Anda di halaman 1dari 57

Tugas Pribadi

Hari/Tanggal : Kamis / 15 Oktober 2020

MAKALAH
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA
VALIDITAS, RELIABILITAS, PRAKTIKALITAS DAN EFEKTIFITAS
BAHAN AJAR CETAK MELIPUTI BROSUR, LEAFLET, FLAYER
DAN WALLCHART(NON ICT)

OLEH:

SILVIA AGUSTIN (20175015)

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Festiyed, MS
Dr. Asrizal, MSi

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar yang
menjelaskan tentang validitas, realibilitas, praktikalitas, dan efektifitas bahan ajar
cetak meliputi brosur, leaflet, flyer, poster, wallchart (Non ICT). Sholawat
beriring salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW karena beliau
telah membawa kita dari alam yang penuh dengan kejahilan menuju alam yang
penuh dengan keimanan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar dan untuk menambah pengetahuan penulis tentang
validitas, realibilitas, praktikalitas, dan efektifitas bahan ajar cetak brosur, leaflet,
flyer, poster, wallchart (Non ICT). Dengan adanya makalah ini penulis berharap
dapat membantu teman-teman dalam mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar
Fisika.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar Fisika, Ibu Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S dan Bapak
Dr.Asrizal, M.Si.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun dalam penyempurnaan Makalah ini. Hanya kepada
Allah SWT. Kita berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi para pembaca. karena hanya Allah pengijabah segala doa dan
harapan hamba-Nya.
Teluk Kuantan, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Batasan Masalah.....................................................................................2
C. Rumusan Masalah..................................................................................2
D. Tujuan Penulisan....................................................................................2
E. Manfaat Penulisan..................................................................................3
BAB II.KAJIAN TEORI.....................................................................................4
A. Landasan Agama....................................................................................4
B. Landasan Yuridis...................................................................................6
C. Validitas, Reabillitas, Praktikalitas, dan Efektivitas .............................7
BAB III. PEMBAHASAN...................................................................................29
A. Matriks Perbedaan Validitas, Reabilitas, Praktikalitas & Efektivitas..29
1. Validitas Brosur.............................................................................32
2. Praktikalitas Brosur........................................................................36
3. Efektivitas Brosur...........................................................................42
B. Implentasi pada Pembelajaran Fisika..................................................44
C. Pemilihan Model Pengembangan dan Langkah-Langkahnya.............46
BAB IV. PENUTUP.............................................................................................50
A. Kesimpulan..........................................................................................50
B. Saran....................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keterkaitan antara Ketiga Aspek Kualitas dan Representasi Produk........10
Tabel 2.2 Indikator dan komponen pada bahan ajar..................................................13
Tabel 2.3 Kriteria Pemberian Skor Jawaban Validitas..............................................16
Tabel 2.4 Kriteria Validitas Produk...........................................................................17
Tabel 2.5 Kriteria Pemberian Skor Jawaban Praktikalitas.........................................24
Tabel 2.6 Kriteria Pemberian Nilai Praktikalitas.......................................................25
Tabel 2.7 Penskoran Menggunakan Skala Likert......................................................31
Tabel 2.8 Kategori Efektifitas Perangkat Pembelajaran. .........................................32
Tabel 3.1 Matriks Perbedaan Validitas, Reabilitas, Praktikalitas dan Efektivitas.....33
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Validitas Bahan Ajar Cetak (brosur)..........................................36

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Desain Eksperimen Before After...............................................................30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan bahan ajar merupakan aspek yang penting sebagai penunjang keberhasilan
dalam pembelajaran. sejalan dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses menyatakan bahwa perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran lengkap dengan media dan sumber belajar, serta perangkat
penilaian pembelajaran. Menurut Depdiknas (2008) sumber belajar salah satunya dapat
berupa bahan ajar. Bahan ajar adalah bahan atau materi yang disusun oleh guru secara
sistematis yang digunakan siswa dalam pembelajaran.
Bahan ajar seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang
digunakan dalam rangka mencapai standar kompentensi yang telah ditentukan. Melalui bahan
ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu
dan mudah dalam belajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan
tidak tertulis. Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut, mengikuti proses
pengembangan sistem, sehingga memudahkan siswa belajar.
Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar
kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat
berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses
pengembangan bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan
pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan
faktor-faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar.
Pengembangan bahan ajar yang sistematis dimulai dari proses perancangan dan
pengembangannya dapat berupa aktivitas mengembangkan sendiri, atau menggunakan bahan
ajar yang sudah ada, sampai pada uji coba bahan ajar. Pengetahuan terhadap faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kualitas hasil perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan
ajar dan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik. Hal yang perlu diperhatikan
adalah validitas, reliabilitas, praktikalitas, dan efektifitas bahan ajar tersebut. Untuk itu dalam
makalah ini akan dibahas menentukan validitas, praktikalitas, reliabilitas, dan efektifitas
bahan ajar cetak meliputi brosur, leaflet, flyer, poster dan Wallchart (Non ICT) sehingga

1
dapat menjadi pedoman oleh guru dalam pemilihan bahan ajar yang akan digunakan dan
mengembangkan bahan ajar.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka batasan masalah yang dibahas dalam
makalah ini tentang validitas, reliabilitas, praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar cetak
meliputi brosur, leaflet, flyer, poster dan wallchat (Non ICT)

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana validitas dari bahan ajar cetak meliputi brosur, leaflet, flyer, poster, wallchart
(Non ICT)?
2. Bagaimana realibilitas dari bahan ajar cetak meliputi brosur, leaflet, flyer, poster,
wallchart (Non ICT)?
3. Bagaimana praktikalitas dari bahan ajar cetak meliputi brosur, leaflet, flyer, poster,
wallchart (Non ICT)?
4. Bagaimana efektifitas dari bahan ajar cetak meliputi brosur, leaflet, flyer, poster, wallchart
(Non ICT)?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui validitas bahan ajar cetak meliputi brosur, leaflet, flyer, poster, wallchart (Non
ICT)
2. Mengetahui realibilitas bahan ajar cetak meliputi brosur, leaflet, flyer, poster, wallchart
(Non ICT)
3. Mengetahui praktikalitas bahan ajar cetak meliputi brosur, leaflet, flyer, poster, wallchart
(Non ICT)
4. Mengetahui efektifitas bahan ajar cetak meliputi brosur, leaflet, flyer, poster, wallchart
(Non ICT)
D. Manfaat Penulisan

2
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penulis, sebagai wadah untuk mengembangkan kompetensi mengenai validitas,
realibilitas, praktikalitas dan efektifitas dari bahan ajar cetak bahan ajar cetak.
2. Tenaga pendidik, sebagai tambahan wawasan mengenai validitas, realibilitas, praktikalitas
dan efektifitas dari bahan ajar cetak .
3. Pembaca, sebagai wadah untuk menambah wawasan mengenai validitas, realibilitas,
praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar cetak.
4.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Agama

Pada dasarnya konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan
perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Hal-hal ini
dapat terlaksana dengan baik atas ketersediaan bahan ajar yang baik sehingga materi-materi
yang diajarkan dapat tersampaikan dengan benar. Hal ini sejalan dengan Firman Allah dalam
Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 46 :

Artinya : Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera
Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi),
dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa (Q.S.Al-Maidah:46)

Berdasarkan Q.S Al-maidah ayat 46 diketahui bahwa al-qur’an diturunkan untuk


menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Al-qur’an berisi petunjuk dan pedoman bagi umat
manusia. Begitu juga dalam mengembangkan bahan ajar, agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Maka, bahan ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran, perlu dievaluasi
terlebih dahulu. Pengembangan bahan ajar tersebut harus dihitung reliabilitasnya atau tingkat
kepercayaannya. Reliabilitas ini penting karena bahan ajar merupakan pedoman bagi siswa
dalam mendapatkan ilmu, sehingga bahan ajar yang dibuat oleh guru harus sesuai dengan
kebenaran. Konsep reliabilitas terdapat dalam surat Ali-Imran ayat 139 :

Artinya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.
4
Sejalan dengan ayat diatas, reliabilitas juga terdapat dalam surat Fussilat ayat 30 :

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “ Tuhan kami ialah Allah"


kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Sejalan dengan itu konsep praktikalitas juga terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 103-104:

Artinya: Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang


yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-
baiknya”.

Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah swt menurunkan Al-Qur’an
untuk dipelajari oleh umat manusia. Sebagai umat manusia, kita diberikan anugrah dan
beberapa cobaan oleh Allah untuk dinilai kelayakan kita sebagai hambanya yang beriman.
Sama halnya dengan bahan ajar, sebelum diberikan kepada siswa, seorang guru harus
mengetahui apakah bahan ajar tersebut layak untuk digunakan oleh siswa. Oleh karena itu,
harus dilakukan penilaian terhadap bahan ajar tersebut. Penilaian bahan ajar meliputi aspek
validitas, praktikalitas dan efektivitas.
B. Landasan Yuridis
Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2017 tentang guru pasal 1 ayat 1 Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
5
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru harus memiliki
wawasan keguruan, memahami siswa, merancang suatu pembelajaran melalui RPP dan bantu
menggunakan bahan ajar yang mendukung pelajaran yang akan diajarkan (bahan ajar cetak).
Untuk mengembangkan potensi siswa sesuai dengan yang diharapkan maka guru perlu
mengembangkan sumber belajar yang mampu menarik minat dan keinginan siswa. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Guruan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan
bahwa guruan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kemendiknas 2010 menyatakan bahwa bahan ajar cetak dikembangkan memberikan
kontribusi positif dalam hal : (1) membantu terjadinya proses pembelajaran dan
pengembangan kompetensi (2) memberikan pengalaman yang nyata dan real (3) memotivasi
adanya tindakan (action).
Pengembangan adalah proses, cara, pembuatan, mengembangkan (Depdiknas 2008).
Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada Peraturan Menteri No. 65 Tahun 2013
mengenai standar proses guruan dasar dan menengah. Bentuk dari pengembangan perangkat
pembelajaran dapat berupa pengembangan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
bahan ajar (multimedia), lembar kerja siswa, lembar diskusi siswa, dan instrumen penilaian.
Bahan ajar merupakan sumber belajar esensial dan penting yang diperlukan pembelaja-ran
dari mata pelajaran di sekolah untuk mendorong efisien guru dan meningkatkan kinerja
siswa. Dengan bahan ajar membuat pembelajaran lebih menarik, praktis, dan realistik.
Disamping itu penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran memungkingkan baik guru dan
siswa dapat berpatisipasi secara aktif dan membuat pembelajaran lebih efektif (Asrizal 2017)
Penelitian pengembangan merupakan suatu pengkajian sistematis terhadap
pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang
harus memenuhi kriteria validitas, praktikalitas dan efektivitas. Jadi tujuan penelitian adalah
untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid, praktis, efektif dan sesuai kondisi
kebutuhan dilapangan. Untuk mengembangkan bahan ajar yang valid, praktis, dan efektif
perlu dilakukan uji validitas, praktikalitas, efektivitas, dan reabilitas dari instrumen bahan ajar
tersebut.

