Kamis/ 26-09-2019
MAKALAH
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA
Oleh:
Mutia Risma (19175008)
Rahmayani (19175012)
Fitria Handayani (19175004)
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S.
Dr. H. Asrizal, M.Si.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul“Validitas,
Reliabilitas, Praktikalitas, dan Efektivitas Bahan Ajar Cetak Berupa Brosur, Leaflet, Flyer,
Poster dan Wallchart”tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dari berbagai sumber dan
sumbangan fikiran dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof.
Dr. Hj. Festiyed, MS dan Bapak Dr. H. Asrizal, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar Fisika.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari
segi penyajian maupun penulisannya. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Padang,September 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
B. Saran ................................................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 35
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 38
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran yang ideal tidak pernah lepas dari banyak faktor,
diantaranya sarana prasarana, aktivitas siswa, kemampuan guru mengelola
pembelajara,strategi pembelajaran dan perangkat pembelajaran yang digunakan. Salah
satu jenis perangkat pembelajaran ialah bahan ajar. Bahan ajar sebagai salah satu alat
bantu dalam kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan zaman,
kurikulum yang berlaku dan memenuhi semua komponen yang terdapat dalam bahan
ajar. Apabila ada salah satu komponen dari bahan ajar yang tidak terpenuhi maka harus
dilakukan perbaikan pada bahan ajar tersebut (pengembangan bahan ajar).
Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik
agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses
pengembangannya antara lain isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi dan
pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat bergantung pada ketepatan dalam
memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Pengembangan bahan ajar yang sistematis
dimulai dari proses perancangan, pengembangan serta penggunaan, sampai pada uji
coba bahan ajar.
Kelayakan dan kualitas bahan ajar harus menjadi perhatian bagi seorang
pendidik. Pendidik diharapkan menguasai konsep-konsep yang berkaitan dengan
pengembangan bahan ajar, terutama mengenai validitas, reliabilitas, praktikalitas, dan
efektivitas bahan ajar. Tanpa pemahaman mengenai tata cara pengembangan bahan ajar,
maka pendidik akan mengalami kesulitan dalam proses pengembangan sehingga
mengakibatkan pembelajaran tidak dapat berjalan secara optimal. Oleh karena itu,
makalah ini akan membahas tentang bagaimana cara menghasilkan bahan ajar yang
berkualitas tinggi.
1
2
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan,materi pada makalah ini
dibatasi pada validitas, reliabilitas, praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar cetak berupa
brosur.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana validitas bahan ajar cetak berupa brosur?
2. Bagaimana reliabilitas bahan ajar cetak berupa brosur ?
3. Bagaimana praktikalitas bahan ajar cetakberupa brosur?
4. Bagaimana efektivitas bahan ajar cetakberupa brosur?
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahuivaliditasbahan ajar cetak berupa brosur.
2. Untuk mengetahuireliabilitasbahan ajar cetak berupa brosur.
3. Untuk mengetahuipraktikalitas bahan ajar cetak berupa brosur.
4. Untuk mengetahui efektivitas bahan ajar cetak berupa brosur.
E. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak,
terutama:
1. Penulis, sebagai wadah untuk mengembangkan kompetensi mengenai validitas,
reliabilitas, praktikalitas dan efektivitas bahan ajar cetak.
2. Tenaga pendidik, untuk menambah wawasan mengenai validitas, reliabilitas,
praktikalitas dan efektivitas bahan ajar cetak .
3. Pembaca, sebagai wadah untuk menambah wawasan mengenai validitas,
reliabilitas, praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar cetak.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Agama
Bahan ajar perlu dievaluasi (diperiksa dengan teliti) dan dinilai terlebih dahulu
sebelum digunakan dalam proses pembelajaran. Perintah untuk mengevaluasi atau
menilai bahan ajar ternyata sudah terlebih dahulu dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-
Quran. Allah telah menjelaskan dan memerintahkan kita untuk mengevaluasi sesuatu
(melakukan validasi) sebelum mempercayai dan menggunakannya. Hal ini dijelaskan
dalam Surah Al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu”(QS. Al-Hujurat: 6).
Selain validitas, dalam proses pengembangan bahan ajar juga harus dilakukan
perhitungan reliabilitas atau tingkat kekonsistenan bahan ajar. Reliabilitas ini penting
karena bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar bagi peserta didik, sehingga
bahan ajar yang dibuat oleh pendidik harus sesuai dengan kebenaran dan bersifat
konsisten. Konsep reliabilitas terdapat dalam Surah Ali-Imran ayat 139 yang berbunyi :
Artinya: “Janganlahkamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahalkamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman” (QS. Ali Imran: 139).
