Anda di halaman 1dari 44

Tugas Kelompok 4

Kamis/ 26-09-2019

MAKALAH
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA

“Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas, dan Efektivitas Bahan Ajar Cetak


Berupa Brosur, Leaflet, Flyer, Poster dan Wallchart”

Oleh:
Mutia Risma (19175008)
Rahmayani (19175012)
Fitria Handayani (19175004)

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S.
Dr. H. Asrizal, M.Si.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul“Validitas,
Reliabilitas, Praktikalitas, dan Efektivitas Bahan Ajar Cetak Berupa Brosur, Leaflet, Flyer,
Poster dan Wallchart”tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dari berbagai sumber dan
sumbangan fikiran dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof.
Dr. Hj. Festiyed, MS dan Bapak Dr. H. Asrizal, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar Fisika.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari
segi penyajian maupun penulisannya. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.

Padang,September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
D. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
E. Manfaat Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI...................................................................................................... 3
A. Landasan Agama ............................................................................................................. 3
B. Landasan Yuridis ............................................................................................................. 5
C. Pembelajaran menggunakan Bahan Ajar Cetak ...................................................... 6
D. Validitas Bahan Ajar Cetak .................................................................................... 7
E. Reliabelitas Bahan Ajar Cetak .............................................................................. 13
F. Praktikalitas Bahan Ajar Cetak ............................................................................. 14
G. Efektivitas Bahan Ajar Cetak................................................................................ 16
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 27
A. Perbedaan Validitas, Reliabelitas, Praktikalitas dan Efektivitas ............................. 27
B. Kisi-kisi Validitas Bahan Ajar Cetak dalam Bentuk Brosur ................................... 28
C. Analisis Validitas Bahan Ajar Cetak dalam Bentuk Brosur .................................... 29
D. Kisi-kisi Praktikalitas Bahan Ajar Cetak dalam Bentuk Brosur ............................. 32
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 34
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 34

iii
B. Saran ................................................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 35
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 38

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Bobot Pernyataan Validitas ..................................................................................... 12


Tabel 2 Kriteria Nilai Validitas ............................................................................................ 13
Tabel 3 Kategori Praktikalitas .............................................................................................. 16
Tabel 4 Format Tabel Nilai t Hitung .................................................................................... 25
Tabel 5 Perbedaan Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas dan Evektivitas ............................. 27
Tabel 6 Kisi-kisi Instrumen Validitas Bahan Ajar Cetak dalam Bentuk Brosur .................. 28

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Desain Before-After ............................................................................................. 17


Gambar 2 Grafik Distribusi Chi-Kuadrat ............................................................................. 23
Gambar 3 Nilai Rata-rata Komponen Penilaian Validasi Brosur ......................................... 30

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran yang ideal tidak pernah lepas dari banyak faktor,
diantaranya sarana prasarana, aktivitas siswa, kemampuan guru mengelola
pembelajara,strategi pembelajaran dan perangkat pembelajaran yang digunakan. Salah
satu jenis perangkat pembelajaran ialah bahan ajar. Bahan ajar sebagai salah satu alat
bantu dalam kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan zaman,
kurikulum yang berlaku dan memenuhi semua komponen yang terdapat dalam bahan
ajar. Apabila ada salah satu komponen dari bahan ajar yang tidak terpenuhi maka harus
dilakukan perbaikan pada bahan ajar tersebut (pengembangan bahan ajar).
Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik
agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses
pengembangannya antara lain isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi dan
pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat bergantung pada ketepatan dalam
memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Pengembangan bahan ajar yang sistematis
dimulai dari proses perancangan, pengembangan serta penggunaan, sampai pada uji
coba bahan ajar.
Kelayakan dan kualitas bahan ajar harus menjadi perhatian bagi seorang
pendidik. Pendidik diharapkan menguasai konsep-konsep yang berkaitan dengan
pengembangan bahan ajar, terutama mengenai validitas, reliabilitas, praktikalitas, dan
efektivitas bahan ajar. Tanpa pemahaman mengenai tata cara pengembangan bahan ajar,
maka pendidik akan mengalami kesulitan dalam proses pengembangan sehingga
mengakibatkan pembelajaran tidak dapat berjalan secara optimal. Oleh karena itu,
makalah ini akan membahas tentang bagaimana cara menghasilkan bahan ajar yang
berkualitas tinggi.

1
2

B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan,materi pada makalah ini
dibatasi pada validitas, reliabilitas, praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar cetak berupa
brosur.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana validitas bahan ajar cetak berupa brosur?
2. Bagaimana reliabilitas bahan ajar cetak berupa brosur ?
3. Bagaimana praktikalitas bahan ajar cetakberupa brosur?
4. Bagaimana efektivitas bahan ajar cetakberupa brosur?

D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahuivaliditasbahan ajar cetak berupa brosur.
2. Untuk mengetahuireliabilitasbahan ajar cetak berupa brosur.
3. Untuk mengetahuipraktikalitas bahan ajar cetak berupa brosur.
4. Untuk mengetahui efektivitas bahan ajar cetak berupa brosur.

E. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak,
terutama:
1. Penulis, sebagai wadah untuk mengembangkan kompetensi mengenai validitas,
reliabilitas, praktikalitas dan efektivitas bahan ajar cetak.
2. Tenaga pendidik, untuk menambah wawasan mengenai validitas, reliabilitas,
praktikalitas dan efektivitas bahan ajar cetak .
3. Pembaca, sebagai wadah untuk menambah wawasan mengenai validitas,
reliabilitas, praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar cetak.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama
Bahan ajar perlu dievaluasi (diperiksa dengan teliti) dan dinilai terlebih dahulu
sebelum digunakan dalam proses pembelajaran. Perintah untuk mengevaluasi atau
menilai bahan ajar ternyata sudah terlebih dahulu dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-
Quran. Allah telah menjelaskan dan memerintahkan kita untuk mengevaluasi sesuatu
(melakukan validasi) sebelum mempercayai dan menggunakannya. Hal ini dijelaskan
dalam Surah Al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu”(QS. Al-Hujurat: 6).

Selain validitas, dalam proses pengembangan bahan ajar juga harus dilakukan
perhitungan reliabilitas atau tingkat kekonsistenan bahan ajar. Reliabilitas ini penting
karena bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar bagi peserta didik, sehingga
bahan ajar yang dibuat oleh pendidik harus sesuai dengan kebenaran dan bersifat
konsisten. Konsep reliabilitas terdapat dalam Surah Ali-Imran ayat 139 yang berbunyi :

Artinya: “Janganlahkamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahalkamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman” (QS. Ali Imran: 139).

3
4

Sejalandenganayat tersebut, reliabilitas juga terdapat dalam surah Fussilat ayat


30 yang berbunyi :

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"


kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu"(QS.
Fussilat: 30).

Sejalan dengan itu, konsep praktikalitas juga terdapat dalam Al-Quran Surah Al-
Kahfi ayat 103-104 yang berbunyi:

Artinya: Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang


yang paling merugi perbuatannya?”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi: 103-104).