6
C. Validitas, Reabilitas, Praktikalitas, dan Efektivitas Bahan Ajar Cetak Meliputi
Brosur, Leaflet, Flayer, dan Wallchart (Non ICT)
Proses pembelajaran membutuhkan sumber belajar sebagai pendukung agar tercapainya
tujuan pembelajaran. Salah satu sumber belajar yang dibutuhkan adalah bahan ajar. Bahan
ajar digunakan oleh guru menginstruksionalkan materi untuk dapat memudahkan siswa
mempelajari materi serta untuk membangun kompetensi (Asrizal, 2018). Oleh karena itu
diperlukan pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran salah
satunya bahan ajar cetak yang meliputi meliputi brosur, leaflet, flyer, poster, wallchart (Non
ICT)
1. Kriteria Kualitas Produk
Hasil pengembangan pembelajaran yang baik ditentukan dari kualitas produk hasil
pengembangan. Nieveen (2010: 93-94) menjelaskan, kualitas hasil pengembangan
pembelajaran pada penelitian pengembangan ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu validity
(kesahihan), practicalitiy (kepraktisan) dan effectiveness (keefektifan). Keterkaitan ke tiga
aspek kualitas tersebut dan representasi produk diilustrasikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Ilustrasi Keterkaitan antara Ketiga Aspek Kualitas dan Representasi Produk

(Dimodifikasi dan dituliskan kembali dari Plomp, 2010)

2. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang artinya keabsahan atau cara yang semestinya
berlaku. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu tes. Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang diukur.
Arikunto (2010: 67) menyatakan bahwa: “Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
7
diberikan”. Aspek pertama penentuan kualitas produk pembelajaran adalah kevaliditasan
(kesahihan). Van den Akker (1999: 10) menyatakan validitas mengacu pada tingkat desain
intervensi yang didasarkan pada pengetahuan state-of-the art dan berbagai macam komponen
dari intervensi yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, disebut juga validitas
konstruk. Menurut Nieveen (1999) aspek validitas juga dapat dilihat dari jawaban-jawaban
pertanyaan berikut: (1) apakah produk pembelajaran yang dikembangkan berdasar pada
state- of-the art pengetahuan; dan (2) apakah berbagai komponen dari perangkat
pembelajaran terkait secara konsisten antara yang satu dengan lainnya.
Produk pembelajaran disimpulkan valid jika dikembangkan dengan teori yang
memadai, disebut dengan validitas isi. Semua komponen produk pembelajaran, antara satu
dengan yang lain- nya berhubungan secara konsisten, disebut dengan validitas konstruk. Indi-
kator-indikator yang digunakan untuk menyimpulkan produk pembelajaran yang
dikembangkan valid adalah validitas isi dan validitas konstruk.
Validitas isi menunjukkan produk yang dikembangkan didasari oleh kurikulum yang
relevan, atau produk pembelajaran yang dikembangkan berdasar pada rasional teoretik yang
kuat. Teori yang melandasi pengembangan produk pembelajaran diuraikan dan dibahas secara
mendalam. Validitas konstruk menunjukkan konsistensi internal antar komponen- komponen
produk. Misalnya penelitian tersebut, komponen pengembangan model adalah: (1) sintak;
(2) sistem sosial; (3) prinsip reaksi; (4) sistem pendukung; dan (5) dampak langsung dan
dampak tidak langsung. Berdasarkan kelima komponen tersebut, validitas konstruk model
dilakukan serangkaian kegiatan untuk memeriksa dan menilai, (1) apakah komponen model
yang satu tidak bertentangan dengan komponen lainnya; (2) sintak model mengarah pada ter-
capainya tujuan pengembangan model; (3) prinsip sosial, prinsip reaksi, dan sistem yang
dikembangkan mendukung terhadap pelaksanaan sintak pembelajaran.
Sementara itu, Sumarna (2005) menyatakan, ―validitas bahan ajar ditentukan untuk
mengetahui kualitas bahan ajar dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya
diukur‖. Hasil dari uji validitas menunjukkan bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa
bahan ajar valid untuk digunakan. Suatu produk dikatakan valid jika produk tersebut sesuai
dengan kurikulum dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Jadi, diperlukan uji kevalidan dari
bahan ajar yang dikembangkan, menguji suatu produk yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

8
1). Jenis-jenis Validitas
Validitas ada dua jenis, yaitu validitas internal/rasional dan validitas empiris/eksternal.
a. Validitas internal/rasional
Validitas internal/rasional berhubungan dengan kriteria yang ada dalam produk.
Sugiyono (2012:174) menyatakan bahwa, ―instrumen yang mempunyai validitas internal
atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah
mencerminkan apa yang hendak diukur. Jadi kriterianya ada didalam instrumen itu‖. Validitas
internal/rasional dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1) Construct Validity (Validitas Konstruksi)
Validitas konstruksi mengacu kepada cara mengkonstruksi, dalam penelitian ini adalah
cara mengembangkan suatu produk. Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas
konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam
mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya (Siregar.2014:77). Validitas konstruksi
suatu produk mengacu kepada teori yang relevan yang dijadikan dasar untuk menyusun suatu
produk. Uji validitas konstruksi dilakukan dengan berkonsultasi kepada ahli (Sugiyono,
2012:174).
Validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validitas
validitas lainnya karena melibatkan banyak prosedur termasuk validitas isi dan kriteria.
Seperti halnya validitas isi, validitas kontruksi dapat diketahui dengan cara memrinci dan
memasangkan setiap butir tes dengan setiap aspek pada indikator (Arikunto. 2012: 82).
2) Content Validity (Validitas Isi)
Validitas isi mengacu kepada isi produk. Validitas isi berhubungan dengan penyusunan
produk yang sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Uji validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan rancangan yang disusun dengan rancangan yang telah ada dan
berkonsultasi kepada ahli (Sugiyono, 2012:174). Validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Dalam
forum diskusi para pakar yang dipandang memiliki keahlian yang ada hubungannya dengan
mata pelajaran yang diujikan, diminta pendapat dan rekomendasinya terhadap isi atau materi
yang terkandung dalam tes hasil belajar yang bersangkutan.

b. Validitas Eksternal/Empiris

9
Validitas empiris berhubungan dengan fakta-fakta yang telah terbukti. Uji validitas
empiris dilakukan dengan membandingkan dengan standar yang telah ada dan kemudian
dilanjutkan dengan analisis. Sugiyono (2012:414) mengemukakan bahwa, validasi produk
dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah
berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar atau tenaga
ahli diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan
dan kekuatannya". Pakar atau tenaga ahli yang dimaksud adalah orang yang mengerti tujuan
dan substansi media sebagai salah satu bahan ajar atau orang yang profesional dalam
bidangnya, seperti dosen dan guru.
Indikator yang dinilai oleh pakar atau tenaga ahli mencakup komponen kelayakan isi,
komponen kebahasaan, komponen penyajian, dan komponen kegrafikan. Kriteria validasi
yang dinilai dari oleh tenaga ahli untuk bahan ajar cetak yaitu dari : kelayakan isi,
kebahasaan, sajian, dan kegrafikan mencakup beberapa indikator terlihat pada Tabel

Tabel 2.2. Indikator dan komponen pada bahan ajar

Indikator Komponen
1. Kesesuaian dengan SK, KD
2. kesesuaian dengan perkembangan anak
3. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
Kelayakan Isi
4. Kebenaran substansi materi pembelajaran
5. Manfaat untuk penambahan wawasan
6. Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai social
1. Keterbacaan
2. Kejelasan informasi
Kebahasaan 3. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik
dan benar
4. Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan
singkat)
1. Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
2. Urutan sajian
Penyajian 3. Pemberian motivasi dan daya tarik
4. Interaksi (pemberian stimulus dan respon)
5. Kelengkapan informasi
1. Penggunaan font (jenis dan ukuran)
2. Lay out atau tata letak
Kegrafisan
3. Ilustrasi, gambar, foto
4. Desain tampilan
(Depdiknas, 2008:26)

10
Komponen yang digunakan peneliti adalah komponen kelayakan isi, kebahasaan,
penyajian, dan kegrafisan. Masing-masing komponen tersebut dijabarkan menjadi beberapa
indikator.
2). Cara Menentukan Validitas Bahan Ajar
a. Validasi Oleh Validator
Validasi bahan ajar dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau
tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai bahan ajar yang dirancang tersebut.
Setiap pakar diminta untuk menilai bahan ajar tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui
kelemahan dan kekuatannya.Uji ahli atau Validasi dilakukan dengan responden para ahli
perancangan model atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal,
memberikan masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgement
atau Teknik Delphi.
Expert Judgement atau Pertimbangan Ahli dilakukan melalui: (1) Diskusi Kelompok
(group discussion), dan (2) Teknik Delphi.
1) Group discussion
Group discussion adalah sutau proses diskusi yang melibatkan para pakar (ahli) untuk
mengidentifikasi masalah analisis penyebab masalah, menentukan cara-cara penyelesaian
masalah, dan mengusulkan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan
mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Dalam diskusi kelompok terjadi curah
pendapat (brain storming) diantara para ahli dalam perancangan model atau produk. Mereka
mengutarakan pendapatnya sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.