3
4
Sejalan dengan itu, konsep praktikalitas juga terdapat dalam Al-Quran Surah Al-
Kahfi ayat 103-104 yang berbunyi:
Interpretasi dari ayat-ayat tersebut ialah, kita sebagai umat manusiaakan selalu
dinilai. Kita diberikan berbagai cobaan oleh Allah untuk dinilai sejauh mana kita layak
disebut sebagai hamba-Nya yang beriman dan sejauh mana kesabaran kita dalam
menghadapi cobaan tersebut.Sama halnya dengan bahan ajar, sebelum diberikan kepada
peserta didik, seorang pendidik harus mengetahui apakah bahan ajar tersebut sudah
layak untuk di gunakan oleh peserta didik atau belum, sehingga terlebih dahulu harus
dilakukan penilaian terhadap bahan ajar tersebut. Penilaian yang dilakukan meliputi
aspek validitas, reliabilitas, praktikalitas dan efektivitas.
5
B. Landasan Yuridis
Bahan ajar cetak merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran
dan seorang pendidik dituntut untuk dapat membuat dan mengembangkan bahan ajar
cetak tersebut. Namun, untuk mengembangkan bahan ajar cetak sendiri pendidik tidak
serta-merta mengembangkan tanpa panduan. Berkaitan dengan hal itu, pemerintah telah
membuat beberapa peraturan tentang pentingnya pengembangan bahan ajar cetak.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 20 berisi tentang perencanaan proses pembelajaran yang
terdiri atas silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, yang mana kedua hal ini
minimal memuat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Kualifikasi akademik dan kompetensi
pendidik sangat dituntut agar dapat memenuhi tuntutan dari pemerintah.
Sejalan dengan hal di atas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 telah menjabarkan standar kompetensi pendidik.
Standar kompetensi pendidik terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional, dimana keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja pendidik.
Berdasarkan peraturan tersebut, pendidik diharuskan mampu untuk mengembangkan
bahan ajar agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Pengembangan bahan ajardijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Pasal 20 yang menyatakan bahwa pendidik hendaknya dapat
mengembangkan materi pembelajaran. Hal ini kemudian dipertegas oleh Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses, yang antara
lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Sumber
belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran salah satunya adalah bahan ajar.
Dengan demikian, guru diharapkan mampu untuk membuat dan mengembangkan bahan
ajar sebagai salah satu sumber belajar.
Pengembangan bahan ajar terutama bahan ajar cetak merupakan suatu pengkajian
sistematis terhadap perancangan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan
6
5. Penilaian, dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6. Sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet dan
jurnal hasil penelitian.
Pembelajaran menggunakan brosur diharapkan dapat meningkatkan minat
peserta didik karena tampilannya yang dibuat semenarik mungkin dan sesuai dengan
kompetensi yang hendak dicapai. Selain kemenarikan, bahasa yang digunakan juga
sederhana dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pembuatan brosur sebagai salah satu bahan ajar cetak dalam pembelajaran diharapkan
dapat mempermudah dan meningkatkan keinginan peserta didik untuk belajar.
Educational Evaluation” bahwa suatu bahan ajar dikatakan valid apabila dapat sesuai
dengan yang diharapkan. Sesuai yang diharapkan disini maksudnya adalah dapat
mengembangkan kompetensi peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
tujuan pengembangan bahan ajar.
Menurut Akker (2013), ada dua syarat suatu bahan ajar dinyatakan valid, yaitu:
1. Sesuai keilmuan secara ilmiah (benar secara ilmiah). Hal ini berkenaan dengan
validitas content (validitas isi).
2. Rasional (masuk akal, berhubungan secara konsisten), yang mana hal ini berkaitan
dengan validitas construct (validitas konstruk).
Hal ini sejalan dengan pendapat Rochmad (2012), yang menyatakan bahwa suatu hasil
pengembangan dapat dikatakan valid jika produk telah berdasarkan teori yang memadai
(validitas isi) dan semua komponen produk pembelajaran satu sama lain berhubungan
secara konsisten (validitas konstruk).