Interpretasi dari ayat-ayat tersebut ialah, kita sebagai umat manusiaakan selalu
dinilai. Kita diberikan berbagai cobaan oleh Allah untuk dinilai sejauh mana kita layak
disebut sebagai hamba-Nya yang beriman dan sejauh mana kesabaran kita dalam
menghadapi cobaan tersebut.Sama halnya dengan bahan ajar, sebelum diberikan kepada
peserta didik, seorang pendidik harus mengetahui apakah bahan ajar tersebut sudah
layak untuk di gunakan oleh peserta didik atau belum, sehingga terlebih dahulu harus
dilakukan penilaian terhadap bahan ajar tersebut. Penilaian yang dilakukan meliputi
aspek validitas, reliabilitas, praktikalitas dan efektivitas.
5

B. Landasan Yuridis
Bahan ajar cetak merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran
dan seorang pendidik dituntut untuk dapat membuat dan mengembangkan bahan ajar
cetak tersebut. Namun, untuk mengembangkan bahan ajar cetak sendiri pendidik tidak
serta-merta mengembangkan tanpa panduan. Berkaitan dengan hal itu, pemerintah telah
membuat beberapa peraturan tentang pentingnya pengembangan bahan ajar cetak.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 20 berisi tentang perencanaan proses pembelajaran yang
terdiri atas silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, yang mana kedua hal ini
minimal memuat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Kualifikasi akademik dan kompetensi
pendidik sangat dituntut agar dapat memenuhi tuntutan dari pemerintah.
Sejalan dengan hal di atas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 telah menjabarkan standar kompetensi pendidik.
Standar kompetensi pendidik terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional, dimana keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja pendidik.
Berdasarkan peraturan tersebut, pendidik diharuskan mampu untuk mengembangkan
bahan ajar agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Pengembangan bahan ajardijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Pasal 20 yang menyatakan bahwa pendidik hendaknya dapat
mengembangkan materi pembelajaran. Hal ini kemudian dipertegas oleh Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses, yang antara
lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Sumber
belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran salah satunya adalah bahan ajar.
Dengan demikian, guru diharapkan mampu untuk membuat dan mengembangkan bahan
ajar sebagai salah satu sumber belajar.
Pengembangan bahan ajar terutama bahan ajar cetak merupakan suatu pengkajian
sistematis terhadap perancangan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan
6

produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, praktikalitas


dan efektivitas. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkam bahwa tujuan
pengembangan bahan ajar cetak adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
yang valid, reliabel, praktis, efektif dan sesuai kondisi dan kebutuhan dilapangan.
Proses pengembangan bahan ajar cetak yang valid, reliabel, praktis, dan efektif
dilakukan dengan cara menguji validitas, reliabilitas, praktikalitas, dan efektivitas bahan
ajar cetak.

C. Pembelajaran Menggunakan Bahan Ajar Cetak Berupa Brosur


Menurut Asrizal (2018), “Instructional materials are an important part of the
learning process. Teachers use instructional material to facilitate student to learn a
certain material”. Dari pendapat tersebut diketahui bahwa bahan ajar merupakan salah
satu bagian penting dalam proses pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan bahan
ajar untuk memudahkan siswa dalam mempelajari materi tertentu.
Sejalan dengan hal tersebut, Asrizal (2017) menyatakan bahwa, dalam
pembelajaran pendidik berperan sebagai fasilitator, motivator, pembimbing, pemberi
informasi, penilai dan sebagainya. Dalam hal ini, bahan ajar dapat dijadikan sebagai
media bagipendidik untuk melaksanakan perannya dalam proses pembelajaran. Untuk
itu, pendidik diharuskan untuk merancang dan mengembangkan bahan ajar karena
ketersediaan bahan ajar merupakan salah satu dari banyaknya tuntutan kurikulum. Salah
satu jenis bahan ajar cetak adalah brosur. Brosur dipilih karena bahan ajar ini sangat
simpel dan mudah dibawa kemana-mana (Razi, 2015).
Brosur merupakan suatu informasi tertulis yang tersusun secara sistematis yang
berisikan keterangan singkat tetapi lengkap.Dalam menyusun sebuah brosur sebagai
bahan ajar, brosur paling tidak memuat antara lain:
1. Judul, diturunkan dari KD atau materi pokok
2. KD atau materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.
3. Informasi pendukung yang disajikan secara jelas, padat dan menarik.
4. Tugas-tugas, dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi
belajar dan membuat resumenya.
7

5. Penilaian, dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6. Sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet dan
jurnal hasil penelitian.
Pembelajaran menggunakan brosur diharapkan dapat meningkatkan minat
peserta didik karena tampilannya yang dibuat semenarik mungkin dan sesuai dengan
kompetensi yang hendak dicapai. Selain kemenarikan, bahasa yang digunakan juga
sederhana dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pembuatan brosur sebagai salah satu bahan ajar cetak dalam pembelajaran diharapkan
dapat mempermudah dan meningkatkan keinginan peserta didik untuk belajar.

D. Validitas Bahan Ajar Cetak


1. Pengertian Validitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “valid” disebut dengan istilah “sahih”.
Dapat dikatakan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu bahan ajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Festiyed (2015) yang
menyatakan bahwa, validitas adalah penilaian terhadap suatu produk yang dibuat
apakah sudah layak untuk digunakan. Produk yang dimaksud disini adalah bahan ajar.
Misalnya, suatu bahan ajar digunakan oleh pendidik untuk meningkatkan kemampuan
berfikir kritis peserta didik. Bahan ajar tersebut dikatakan valid apabila benar-benar
dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis peserta didik.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam memvalidasi bahan ajar
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan kajian teoritis
2. Mencari indicator dan sub indicator
3. Menyusun instrumen validitas, instrumen validitas juga harus divalidasi
terlebih dahulu sebelum digunakan.
4. Menyusun rubrik penskoran.
Proses validitas sendiri bertujuan untuk mengukur apakah bahan ajar yang
digunakan dapat mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Hal ini sesuai dengan
yang dinyatakan oleh Scarvia B. Anderson dalam bukunya “Ensyclopedia of
8

Educational Evaluation” bahwa suatu bahan ajar dikatakan valid apabila dapat sesuai
dengan yang diharapkan. Sesuai yang diharapkan disini maksudnya adalah dapat
mengembangkan kompetensi peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
tujuan pengembangan bahan ajar.
Menurut Akker (2013), ada dua syarat suatu bahan ajar dinyatakan valid, yaitu:
1. Sesuai keilmuan secara ilmiah (benar secara ilmiah). Hal ini berkenaan dengan
validitas content (validitas isi).
2. Rasional (masuk akal, berhubungan secara konsisten), yang mana hal ini berkaitan
dengan validitas construct (validitas konstruk).
Hal ini sejalan dengan pendapat Rochmad (2012), yang menyatakan bahwa suatu hasil
pengembangan dapat dikatakan valid jika produk telah berdasarkan teori yang memadai
(validitas isi) dan semua komponen produk pembelajaran satu sama lain berhubungan
secara konsisten (validitas konstruk).
Dapat dipahami bahwa suatu bahan ajar dikatakan valid apabila telah terpenuhi
validitas isi dan validitas konstruknya. Berdasarkan paparan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwavaliditas bahan ajar cetak ialahkesesuaian suatu bahan ajar cetak
dengan keilmuan secara ilmiah, serta kerasionalan dan ketepatan dalam mencapaitujuan
pembelajaran yang diingikan.Dengan kata lain, validitas adalah penilaian terhadap
ketepatan rancangan produk.