2) Teknik Delphi
Teknik Delphi adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus diantara para pakar
melalui pendekatan intuitif. Langkah-Langkah penerapan Teknik Delphi dalam Uji-Ahli
dalam penelitian pengembangan adalah sebagai berikut:
a) Problem identification and specification. Peneliti mengidentifikasi isu dan masalah yang
berkembang di lingkungannya (bidangnya), permasalahan yang melatar belakangi, atau
permasalahan yang dihadapi yang harus segera perlu penyelesaian.
b) Personal identification and selection. Berdasarkan bidang permasalahan dan isu yang telah
teridentifikasi, peneliti menentukan dan memilih orang-orang yang ahli, manaruh
11
perhatian, dan tertarik bidang tersebut, yang memungkinkan ketercapaian tujuan. Jumlah
responden paling tidak sesuai dengan sub permasalahan, tingkat kepakaran (experetise),
dan atau kewenangannya.
c) Questionaire Design. Peneliti menyusun butirbutir instrumen berdasarkan variabel yang
diamati atau permasalahan yang akan diselesaikan. Butir instrumen hendaknya memenuhi
validitas isinya (content validity). Pertanyaan dalam bentuk open-ended question, kecuali
jika permasalahan memang sudah spesifik.
d) Sending questioner and analisis responded for first round. Peneliti mengirimkan kuesioner
pada putaran pertama kepada responden, selanjutnya meriview instrumen dan
menganalisis jawaban instrumen yang telah dikembalikan. Analisis dilakukan dengan
mengelompokkan jawaban yang serupa. Berdasarkan hasil analisis, peneliti merevisi
instrument.
e) Development of subsequent Questionaires. Kuesioner hasil review pada putaran pertama
dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan pada putaran kedua, dan ketiga. Setiap hasil
revisi, kuesioner dikirimkan kembali kepada responden. Jika mengalami kesulitan dan
keraguan dalam merangkum, peneliti dapat meminta klarifikasi kepada responden. Dalam
teknik delphi biasanya digunakan hingga 3-5 putaran, tergantung dari keluasan dan
kekomplekan permasalahan sampai dengan tercapainya konsensus.
f) Organization of Group Meetings. Peneliti mengundang responden untuk melakukan
diskusi panel, untuk klarifikasi atas jawaban yang telah diberikan. Disinilah argumentasi
dan debat bisa terjadi untuk mencapai consensus dalam memberikan jawaban tentang
rancangan face-to-face contact, peneliti dapat menanyakan secara rinci mengenai respon
yang telah diberikan. Keputusan akhir tentang hasil jajak pendapat dikatakan baik apabila
dicapai minimal 70% konsensus.
g) Prepare final report. Peneliti perlu membuat laporan tentang persiapan, proses, dan hasil
yang dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil Teknik Delphi perlu diujicoba di lapangan
dengan responden yang akan memakai model atau produk dalam jumlah yang jauh lebih
besar.

3). Analisis Data Validitas


Dalam mengembangkan suatu bahan ajar, uji validitas dilakukan dalam tahap
pengembangan. Langkah-langkah uji validitas :
12
a. Meminta kesediaan dosen dan guru yang telah banyak memiliki pengalamanmengajar
untuk menjadi validator dari bahan ajar cetak yang telah dikembangkan.
b. Memberikan skor jawaban dengan kriteria berdasarkan skala Likert. Menurut Sugiyono
(2012 : 34), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang tentang fenomena sosial.
Tabel 2.3. Kriteria pemberian skor jawaban validitas
Skor Kriteria
4 Sangat setuju
3 Setuju
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
(Sumber : Sugiyono, 2012 : 34)
c. Meminta validator untuk memberikan saran atas penilaian yang diberikan terhadap
pengembangan bahan ajar cetak berdasarkan item-item yang terdapat pada uji validitas.
Jika masih banyak terdapat kesalahan dalam pengembangan bahan ajar cetak, maka perlu
dilakukannya revisi agar benar-benar valid atas bahan ajar yangdikembangkan.
d. Menentukan jumlah skor dari masing-masing validator dengan menjumlahkan semua skor
yang diperoleh dari masing-masing indikator.
Penentuan nilai validitas dengan cara:
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai validitas = ×100 %
Jumlah skor maksimum
Memberikan penilaian validitas dengan kriteria seperti yang dikemukakan oleh Riduwan

Tabel 2.4. Kriteria Validitas Produk


No Persentase (%) Kriteria
1 0-20 Rendah Sekali
2 21-40 Rendah
3 41-60 Cukup Tinggi
4 61-80 Tinggi
5 81-100 Sangat Tinggi
(Sumber : Riduwan, 2015 : 89)
Uji coba validitas dapat dilakukan uji coba terbatas dengan jumlah 3-5 orang validator
dan 20-30 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda atau heterogen
(cara pengambilan subjek menggunakan teknik random sampling).

13
3. Reliabilitas
Relibilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely
yang artinya percaya dan ability yang artinya dapat dipercaya (Purwanto, 2011:153).
Keterpercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Menurut Arifin (2012:258)
bahwa reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Sejalan dengan
hal itu, Menurut Yusuf (2014: 242) bahwa reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan
skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan dalam waktu
yang berbeda. Reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat
dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Thatcher (2010), menyatakan bahwa
reliabilitas adalah sejauh mana percobaan, tes, atau banyak prosedur pengukuran
menghasilkan hasil yang sama pada uji coba yang diulang.
Reliabilitas suatu instrumen menunjukan keajegan (konsistensi) hasilpengukurannya
seandainya instrumen tersebut digunakan oleh orang yang samadalam waktu yang berlainan
atau digunakan oleh orang yang berlainan dalam waktuyang sama. Reliabilitas secara implisit
juga mengandung obyektivitas, karena hasil pengukurannya tidak terpengaruh oleh siapa
pengukurnya.
Dalam menentukan reliabilitas suatu tes dengan menggunakan teknik belah dua,
dilakukan dengan cara membelah tes tersebut menjadi dua bagian yang sama (relativesama),
sehingga masing–masing peserta tes memiliki dua macam skor. Kedua macam skor itu adalah
skor untuk bagian (belahan) pertama dan kelompok skor untuk belahan kedua dari tes tadi.
Dengan demikian ada dua kelompok skor untuk sekelompok peserta tes.Karena kedua
belahan harus sama, maka salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk teknik belah dua ini
adalah banyaknya butir soal dalam tes tersebut harus genap, supaya kedua bagian itu
banyaknya butir soal sama.
Pengolahan data dari angket yang telah diisi validator dilakukan secara statistik. Dalam
Basrowi (2012) dijelaskan bahwa terdapat tiga metode yang dapat digunakan menghitung
besarnya reliabilitas. Yaitu : metode bentuk paralel, metode tes ulang, dan metode belah dua
atau split – half method.
1. Metode bentuk paralel (equivalent)
Tes paralel atau equivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan
tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir soalnya berbeda. Metode ini dikenal juga dengan
double test double trial method. Dengan metode ini, peneliti harus menyiapkan dua buah tes
14
yang masing – masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Hasil dari kedua tes ini
dikorelasikan. Sehingga hasil tes yang memiliki koefisien tinggi adalah instrumen yang
reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen yang teruji.
2. Metode tes ulang (test-retest method)
Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya memiliki satu seri tes, tetapi dicobakan
dua kali.oleh karena itu tes ini disebut juga single-test-double trial method. Hasil dari kedua
tes ini kemudian dihitung korelasinya. Metode ini kurang efektif dilaksanakan. Apabila
pelaksanaannya dalam rentang waktu singkat, rata–rata siswa akan dapat mengingat soal
yang telah diujikan sebelumnya. Namun jika tenggang waktunya terlalu lama, maka kondisi
pengetahuan siswa juga akan berbeda. Hal ini pastinya akan mempengaruhi reliabilitas
instrumen.
3. Metode belah dua (split-half method)
Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya perlu satu kali melakukan tes. Berbeda
dengan dua metode sebelumnya, pada metode ini nilai korelasi antara dua belahan data belum
berarti nilai reliabilitas tes. Pembelahan data disini maksudnya adalah membagi item atau
butir soal, bukan peserta tes atau siswa. Untuk mengetahui nilai keseluruhan, digunakan
rumus Spearman–Brown, yaitu :
2r 1
1 /2
2
r 11 =
(1+r 1 )
1/ 2
2

Keterangan :
r1 = korelasi antara skor – skor setiap belahan tes
1/ 2
2
r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

Ada dua cara pembelahan butir soal, yaitu : pembelahan ganjil genap dan pembelahan
awal akhir (Basrowi, 2012).
(1) Pembelahan genap–ganjil, Pada metode ini, peneliti membagi item soal menjadi dua yaitu
kelompok soal bernomor genap dan ganjil. Misalkan kelompok ganjil dengan X dan
kelompok genap dengan Y. Pengolahan data dilanjutkan dengan menghitung korelasi
product moment dengan angka kasar untuk mengetahui nilai reliabilitas separo tes. Nilai
reliabilitas seluruh tes kemudian dihitung dengan rumus Spearman–Brown.