Dapat dipahami bahwa suatu bahan ajar dikatakan valid apabila telah terpenuhi
validitas isi dan validitas konstruknya. Berdasarkan paparan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwavaliditas bahan ajar cetak ialahkesesuaian suatu bahan ajar cetak
dengan keilmuan secara ilmiah, serta kerasionalan dan ketepatan dalam mencapaitujuan
pembelajaran yang diingikan.Dengan kata lain, validitas adalah penilaian terhadap
ketepatan rancangan produk.
2. Macam-macam Validitas
a. Validitas Internal/Rasional
Validitas internal adalah validitas yang berhubungan dengan sejauh mana
hubungan antara komponen bahan ajar (berasal dari dalam produk). Validitas internal
terbagi atas validitas isi, validitas konstruk, validitas kebahasaan dan validitas
kegrafisan. Hal tersebut juga tertuang dalam Depdiknas (2008), yang menyatakan
bahwa secara umum ada empat komponen validitas bahan ajar yang mana kriteria yang
dinilai oleh pakar mencakup komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen
kebahasaan, dan komponen kegrafisan. Berikut penjelasan mengenai komponen-
komponen tersebut.
9
1) Validitas Isi
Validitas isi atau yang dikenal dengan content validity adalah pengujian terhadap
ketepatan dan kelayakan suatu bahan ajar untuk digunakan. Validitas isi menunjukkan
bahwa isi bahan ajar tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar
dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta
sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian empiris
yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Dengan demikian isi bahan ajar dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah, benar dari segi keilmuan.
Validitas isi disusun berdasarkan rancangaan atau program yang telah
ada.Validitas isi sangat penting untuk diperhatikan sehingga bahan ajar tidak
menimbulkan miskonsepsi (kesalahan konsep) pada peserta didik. Agar validitas isi
dapat terpenuhi, pendidik harus selalu menggunakan sumber acuan atau referensi yang
berisi hasil-hasil penelitian empiris, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang
ilmu, serta perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu. Teori dan konsep yang berlaku
dalam suatu bidang ilmu dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun buku teks bidang ilmu.
Sementara hasil penelitian empiris dan perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu dapat
diperoleh dari berbagai jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal elektronik.
Depdiknas (2008) menyatakan bahwa komponen kelayakan isi harus
mencakupkesesuaian dengan SK dan KD, perkembangan anak, kebutuhan bahan ajar,
nilai moral dan nilai sosial, kebenaran substansi materi pembelajaran, dan memiliki
kegunaan. Ini berarti validitas isi mengacu pada hal-hal (komponen isi) bahan ajar. Jadi,
dapat disimpulkam bahwa bahan ajar cetak dikatakan memenuhi validitas isi apabila
telas memuat segala hal yang harus ada dalam bahan ajar.
2) Validitas Konstruk
Validitas konstruk suatu bahan ajar mengacu pada teori yang relevan yang
dijadikan dasar untuk menyusun bahan ajar tersebut. Uji validitas konstruk dapat
dilakukan dengan berkonsultasi kepada ahli. Konstruk adalah kerangka dalam suatu
konsep. Konstruk juga dapat diartikan sebagai konsep yang telah dibatasi pengertiannya
(unsur, ciri dan sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur. Validitas konstruk disusun
berdasarkan teori yang relevan
10
b) Kejelasan informasi
c) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
d) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)
Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar dikatakan valid apabila komponen
kebahasaan sudah terpenuhi. Komponen kebahasaan merupakan syarat keterbacaan
suatu bahan ajar. Kebahasaan menjadi komponen utama yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan sebuah bahan ajar. Hal ini dikarenakan apabila kata dan bahasa yang
digunakan sulit dimengerti maka tujuan pengembangan bahan ajar tidak bisa tercapai.
4) Validitas Kegrafisan
Komponen penilaian validitas internal yang terakhir adalah dari segi kegrafisan.
Komponen kegrafisan berisi tentang bagaimana tampilan dan desain dari sebuah bahan
ajar. Depdiknas (2008:28) selanjutnya menjelaskan bahwa komponen kegrafisan antara
lain mencakup penggunaan font; jenis dan ukuran, lay out atau tata letak, ilustrasi,
gambar, foto, serta desain tampilan.
b. Validitas Eksternal / Empiris
Validitas eksternal disebut juga validitas empiris. Validitas eksternalmerupakan
validitas yang didasarkan pada kriteria yang ada diluar produk (bahan ajar)berdasarkan
fakta empiris atau pengalaman. Validitas eksternal terdiri dari:
1) Validitas Kesejajaran
Sebuah bahan ajar dikatakan memiliki validitas kesejajaran apabila hasilnya
sesuai dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria yang sudah ada dapat berupa bahan ajar
lain yang menampilkan materi ataupun model pembelajaran yang sama tetapi sudah
diakui validitasnya. Validitas kesejajaran dapat digunakan untuk menguji validitas
bahan ajar baik (Widoyoko, 2012).