2. Macam-macam Validitas
a. Validitas Internal/Rasional
Validitas internal adalah validitas yang berhubungan dengan sejauh mana
hubungan antara komponen bahan ajar (berasal dari dalam produk). Validitas internal
terbagi atas validitas isi, validitas konstruk, validitas kebahasaan dan validitas
kegrafisan. Hal tersebut juga tertuang dalam Depdiknas (2008), yang menyatakan
bahwa secara umum ada empat komponen validitas bahan ajar yang mana kriteria yang
dinilai oleh pakar mencakup komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen
kebahasaan, dan komponen kegrafisan. Berikut penjelasan mengenai komponen-
komponen tersebut.
9

1) Validitas Isi
Validitas isi atau yang dikenal dengan content validity adalah pengujian terhadap
ketepatan dan kelayakan suatu bahan ajar untuk digunakan. Validitas isi menunjukkan
bahwa isi bahan ajar tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar
dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta
sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian empiris
yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Dengan demikian isi bahan ajar dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah, benar dari segi keilmuan.
Validitas isi disusun berdasarkan rancangaan atau program yang telah
ada.Validitas isi sangat penting untuk diperhatikan sehingga bahan ajar tidak
menimbulkan miskonsepsi (kesalahan konsep) pada peserta didik. Agar validitas isi
dapat terpenuhi, pendidik harus selalu menggunakan sumber acuan atau referensi yang
berisi hasil-hasil penelitian empiris, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang
ilmu, serta perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu. Teori dan konsep yang berlaku
dalam suatu bidang ilmu dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun buku teks bidang ilmu.
Sementara hasil penelitian empiris dan perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu dapat
diperoleh dari berbagai jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal elektronik.
Depdiknas (2008) menyatakan bahwa komponen kelayakan isi harus
mencakupkesesuaian dengan SK dan KD, perkembangan anak, kebutuhan bahan ajar,
nilai moral dan nilai sosial, kebenaran substansi materi pembelajaran, dan memiliki
kegunaan. Ini berarti validitas isi mengacu pada hal-hal (komponen isi) bahan ajar. Jadi,
dapat disimpulkam bahwa bahan ajar cetak dikatakan memenuhi validitas isi apabila
telas memuat segala hal yang harus ada dalam bahan ajar.
2) Validitas Konstruk
Validitas konstruk suatu bahan ajar mengacu pada teori yang relevan yang
dijadikan dasar untuk menyusun bahan ajar tersebut. Uji validitas konstruk dapat
dilakukan dengan berkonsultasi kepada ahli. Konstruk adalah kerangka dalam suatu
konsep. Konstruk juga dapat diartikan sebagai konsep yang telah dibatasi pengertiannya
(unsur, ciri dan sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur. Validitas konstruk disusun
berdasarkan teori yang relevan
10

Validitas konstruk (Construct Validity) berkaitan dengan konstruksi atau konsep


yang akan diuji validitas alat ukurnya. Validitas konstruk merujuk pada kesesuaian
antara hasil alat ukur dengan kemampuan yang ingin diukur.Pembuktian adanya
validitas konstruk bahan ajar pada dasarnya merupakan usaha untuk menunjukan bahwa
bahan ajar benar-benar mencerminkan konstruk yang sama dengan kriteria bahan ajar
seharusnya.
Cara untuk menentukan validitas konstruk harus dilakukan proses penelaahan
teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan
konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan
butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis
dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis
yang logis. Validitas konstruk dalam penyajiannyamencakupbeberapa komponen, yaitu
kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai, urutan penyajian, pemberian motivasi
dan daya tarik, pemberian stimulus dan respon, serta kelengkapan informasi
(Depdiknas, 2008).
3) Validitas Kebahasaan
Penggunaan bahasa yang baik dan tepat merupakan salah satu faktor penting
yang diperlukan dalam mengembangkan suatu bahan ajar. Penggunaan bahasayang
dimaksud meliputi pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif dan penyusunan paragraf
yang bermakna, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap manfaat penggunaan bahan
ajar. Ragam bahasa komunikatif sebaiknya digunakan dalam penulisan atau
pengembangan, karena bahan ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata dan
penggunaan kalimat yang efektif.
Walaupun isi bahan ajar sudah lengkap, menggunakan format yang konsisten,
serta dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang digunakan sulit dimengerti
oleh peserta didik, maka bahan ajar tersebut tidak akan bermakna apa-apa. Kebahasaan
bahan ajar harus diperhatikan karena merupakan salah satu syarat keterbacaan bahan
ajar yang dikembangkan.Komponen kebahasaan menerut Depdiknas (2008) adalah
sebagai berikut:
a) Keterbacaan
11

b) Kejelasan informasi
c) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
d) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)
Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar dikatakan valid apabila komponen
kebahasaan sudah terpenuhi. Komponen kebahasaan merupakan syarat keterbacaan
suatu bahan ajar. Kebahasaan menjadi komponen utama yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan sebuah bahan ajar. Hal ini dikarenakan apabila kata dan bahasa yang
digunakan sulit dimengerti maka tujuan pengembangan bahan ajar tidak bisa tercapai.
4) Validitas Kegrafisan
Komponen penilaian validitas internal yang terakhir adalah dari segi kegrafisan.
Komponen kegrafisan berisi tentang bagaimana tampilan dan desain dari sebuah bahan
ajar. Depdiknas (2008:28) selanjutnya menjelaskan bahwa komponen kegrafisan antara
lain mencakup penggunaan font; jenis dan ukuran, lay out atau tata letak, ilustrasi,
gambar, foto, serta desain tampilan.
b. Validitas Eksternal / Empiris
Validitas eksternal disebut juga validitas empiris. Validitas eksternalmerupakan
validitas yang didasarkan pada kriteria yang ada diluar produk (bahan ajar)berdasarkan
fakta empiris atau pengalaman. Validitas eksternal terdiri dari:
1) Validitas Kesejajaran
Sebuah bahan ajar dikatakan memiliki validitas kesejajaran apabila hasilnya
sesuai dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria yang sudah ada dapat berupa bahan ajar
lain yang menampilkan materi ataupun model pembelajaran yang sama tetapi sudah
diakui validitasnya. Validitas kesejajaran dapat digunakan untuk menguji validitas
bahan ajar baik (Widoyoko, 2012).
2) Validitas prediksi
Memprediksi artinya memperkirakan/meramal mengenai hal yang akan terjadi
pada masa akan datang, jadi sekrang belum terjadi. Sebuah bahan ajar dikatakan
memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemapuan untuk
meramalkan apa yang akan terjadi dimasa akan datang mengenai hal yang sama.
12

Validatas prediksi ini biasanya digunakan untuk menguji validitas bahan ajar dalam
bentuk tes.
Validitas prediksi diperoleh apabila pengambilan skor kriteria tidak bersamaan
dengan pengambilan skor tes. Setelah subjek dikenai tes yang akan dicari validitas
prediksinya, lalu diberikan tenggang waktu tertentu sebelum skor kriteria diambil dari
subjek yang sama. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-niai
diperoleh setelah peserta tes mengikuti perkuliahan. Prosedur validasi prediksi
memerlukan waktu yang sangat lama dan biaya yang sangat besar karena prosedur ini
pada dasarnya bukan pekerjaan yang dianggap selesai setelah melakukan analisis,
melainkan berlangsung terus menerus dalam mengembangkan tes sebagai prediktor
yang baik (Widoyoko, 2012).

3. Cara menentukan Validitas Bahan Ajar Cetak


Cara menentukan validitas instrument (pengolahan angket validitas) dilakukan
berdasarkan skala Likert. Skala Likert dikembangkan oleh Rensis Likert, responden
hanya memberikan persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap butir pernyataan yang
telah dibuat. Riduwan (2012) menyatakan bahwa skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu
kejadian atau gejala sosial. Skala Likert disusun berkategori positif. Pernyataan positif
mendapatkan bobot dengan rincian berikut:
Tabel 1. Bobot Pernyataan Validitas
Pernyataan Bobot Pertanyaan
Sangat setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
(Riduwan, 2012)
Skor dihitung dengan cara mengalikan jumlah skor responden dengan nilai
bobot. Jumlah skor total, dibagi dengan jumlah bobot tertinggi, kemudian digunakan
rentang 0-100. Penilaian Validitas ditentukan berdasarkan kriteria interpretasi skor yang
diperoleh. Perhitungan data nilai hasil validasi dianalisis dengan menggunakan rumus:
13

𝑋
𝑃= 100%. . . . . . . . … … … … … … … . . . . . . . . . . . . . . . . … … … … … … . . . . . . . . . . (1)
𝑌
Keterangan:
P = Nilai validitas produk
X= Skor yang diperoleh dari hasil validasi
Y= Skor maksimum hasil validasi
Tabel 2. Kriteria Nilai Validitas
No Nilai Angka Klasifikasi
1 81 – 100 Sangat Baik
2 61 – 80 Baik
3 41 – 60 Cukup Baik
4 21 – 40 Kurang Baik
5 0 – 20 Tidak Baik
(Riduwan, 2010)
Berdasarkan Tabel 2, suatu bahan ajar dikatakan memiliki validitas yang baik apabila
hasil analisis instrumen validitas bahan ajarberada dalam rentang 61 – 80. Hal ini berarti
bahwa bahan ajar yang dikembangkan sudah bisa digunakan oleh peserta didik dalam
proses pembelajaran.