15
(2) Pembelahan awal – akhir, Sama halnya dengan metode pembelahan ganjil – genap,
pengolahan data dalam metode ini diawali dengan menghitung reliabilitas untuk separo
tes dengan korelasi product moment. Kemudian diteruskan dengan Rumus Spearman–
Brown untuk reliabilitas seluruh tes. Setelah menggunakan rumus korelasi product
moment, dua orang ahli mengajukan rumus lain. Flanagan menemukan rumus yang
perhitungannya menggunakan pembelahan ganjil–genap, sedangkan Rulon
menggunakan pembelahan awal–akhir.
Rumus Flanagan
s21 + s22
(
r 11 =2 1−
s 2t )
Keterangan :
r 11 = reliabilitas tes
s21= varians belahan pertama (1), dalam hal ini varian item ganjil
s22= varians belahan kedua (2), dalam hal ini varian item genap
s2t = varians skor total

Rumus Rulon
s 2d
r 11 =1− 2
st
Keterangan :
s2d = varians beda (varians difference)

Syarat kedua metode pembelahan di atas adalah banyaknya item harus genap sehingga
dapat dibelah dan kedua belahan data seimbang. Untuk mengatasi kesulitan ini, maka
reliabilitas dapat dicari dengan rumus Kuder dan Richardson. (Basrowi, 2012) Rumus yang
digunakan adalah K-R 20 dan K-R 21.
Selain rumus yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, masih ada satu ahli yang
merumuskan cara untuk menghitung reliabilitas, yaitu Hoyt. Rumus Hoyt yaitu :
Vs V r−V s
r 11 =1− atau r 11 =
Vr Vr
Keterangan :
r11 = reliabilitas seluruh soal
Vr = varians responden
Vs = varians sisa
Rumus Hoyt ini memerlukan langkah kerja yang lebih panjang dan
16
rumit dari beberapa rumus sebelumnya, sehingga rumus ini jarang
digunakan dalam pengolahan data penelitian.

4. Praktikalitas
Aspek kepraktisan ditentukan dari hasil penilaian pengguna atau pemakai. Penilaian
kepraktisan oleh pengguna atau pemakai, dilihat jawaban-jawaban per- tanyaan: (1) apakah
praktisi berpendapat bahwa apa yang dikembangkan dapat digunakan dalam kondisi normal;
dan (2) apakah kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat
diterapkan oleh praktisi, misalnya dosen dan mahasiswa.
Terkait dengan aspek kepraktisan, hasil penelitian Nieveen (1999) memperlihatkan
cara mengukur tingkat kepraktisan. Hasil penelitian ini menjelas- kan bahwa tingkat
kepraktisan dilihat dari penjelasan apakah guru dan pakar- pakar lainnya memberikan
pertimbangan bahwa materi mudah dan dapat di- gunakan oleh guru dan siswa. Nieven
(1999) juga menjelaskan, produk hasil pengembangan, disimpulkan praktis jika (1) praktisi
menyatakan secara teoretis produk dapat diterapkan di lapangan dan tingkat
keterlaksanaannya produk termasuk kategori ”baik”. Istilah “baik” ini masih memerlukan
indikator-indikator lanjutan, terutama dalam pelak- sanaan produk pembelajaran yang telah
dikembangkan.
Penelitian Haviz (2012), memiliki indikator kepraktisan untuk menyatakan bahwa
keterlaksanaan model pembelajaran ini dikatakan ”baik”. Indikator tersebut adalah dengan
melihat kebaikan pelaksanaan kompo- nenkomponen model. Pengamatan dilakukan oleh
observer yang difokuskan pada aspek keterlaksanaan sintak pembelajaran yang diringi
dengan penerapan prinsip sosial dan prinsip reaksi oleh dosen saat proses pembelajaran ber-
langsung. Misalnya dengan melihat kegiatan-kegiatan yang telah dituliskan pada skenario
pembelajaran, pada kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Salah satu syarat instrument penelitian yang baik adalah praktis. Praktikalitas disini
dapat diartikan sejauh mana kepraktisan instrument yang digunakan peneliti dalam penelitian.
Sehingga, kepraktisan bahan ajar maksudnya adalah kepraktisan penggunaan bahan ajar
tersebut dalam pembelajaran. Bahan ajar yang telah dikembangkan dikatakan praktis jika
para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara teoritis bahwa bahan ajar tersebut dapat
diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya termasuk dalam kategori baik. Suatu

17
bahan ajar atau produk dikatakan praktis apabila orang dapat menggunakan (usable) produk
tersebut.
Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian dan keterlaksanaan bahan ajar oleh siswa dan
guru yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang telah direvisi
berdasarkan penilaian validator. Bahan ajar memiliki praktikalitas yang tinggi, apabila
bersifat praktis dan mudah mengadministrasikannya.
Praktikalitas suatu bahan ajar cetak ditentukan dengan memakai instrumen uji
kepraktisan. Instrumen uji kepraktisan yang digunakan ada dua, yaitu: intrumen uji
kepraktisan menurut pendidik dan instrumen uji kepraktisan menurut peserta didik. Instrumen
uji kepraktisan menurut pendidik digunakan untuk mengetahui pendapat dan penilaian
pendidik terhadap keterlaksanaan dan kemudahan penggunaan bahan ajar dalam
pembelajaran fisika. Instrumen uji kepraktisan menurut pendidik berupa angket disusun
sesuai dengan komponen yang ditetapkan berdasarkan penggunaan bahan ajar. Menurut
(Sukardi, 2011), komponen tersebut mencakup kemudahan penggunaan, efisiensi waktu
pembelajaran, dan manfaat bahan ajar. Hasil tanggapan pendidik dianalisis untuk mengetahui
tingkat kepraktisan bahan ajar. Instrumen uji kepraktisan menurut peserta didik juga disusun
berdasarkan indikator yang tepat untuk melihat keterpakaian bahan dalam pembelajaran.
Instrumen uji kepraktisan berisi aspek-aspek yang akan dinilai keterlaksanaannya dalam
pembelajaran. Aspek-aspek tersebut disusun berdasarkan penerapan bahan ajar.
Uji Praktikalitas dilakukan dengan langkah-langkah:
a. Uji praktikalitas oleh pendidik (1) Peneliti memberikan bahan ajar cetak yang telah
divalidasi dan direvisi kepada guru. (2) Peneliti memberi pengarahan tentang cara
pengisian angket kepada guru. (3) Peneliti memberikan petunjuk singkat bahan ajar cetak
yang telah dikembangkan. (4) Guru menggunakan bahan ajar berdasarkan petunjuk yang
sudah adadalam pembelajaran. (5) Peneliti meminta guru untuk mengisi angket
praktikalitas bahan aja rcetak yang dikembangkan.
b. Uji praktikalitas oleh peserta didik (1) Peneliti memberikan pengarahan cara pengisian
angket kepada peserta didik. (2) Peneliti membagikan bahan ajar cetak yang
dikembangkan kepada masing-masing peserta didik. (3) Peneliti memberikan petunjuk
singkat penggunaan bahan ajar cetak yang dikembangkan kepada peserta didik. (4) Peseta
didik menggunakan bahan ajar yang telah dikembangkan di dalamproses pembelajaran. (5)

18
Peneliti meminta peserta didik untuk mengisi angket praktikalitas bahan ajar cetak atau
non cetak.
Praktikalitas dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Praktikalitas yang diharapkan (Expected Practicality)
Suatu produk diharapkan dapat berguna sesuai dengan perencanaan ketika diuji
cobakan. Jadi, pembuat produk harus menyusun produknya agar dapat digunakan di
lapangan.
2) Praktikalitas Aktual (Actual Practicality)
Praktikalitas ini diketahui ketika produk telah diuji cobakan di lapangan. Praktikalitas
aktual merupakan pembuktian dari praktikalitas yang diharapkan (Plomp dan Nieveen,
2013:160).
Berkaitan kepraktisan dalam penelitian pengembangan Van den Akker (1999:10)
menyatakan :“Practically refers to the extent that user (or other expert) consider the
intervention as appealing and usable in „normal‟ conditions”. Artinya, kepraktisan mengacu
pada tingkat bahwa pengguna (atau pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat
digunakan dan disukai dalam kondisi normal.Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang
berkaitan dengan pengembangan instrument berupa materi pembelajaran, Nieveen (1999)
berpendapat bahwa untuk mengukur kepraktisannya dengan melihat apakah guru (dan pakar-
pakar lainnya) mempertimbangkan bahwa materi mudah dan dapat digunakan oleh guru dan
siswa. Khusus untuk pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian
pengembangan, model tersebutdikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan
bahwa secara teoritis bahwa model dapat diterapkan di lapangan dan tingkat
keterlaksanaannya model tersebut termasuk kategori baik. Istilah baik ini masih memerlukan
indikator-indikator yang diperlukan untuk menentunkan tingkat kebaikan dari keterlaksanaan
model yang di kembangkan.
2. Cara Menentukan Praktikalitas Bahan Ajar
Kepraktisan sebuah bahan ajar juga dapat dilihat dari:
a. Penyajian yang Sistematis
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. Keterkaitan antar
materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan secara sistematis.
Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak membosankan, namun setiap
bagian perlu diberi penjelasan yang memadai sehingga tidak membingungkan peserta.
19
Keruntutan penyajian isi bahan ajar mempermudah peserta dalam belajar, dan juga menuntun
peserta untuk terbiasa berpikir runtut.
b. Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman
Penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan ilustrasi sangat memiliki
peran yang sangat penting. Misalnya, dalam menjelaskan rumus hukum gravitasi Newton di
SMA. Untuk menjelaskan rumus tersebut diperlukan alat peraga yang dapat menggambarkan
rumus tersebut. Contoh dan ilustrasi dapat dikembangkan dalam beragam bentuk, tercetak-
narasi sebagai bagian dari penyajian isi bahan ajar dalam materi pokok yang berbentuk cetak,
poster, kartu-kartu (flipchart), atau dalam bentuk noncetak, seperti video, audio, simulasi
berbantuan atau juga dalam bentuk realita, model, atau bahan sesungguhnya untuk
didemonstrasikan kepada peserta.
c. Penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar
Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan bahan ajar dalam
mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan digunakan dalam
pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja,
paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini
perlu dijelaskan kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan
ajar dengan jelas. Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan antara topik
yang dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik dalam mata pelajaran lainnya. Dengan
demikian, peserta dapat melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik lain, dan tidak
terkesan bahwa masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.
d. Alat bantu yang memudahkan
Alat bantu yang digunakan dalam pengembangan bahan tergantung kepada jenis bahan
ajarnya. Bahan ajar cetak, dapat menggunakan alat bantu berupa rangkuman untuk setiap bab,
penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-tanda khusus, misalnya tanda tanya yang
menandakan pertanyaan.