2) Validitas prediksi
Memprediksi artinya memperkirakan/meramal mengenai hal yang akan terjadi
pada masa akan datang, jadi sekrang belum terjadi. Sebuah bahan ajar dikatakan
memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemapuan untuk
meramalkan apa yang akan terjadi dimasa akan datang mengenai hal yang sama.
12
Validatas prediksi ini biasanya digunakan untuk menguji validitas bahan ajar dalam
bentuk tes.
Validitas prediksi diperoleh apabila pengambilan skor kriteria tidak bersamaan
dengan pengambilan skor tes. Setelah subjek dikenai tes yang akan dicari validitas
prediksinya, lalu diberikan tenggang waktu tertentu sebelum skor kriteria diambil dari
subjek yang sama. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-niai
diperoleh setelah peserta tes mengikuti perkuliahan. Prosedur validasi prediksi
memerlukan waktu yang sangat lama dan biaya yang sangat besar karena prosedur ini
pada dasarnya bukan pekerjaan yang dianggap selesai setelah melakukan analisis,
melainkan berlangsung terus menerus dalam mengembangkan tes sebagai prediktor
yang baik (Widoyoko, 2012).
𝑋
𝑃= 100%. . . . . . . . … … … … … … … . . . . . . . . . . . . . . . . … … … … … … . . . . . . . . . . (1)
𝑌
Keterangan:
P = Nilai validitas produk
X= Skor yang diperoleh dari hasil validasi
Y= Skor maksimum hasil validasi
Tabel 2. Kriteria Nilai Validitas
No Nilai Angka Klasifikasi
1 81 – 100 Sangat Baik
2 61 – 80 Baik
3 41 – 60 Cukup Baik
4 21 – 40 Kurang Baik
5 0 – 20 Tidak Baik
(Riduwan, 2010)
Berdasarkan Tabel 2, suatu bahan ajar dikatakan memiliki validitas yang baik apabila
hasil analisis instrumen validitas bahan ajarberada dalam rentang 61 – 80. Hal ini berarti
bahwa bahan ajar yang dikembangkan sudah bisa digunakan oleh peserta didik dalam
proses pembelajaran.
validitas bahan ajar. Walaupun bahan ajar yang valid pada umumnya pasti reliabel,
tetapi pengujian reliabilitas bahan ajar tetap diperlukan.
Berikut ini adalah persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan
reliabilitas suatu bahan ajar.
𝑑𝐴
𝑅= . . … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
𝑑(𝐴) + 𝑑(𝐷)
Keterangan : R= reliabilitas
dA = nilai rata-rata yang setuju
dD = nilai rata-rata yang tidak setuju
kepraktisan bahan ajar dapat ditentukan dari pendapat dan penilaian pendidik dan
peserta didik. Pendapat yang dimaksud disini adalah pertimbangan bahwa bahan ajar
dapat dan mudah digunakan serta sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kepraktisan diartikan pula sebagai kemudahan dalam penyelenggaraan. Selain
itu, kepraktisan dihubungkan pula dengan efisien dan efektivitas waktu dan dana.
Sebuah bahan ajar dikatakan baik bila tidak memerlukan waktu yang banyak dalam
penggunaannya, dan juga tidak memerlukan dana yang besar untuk
memperolehnya.Dengan demikian, bahan ajar yang dikembangkan dikatakan praktis
jika memenuhi kriteria:
a. Berguna bagi pendidik maupun peserta didik
b. Mudah digunakan, dan
c. Harganya relatif murah
Akan tetapi, perlu diingat bahwa terdapat pengecualian pemberlakuan kriteria di
atas. Ketiga kriteria tersebut berlaku apabila terjadi dalam kondisi normal. Jika tidak
terjadi dalam keadaan normal, maka ketiga hal tersebut tidak bisa dijadikan tolak ukur
dalam menentukan kepraktisan bahan ajar.
aims”. Ini berarti, keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil
intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud.