E. Reliabilitas Bahan Ajar Cetak


Reliabilitas berasal dari bahasa inggris yaitu reliability dengan kata dasar
reliable yang berarti dapat dipercaya. Bahan ajar dapat dipercaya jika memberikan hasil
yang tetap atau konsisten apabila digunakan berkali-kali. Hasil yang dimaksud adalah
hasil penilaian validator terhadap reliabilitas bahan ajar.
Bahan ajar yang sudah dapat dipercaya, relatif akan menghasilkan data yang
dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar-benar sesuai dengan kenyataan
maka beberapa kalipun di ambil tetap akan sama (Djamas, 2015). Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa semakin dekat penilaian para validator maka semakin tinggi
reliabilitas bahan ajar yang dikembangkan.
Reliabilitas dikenal juga dengan istilah konsistensi, keajengan, kestabilan dan
keandalan. Bahan ajar yang reliabel belum tentu valid, akan tetapi bahan ajar yang valid
sudah pasti reliabel. Reliabilitas bahan ajar digunakan sebagai syarat untuk menguji
14

validitas bahan ajar. Walaupun bahan ajar yang valid pada umumnya pasti reliabel,
tetapi pengujian reliabilitas bahan ajar tetap diperlukan.
Berikut ini adalah persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan
reliabilitas suatu bahan ajar.
𝑑𝐴
𝑅= . . … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
𝑑(𝐴) + 𝑑(𝐷)
Keterangan : R= reliabilitas
dA = nilai rata-rata yang setuju
dD = nilai rata-rata yang tidak setuju

F. Praktikalitas Bahan Ajar Cetak


1. Pengertian Praktikalitas
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kepraktisan diartikan sebagai suatu yang
bersifat praktis atau efisien. Arikunto (2010) mengartikan kepraktisan dalam pendidikan
merupakan kemudahan-kemudahan yang ada pada bahan ajar baik dalam
mempersiapkan, menggunakan, memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam
menyimpanya. Kepraktisan juga merupakan salah satu ukuran suatu bahan ajar
dikatakan baik atau tidak.
Menurut Sukardi (2008) pertimbangan praktikalitas dapat dilihat dalam aspek-
aspek berikut:
a. Kemudahan penggunaan, meliputi: mudah diatur, disimpan dan dapat digunakan
sewaktu-waktu.
b. Daya tarik bahan ajar terhadap minat siswa.
c. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan hendaknya singkat dan tepat.
d. Mudah diinterpretasikan oleh pendidik ahli maupun pendidik lain
e. Memilki ekivalensi yang sama, sehingga bisa digunakan sebagai pengganti.
Nieveen (1999) menyatakan bahwa “A second characteristic of high quality
materials is that teachers (and other experts) consider the materials to be usable and
that it is easy for teacher and students to use the materials in away that is largely
compatible with the developers intention”. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa
15

kepraktisan bahan ajar dapat ditentukan dari pendapat dan penilaian pendidik dan
peserta didik. Pendapat yang dimaksud disini adalah pertimbangan bahwa bahan ajar
dapat dan mudah digunakan serta sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kepraktisan diartikan pula sebagai kemudahan dalam penyelenggaraan. Selain
itu, kepraktisan dihubungkan pula dengan efisien dan efektivitas waktu dan dana.
Sebuah bahan ajar dikatakan baik bila tidak memerlukan waktu yang banyak dalam
penggunaannya, dan juga tidak memerlukan dana yang besar untuk
memperolehnya.Dengan demikian, bahan ajar yang dikembangkan dikatakan praktis
jika memenuhi kriteria:
a. Berguna bagi pendidik maupun peserta didik
b. Mudah digunakan, dan
c. Harganya relatif murah
Akan tetapi, perlu diingat bahwa terdapat pengecualian pemberlakuan kriteria di
atas. Ketiga kriteria tersebut berlaku apabila terjadi dalam kondisi normal. Jika tidak
terjadi dalam keadaan normal, maka ketiga hal tersebut tidak bisa dijadikan tolak ukur
dalam menentukan kepraktisan bahan ajar.

2. Cara Menentukan Praktikalitas Bahan Ajar Cetak


Penilaian bahan ajardilakukan berdasarkan angket yang telah diisi oleh praktisi
dan dianalisis untuk mengetahui tingkat kepraktisan bahan ajar yang dikembangkan.
Analisis kepraktisan menggunakan skala Likert dengan langkah-langkah:
1. Memberikan skor untuk setiap jawaban sangat baik (5), baik (4), cukup (3), kurang
(2) dan sangat kurang (1).
2. Menjumlahkan skor total tiap praktisi untuk seluruh indikator.
3. Pemberian nilai kepraktisan dengan menggunakan persamaan:
𝑓
𝑃= x100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. (3)
𝑁

Dimana :P = Nilai akhir praktikalitas


f = Perolehan skor
N = Skor maksimum
16

Kategori praktikalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Tabel 3.Kategori Praktikalitas
No Nilai Kategori
1 80% < x ≤ 100% Sangat baik
2 60% < x ≤ 80 % Baik
3 40% < x ≤ 60 % Cukup Baik
4 20% < x ≤ 40 % Kurang Baik
5 0% < x ≤ 20 % Tidak Baik
Riduwan (2010:89).
Bahan ajar cetak memenuhi kategori praktis ketika hasil praktikalitas mencapai 60%
< x ≤ 80 % dan dapat dilanjutkan ke tahap uji efektivitas.

G. Efektivitas Bahan Ajar Cetak


1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat
atau manjur. Efektivitas adalah keberhasilan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya (Rifa’i, 2013). Suatu produk dikatakan efektif apabila
adanya pengaruh atau akibat, dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang bisa
memberikan hasil memuaskan setelah diberi perlakuan (Rohmawati, 2008).
Pembelajaran yang efektif merupakan kesesuaian antara peserta didik yang
melaksanakan pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pemebelajaran yang ingin
dicapai.
Nieveen (1999) menyatakan bahwa “A third characteristic of high quality
materials is that students appreciate the learning program and that desired learning
takes place. With such effective materials, consistency exists between the intended and
experiential curriculum and the intended and the 38attained curriculum”. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa keefektifan bahan ajar ditinjau dari konsistensi antara
rancangan atau tujuan dengan pengalaman dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Pengalaman siswa ditentukan melalui apresiasi siswa terhadap pembelajaran.
Akker dalam Djamas (2015) menyatakan bahwa“Effectiveness refer to the extent
that the experiences and outcomes with the intervention are consistent with the intended
17

aims”. Ini berarti, keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil
intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud.
Menurut Akker terdapat dua aspek keefektifan yang harus dipenuhi oleh suatu
bahan ajar, ia memberikan parameter sebagai berikut:
1. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan tersebut
efektif
2. Secara operasional bahan ajar tersebut memberikan hasil sesuai dengan harapan
(Djamas, 2015).
Berdasarkan penjelasan di atas, efektivitas lebih memfokuskan pada akibat atau
pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai sumber daya, yaitu
mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam pelaksanaannya tepat
waktu.
Bahan ajar atau produk yang telah dikembangkan kemudian dilakukan uji coba
terbatas untuk mengetahui efektivitas bahan ajar yang telah dibuat. Uji coba bahan ajar
dilakukan dalam tiga level yaitu uji coba produk berupa one-on-one, uji coba produk
pada skala kecil yang terdiri dari enam sampai delapan orang peserta didik dan uji coba
pemakaian produk pada seluruh peserta didik di dalam kelas (Asrizal, 2018). Menurut
Sugiyono dalam Gitnita (2012), uji coba produk bahan ajar dapat dilakukan dengan
cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah (before-after) yang dimodelkan
pada gambar berikut:

O1 X O2

Gambar 1. Desain before-after

Dimana : O1= Nilai sebelum perlakuan


O2= Nilai setelah perlakuan
X = Perlakuan
Berdasarkan gambar 1, perlakuan yang dimaksud adalah pemberian produk
bahan ajar yang telah dikembangkan dan dinyatakan valid oleh validator. Efektivitas
18

pemberian perlakuan dilakukan dengan cara membandingkan nilai O1 dan nilai O2. Jika
nilai O2 lebih besar daripada nilai O1 maka dapat dikatakan bahwa perlakuan yang
kdiberikan tersebut efektif.
a. Instrumen Pengumpulan Data Efektivitas
Menurut Festiyed (2014), proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor
internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi
berprestasi dan kemampuan kognitif). Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, media dan model
pembelajaran). Dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah media pembelajaran yang dalam hal ini adalah bahan ajar.
Menurut Permendikbud (2016) penilaian hasil belajar peserta didik meliputi
aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut efektivitas bahan
ajar cetak yang dikembangkan harus bersesuaian dengan aspek tersebut. Data untuk
menentukan efektivitas bahan ajar ditentukan menggunakan instrument sebagai berikut:
a) Instrumen Penilaian Aspek Sikap
Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian pengetahuan
dan keterampilan sehingga teknik penilaian juga berbeda. Sikap sosial yang akan
diamati antara lain jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga dan negara (Sanjaya: 2018).
Instrumen aspek sikap berkaitan berupa lembar observasi sikap.Observasi adalah teknik
penilaian yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera,
dan berpedoman pada lembar observasi mencakup prilaku yang diamati. Berikut format
eembar observasi yang digunakan dalam penelitian:

Tanggal Pengamatan : …………………..


Materi Pokok : …………………..
Kelas : ..............................
Sikap Total Skor
No Nama
S1 S2 S3 S4 S5 S6
1
19

2
3
Dst

Keterangan : S1 = Jujur S4 = Santun


S2 = Disiplin S5 = Peduli
S3 = Tanggung Jawab S6 = Percaya diri

Nilai sikap siswa diperoleh dari skor yang didapatkan dari indikator sikap dibagi
dengan skor maksimum kemudian dikalikan dengan 100 yang ditulis dengan persamaan
berikut:
Jumlah skor sikap siswa
Nilai = × 100 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. (4)
Jumlah skor maksimum sikap siswa

Apabila siswa memperoleh skor maksimum maka dapat diartikan bahwa nilai sikap
siswa adalah 100.

b) Instrumen Penilaian Aspek Pengetahuan


Penilaian aspek pengetahuan dilakukan dengan cara mengukur penguasaan
pesarta didik yang meliputi pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam
berbagai tingkatan proses berpikir. Hasil penilaian aspek pengetahuan dilaporkan dalam
bentuk angka menggunakan rentang nilai 0-100, predikat disajikan dalam huruf A,B,C,
dan D sedangkan deskripsi dibuat dengan menggunakan kalimat yang bersifat
memotivasi dan pilihan kata yang bernada positif (Sanjaya: 2018). Instrumen yang
digunakan untuk menilai aspek pengetahuan siswa adalah tes tertulis. Tes tertulis
dilakukan sebanyak dua kali. Tes sebelum diberi perlakuan dan tes sesudah diberikan
perlakuan dengan menggunakan bahan ajar cetak yang diberikan soal tes tertulis dalam
bentuk soal pilihan ganda yang masing-masing terdiri dari 50 butir soal. Penentuan nilai
pengetahuan siswa diperoleh dari jumlah soal yang dijawab dengan benar dibagi dengan
jumlah seluruh soal pada tes dikalikan 100 yang ditulis dengan persamaan:
20

Jumlah jawaban benar


Nilai = ×100 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(5)
Jumlah soal

Nilai maksimum siswa apabila menjawab 50 soal dengan benar maka nilai yang
diperoleh siswa adalah 100.
c) Instrumen Penilaian Aspek Keterampilan
Penilaian aspek keterampilan dilakukan dengan teknik penilaian kinerja dan
penilaian penugasan. Hasil penilaian aspek pengetahuan dilaporkan dalam bentuk angka
menggunakan rentang nilai 0-100, predikat disajikan dalam huruf A,B,C, dan D
sedangkan deskripsi dibuat dengan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dan
pilihan kata yang bernada positif (Sanjaya: 2018). Nilai aspek keterampilan siswa
diperoleh dari analisis lembar penilaian keterampilan dengan dua bagian analisis
penilaian keterampilan, yaitu pada saat sebelum dan sesudah penggunaan bahan ajar
cetak. Berikut merupakan lembar penilaian keterampilan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan siswa pada penelitian ini:

Tanggal Pengamatan : …………………..


Materi Pokok : …………………..
Kelas : ..............................
Keterampilan Total Skor
No Nama
K1 K2 K3 K4 K5 K6
1
2
3
Dst

Keterangan :
K1 = Kreatif K4 = Mandiri
K2 = Produktif K5 = Kolaboratif
K3 = Kritis K6 = Komunikatif
21

Pada penilaian keterampilan siswa diperoleh dari skor yang didapatkan dari
indikator keterampilan dibagi dengan skor maksimum kemudian dikali dengan 100
seperti persamaan berikut. Secara sistematis dapat ditulis dengan persamaan:

Jumlah skor keterampil an siswa


Nilai = ×100 . . . . . . . . . . . . . . .. (6)
Jumlah skor maksimum keterampil an siswa

Nilai keterampilan siswa memiliki rentangan dari 0-100. Jika siswa memperoleh skor
maksimum maka dapat diartikan bahwa nilai keterampilan siswa adalah 100.

b. Cara Menentukan Efektivitas Bahan Ajar Cetak


Jenis statistik yang digunakan untuk menganalisis efektivitas adalah statistik
parametriks. Teknik analisis yang digunakan yaitu perbandingan korelasi. Analisis
perbandingan korelasi memiliki syarat data harus homogen dan terdistribusi normal.
Apabila tidak normal maka digunakan statistik non-parametriks yaitu uji wilcoxon.
Analisis perbandingan korelasi digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah bahan ajar
cetak.
Dari analisis dapat diketahui sejauh mana efektivitas bahan ajar cetak tersebut jika
digunakan dalam pembelajaran. Untuk menganalisis efektivitas bahan ajar digunakan
uji t. Langkah-langkah untuk analisis efektivitas produk menggunakan t-test berkorelasi
adalah seperti berikut.
a) Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Data
yang mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula.
Uji normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita miliki
dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama
dengan data.
Salah satu uji normalitas data yaitu chi kuadrat ( 𝑥 2 ) merupakan pengujian
hipotesis yang dilakukandengan cara membandingkan kurve normal yang terbentuk dari
data yang telah terkumpul (B) dengan kurve normal baku atau standar (A). Jadi
22

membandingkan antara (B/A). Bila B tidak berbeda secara signifikan dengan A, maka B
merupakan data yang berdistribusi normal.
Ho:data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Hi:data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Grafik distribusi chi kuadrat (𝑥 2 ) umumnya merupakan kurve positif , yaitu miring
ke kanan. Kemiringan ini makin berkurang jika derajat kebebasan (dk) makin besar.
Langkah-Langkah Menguji Data Normalitas dengan Chi Kuadrat:
1) Menentukan Mean
2) Menentukan Simpangan Baku
3) Membuat daftar distribusi frekuensi yang diharapkan
a) Menentukan batas kelas
b) Mencari nilai Z skor untuk batas kelas interval
c) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal
d) Mencari luas tiap kelas interval
e) Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei)