3. Analisis Data Praktikalitas


Analisis data praktikalitas diperoleh dari lembar uji kepraktisan oleh pendidik dan
lembar uji kepraktisan oleh peseta didik. Penilaian produk berdasarkan lembar angket yang
telah diisi oleh praktisi dianalisis untuk mengetahui tingkat kepraktisan dari produk yang

20
dikembangkan. Penskoran untuk masing-masing indikator menggunakan skala likert. Analisis
kepraktisan menggunakan skala likert dengan langkah-langkah:
a. Memberikan skor untuk setiap item jawaban.
Menurut Sugiyono (2012 : 34), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial.
Tabel 2.5. Kriteria pemberian skor jawaban praktikalitas
Skor Kriteria
4 Sangat setuju
3 Setuju
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
(Sumber : Sugiyono, 2012 : 34)
b. Menjumlahakan skor total untuk seluruh indikator.
c. Analisis praktikalitas digunakan dengan nilai persentase (%)
jumlah skor yang diperoleh
Nilai praktikalitas= x 100 %
jumlah skor maksimum
d. Menentukan kriteria praktikalitas produk
Setelah persentase nilai praktikalitas diperoleh, dilakukan pengelompokkan sesuai
kriteria yang terdapat pada Tabel berikut ini:

Tabel 2.6. Kriteria pemberian nilai praktikalitas


No Persentase (%) Kriteria
1 0-20 Rendah Sekali
2 21-40 Rendah
3 41-60 Cukup Tinggi
4 61-80 Tinggi
5 81-100 Sangat Tinggi
(Sumber: Riduwan, 2015 : 89)

5. Efektivitas

Aspek kefektifan dalam pengembangan, sangat penting untuk mengetahui tingkat


atau derajat pene- rapan teori, atau model dalam suatu situasi tertentu (Reigeluth, 1999).

21
Banyak cara yang bisa digunakan untuk melihat keefektifan produk dalam pe- nelitian
pengembangan. Van den Akker (1999: 10) menyatakan keefektifan mengacu pada tingkatan
konsistensi pengalaman dengan tujuan. Nieveen (1999) mengukur tingkat keefektifan dari
tingkat penghargaan siswa dalam mempelajari program, dan adanya keinginan siswa untuk
terus menggunakan pelaksanaan program tersebut. Nieveen (2010: 93-94) menjelaskan
model yang dirancang konsisten penggunaannya antara harapan dengan aktual. Harapan
diartikan dengan penggunaan produk diharapkan berhasil memenuhi keinginan outcomes.
Aktual diartikan dengan peng- gunaan model berhasil memenuhi ke- inginan outcomes.

Berdasarkan konsep-konsep evaluasi produk tersebut, berikut ini dipaparkan aspek


yang digunakan untuk menyatakan kualitas model pada penelitian Haviz (2012). Pertama,
kevaliditasan (kesahihan) model pembelajaran integratif ditentukan dari hasil penilaian
pakar (expert review) terhadap prototipe. Kedua, kepraktisan model pembelajaran integratif
ditentukan dari hasil penilaian pengguna (mahasiswa) atau praktisi (sejawat) terhadap pro-
totipe, dan hasil pengamatan proses pembelajaran. Ketiga, Keefektifan model pembelajaran
integratif ditentukan dari hasil pengamatan keterampilan, respon dan hasil belajar
mahasiswa.
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi efektivitas
adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Aspek yang paling penting dalam
keefektifan adalah mengetahui tingkat atau derajat penerapan produk [ CITATION Roc \l 1033 ].
Menurut [ CITATION Sur05 \l 1033 ]bahan ajar dapat dikatakan efektif apabila :
1) Rata-rata siswa aktif dalam aktivitas pembelajaran.
2) Rata-rata siswa aktif dalam mengerjakan tugas.
3) Rata-rata siswa efektif dalam keefektifan relatif penguasaan bahan pengajaran.
4) Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif.
5) Respon guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif.
Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya
suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Menurut [ CITATION Cha99 \l 1033 ], aspek
penting dalam keefektifan (efek potensial) dari suatu instrument, teori, atau model adalah
mengetahui tingkat/derajat dari penerapan teori, atau model dalam suatu situasi tertentu.

22
Tingkat keefektifan ini biasanya dinyatakan dengan suatu skala numerik yang didasarkan
pada kriteria tertentu. Berkaitan dengan keefektifan pengembangan instrument, model, teori
dalam dunia pendidikan,
[ CITATION Van99 \l 1033 ] menyatakan bahwa keefektifan mengacu pada tingkatan
bahwa pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud. Keefektifan
suatu bahan ajar biasanya dilihat dari potensial efek berupa kualitas hasil belajar, sikap dan
motivasi peserta didik. Ada dua aspek keefektifan yang harus dipenuhi oleh suatu bahan
ajar, yakni :
1) Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan ajar tersebut
efektif.
2) Secara operasional bahan ajar tersebut memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu keadaan
yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat
dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektifitas dapat juga diartikan
sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebuah media pembelajaran bisa dikatakan efektif
ketika memenuhi kriteria, diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat
membawa hasil. Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka efektifitas dapat dilihat
dari seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin banyak tujuan tercapai, maka semakin efektif
pula media pembelajaran tersebut.
Efektifitas juga merupakan salah satu syarat instrumen atau alat evaluasi yang baik.
Dimana suatu alat evaluasi berupa tes dikatakan efektif apabila alat evaluasi tersebut sesuai
dengan sasaran tujuan penilaian yang akan dicapai. Efektifitas adalah bagaimana alat
evaluasi digunakan secara tepat untuk memperoleh hasil yang baik. Keefektifan instrumen
dilihat dari:
1) Hasil analisa jawaban siswa (strategi dan solusi) yang diberikan, menunjukkan bahwa
keragaman siswa berbanding lurus dengan keragaman pola pikir mereka. Hal ini
disebabkan bahwa instrument penilaian yang dikembangkan tidak hanya menilai dengan
pemberian skor objektif tetapi juga menggunakan cara-cara alternatif penilaian lainnya.
2) Hasil observasi saat aktivitas berlangsung menunjukkan bahwa siswa mencoba
memahami soal dengan idenya sendiri terlebih dahulu kemudian memperluas ide-ide
dan berkembang pemahamannya saat mereka mendengar, mendiskusikan ide, membuat
23
gambar, mempertahankan penyelesaian, memikirkan strategi teman-temannya lewat
diskusi.
3) Penggunaan instrumen penilaian dikatakan efektif jika didukung dengan kesiapan siswa
dari rumah untuk mengefisienkan waktu.
4) Dari ketiga hal itu maka instrumen penilaian dapat dikatakan memiliki potensial efect
untuk subjek penelitian dan pada waktu instrumen diuji cobakan. Untuk hasil yang
benar-benar efektif maka instrumen ini harus diujicobakan berkelanjutan dan pada
subjek penelitian lainnya.
Kaitannya dengan proses pembelajaran, Menurut [ CITATION Jam \l 1033 ] , efektifitas
proses pembelajaran seharusnya ditinjau dari hubungan guru tertentu yang mengajar
kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan
instruksional tertentu. Efektifitas proses pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru
dalam mengajar kelompok siswa tertentu dengan menggunakan metode tertentu untuk
mencapai tujuan instruksional tertentu.
[ CITATION Tim01 \l 1033 ] berpendapat bahwa efektifitas pembelajaran memiliki dua
karakteristik. Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar” belajar sesuatu yang
bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang
diinginkan. Kedua, bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai,
seperti guru, pengawas, tutor atau murid sendiri.
Pendapat yang menyatakan tentang indikator sesuatu bisa dikatakan efektif diantaranya
menurut [ CITATION Lij06 \l 1033 ] pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran
yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal.
Beberapa indikator keefektifan pembelajaran:
1) Ketercapaian ketuntasan belajar.
2) Ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal yang digunakan
siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran).
3) Ketercapaian efektifitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respon siswa
terhadap pembelajaran yang positif.

Pembelajaran efektif menurut [CITATION Uno11 \l 1033 ] dapat dilihat dari :


1) Pengorganisasian materi yang baik, dapat dilakukan dengan cara: guru mengurutkan
materi yang akan disampaikan secara logis dan teratur, mengaitkan materi dengan
24
tujuan komunikasi yang efektif, sebagai contoh: guru menyajikan materi dengan jelas,
memiliki kemampuan bicara yang baik (nada, intonasi, ekspresi), mengintepretasi
gagasan abstrak dengan contoh-contoh.
2) Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, yang termasuk di dalamnya
antara lain: guru menguasai materi pelajaran dengan benar, menghubungkan materi
yang diajarkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki para siswa, memiliki kemauan
dan semangat untuk memberikan pengetahuan kepada para siswa.
3) Sikap positif terhadap siswa, dapat dilakukan dengan cara: guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif, mengendalikan perilaku siswa selama
kegiatan berlangsung Pemberian nilai yang adil, seperti: guru memberikan soal tes yang
sesuai dengan materi yang diajarkan, memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan
siswa.
4) Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, seperti guru mengadakan remidi kepada
siswa yang memiliki kemampuan rendah.
5) Hasil belajar pembelajaran.
6) Siswa yang baik, seperti: guru memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas
pembelajaran adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu metode
pembelajaran tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Tingkat
keberhasilan yang digunakan pada penelitian ini adalah indikator ketuntasan hasil belajar
siswa.

1. Cara Menentukan Keefektivan Bahan Ajar


Efektifitas bahan ajar dilakukan dalam uji coba terbatas. Indikator efektifitas bahan ajar
dapat dilihat pada pengetahuan dan pemahaman siswa. Pengujian efektifitas dilakukan
dengan metode quasi eksperimen. Eksperimen dapat dilakukan dengan membandingkan
keadaan sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar. Model eksperimen ini dapat dilihat
pada gambar berikut.