Menurut Akker terdapat dua aspek keefektifan yang harus dipenuhi oleh suatu
bahan ajar, ia memberikan parameter sebagai berikut:
1. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan tersebut
efektif
2. Secara operasional bahan ajar tersebut memberikan hasil sesuai dengan harapan
(Djamas, 2015).
Berdasarkan penjelasan di atas, efektivitas lebih memfokuskan pada akibat atau
pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai sumber daya, yaitu
mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam pelaksanaannya tepat
waktu.
Bahan ajar atau produk yang telah dikembangkan kemudian dilakukan uji coba
terbatas untuk mengetahui efektivitas bahan ajar yang telah dibuat. Uji coba bahan ajar
dilakukan dalam tiga level yaitu uji coba produk berupa one-on-one, uji coba produk
pada skala kecil yang terdiri dari enam sampai delapan orang peserta didik dan uji coba
pemakaian produk pada seluruh peserta didik di dalam kelas (Asrizal, 2018). Menurut
Sugiyono dalam Gitnita (2012), uji coba produk bahan ajar dapat dilakukan dengan
cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah (before-after) yang dimodelkan
pada gambar berikut:
O1 X O2
pemberian perlakuan dilakukan dengan cara membandingkan nilai O1 dan nilai O2. Jika
nilai O2 lebih besar daripada nilai O1 maka dapat dikatakan bahwa perlakuan yang
kdiberikan tersebut efektif.
a. Instrumen Pengumpulan Data Efektivitas
Menurut Festiyed (2014), proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor
internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi
berprestasi dan kemampuan kognitif). Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, media dan model
pembelajaran). Dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah media pembelajaran yang dalam hal ini adalah bahan ajar.
Menurut Permendikbud (2016) penilaian hasil belajar peserta didik meliputi
aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut efektivitas bahan
ajar cetak yang dikembangkan harus bersesuaian dengan aspek tersebut. Data untuk
menentukan efektivitas bahan ajar ditentukan menggunakan instrument sebagai berikut:
a) Instrumen Penilaian Aspek Sikap
Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian pengetahuan
dan keterampilan sehingga teknik penilaian juga berbeda. Sikap sosial yang akan
diamati antara lain jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga dan negara (Sanjaya: 2018).
Instrumen aspek sikap berkaitan berupa lembar observasi sikap.Observasi adalah teknik
penilaian yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera,
dan berpedoman pada lembar observasi mencakup prilaku yang diamati. Berikut format
eembar observasi yang digunakan dalam penelitian:
2
3
Dst
Nilai sikap siswa diperoleh dari skor yang didapatkan dari indikator sikap dibagi
dengan skor maksimum kemudian dikalikan dengan 100 yang ditulis dengan persamaan
berikut:
Jumlah skor sikap siswa
Nilai = × 100 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. (4)
Jumlah skor maksimum sikap siswa
Apabila siswa memperoleh skor maksimum maka dapat diartikan bahwa nilai sikap
siswa adalah 100.
Nilai maksimum siswa apabila menjawab 50 soal dengan benar maka nilai yang
diperoleh siswa adalah 100.
c) Instrumen Penilaian Aspek Keterampilan
Penilaian aspek keterampilan dilakukan dengan teknik penilaian kinerja dan
penilaian penugasan. Hasil penilaian aspek pengetahuan dilaporkan dalam bentuk angka
menggunakan rentang nilai 0-100, predikat disajikan dalam huruf A,B,C, dan D
sedangkan deskripsi dibuat dengan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dan
pilihan kata yang bernada positif (Sanjaya: 2018). Nilai aspek keterampilan siswa
diperoleh dari analisis lembar penilaian keterampilan dengan dua bagian analisis
penilaian keterampilan, yaitu pada saat sebelum dan sesudah penggunaan bahan ajar
cetak. Berikut merupakan lembar penilaian keterampilan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan siswa pada penelitian ini:
Keterangan :
K1 = Kreatif K4 = Mandiri
K2 = Produktif K5 = Kolaboratif
K3 = Kritis K6 = Komunikatif
21
Pada penilaian keterampilan siswa diperoleh dari skor yang didapatkan dari
indikator keterampilan dibagi dengan skor maksimum kemudian dikali dengan 100
seperti persamaan berikut. Secara sistematis dapat ditulis dengan persamaan:
Nilai keterampilan siswa memiliki rentangan dari 0-100. Jika siswa memperoleh skor
maksimum maka dapat diartikan bahwa nilai keterampilan siswa adalah 100.
membandingkan antara (B/A). Bila B tidak berbeda secara signifikan dengan A, maka B
merupakan data yang berdistribusi normal.