4) Merumuskan formula hipotesis


Ho:data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1:data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
5) Menentukan taraf nyata (a)
6) Menentukan Nilai Uji Statistik
7) Menentukan Kriteria Pengujian Hipotesis
23

Gambar 2. Grafik Distribusi Chi Kuadrat


8) Memberi Kesimpulan
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji perbedan antara dua atau lebih populasi. Semua
karakteristik populasi dapat bervariasi antara satu populasi dengan yang lain. Dua di
antaranya adalah mean dan varian (selain itu masih ada bentuk distribusi, median,
modus, range, dll).
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians skor yang diukur
pada kedua sampel memiliki varians yang sama atau tidak. Populasi-populasi dengan
varians yang sama besar dinamakan populasi dengan varians yang homogen, sedangkan
populasi-populasi dengan varians yang tidak sama besar dinamakan populasi dengan
varians yang heterogen.
Faktor-faktor yang menyebabkan sampel atau populasi tidak homogen adalah
proses sampling yang salah, penyebaran yang kurang baik, bahan yang sulit untuk
homogen, atau alat untuk uji homogenitas rusak. Apabila sampel uji tidak homogen
maka sampel tidak bisa digunakan dan perlu dievaluasi kembali. Dalam hal ini
Sugiyono (2012) menyatakan bahwa untuk membuktikan signifikansi perbedaan sistem
kerja lama dan baru perlu diuji secara statistik dengan t-tes berkorelasi (related)..
Langkah-langkah untuk analisis efektivitas produk adalah sebagai berikut:
a) Uji t Korelasi
1. Nilai rata-rata
Nilai rata-rata sampel sebelum diberi perlakuan.
24

X 1 i
X1 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(7)
n
Nilai rata-rata sampel sesudah perlakuan
X 2 i
X2 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …(8)
n
Keterangan :
X2 = data pengukuran sebelum perlakuan

X 2i = data pengukuran sesudah perlakuan

n = jumlah responden/data
2. Nilai varian
Nilai varian sebelum perlakuan
( X 1i − X 1 )
S X2 1 =  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(9)
n −1

3. Nilai varian sesudah perlakuan


(X 2i − X 2 )
S X2 2 =  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(10)
n −1
Keterangan :

X 1 = nilai rata-rata sampel sebelum perlakuan


X 2 = nilai rata-rata sampel sesudah perlakuan

X 1 i = data pengukuran sebelum perlakuan

X 2 i = data pengukuran sesudah perlakuan


S X 1 = nilai varian sampel sebelum perlakuan

S X 2 = nilai varian sampel sesudah perlakuan

n = jumlah responden/data

4. Koefisien korelasi ( r )
n(X 1 X 2 ) − (X 1 )(X 2 )
r= . . . . . . . . . . . . . . …(11)
n(X 1
2

) − (X 1 ) 2 n(X 2 ) − (X 2 ) 2
2

25

Keterangan:
r = nilai koefisien korelasi
X = nilai pengukuran sebelum
Y = nilai pengukuran sesudah

5. Uji t (uji perbandingan berkorelasi) thitung


X1 − X 2
t hitung = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(12)
S 2
S 2  SX  SX 
+ − 2r   
X1 x2 1 2

n x1 n x2  n  n 
 X1  X2 
Keterangan :
n x1 = sampel pertama

n x2 = sampel kedua

Hasil thitung yang didapatkan dibandingkan dengan nilai ttabel.Jika didapatkan harga thitung
lebih besar dari harga ttabel, berarti terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran sesudah
dan sebelum penggunaan bahan ajar cetak sehingga dapat dinyatakan bahwa bahan ajar
cetak efektif digunakan dalam pembelajaran.
b) Uji Wilcoxon
Uji Wilcoxon (Wilcoxon Test) merupakan statistik non-parametriks. Uji
Wilcoxon digunakan untuk data yang tidak terdistribusi normal perhitungannya.
Sujarweni (2012: 144) mengatakan bahwa “Wilcoxon Test bisa digunakan untuk
menguji rata-rata satu populasi atau uji rata-rata dua populasi data berpasangan”.
Uji Wilcoxon dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
dari suatu observasi yang berpasangan.Langkah-langkah untuk mengolah data uji
Wilcoxon tersebut adalah:
a. Membuat tabel penolong
Tabel 4. Format Tabel Nilai T hitung
No X1 X2 Beda Tanda Jenjang
X1-X2 Jenjang + _
26

1
2
...
Dst
Jumlah T=

Keterangan:
X1 = data pengukuran sebelum perlakuan
X2 = data pengukuran sesudah perlakuan
b. Hitung nilai beda untuk semua data
Beda (d) = X1- X2
c. Menghitung nilai jenjang
Rangkinglah dari nilai beda terkecil tanpa memperhatikan tanda (+) atau (-). Jika
tanda memiliki nilai beda yang sama maka rangking untuk nilai beda yang sama
tersebut adalah rangking rata-rata. Untuk data dengan beda=0 tidak dihitung.
d. Pisahkan nilai jenjang yang betanda (+) atau (-) bedasarkan nilai beda.
e. Tentukan nilai T
T+ yaitu jumlah rangking yang bertanda positif
T- yaitu jumlah rangking yang bertanda negatif
f. Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 nilai-nilai kritis untuk uji
wilcoxon. Nilai T yang diambil adalah jumlah nilai jenjang yang paling sedikit.
g. Membuat kesimpulan, yaitu:
𝐻𝑜 diterima jika T hitung >𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
𝐻𝑜 ditolak jika T hitung ≤𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Hal tersebut dilakukan bila sampel kurang dari 25. Jika sampel pasangan lebih
besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati distribusi normal. Untuk itu
digunakan rumus z dalam pengujiannya.
𝑛(𝑛+1)
𝜇𝑇 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … ..
4
(13)
27

𝜎𝑇 =
𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
√ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(14)
24

𝑧=
𝑇−𝜇𝑇
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. (15)
𝜎𝑇

Keterangan:
T = jumlah jenjang paling sedikit
n = jumlah data
z = uji wilcoxon
(Sujarweni, 2012)
Uji Wilcoxon untuk data yang lebih dari 25 digunakan uji transmorfasi Z.
Banyaknya data yang digunakan adalah lebih dari 25 maka digunakan transformasi z
dengan asumsi bahwa data tersebut mendekati normal. Nilai Z hitung jika diperoleh
bernilai negatif. Maka Hipotesis nol diterima dengan syarat − Z tabel  Z hitung Z tabel . Pada

taraf kesalahan 5% diperoleh dengan harga Ztabel = Ztabel(1/2 –α/2)=Z0,475 adalah 1,96.Pada
tingkat kepercayaan 95 % menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan yang
berarti apabila nilai z hitung tidak memenuhi kriteria Ho atau apabila nilai z hitung
berada pada daerah Ho yang diterima.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Perbedaan Antara Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas dan Efektivitas Bahan