25
Gambar 1 Desain Eksperimen Before After
Gambar 1 menjelaskan bahwa O1 merupakan treatment awal dimana nilai sebelum
diberi bahan ajar. O2 merupakan treatment akhir yaitu hasil belajar setelah penggunaan
bahan ajar. Metode eksperimen lainnya dapat dilakukan dengan desain pretest posttest
control group. Desain ini dilakukan dengan memilih kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen diberi diberi bahan ajar non cetak dalam pembelajaran
sedangkan kelas kontrol tidak diberi bahan ajar non cetak. Kedua kelompok tersebut diberi
pretest, bila kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan maka kedua kelompok bisa
digunakan. Pengujian efektifitas bahan ajar pada dua kelompok menggunakan t-test.
Rumusnya adalah :
X1  X 2
t
2
S S2 S S2
1
 2  2r 1
n1 n2 n1 n2
................................................... (4)
Keterangan :
X 1 = rata-rata sampel 1

X 2 = rata-rata sampel 2

S1 = simpangan baku sampel 1

S 2 = simapangan baku sampel 2


r = korelasi antara kedua kelompok
Korelasi antara hasil belajar kedua kelompok dicari dengan menggunakan persamaan :
N  x1 x2   x1 x2
rxy 
 Nx 2
1    x1 
2
 Nx 2
2    x2 
2
 .......................(5)

Keterangan :
r = korelasi antara hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar
x1 = rata-rata kelompok 1
x2 = rata-rata kelompok 2
N = jumlah peserta tes

26
thitung ttabel . Jika diperoleh harga thitung
Hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai

lebih besar dari


ttabel berarti terdapat perbedaan yang berarti antara pembelajaran kelompok

yang menggunakan bahan ajar dan kelompok yang tidak menggunakan bahan ajar sehingga
dapat dikatakan bahwa bahan ajar efektif untuk digunakan.

2. Analisis Data Efektifitas


Angket yang telah dibagikan kepada siswa setelah uji coba di analisis untuk
menentukan keefektifan bahan ajar tersebut. Penskoran data bahan ajar dapat menggunakan
skala likert pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Penskoran Menggunakan Skala Likert
No Skor Kategori Persentase ketercapaian Indikator
1 Sangat Tidak Setuju (STS) 0-25
2 Tidak Setuju (TS) 26-50
3 Setuju (S) 51-75
[CITATION Rid04 \t \l 1033 ]
Data yang diperoleh dideskripsikan dengan teknik analisis frekuensi data
menggunakan persamaan berikut.
B
D x100%
C .................................................................. (6)
Keterangan:
D = nilai efektifitas
B = skor yang diperoleh
C = skor maksimum
Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka ditetapkan kriteria efektifitas berikut ini:
Tabel 2.8. Kategori Efektifitas Perangkat Pembelajaran
Interval Kategori
0-20% Sangat tidak efektif
21-40% Tidak efektif
41-60% Kurang efektif
61-80% Efektif
81-100 Sangat efektif

27
[CITATION Rid12 \t \l 1033 ]

BAB III
PEMBAHASAN

A. Matrix Perbedaan Bahan Ajar


Tabel 3.1. Matriks Perbedaan Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas, dan Efektivitas
Aspek Validitas Reliabilitas Praktikalitas Efektivitas
Pengertian Validitas adalah Reliabilitas adalah tingkat Praktikalitas adalah tingkat Efektivitas artinya
suatu ukuran yang atau derajat konsistensi keterpakaian dan keterlaksanaan pengaruh, akibat atau
menunjukkan tingkat dari suatu instrumen bahan ajar oleh siswa dan guru dapat membawa hasil.
kevalidan atau yaitu melaksanakan pengajaran Aspek yang paling penting
kesahihan suatu tes. dengan menggunakan bahan ajar dalam keefektifan adalah
yang telah direvisi berdasarkan mengetahui tingkat atau
penilaian validator. derajat penerapan produk
Instrumen tes Angket Angket Angket Angket dan tes
Pengukuran Mengukur kevalidan Mengukur apakah tes Mengukur kemudahan, daya Mengukur tingkat
suatu produk yang tarik dan efesiensi bahan ajar
memberikan hasil yang keberhasilan suatu bahan
dibuat yang digunakan
konsisten pada hasilnya ajar yang dilihat dari hasil

28
belajar peserta didik
Jenis  Validitas internal Realibilitas internal dan - -
(validits isi, eksternal
konstruk, bahasa
dan grafis)
 Validitas eksternal
(validitas
kesejajaran dan
prediksi)
Responden Validator Peserta didik Guru dan peserta didik Peserta didik
Analisis Skala likert Analisis statistik Skala likert Analisis statistik

29
1. Validitas Bahan Ajar Cetak
Tabel 3.2 Kisi-kisi Validitas Bahan Ajar Cetak (Brosur)
No Aspek Jenis Validitas Indikator Nomor
Butir
1 Kelayakan Isi Validitas Isi Kesesuaian dengan SK, KD 1
Kesesuaian dengan 4
perkembangan anak
Kesesuaian dengan 4
kebutuhan brosur
Kebenaran substansi materi 3
pembelajaran
Manfaat untuk penambahan 2
wawasan
Kesesuaian dengan nilai 5
moral, dan nilai-nilai sosial
2 Penyajian Validitas Kejelasan tujuan 1
Konstruk (indikator)yang ingin
dicapai
Urutan sajian 2
Pemberian motivasi, daya 4
Tarik
Interaksi (pemberian 5
stimulus dan respond)
Kelengkapan informasi 3
3 Kebahasaan Validitas Keterbacaan 1
Bahasa Kejelasan Informasi 2
Kesesuaian dengan Kaidah 3
Bahasa Indonesia yang baik
dan benar
Pemanfaatan Bahasa secara 4
efektif dan efisien (jelas
dan singkat)
4 Kegrafisan Validitas Grafis Penggunaan font, jenis dan 1
ukuran
Lay out atau tata letak 2
Ilustrasi, gambar, dan foto 3
Desain Tampilan 4, 5

30
Instrumen Penilaian Validitas Bahan Ajar Cetak (Brosur)

INSTRUMEN PENILAIAN VALIDITAS


BROSUR HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

A. Petunjuk
Berikut ini dikemukakan sejumlah pernyataan sehubungan dengan validasi
brosur hukum newton tentang gerak. Untuk itu diminta kepada Bapak dan Ibu
sebagai penilai dapat memberikan tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai
dengan yang dirasakan untuk beberapa pilihan yaitu:
STS Sangat Tidak Setuju 1
TS Tidak Setuju 2
N Netral 3
S Setuju 4
SS Sangat Setuju 5

B. Format Penilaian
No Komponen STS TS N S SS
A. Kelayakan Isi
1 Materi yang disajikan dalam brosur
sudah sesuai KI dan KD
2 Materi yang disajikan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan
3 Substansi materi yang disajikan dalam
brosur sudah benar
4 Materi yang disajikan sesuai dengan
kebutuhan siswa pada kelas X SMA
5 Memuat hikmah dan pesan moral
B. Penyajian
1 Indikator yang disajikan sudah sesuai
dengan KD
2 Struktur brosur yang disajikan sudah
sesuai dengan urutannya
3 Substansi materi yang disajikan sudah
lengkap
4 Brosur yang dibuat memungkinkan
terjadinya interaksi antara guru dan
siswa
5 Brosur yang dirancang dapat membantu

31
siswa untuk belajar sendiri (mandiri)
6 Penyajian brosur menarik untuk dibaca
(memiliki daya tarik yang tinggi)
C. Kebahasaan
1 Istilah, simbol dan informasi yang
disajikan dalam brosur sudah konsisten
2 Ukuran dan huruf yang digunakan
dapat dibaca dengan jelas
3 Materi disampaikan dengan bahasa
yang jelas dan mudah dipahami
4 Penggunaan kalimat dalam brosur sudah
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia
yang baik dan benar
5 Bahasa yang digunakan dalam brosur
singkat dan jelas
D. Kegrafisan
1 Penggunaan font (jenis dan ukuran)
tulisan pada brosur sudah proporsional
2 Tata letak pada brosur sudah
proporsional
3 Ilustrasi, gambar, dan foto yang
disajikan pada brosur sudah sesuai
dengan materi
4 Perpaduan warna brosur sudah
proporsional

C. Komentar dan Saran

1. Komentar
Setelah Bapak/ Ibu memvalidasi brosur hukum newton tentang gerak,
bagaimanakah komentar atau tanggapan Bapak/Ibu mengenai brosur ini?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………..……………………………………………………..
…………………………………………………………………………………

32
2. Saran
Setelah Bapak/ Ibu memvalidasi brosur hukum newton tentang gerak, apa
sajakah saran-saran yang dapat digunakan untuk perbaikan dan
penyempurnaan brosur ini?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………..……………………………………………………..
…………………………………………………………………………………

Padang, 2019
Validator

NIM.

33
3. Praktikalitas Bahan Ajar Cetak (Brosur)
a. Kisi-kisi Praktikalitas Guru

KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIKALITAS


BROSUR HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

No Aspek Indikator Nomor Butir


1 Kemudahan Mudah digunakan 1,2,3,4
Penggunaan Memudahkan guru 1,2,3,4
menggunakan produk
Mudah digunakan oleh 1,2,3,4
guru atau orang lain
2 Daya Tarik Kemenarikan produk 1,5,6
Senang digunakan 4
Produk jelas 2,3
Digunakan sewaktu-waktu 4
3 Efisiensi secara mudah
Efisiensi ( tenaga, biaya, 1,2,4
dan waktu)
Waktu yang disediakan 2,3,4
untuk memperlancar
evaluasi

Instrumen Penilaian Guru

INSTRUMEN PENILAIAN GURU TERHADAP KEPRAKTISAN


PENGGUNAAN BROSUR HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

A. Petunjuk
Berikut ini dikemukan sejumlah pernyataan sehubungan dengan kepraktisan
brosur hukum newton tentang gerak. Untuk itu kepada Bapak dan Ibu sebagai
praktisi dapat memberikan cek (√) pada kolom yang sesuai dengan yang
dirasakan untuk beberapa pilihan yaitu :
STS Sangat Tidak Setuju
TS Tidak Setuju
N Netral
S Setuju
SS Sangat Setuju
34
B. Format Penilaian

