapat diisi dengan muatan nilaikarakter dari luar yang sesuai
kepentingan guru dalam pembelajaran.
C. Nilai-nilai Karakter dalam Problem Based Learning
Nilai-nilai karakter yang dapat ditransmisikan melalalui strategi
pembelajaran berbasis masalah. Setidaknya, terdapat enam bahkan lebih nilai
karakter dari 18 nilai karakter yang dicanangkan Kemendikbud, yaitu
tanggung jawab, kerja keras, toleransi, demokrasi, mandiri, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, nasionalisme, peduli lingkungan dan peduli sosial
maupun keagamaan. Dari nilai-nilai tersebut terdapat enam point penting
yaitu, tanggung jawab, kerja keras, toleransi dan demokratis, mandiri,
kepedulian lingkungan dan sossial keagamaan, serta semangat kebangsaan dan
cinta tanah air.
kesenjangan antara teori yang dipelajari atau dibahas dengan kondisi real yang terjadi.
Adapun menurut Hamruni (2009), terdapat enam langkah untuk dapat menerapkan
strategi pembelajaran berbasis masalah yaitu :
1. Menyadari adanya masalah. |
2. Merumuskan masalah.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Mengumpulkan data.
5. Menguji hipotesis.
6. Menentukan pilihan penyelesaian.
D. Variasi Pengembangan Problem Based Learning Bermuatan Karakter
Problem based learning bermuatan karakter dapat dilakukan pada ranah
praksis pembelajaran aktif menyenangkan dikelas-kelas. Tahapan-tahapan
dalam problem based learning bermuatan karakter dapat disesuaikan dengan
jenjang pendidikan atau kemampuan peserta didik. Selain penyesuaian dengan
jenjang pendidikan, problem based learning bermuatan karakter juga dapat
disesuaikan dnegan materi pelajaran.
E. Keunggulan dan Kelemahan Strategi PBL Bermuatan Karakter
1. Keunggulan Strategi PBL Bermuatan Karakter
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
b. Dapat menantang kemampuan peserta didik.
c. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
d. Dapat membantu peserta didik mentransfer pengetahuan mereka.
e. Dapat membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan barunya.
f. Dapat membantu memecahkan masalah dnegan suasana pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan.
g. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis peserta didik.
h. Dapat memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang dimiliki peserta didik.
i. Dapat mengembangkan minat peserta didik untuk mengembangkan
konsep belajar secara terus-menerus.
2. Kelemahan Strategi PBL Bermuatan Karakter
a. Ketika peserta didik tidak memiliki minat yang tinggi, maka mereka
cenderung enggan untuk mencoba karena takut salah.
b. Tanpa pemahaman “mengapa mereka berusaha” untuk memecahkan
maslaah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang
mereka ingin pelajari.
c. Proses pelaksanaan PBL membutuhkan waktu yang lebih lama
atau panjang.

2.2 Identitas Buku II


Judul : Strategi Pembelajaran
Pengarang : Ngalimun, S.Pd., M.Pd., M.I.Kom.
Tahun Terbit 2017
Penerbit : DUA SATRIA OFFET
Kota Terbit : Yogyakarta
ISBN : 978-602-60678-3-8

2.2.1 Ringkasan Buku II


A. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi
belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan
untuk memecahkan masalah (Ward,2002; Stepien,dkk,1993). Boud dan
Felleti, (19997), Fogarty (1997) menyatakan PBL merupakan suatu
pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepeda pelajar
(siswa/mahasiswa) dengan masing-masing praktis, berbentuk ill-structurad,
atau open ended melalui stimulus dalam belajar. Ada beberapa kerakteristik
PBL yaitu:
a. Belajar dimulai denan suatu masalah
b. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan
dunia nyata siswa/mahasiswa.
c. Mengorganisasikan pembelajaran diseputar masalah, bukan diseputar
disiplin ilmu
d. Memberi tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam
membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka
sendiri
e. Menggunakan kelompok kecil
f. Menuntut pembalajaran untuk mendemonstrasikan apa yang telah
mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja
Dari krakteristik tersebut tanpak jelas bahwa pembelajaran dengan model
PBL dimulai dengan adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau
guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuan tentang apa yang mereka
telah ketahui dan memecahkan masalah trersebut.
B. Cara belajar menggunakan PBL
PBL merupakan model pembelajaran berorientasi pada kerangka kerja
teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, focus pembelajaran ada pada
masalah yang dipilih sehingga pelajar tidak saja mempelajari konsep-konsep
yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk
memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu pelajar tidak saja harus
memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat
penelitian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan
dengan keterampilan menetrapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah
dan nenumbuhkan pola berpikit krisis.
Andres (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar(outcomes) yang
diperoleh pellajaran yang diajar oleh PBL yaitu:
- Inkuiry dan keterampilan melakukan pemeahan masalah
- Belajar bersdasarkan poerintah oran dewasa (adult role hehavoirs)
- Keterampilan belajar mandiri
Inkuiri dan keterampilan proses dalam pencerahan masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya. Siswa yang melakukan inkuiri dalam pembelajaran
akan menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi dimana mereka akan
melakukan oprasi mental seperti induksi, deduksi, kalisifikasi dan
reasoning.pembelajaran PBL dapat diterapkan bila dukungan lingkungan
belajar yang kontruktivitas. Lingkungan belajar kontruktivitas mencakup
beberapa factor yaitu (Jonassen dalam Reigluth (Ed), 1999) kasus-kasus
berhubungan, fleksibelitas kognisi, sumber-sumber informasi, cognitive tools,
pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi, dan dukungan sosial dan
kontekstual.
C. Mengimplementasikan PBL dalam Pembelajaran
Secara umun penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang
harus dipecahkan oleh siswa/mahasiswa. Pemecahan masalah dalam PBL
harus sesuai dengan langkah-langlah metode ilmiah. Dengan demikian
siswa/mahasiswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan
terencana. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL
paling sedikit ada delapan tahapan (pannen,2001), yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah
2. Mengumpulkan data
3. Menganalisis data
4. Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya
5. Memilih cara untuk memecahkan masalah
6. Merancan penerapan pemecahan masalah
7. Melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan
8. Melakukan tindakan (action) untuk memecahkana masalah
Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori
tingkat berpikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bila
pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Dalam proses pemecahan masalah sehari-hari, seluruh tahapan terjadi
dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula keterampilan seseorang harus
mencapai seluruh tahapan tersebut.
Suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam PBL adalah
pertanyaan berisi Why bukan sekedar How. Oleh karena itu, setiap tahap
tersebut hendaknya tida semata-mata keterampilan How, tetapi kemampuan
menjelaskan permasalahan dan bagaimana permasalahan dapat terjadi.
Tahapan dalam proses pemecahan masalah digunakan sebagai kerangka atau
panduan dalam proses belajar melalui PBL. Namun yang harus dicapai pada
akhir pembelajaran adalah kemampuan untuk memahami permasalahan dan
alas an timbul permasalahan tersebut serta kedudukan permasalahan tersebut
dalam tatananan system yang sanat luas.
Arendes (2004) mengemukakan ada 5 fase mengimplementasikan PBL.
Fase-fase tersebut merujuk pada tahap-tahap praktisi yang dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran dengan PBL. Sebagaimana disajikan pada table berikut
ini:

Tabel Sintaks Problem Based Learning


Fase-Fase Perilaku Guru
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
Fase-1
mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik
Mengorientasi mahasiswa
penting dan memotivasi mahasiswa untuk
pada masalah
terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.
Fase-2 Membantu mahasiswa mendefenisikan dan
Mengorganisasi mahasiswa mengorganisasikan tugas belajar yang terkait
untuk belajar dengan masalah.
Mendorong mahasiswa untuk mendapatkan
Fase-3
informasi yang tepat, melaksanakan
Membantu investigasi
eksperimen, dan mencari penjelasandan
mandiri dan kelompok
solusi.
Membantu mahasiswa dalam merencanakan
Fase-4 dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat
Mengembangkan dan seperti laporan, rekaman video,dan model-
menyajikan hassil karya model serta membantu mereka untuk
menyampaikannya kepada orang lain.
Fase-Fase Perilaku Guru
Fase-5 Membantu mahasiswa melakukan refleksi
Menganalisis dan terhadap investigasinya dan proses-proses
mengevaluasi proses yang mereka gunakan untuk prmrcahan
pemecahan masalah Masalah

Pada fase pertama : Mengorientasi mahasiswa pada masalah


Sutrisno (2004) menekankan empat hal penting pada proses fase pertama
antara lain:
1. Tujuan utama pembelajaran bukan untuk mempelajari sejumlah besar
informasi baru tetapi untuk menginvestigasi berbagai permasalahan penting
dan menjadi mandiri.
2. Permasalahan atau pertanyaan yang diinvestigasi tidak memiliki jawaban
mutlak “benar” dan sebagian besar permasalahan kompleks memiliki banyak
solusi yang kadang-kadang saling bertentangan.
3. Selama fase investigasi pelajaran, peserta didik didorong untuk melontarkan
pertanyaan dan mencari informasi. Guru memberikan bantuan tetapi peserta
didik mestinya berusaha bekerja secara mandiri atau dengan teman-temannya.
4. Selama fase analisis dan penjelasan pelajaran, peserta didik didorong untuk
mengekspresikan ide-idenya secara bebas dan terbuka dan penuh kebebasan.
Pada fase kedua: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar
Guru diharuskan untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi di antara
peserta didik dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara
bersama-sama. Pada tahap ini pula guru diharuskan membantu peserta didik
merencanakan tugas investigatif dan pelapornya.
Pada fase ketiga: Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru membantu peserta didik menentukan metode investigasi. Penentuan
tersebut didasarkan pada sifat masalah yang hendak dicari jawabnya atau dicari
solusinya.
Pada fase keempat: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Penyelidikan diikuti dengan pembuatan artefak dan exhibits. Artefak dapat
berupa laporan tertulis, termasuk rekaman proses yang memperlihatkan situasi

yang bermasalah dan solusi dan diusulkan. Artefak dapat berupa model-model
yang mencakup representasi fisik dari situasi masalah atau solusinya. Exhibit
adalah pendemonstrasian atas produk hasil investigasi atau artefak tersebut.
Pada fase kelima: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
Fase ini merupakan fase akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu mahasiswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini
guru meminta mahasiswa untuk merekontruksi pemikiran dan aktivitas yan telah
dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kelemahan

Buku I:
 Pada buku pertama, tidak menyajikaan sintaks untuk model pembelajaran
problem based learning. Padahal sintaks itu sangat penting dalam suatu
model pembelajaran.

 Defenisi-defenisi menurut para ahli mengenai PBL sangat kurang. Hanya


terdapat 2 para ahli saja, sehingga pada buku ini sangat kurang teori
menurut para ahli.
 Di setiap akhir BAB pada buku ini, tidak memiliki rangkuman materi.
Buku II :
 Pada buku kedua, tidak menyajikaan kekurangan dan kelebihan model
pembelajaran problem based learning.
 Pada buku kedua juga tidak menyajikan ciri-ciri model pembelajaran
problem based learning.
 Sedikit dipaparkan teori menurut para ahli.
 Di setiap akhir BAB pada buku kedua ini juga tidak memiliki rangkuman
materi.

3.2Kelebihan
Buku I :
 Materi yang disajikan sangat singkat dan mudah dipahami oleh pembaca.
 Cover yang digunakan pada buku ini menarik, sehingga menarik pembaca
untuk membacanya.
Buku II :
 Materi yang digunakan sangat singkat dan mudah dipahami oleh pembaca.
 Cover yang digunakan pada buku ini juga menarik.
 Pada buku ini dipaparkan fase-fase sintaksnya dan contoh implementasi
Problem Based Learning.
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan
Terdapat perbedaan yang jauh antara kedua buku tersebut. Buku Strategi
Pembelajaran menyajikan sintaks dalam model pembelajaran problem based
learning, sedangkan pada buku Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter tidak
menyajikan sintaksnya. Kemudian kedua buku tersebut juga sama-sama sedikit
memberikan teori menurut para ahli. Setelah mengkaji dan menelaah penjelasan
materi dari kedua buku tersebut, buku Strategi Pembelajaran lebih mudah
dipahami dibandingkan dengan buku Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Biasa dikarenakan penjelasan materi pada buku Strategi Pembelajaran lebih
mudah dipahami dan memiliki sintaks pada model PBL serta tertera
pengimplementasian pada proses pembelajaran, sehingga memudahkan bagi
pembaca yang baru mempelajarinya.

4.2 Saran

Perlunya dilakukan pembaharuan terutarama pada tampilan dan kualitas


kertas cover agar pembaca semakin berminat untuk membaca buku serta
pembaharuan pada isi buku agar terdapat lebih banyak teori yang didukung para
ahli. Untuk lebih memahami model pembelajaran problem based learning, kita
tidak bisa hanya menggunakan satu referensi. Semakin banyak referensi yang kita
gunakan maka akan semakin banyak pula wawasan yang kita ketahui tentang
model pembelajaran tersebut. Untuk menjadi buku yang berkualitas tinggi harus
melakukan revisi kembali, agar para pembaca puas akan isi materi yang ada di
dalamnya, baik penulisan, contoh soal, dan soal latihan.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, penulis memiliki
harapan agar pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun. Karena
penulis sadar dalam penulisan makalah ini terdapat begitu banyak kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ngalimun (2017). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta : DUA SATRIA OFFET.
ISBN 978-602-60678-3-8.

Suyadi. (2015). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung : PT


Remaja RosdaKarya. ISBN 978-979-692-137-9

Anda mungkin juga menyukai