Ajar Cetak
Bahan ajar yang berkualitas harus teruji validitas, reliabilitas, praktikalitas dan
efektivitasnya. Keempat aspek tersebut dapat menentukan berkualitasa atau tidaknya
sebuah bahan ajar yang dikembangkan. Perbedaan antara validitas, reliabilitas,
praktikalitas dan efektivitas bahan ajar disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Perbedaan antara validitas, reliabilitas, praktikalitas dan efektivitas
Komponen
Validitas Reliabilitas Praktikalitas Efektivitas
pembeda
Defenisi Kebenaran Konsistensi Kemudahanpen Keberhasilan
secara ilmiah, hasil penilaian ggunaan bahan bahan ajar
masuk akal. terhadap ajar baik dari mencapai tujuan
produk bahan segi yang telah
ajar. pemakaian, ditentukan.
harga,
kegunaan
Jenis a. Validitas - -
internal:
• validitas isi
• validitas
konstruk
• validitas
bahasa
• validitas
grafis
b. Validitas
eksternal:
• validitas
kesejajaran
• validitas
prediksi
Pengukuran Mengukur Mengukur Mengukur Mengukur
kevalidan suatu apakah produk kemudahan tingkatan
produk yang memberikan penggunaan, pengalaman dan
dibuat hasil yang daya tarik dan hasil belajar yang
konsisten manfaat produk dicapai peserta
kapanpun didik
digunakan

27
28

Komponen
Validitas Reliabilitas Praktikalitas Efektivitas
pembeda
Instrument Angket Angket Angket Angket dan tes
Responden Validator Validator yang Praktisi Peserta didik
(dosen atau ahli sama dengan (Pendidik dan
di bidangnya) waktu yang Peserta didik)
berbeda-beda
Analisis Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan
skala Likert analisis statistik skala Likert analisis statistik

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa validitas, reliabilitas, praktikalitas dan


efektivitas memiliki beberapa perbedaan dari berbagai aspek. Uji validitas digunakan
untuk menguji kelayakan dan kebenaran bahan ajar, uji reliabilitas digunakan untuk
menentukan konsistensi hasil penilaian terhadap produk bahan ajar, uji praktikalitas
untuk menguji kemudahan penggunaan bahan ajar dan uji efektivitas digunakan untuk
mengujipengaruh penggunaan bahan ajar.Responden uji validitas dan reliabilitas ialah
orang yang ahli dibidangnya (dosen), responden uji praktikalitas adalah pendidik dan
peserta didik, sedangkan responden uji efektivitas ialah peserta didik. Analisis data
validitas dan praktikalitas dilakukan dengan menggunakan skala Likert, sedangkan
untuk menganalisis data reliabilitas dan efektivitas digunakan analisis statistik.

B. Kisi-kisi Instrumen Validitas Bahan Ajar Cetak dalam Bentuk Brosur


Sebelum menyusun instrumen validitas, terlebih dahulu harus dirumuskan kisi-
kisinya. Kisi-kisi instrumen validitas bahan ajar cetak ditampilkan pada Tabel 6 berikut
ini.
Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Validitas Bahan Ajar Cetak dalam Bentuk Brosur
No Aspek Jenis Validitas Indikator Nomor
Butir
1 Kelayakan Isi Validitas Isi Kesesuaian dengan SK, KD 1
Kesesuaian dengan 6
perkembangan anak
Kesesuaian dengan kebutuhan 4,5
brosur
Kebenaran substansi materi 3
pembelajaran
Manfaat untuk penambahan 2
wawasan
29

Kesesuaian dengan nilai 7


moral, dan nilai-nilai sosial
2 Penyajian Validitas Konstruk Kejelasan tujuan 1
(indikator)yang ingin dicapai
Urutan sajian 2
Pemberian motivasi dan daya 6
tarik
Interaksi (pemberian stimulus 4,5
dan respon)
Kelengkapan informasi 3
3 Kebahasaan Validitas Bahasa Keterbacaan 1
Kejelasan Informasi 2
Kesesuaian dengan Kaidah 4
Bahasa Indonesia yang baik
dan benar
Pemanfaatan Bahasa secara 5
efektif dan efisien (jelas dan
singkat)
4 Kegrafisan Validitas Grafis Penggunaan font, jenis dan 1
ukuran
Lay out atau tata letak 2
Ilustrasi, gambar, dan foto 3
Desain Tampilan 4

Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa ada empat aspek yang harus terpenuhi agar
bahan ajar yang dikembangkan dapat dinyatakan valid. Keempat aspek itu antara lain
kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan. Setelah dirumuskan kisi-kisi
instrumen validitas, barulah diturunkan menjadi instrumen uji validitas.

C. Analisis Validitas Bahan Ajar Cetak dalam Bentuk Brosur


Persamaan yang digunakan untuk menganalisis hasil validitas bahan ajar cetak
dalam bentuk brosur adalah sebagai berikut:
𝐗
𝐏 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝐘

𝟖𝟕. 𝟏𝟒 + 𝟖𝟗. 𝟔𝟕 + 𝟖𝟕. 𝟔𝟎 + 𝟖𝟖. 𝟓𝟎


= 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝟒

= 𝟖𝟖. 𝟐𝟑 (𝐒𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐁𝐚𝐢𝐤)


30

Dari angket validitas yang diisi oleh 22 penilai, diperoleh bahwa bahan ajar cetak
berupa Brosur Hukum Newton tentang Gerak memiliki tingkat validitas yang sangat
baik, yaitu sebesar 88,23. Hal ini sesuai dengan kriteria nilai validitas pada tabel 2, yang
menyatakan bahwa pada rentang nilai 81-100 maka bahan ajar dikategorikan memiliki
validitas sangat baik.
Nilai rata-rata setiap komponen penilaian pada bahan ajar cetak berupa brosur
dapat ditentukan dari nilai rata-rata keempat komponen penilaian brosur tersebut. Pada
brosur terdapat empat komponen yang telah dianalisis. Keempat komponen tersebut
diantaranya, 1) komponen kelayakan isi, 2) komponen penyajian, 3) komponen
kebahasaan, dan 4) komponen kegrafisan. Analisis nilai rata-rata penilaian validitas
Brosur Hukum Newton tentang Gerak dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil plot nilai
validitas bahan ajar untuk setiap komponen penilaian terlihat pada Gambar 3.

100
90
80 89.67 87.60 88.50
87.14
70
60
Nilai

50
40
30
20
10
0
1 2 3 4
Komponen Validitas

Gambar 3. Nilai Rata-rata Komponen Penilaian ValiditasBrosur

Berdasarkan Gambar 3, nilai rata-rata pada setiap komponen penilaian validaitas


pada bahan ajar bervariasi yaitu berkisar antara 87,14 hingga 89,67 dengan nilai rata-
rata seluruh komponen sebesar 88,23. Dari nilai tersebut dapat dikemukakan bahwa
secara keseluruhan komponen brosurberada pada kategori validitas sangat baik. Jadi,
Brosur Hukum Newton tentang Gerak sudah layak digunakan dalam proses
pembelajaran.
31

Berdasarkan angket validasi yang telah di isi oleh penilai, diperoleh saran-saran
untuk merevisi kembali brosur yang telah dibuat agar lebih baik lagi. Saran yang
diberikan adalah sebagai berikut:
a. Jenis dan ukuran huruf harus konsisten
b. Kalimat ajakan ditambahkan lagi
c. Perhatikan kembali warna yang digunakan (selaraskan antara latar dan warna
tulisan)
d. Gunakan jenis huruf yang bisa menarik minat baca siswa
Saran-saran dari penilai dapat digunakan sebagai acuan dalam proses revisi. Revisi yang
dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kelayakan bahan ajar (brosur).
Selanjutnya, brosur yang telah direvisi dapat dilakukan uji coba terbatas.
Tujuandari pengujian terbatas ini adalah untukmenguji praktikalitas dan efektivitas
brosur tersebut. Kelemahan dan masalah muncul pada prosespengujian lapangan
terbatas, nantinya akan direvisi kembali (Asrizal: 2018).Hasil kegiatan pada pengujian
ini adalah mendeskripsikan hasil dariuji praktikalitas dan efektivitas pada brosur.
Instrumen yang terdapat pada praktikalitas berupa lembar angket yang akan dinilai oleh
guru dan siswa. Pada efektivitas, data yang diperoleh bersumber dari nilai
pengetahuan,sikap, dan keterampilan siswa sehingga dapat dilihat perubahan signifikan
sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar cetak berupa brosur.