Ho:data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Hi:data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Grafik distribusi chi kuadrat (𝑥 2 ) umumnya merupakan kurve positif , yaitu miring
ke kanan. Kemiringan ini makin berkurang jika derajat kebebasan (dk) makin besar.
Langkah-Langkah Menguji Data Normalitas dengan Chi Kuadrat:
1) Menentukan Mean
2) Menentukan Simpangan Baku
3) Membuat daftar distribusi frekuensi yang diharapkan
a) Menentukan batas kelas
b) Mencari nilai Z skor untuk batas kelas interval
c) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal
d) Mencari luas tiap kelas interval
e) Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei)
X 1 i
X1 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(7)
n
Nilai rata-rata sampel sesudah perlakuan
X 2 i
X2 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …(8)
n
Keterangan :
X2 = data pengukuran sebelum perlakuan
n = jumlah responden/data
2. Nilai varian
Nilai varian sebelum perlakuan
( X 1i − X 1 )
S X2 1 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(9)
n −1
n = jumlah responden/data
4. Koefisien korelasi ( r )
n(X 1 X 2 ) − (X 1 )(X 2 )
r= . . . . . . . . . . . . . . …(11)
n(X 1
2
) − (X 1 ) 2 n(X 2 ) − (X 2 ) 2
2
25
Keterangan:
r = nilai koefisien korelasi
X = nilai pengukuran sebelum
Y = nilai pengukuran sesudah
n x1 n x2 n n
X1 X2
Keterangan :
n x1 = sampel pertama
n x2 = sampel kedua
Hasil thitung yang didapatkan dibandingkan dengan nilai ttabel.Jika didapatkan harga thitung
lebih besar dari harga ttabel, berarti terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran sesudah
dan sebelum penggunaan bahan ajar cetak sehingga dapat dinyatakan bahwa bahan ajar
cetak efektif digunakan dalam pembelajaran.
b) Uji Wilcoxon
Uji Wilcoxon (Wilcoxon Test) merupakan statistik non-parametriks. Uji
Wilcoxon digunakan untuk data yang tidak terdistribusi normal perhitungannya.
Sujarweni (2012: 144) mengatakan bahwa “Wilcoxon Test bisa digunakan untuk
menguji rata-rata satu populasi atau uji rata-rata dua populasi data berpasangan”.
Uji Wilcoxon dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
dari suatu observasi yang berpasangan.Langkah-langkah untuk mengolah data uji
Wilcoxon tersebut adalah:
a. Membuat tabel penolong
Tabel 4. Format Tabel Nilai T hitung
No X1 X2 Beda Tanda Jenjang
X1-X2 Jenjang + _
26
1
2
...
Dst
Jumlah T=
Keterangan:
X1 = data pengukuran sebelum perlakuan
X2 = data pengukuran sesudah perlakuan
b. Hitung nilai beda untuk semua data
Beda (d) = X1- X2
c. Menghitung nilai jenjang
Rangkinglah dari nilai beda terkecil tanpa memperhatikan tanda (+) atau (-). Jika
tanda memiliki nilai beda yang sama maka rangking untuk nilai beda yang sama
tersebut adalah rangking rata-rata. Untuk data dengan beda=0 tidak dihitung.
d. Pisahkan nilai jenjang yang betanda (+) atau (-) bedasarkan nilai beda.
e. Tentukan nilai T
T+ yaitu jumlah rangking yang bertanda positif
T- yaitu jumlah rangking yang bertanda negatif
f. Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 nilai-nilai kritis untuk uji
wilcoxon. Nilai T yang diambil adalah jumlah nilai jenjang yang paling sedikit.
g. Membuat kesimpulan, yaitu:
𝐻𝑜 diterima jika T hitung >𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
𝐻𝑜 ditolak jika T hitung ≤𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Hal tersebut dilakukan bila sampel kurang dari 25. Jika sampel pasangan lebih
besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati distribusi normal. Untuk itu
digunakan rumus z dalam pengujiannya.
𝑛(𝑛+1)
𝜇𝑇 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … ..
4
(13)
27
𝜎𝑇 =
𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
√ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(14)
24
𝑧=
𝑇−𝜇𝑇
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. (15)
𝜎𝑇
Keterangan:
T = jumlah jenjang paling sedikit
n = jumlah data
z = uji wilcoxon
(Sujarweni, 2012)
Uji Wilcoxon untuk data yang lebih dari 25 digunakan uji transmorfasi Z.
Banyaknya data yang digunakan adalah lebih dari 25 maka digunakan transformasi z
dengan asumsi bahwa data tersebut mendekati normal. Nilai Z hitung jika diperoleh
bernilai negatif. Maka Hipotesis nol diterima dengan syarat − Z tabel Z hitung Z tabel . Pada
taraf kesalahan 5% diperoleh dengan harga Ztabel = Ztabel(1/2 –α/2)=Z0,475 adalah 1,96.Pada
tingkat kepercayaan 95 % menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan yang
berarti apabila nilai z hitung tidak memenuhi kriteria Ho atau apabila nilai z hitung
berada pada daerah Ho yang diterima.
BAB III
PEMBAHASAN
27
28
Komponen
Validitas Reliabilitas Praktikalitas Efektivitas
pembeda
Instrument Angket Angket Angket Angket dan tes
Responden Validator Validator yang Praktisi Peserta didik
(dosen atau ahli sama dengan (Pendidik dan
di bidangnya) waktu yang Peserta didik)
berbeda-beda
Analisis Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan
skala Likert analisis statistik skala Likert analisis statistik
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa ada empat aspek yang harus terpenuhi agar
bahan ajar yang dikembangkan dapat dinyatakan valid. Keempat aspek itu antara lain
kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan. Setelah dirumuskan kisi-kisi
instrumen validitas, barulah diturunkan menjadi instrumen uji validitas.
Dari angket validitas yang diisi oleh 22 penilai, diperoleh bahwa bahan ajar cetak
berupa Brosur Hukum Newton tentang Gerak memiliki tingkat validitas yang sangat
baik, yaitu sebesar 88,23. Hal ini sesuai dengan kriteria nilai validitas pada tabel 2, yang
menyatakan bahwa pada rentang nilai 81-100 maka bahan ajar dikategorikan memiliki
validitas sangat baik.
Nilai rata-rata setiap komponen penilaian pada bahan ajar cetak berupa brosur
dapat ditentukan dari nilai rata-rata keempat komponen penilaian brosur tersebut. Pada
brosur terdapat empat komponen yang telah dianalisis. Keempat komponen tersebut
diantaranya, 1) komponen kelayakan isi, 2) komponen penyajian, 3) komponen
kebahasaan, dan 4) komponen kegrafisan. Analisis nilai rata-rata penilaian validitas
Brosur Hukum Newton tentang Gerak dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil plot nilai
validitas bahan ajar untuk setiap komponen penilaian terlihat pada Gambar 3.
100
90
80 89.67 87.60 88.50
87.14
70
60
Nilai
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4
Komponen Validitas
Berdasarkan angket validasi yang telah di isi oleh penilai, diperoleh saran-saran
untuk merevisi kembali brosur yang telah dibuat agar lebih baik lagi. Saran yang
diberikan adalah sebagai berikut:
a. Jenis dan ukuran huruf harus konsisten
b. Kalimat ajakan ditambahkan lagi
c. Perhatikan kembali warna yang digunakan (selaraskan antara latar dan warna
tulisan)
d. Gunakan jenis huruf yang bisa menarik minat baca siswa
Saran-saran dari penilai dapat digunakan sebagai acuan dalam proses revisi. Revisi yang
dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kelayakan bahan ajar (brosur).
Selanjutnya, brosur yang telah direvisi dapat dilakukan uji coba terbatas.
Tujuandari pengujian terbatas ini adalah untukmenguji praktikalitas dan efektivitas
brosur tersebut. Kelemahan dan masalah muncul pada prosespengujian lapangan
terbatas, nantinya akan direvisi kembali (Asrizal: 2018).Hasil kegiatan pada pengujian
ini adalah mendeskripsikan hasil dariuji praktikalitas dan efektivitas pada brosur.
Instrumen yang terdapat pada praktikalitas berupa lembar angket yang akan dinilai oleh
guru dan siswa. Pada efektivitas, data yang diperoleh bersumber dari nilai
pengetahuan,sikap, dan keterampilan siswa sehingga dapat dilihat perubahan signifikan
sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar cetak berupa brosur.
menggunakan produk
Mudah digunakan oleh guru 1,2,3,4
atau orang lain
2 Daya Tarik Kemenarikan produk 1,5,6
Warna yang digunakan 4
kontras
Produk jelas 2,3
Mudah digunakan kapanpun 4
3 Efisiensi Efisiensi ( tenaga, biaya, dan 1,2,4
waktu)
Waktu yg disediakan utk 2,3,4
memperlancar evaluasi
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Validitas bahan ajar cetak adalah ketepatan dan kesesuaian bahan ajar cetak yang
dirancang dengan konsep dan teori bidang ilmu yang bersangkutan.
Validitas bahan ajar cetak berupa brosur Hukum Newton tentang Gerak diperoleh
sebesar 88, 23 dengan kategori sangat baik.
2. Reliabilitas bahan ajar cetak adalah konsistensi penilaian bahan ajar cetak. Bahan
ajar dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap atau hampir mendekati
(konsisten) apabila digunakan berkali-kali. Uji reliabilitas bahan ajar cetak berupa
brosur Hukum Newton tentang Gerak tidak dilakukan karena terkendala waktu.
3. Praktikalitas bahan ajar cetak berkaitan dengan tingkat manfaat bahan ajar,
kemudahan penggunaan, serta efektif dalam segi biaya (murah). Uji praktikalitas
bahan ajar cetak berupa brosur Hukum Newton tentang Gerak tidak dilakukan
karena keterbatasan waktu.
4. Efektivitas bahan ajar cetak berkaitan dengan pengaruh penggunaan bahan ajar
cetak, baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan peserta didik. Hal
ini ditandai dengan meningkatnya kemampuan peserta didik setelah menggunakan
bahan ajar cetak.
B. Saran
Sebagai seorang pendidik, kita dituntut untuk mampu mengembangkan bahan
ajar cetak demi meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran. Agar
bahan ajar cetak yang dikembangkan berkualitas, pendidik harus berpedoman pada
aturanpengembangan bahan ajar cetak yang diatur oleh pemerintah. Untuk pemahaman
lebih lanjut, perlu adanya pengembangan bahan ajar cetak dengan materi yang berbeda.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk
itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Asrizal, A., Festiyed, F., & Sumarmin, R. (2017). Analisis Kebutuhan Pengembangan
Bahan Ajar IPA Terpadu Bermuatan Literasi Era Digital untuk Pembelajaran
Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Eksakta Pendidikan. Vol 1: 1-8.
Asrizal, A., Amran, A., Ananda, A., Festiyed, F., & Khairani, S. (2018). Effectiveness
of integrated science instructional material on pressure in daily life theme to
improve digital age literacy of students. Journal of Physics: IOP conf.
Asrizal, A., Amran, A., Ananda, A., Festiyed, F., & Sumarmin, R. (2018). The
Development Of Integrated Science Instructional Materials To Improve Students
Digital Literacy In Scientific Approach. Jurnal pendidikan Indonesia. Vol 7i4.
Asrizal, A., Kamus, Z & Sari, S.A. (2018). Analisis Ujicoba Terbatas pada Bahan Ajar
Fisika dengan Konten Nilai Kecerdasan Spiritual Materi Gerak Dua Dimensi dan
Hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pillar of Physics Education.
Vol 11:41-48.
Festiyed, F. (2014, Mei). Pengembangan Generic Life Skill Siswa Sekolah Menengah
Pertama pada Pembelajaran Fisika. Seminar Nasional dan Rapat Tahun Bidang
MIPA. Bogor: IPB.
Festiyed, F., & Rahayu, C. (2015). Validitas Perangkat Pembelajaran Fisika SMA
Berbasis Model Pembelajaran Generatif dengan Pendekatan Openended Problem
untuk Menstimulus Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal Pendidikan
Fisika. Vol 7: 1-6
Gitnita, S., Kamus, Z., & Gusnedi. (2018). Analisis Validitas, Praktikalitas dan
Efektivitas Pengembangan Bahan Ajar Terintegrasi Konten Kecerdasan Spiritual
pada Materi Fisika tentang Vektor dan Gerak Lurus. Jurnal Pillar of Physics
Education. Vol 2:153-160.
36
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Razi, F., Hidayati., & Oktisa, M. (2015). Pembuatan Bahan Ajar dalam Bentuk Brosur
Menggunakan Mind Map untuk Pembelajaran IPA Siswa Kelas VIII di SMP
Negeri 8 Padang. Jurnal Pillar of Physics Education. Vol 6: 129-136.