No Pernyataan STS TS N S SS
A. Kemudahan Penggunaan
Brosur memudahkan guru
1 menyampaikan materi
pembelajaran
Brosur memudahkan guru
2 membimbing siswa untuk
melakukan kegiatan percobaan
Brosur memudahkan guru dalam
3 melatih literasi saintifik pada diri
siswa
Petunjuk dalam penyajian Brosur
4
dapat dipahami dengan jelas
B. Daya Tarik
Desain tampilan Brosur menarik
1
untuk dilihat
Brosur memuat literasi saintifik
2
secara sistematis
Brosur menyajikan materi secara
3
jelas
Brosur dapat membuat
4
pembelajaran lebih bermakna
Konteks yang disajikan dalam
5 Brosur dikemas secara menarik
berdasarkan permasalahan nyata
Gambar dalam Brosur menarik
6
untuk dilihat
C. Efisiensi
Brosur dapat digunakan untuk
1 melatih kemandirian siswa dalam
belajar
Brosur membantu guru dalam
2
mencapai tujuan pembelajaran
Brosur membuat proses
3 pembelajaran berlangsung dengan
baik
Brosur mengefisiensikan waktu
4
dalam mengajar

35
C. Komentar dan Saran

1. Komentar
Setelah Bapak/Ibu menggunakan brosur hukum newton tentang gerak,
bagaimanakah komentar atau tanggapan Bapak/Ibu?
……………………………………………………………………………….
………………….
…………………………………………………………………………………
……………….…………………………………………………
……………….…………………………………………………………………
2. Saran-Saran
Setelah Bapak/Ibu menggunakan brosur hukum newton tentang gerak, apa
sajakah saran-saran yang dapat digunakan untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada brosur ini?
……………………………………………………………………………….
………………….
…………………………………………………………………………………
……………….…………………………………………………
……………….…………………………………………………………………

Padang, 2019
Praktisi

…………………………....
NIP.

36
b. Kisi-kisi Praktikalitas Siswa

KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIKALITAS


BROSUR HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

No Aspek Indikator Nomor Butir


1 Kemudahan Mudah digunakan 1,2,3,4
Penggunaan Memudahkan siswa 1,2,3,4
menggunakan produk
Mudah digunakan oleh 1,2,3,4
siswa atau orang lain
2 Daya Tarik Kemenarikan produk 1,4,5
Senang digunakan 3
Produk jelas 2
Digunakan sewaktu-waktu 3
3 Efisiensi secara mudah
Efisiensi ( tenaga, biaya, 1,3
dan waktu)
Waktu yang disediakan 2,3
untuk memperlancar
evaluasi

Instrumen Praktikalitas Siswa

INSTRUMEN PENILAIAN SISWA TERHADAP KEPRAKTISAN


PENGGUNAAN BROSUR HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

A. Petunjuk
Berikut ini dikemukan sejumlah pernyataan sehubungan dengan kepraktisan
brosur hukum newton tentang gerak. Untuk itu kepada Bapak dan Ibu sebagai
praktisi dapat memberikan cek (√) pada kolom yang sesuai dengan yang
dirasakan untuk beberapa pilihan yaitu ::
STS Sangat Tidak Setuju
TS Tidak Setuju

37
N Netral
S Setuju
SS Sangat Setuju

B. Format Penilaian

No Pernyataan STS TS N S SS
A. Kemudahan Penggunaan
Brosur memudahkan siswa menguasai
1
materi
Brosur memudahkan siswa untuk
2
melakukan kegiatan percobaan
Brosur membantu siswa melatih literasi
3
saintifik
Petunjuk dalam penyajian brosur dapat
4
dipahami dengan jelas
B. Daya Tarik (keunggulan)
Desain tampilan brosur menarik untuk
1
dilihat
2 Brosur menyajikan materi secara jelas
Brosur dapat membuat pembelajaran
3
lebih bermakna
Konteks yang disajikan dalam brosur
4 dikemas secara menarik berdasarkan
permasalahan nyata
Gambar dalam brosur menarik untuk
5
dilihat
C. Efisiensi
Brosur dapat digunakan siswa untuk
1
belajar secara mandiri
Brosur membuat proses pembelajaran
2
berlangsung dengan baik
Brosur dapat digunakan sebagai sumber
3
belajar siswa

C. Komentar dan Saran


1. Komentar
Setelah Ananda menggunakan brosur hukum newton tentang gerak,
bagaimanakah komentar atau tanggapan Ananda?
38
…………………………………………………………………………………
……………….
…………………………………………………………………………………
……………….
…………………………………………………………………………………
……………….…………………………………

2. Saran-Saran
Setelah Ananda menggunakan brosur ini, apa sajakah saran-saran yang dapat
digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan brosur hukum newton
tentang gerak?
…………………………………………………………………………………
………………………….………………………………………………………
……………….
…………………………………………………………………………………
………….………………………………………………………

Padang, 2019
Praktisi

…………………………….

39
4. Efektivitas Bahan Ajar Brosur

Efektivitas bahan ajar dilakukan dalam uji coba terbatas. Indikator efektivitas
bahan ajar dapat dilihat pada pengetahuan dan pemahaman siswa. Pengujian
efektivitas dilakukan dengan metode quasi eksperimen. Eksperimen dapat
dilakukan dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah menggunakan
bahan ajar. Metode eksperimen lainnya dapat dilakukan dengan desain pretest
posttest control group desain. Desain ini dilakukan dengan memilih kelompok
eksperimen dan kelompok kotrol. Kelompok eksperimen diberi diberi bahan ajar
buku ajar dalam pembelajaran sedangkan kelas kontrol tidak diberi bahan ajar
buku ajar. Pengujian efektivitas bahan ajar pada dua kelompok menggunakan t-
test. Rumusnya adalah :

X1  X 2
t
S12 S 22 S S2
  2r 1
n1 n2 n1 n2
.................................................... (4)
Keterangan :
X 1 = rata-rata sampel 1

X 2 = rata-rata sampel 2

S1 = simpangan baku sampel 1

S 2 = simapangan baku sampel 2


r = korelasi antara kedua kelompok
Korelasi antara hasil belajar kedua kelompok dicari dengan menggunakan
persamaan :

N  x1 x2   x1 x2
rxy 
 Nx 2
1    x1 
2
 Nx 2
2    x2 
2
 .......................(5)

Keterangan :
r = korelasi antara hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan
ajar
x1 = rata-rata kelompok 1

40
x2 = rata-rata kelompok 2
N = jumlah peserta tes
Hasil thitung yang didapat dibandingkan dengan nilai ttabel . Jika diperoleh
harga thitung lebih besar darittabel berarti terdapat perbedaan yang berarti antara
pembelajaran kelompok yang, menggunakan bahan ajar dan kelompok yang tidak
menggunakan bahan ajar sehingga dapat dikatakan bahwa bahan ajar efektif untuk
digunakan.

Efektivitas penggunaan dari bahan ajar kita peroleh dengan melihat


peningkatan hasil belajar mahasiswa. Lalu dibandingkan dengan kategori analisis
efektifitas berikut.

Interval Kategori
0-20% Sangat tidak efektif
21-40% Tidak efektif
41-60% Kurang efektif
61-80% Efektif
81-100% Sangat efektif

Hasil nilai Postest Siswa

No Nama Postest Kategori


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata-rata

Kesimpulan :

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

41
B. Contoh Implementasi pada Pembelajaran Fisika
Contoh bahan ajar cetak yang akan dikembangkan adalah pengembangan
brosur. Brosur merupakan bahan tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
pada kertas atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap.
Brosur sebagai sumber belajar dikarenakan bentuknya yang sederhana, menarik,
dan luwes atau mempunyai fleksibilitas tinggi. Brosur mudah dibawa dan
digunakan setiap saat, tidak terikat ruang dan waktu, sehingga memudahkan siswa
untuk belajar secara mandiri.
Adapun karakteristik brosur yaitu sebagai berikut:
1) Umumnya memiliki pesan yang tunggal.
2) Informasi yang disajikan ringkas dimaksudkan untuk dapat dipahami dalam
waktu yang singkat
3) Dibagikan untuk dapat digunakan sebagai pedoman informasi secara lengkap
4) Desainnya menarik dan isinya jelas
Adapun kelebihan brosur, menurut Marlia (Hailil Hidayah, 2011) antara
lain:
a. Brosur dapat dimanfaatkan dengan mudah dan murah.
b. Bentuk brosur yang sederhana sehingga praktis dan menarik.
c. Ilustrasi gambar dalam sebuah brosur akan menambah minat
d. siswa untuk menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Judul modul pada pembelajaran fisika yang dikembangkan adalah
Pengembangan Pembuatan Bahan Ajar Dalam Bentuk Brosur Materi Hukum
Newton Tentang Gerak Lurus Menggunakan Mind Map. Struktur penyusunan modul
terdiri dari judul, materi pokok, informasi pendukung, tugas, penilaian, referensi.
Brosur ini berupa selembaran.Sesuai dengan struktur penyusunan brosur tersebut,
disusunlah kerangka brosur yang akan dikembangkan sebagai berikut:

42
KERANGKA BROSUR MATERI HUKUM NEWTON TENTANG GERAK
MENGGUNAKAN MIND MAP
Halaman depan:
 Judul
 KI
 KD
 Indikator
 tujuan pembelajaran
 latihan
 penilaian
 referensi
Halaman belakang:
 materi pokok dan informasi pendukung

Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dalam membuat judul:


1. keterjangkauan .
2. ketersediaandata.
3. Arti penting dari judul yang akan dipilih.
Syarat –syarat judul yang baik :
1. Harus berbentuk frasa.
2. Tanpa ada singktan atau angkronim
3. Awal kata harus capital, kecuali preposisi dan konjungsu
4. Menarik
5. Logis
6. Sesuai dengan isi
Adapun syarat- syarat pembuatan judul
1. Harus relevan yaitu mempunyai keterkaitan dengan temanya
2. Harus provakatif yaitu menarik sedemikian lupa sehingga menimbulkan
rasa ingin tau terhadap pembaca terhadap isi tulisan
3. Harus singkat yaitu tidak boleh mengambil kalimat atau frasa yang
panjang, tetapi harus berbentuk katauang singkat

43
C. Pemilihan Model Pengembangan dan Langkah-Langkahnya
Pada pengembangan ini digunakan model pengembangan 4D yang
dikembangkan oleh Thiagarajan. Model 4D terdiri dari 4 tahap yaitu, Define
(pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan), dan
Dessiminate (penyebaran). Menurut Thiagarajan (dalam Setyo, 2018) ada 4
tahapan dalam pengembangan ini, yaitu tahap pendefinisian, tahap perencanaan
dan tahap pengembangan :
a. Tahap Pendefinisian (Define)
Menurut Thiagarajan tujuan pada tahap ini untuk menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat pengajaran. Melalui analisis ditentukan tujuan dan
kendala untuk materi pengajaran. Ada 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap
define yaitu:
1) Analisis awal-akhir (Front and analysis), analisis ini dilakukan untuk
menentukan masalah mendasar yang dihadapi guru. Kemudian akan
didapatkan alternatif penyelesaian masalah.
2) Analisis pebelajar (Learner analysis), bertujuan untuk menelaah siswa dari
segi karakteristiknya. Identifikasi dilakukan sesuai dengan rancangan dan
pengembangan pembelajaran.
3) Analisis tugas (Task analysis), analisis ini bertujuan untuk memastikan
ulasan menyeluruh tentang tugas dalam materi pembelajaran.
4) Analisis konsep (Concept analysis), analisis ini dilakukan untuk merinci isi
materi ajar dalam bentuk garis besar.
5) Perumusan Tujuan (Specifying instructional objectives),bertujuan untuk
merangkum hasil dari analisis tugas dan analisis konsep.

b. Tahap Perancangan (Design)


Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran.
Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini yaitu :
1) Penyusunan tes acuan patokan (Constructing-criterion), merupakan langkah
awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes ini
merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa setelah kegiatan belajar mengajar.
44
2) Pemilihan media yang sesuai tujuan (Media selection), untuk
menyampaikan materi pelajaran.
3) Pemilihan format (Format selection), yaitu misalnya dapat dilakukan
dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang
dikembangkan dinegara-negara yang lebih maju.
4) Rancangan awal (Initial design), mempresentasikan instruksional esensi
melalui media yang sesuai dan dalam urutan yang cocok.

c. Tahap Pengembangan (Develop)


Tahap pengembangan merupakan tahap untuk menghasilkan produk
pengembangan. Pada tahap ini dilakukan uji validitas, uji praktikalitas, dan uji
efektivitas modul yang dibuat.
Uji validitas
Data yang telah didapatkan dari angket untuk uji validitas dihitung
penskorannya. Penskoran untuk masing-masing kategori menggunakan skala
likert, dengan ketentuan seperti Tabel :
Tabel Penskoran Menggunakan Skala Likert
Skor Kategori Persentasi Ketercapaian Indikator
1 Sangat Tidak Setuju (STS) 0-25
2 Tidak Setuju (TS) 26-50
3 Setuju (S) 51-75
4 Sangat Setuju (SS) 76-100
(Sumber: Sugiyono, 2008).
Dari seluruh item yang diberikan, kemudian ditabulasi dan dicari
persentasinya menggunakan persamaan dbawah ini:
A=B /C ×100 %
Keterangan:
A= nilai validitas
B= skor yang diperoleh
C= skor maksimum
Berdasarkan data yang diperoleh, kriteria validasi bahan ajar tersebut dapat
menggunakan kategori di bawah ini:
Kategori Validitas Perangkat Perangkat Pembelajaran

45
Interval Kategori
0-20% Sangat tidak valid
21-40% Tidak valid
41-60% Kurang valid
61-80% Valid
81-100% Sangat valid

Uji Praktikalitas
Data didapatkan dari angket untuk uji praktikalitas kemudian dihitung
penskorannya. Penskoran untuk masing-masing kategori menggunakan skala
likert, dengan ketentuan seperti Tabel :
Tabel Penskoran Menggunakan Skala Likert
Skor Kategori Persentasi Ketercapaian Indikator
1 Sangat Tidak Setuju (STS) 0-25
2 Tidak Setuju (TS) 26-50
3 Setuju (S) 51-75
4 Sangat Setuju (SS) 76-100
(Sumber: Sugiyono,2008)
Uji Efektivitas
Uji efektivitas dilakukan dengan menggunakan desain One-Group Pretest
Posttest Design (Sugiyono, 2017). Data didapat dari hasil ketercapaian belajar
menggunakan instrumen soal materi elastisitas dan hukum hooke. Desain ini
dilakukan pada satu kelas dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan
sesudah pemberian perlakukan seperti yang diperlihatkan pada gambar:

Gambar : One-Group Pretest-Posttest Design

Bila nilai O2 lebih besar dari pada O1, maka dapat dikatakan perlakuan
tersebut efektif.

d. Tahap Penyebarluasan (disseminate)


Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan. Tahap
disseminate dilakukan untuk menyebarluaskan produk modul yang telah
dikembangkan.
46
47
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Validitas suatu bahan ajar adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan bahan ajar tersebut. Validitas ini divalidasi oleh para ahli di bidang
tersebut.
2. Reliabilitas adalah ketepatan atau kejegan tersebut dalam menilai apa adanya,
artinya kapan pun tersebut digunakanakan memberikan hasil yang sama atau
relatif sama. Bahan ajar yang dikembangkan tidak memerlukan reliabilitas.
3. Kepraktisan suatu bahan ajar diartikan sebagai kemudahan dalam
penyelenggaraan, pembuatan, dan dalam pemeriksaan atau penentuan
keputusan yang objektif, sehingga keputusan tidak menjadi bias dan
meragukan. Kepraktisan dihubungkan pula dengan efisien dan efektifitas
waktu dan dana keseluruhan pembuatan bahan ajar.
4. Keefektifan suatu bahan ajar biasanya dilihat dari potential efect berupa
kualitas hasil belajar, sikap, dan motivasi peserta didik.

B. Saran
1. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kompetensi
peserta didik adalah dengan membuat bahan ajar sendiri yang sesuai dengan
kurikulum yang sedang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum 2013.
2. Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru menanamkan karakter kepada
peserta didik adalah dengan mampu mengkaitan materi pembelajaran dengan
karakter kepada peserta didik..

DAFTAR PUSTAKA

48
Amalia, Icca Stella. (2013). Evaluasi Media Poster Hipertensi Pada Pengunjung
Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Vol 9 No 1, 1-8

Ardianto, Ferry. (2013). Pengaruh Brosur melalui Model Pembelajaran STAD


terhadap Aktivitas dan Penguasaan Materi. Jurnal Bioterdidik Vol 1 No. 6
2013.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).


Jakarta : Bumi Aksara

Asrizal, A. Festiyed,F. dkk. (2018). “Effectiveness of Integrated Science


Instructional Material on Pressure in Daily Life Theme to Improvedigital
Age Literacy Of Students”. Journal of Physics: Conference Series.
Kemendikbud. (2013).

Permedikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses. Jakarta:


Kemendikbud

Asrizal, Festiyed, Sumarmin R. (2017). Analisis Kebutuhan Pengembangan


Bahan Ajar IPA Terpadu Bermuatan Literasi Era Digital Untuk
Pembelajaran Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP):
Volume 1 Nomor 1

Asrizal, Suharmin R, Iswendi, Gustiya T. (2013). Desain Bahan Ajar Sains


Terpadu Mengintegrasikan Nilai Karakter Cerdas Berbasis ICT Untuk
Pembelajaran Siswa SMP Kelas VIII. Prosiding Seminar Nasional
Pembelajaran Fisika.

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Direktorat


Pembinaan Sekolah Menangah Atas

Dunne, Richard. 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta: Grasindo.

Manezal V, Festiyed, Yohandri, Dewi,W,S. (2019). Validasi LKPD Terintegrasi


Nilai-Nilai Karakter Dengan Learning Cycle 5E Pada Materi Fluida Kelas
XI. Padang: Universitas Negeri Padang

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.


Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Nieveen, Nienke. 2010. Formative Evaluation in Eduational Design Research.


Dalam Tjeer Plom and Nienke Nieeveen (Ed). An Introduction to
Educational Design Research. (p:9-35).
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses

49
Plomp, Tjeerd. 2010. Educational Design Research: An Introduction. Dalam
Tjeer Plomp and Nienke Nieeveen (Ed). An Introduction to Educational
Design Research. (p:9-35).

Ploomp, Tjeerd and Nieveen, Nienke. 2013. Educational Design Research Part
A : An Introduction Enchede. The Netherlands : SLO

Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan).


Jakarta: Rineka cipta

PP Nomor 19 Tahun 2017 tentang guru

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti


Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Matematika. Jurnal Kreano. Hlm. 59-71

Sinambela, N.J.M.P. 2006. Keefektifan Model Pembelajaran Berdasarkan


Masalah(Problem-BasedInstruction) Dalam Pembelajaran Matematika
untuk Pokok Bahasan Sistem Linear dan Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2
Rantau Selatan Sumatera Utara. Tesis. Surabaya : Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Surabaya.

Siregar, Syofian. 2014. Statistic Parametric untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:


PT Bumi Aksara

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Surapranata, Sumarna. 2005. Panduan Penu lisan Tes Tertulis Implementasi


Kurikukum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.

50
Syaflita D, Asrizal, Amir H,.2016. Pembuatan LKS ICT IPA Terpadu
Mengitegrasikan Karakter Materi Sistem Pencernaan, Bahan Kimia dan
Tekana Zat Cair Untuk Siswa SMP Kelas VII. Padang. Universitas Negeri
Padang

Thatcher, Robert W. 2010. Validity and Reliability of Quantitative


Electroencephalography (qEEG). Neurolmaging Laboratory Applied
Neuroscience, Inc. (diakses tanggal 17 September 2019)

Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Guruan Nasional

Van den Akker, J. 1999. Principles and Methods of Development Research.


Dalam Plomp, T; Nieveen, N; Gustafson, K; Branch, R.M; dan van den
Akker, J (eds). Design Approaches and Tools in Education and Training.
London: Kluwer Academic Publisher.

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian


Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

51
LAMPIRAN PERTANYAAN

52

Anda mungkin juga menyukai