D. Kisi-kisi Praktikalitas Bahan Ajar Cetak dalam Bentuk Brosur


Sebelum menyusun instrumen praktikalitas, terlebih dahulu harus dirumuskan
kisi-kisi instrumen praktikalitas bahan ajar. Kisi-kisi instrumen praktikalitas bahan ajar
cetak adalah sebagai berikut.
1. Kisi-kisi Praktikalitas Guru
KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIKALITAS
BROSUR HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

No Aspek Indikator Nomor Butir


1 Kemudahan Mudah digunakan 1,2,3,4
Penggunaan Memudahkan guru 1,2,3,4
32

menggunakan produk
Mudah digunakan oleh guru 1,2,3,4
atau orang lain
2 Daya Tarik Kemenarikan produk 1,5,6
Warna yang digunakan 4
kontras
Produk jelas 2,3
Mudah digunakan kapanpun 4
3 Efisiensi Efisiensi ( tenaga, biaya, dan 1,2,4
waktu)
Waktu yg disediakan utk 2,3,4
memperlancar evaluasi

2. Kisi-kisi Praktikalitas Siswa


KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIKALITAS
BROSUR HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

No Aspek Indikator Nomor Butir


1 Kemudahan Mudah digunakan 1,2,3,4
Penggunaan Memudahkan siswa 1,2,3,4
menggunakan produk
Mudah digunakan oleh siswa 1,2,3,4
atau orang lain
2 Daya Tarik Kemenarikan produk 1,4,5
Senang digunakan 3
Produk jelas 2
Digunakan sewaktu-waktu 3
3 Efisiensi secara mudah
Efisiensi ( tenaga, biaya, dan 1,3
waktu)
Waktu yang disediakan 2,3
untuk memperlancar evaluasi
33

Berdasarkan kisi-kisi instrumen praktikalitas guru dan siswa terlihat bahwa


terdapat tiga aspek yang harus terpenuhi agar suatu bahan ajar cetak dikatakan praktis.
Ketiga aspek tersebut antara lain kemudahan penggunaan, daya tarik dan efisiensi.
Setelah dibuat kisi-kisi instrumen praktikalitas, barulah dapat dirumuskan instrumen
praktikalitas bahan ajar.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Validitas bahan ajar cetak adalah ketepatan dan kesesuaian bahan ajar cetak yang
dirancang dengan konsep dan teori bidang ilmu yang bersangkutan.
Validitas bahan ajar cetak berupa brosur Hukum Newton tentang Gerak diperoleh
sebesar 88, 23 dengan kategori sangat baik.
2. Reliabilitas bahan ajar cetak adalah konsistensi penilaian bahan ajar cetak. Bahan
ajar dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap atau hampir mendekati
(konsisten) apabila digunakan berkali-kali. Uji reliabilitas bahan ajar cetak berupa
brosur Hukum Newton tentang Gerak tidak dilakukan karena terkendala waktu.
3. Praktikalitas bahan ajar cetak berkaitan dengan tingkat manfaat bahan ajar,
kemudahan penggunaan, serta efektif dalam segi biaya (murah). Uji praktikalitas
bahan ajar cetak berupa brosur Hukum Newton tentang Gerak tidak dilakukan
karena keterbatasan waktu.
4. Efektivitas bahan ajar cetak berkaitan dengan pengaruh penggunaan bahan ajar
cetak, baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan peserta didik. Hal
ini ditandai dengan meningkatnya kemampuan peserta didik setelah menggunakan
bahan ajar cetak.

B. Saran
Sebagai seorang pendidik, kita dituntut untuk mampu mengembangkan bahan
ajar cetak demi meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran. Agar
bahan ajar cetak yang dikembangkan berkualitas, pendidik harus berpedoman pada
aturanpengembangan bahan ajar cetak yang diatur oleh pemerintah. Untuk pemahaman
lebih lanjut, perlu adanya pengembangan bahan ajar cetak dengan materi yang berbeda.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk
itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

34
35

DAFTAR PUSTAKA

Akker, J.V.D. (2013). Principles and Methods of Development Research. Belanda:


University of Twente.

Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Asrizal, A., Festiyed, F., & Sumarmin, R. (2017). Analisis Kebutuhan Pengembangan
Bahan Ajar IPA Terpadu Bermuatan Literasi Era Digital untuk Pembelajaran
Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Eksakta Pendidikan. Vol 1: 1-8.

Asrizal, A., Amran, A., Ananda, A., Festiyed, F., & Khairani, S. (2018). Effectiveness
of integrated science instructional material on pressure in daily life theme to
improve digital age literacy of students. Journal of Physics: IOP conf.

Asrizal, A., Amran, A., Ananda, A., Festiyed, F., & Sumarmin, R. (2018). The
Development Of Integrated Science Instructional Materials To Improve Students
Digital Literacy In Scientific Approach. Jurnal pendidikan Indonesia. Vol 7i4.

Asrizal, A., Kamus, Z & Sari, S.A. (2018). Analisis Ujicoba Terbatas pada Bahan Ajar
Fisika dengan Konten Nilai Kecerdasan Spiritual Materi Gerak Dua Dimensi dan
Hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pillar of Physics Education.
Vol 11:41-48.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar.


Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Djamas, D. (2015). Perangkat Pembelajaran Statistik Pendidikan. Universitas Negeri


Padang: Program Pascasarjana Pendidikan Fisika.

Festiyed, F. (2014, Mei). Pengembangan Generic Life Skill Siswa Sekolah Menengah
Pertama pada Pembelajaran Fisika. Seminar Nasional dan Rapat Tahun Bidang
MIPA. Bogor: IPB.

Festiyed, F., & Rahayu, C. (2015). Validitas Perangkat Pembelajaran Fisika SMA
Berbasis Model Pembelajaran Generatif dengan Pendekatan Openended Problem
untuk Menstimulus Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal Pendidikan
Fisika. Vol 7: 1-6

Gitnita, S., Kamus, Z., & Gusnedi. (2018). Analisis Validitas, Praktikalitas dan
Efektivitas Pengembangan Bahan Ajar Terintegrasi Konten Kecerdasan Spiritual
pada Materi Fisika tentang Vektor dan Gerak Lurus. Jurnal Pillar of Physics
Education. Vol 2:153-160.
36

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan No 23 tentang Standar Penilaian. Jakarta: Kemendikbud.

Nieveen, N. (1999). Prototype to Reach Product Quality. Designapproaches and Tools


in Educational and Training. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Razi, F., Hidayati., & Oktisa, M. (2015). Pembuatan Bahan Ajar dalam Bentuk Brosur
Menggunakan Mind Map untuk Pembelajaran IPA Siswa Kelas VIII di SMP
Negeri 8 Padang. Jurnal Pillar of Physics Education. Vol 6: 129-136.

Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Varibel-variabel. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Varibel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rifa’i, B. (2013). Efektivitas Pemberdayaan Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Krupuk Ikan dalam Program Pengembangan Masyarakat Desa Kedung Rejo
Kecamatan Jabon Kabupaten Siduarjo. Kebijakan dan Manajemen. Vol 1:130-
136.

Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika.


Jurnal Kreano. Vol 3: 59-72.

Rohmawati, A. (2015). Efektivitas Pembelajaran. Program Pascasarjana Universitas


Negeri Jakarta. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Vol 9:15-32.

Sanjaya. (2018). Teknik Penilaian Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan Kurikulum 13


(K13). Diakses pada tanggal 22 September 2019
http://www.sanjayaops.com/2018/05/teknik-penilaian-sikap-pengetahuan-
dan.html.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
37

Sujarweni, V.W. & Endrayanto, P. (2012). Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Widoyoko, E.P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yokyakarta: Pustaka


Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai