Anda di halaman 1dari 52

Pengembangan Bahan Ajar Fisika

“VALIDITAS, RELIABILITAS, PRAKTIKALITAS DAN EFEKTIFITAS


BAHAN AJAR CETAK MELIPUTI LKS, HANDOUT, BROSUR, LEAFLET
DAN WALLCHART”

Oleh:
NAMA : Nurhafifah
NIIM : 18175053
KELOMPOK 3

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Festiyed, MS
Dr. Djusmaini Djamas, M.Si

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN FISIKA


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengembangan
Bahan Ajar Fisika yang berjudul Cara Menentukan Validitas, Reliabilitas,
Praktikalitas, dan Efektivitas Bahan Ajar Cetak Berupa Buku dan Modul.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan, saran dan
sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada ddosen pembimbing
mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar Fisika Ibu Prof. Dr. Festiyed, MS dan Dr.
Djusmaini Djamas, M.Si.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari
segi penyajian maupun penulisannya. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Padang, September 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Agama .................................................................................... 3
B. Landasan Yuridis ....................................................................................4
C. Bahan Ajar cetak ................................................................................ .. . 6
1. LKS ............................................................................................... .. 6
2. HandOut ........................................................................................ 11
3. Brosur ............................................................................................ 13
4. Leaflet ........................................................................................... 14
5. Wallchart ....................................................................................... 16
D. Validitas ................................................................................................ 17
E. Reliabilitas ............................................................................................. 22
F. Praktikalitas ........................................................................................... 26
G. Efektifitas .............................................................................................. 28
BAB III PEMBAHASAN
A. Validitas ................................................................................................ 33
1. Matriks Teori Validitas Menurut Para Ahli ....................................33
2. Matriks Indikator Instrumen Validitas Bahan Ajar Cetak…...........35
3. Matriks Kisi-Kisi Instrumen Validitas LKS….............................. 38

2
B. Praktikalitas ........................................................................................... 40
1. Matriks Teori Praktikalitas Menurut Para Ahli....................... 40
2. Matriks Indikator Instrumen Praktikalitas LKS....................... 41
3. Matriks Kisi-Kisi Instrumen Praktikalitas LKS...................... 42

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 46
B. Saran ...................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas suatu program pendidikan dan latihan dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya kualitas bahan ajar, widyaiswara, sarana prasarana, lingkungan dan lain
sebagainya. Bahan ajar sebagai salah satu alat bantu dalam kegiatan pembelajaran
dalam pemenuhannya harus sesuai dengan kompetensi yang diinginkan, tanpa
pemahaman terhadap hal tersebut maka siapapun yang akan mengembangkan bahan
ajar akan mengalami kesulitan. Kegiatan pengembangan bahan ajar adalah kegiatan
akademik yang dapat dilakukan sendiri oleh widyaiswara. Bahan ajar ini sebagai
pendukung dalam proses pendidikan dan latihan yang dilaksanakan.
Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik
agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor
yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan
dalam proses pengembangan bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa,
ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada
ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengembangan
bahan ajar.
Pengembangan bahan ajar yang sistematis dimulai dari proses perancangan dan
pengembangannya dapat berupa aktivitas mengembangkan sendiri, atau
menggunakan bahan ajar yang sudah ada, sampai pada uji coba bahan ajar.
Pengetahuan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hasil perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar dan prosedur pengembangan
bahan ajar yang sistematik juga diperlukan. Oleh sebab itu, makalah ini akan
membahas mengenai validitas, reliabilitas, praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar
yang dikembangkan untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah :
1. Bagaimana cara menentukan validitas bahan ajar cetak berupa LKS, handout,
brosur, leaflet dan wallchart?

2. Bagaimana cara menentukan reliabilitas bahan ajar cetak berupa LKS, handout,
brosur, leaflet dan wallchart?

3. Bagaimana cara menentukan praktikalitas bahan ajar cetak berupa LKS, handout,
brosur, leaflet dan wallchart?

4. Bagaimana cara menentukan efektivitas bahan ajar cetak berupa LKS, handout,
brosur, leaflet dan wallchart?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan validitas bahan ajar cetak berupa
LKS, handout, brosur, leaflet dan wallchart.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan reliabilitas bahan ajar cetak berupa
LKS, handout, brosur, leaflet dan wallchart.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan praktikalitas bahan ajar cetak
berupa LKS, handout, brosur, leaflet dan wallchart
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan efektivitas bahan ajar cetak berupa
LKS, handout, brosur, leaflet dan wallchart
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca khususnya
untuk tenaga pendidik kedepannya.
2. Membantu mahasiswa memahami tentang validitas, reliabilitas, praktikalitas , dan
efektivitas bahan ajar cetak sebagai bekal pengetahuan dalam mengembangkan
bahan ajar.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama
Sebelum pendidik menggunakan bahan ajar cetak kepada peserta didikn,
maka bahan ajar cetak tersebut perlu dievaluasi atau dinilai terlebih dahulu.
Perintah untuk mengevaluasi atau menilai bahan ajar cetak ini ternyata sudah
terlebih dahulu dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran.
Perintah evaluasi pada tahap validitas sudah terdapat pada Al Quran Surah
Al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Pengembangan bahan ajar cetak harus dihitung reliabilitasnya atau tingkat
kepercayaan. reliabilitas ini penting karena bahan ajar merupakan pedoman bagi
peserta didik dalam mendapatkan ilmu, sehingga bahan ajar yang dibuat oleh
pendidik harus sesuai dengan kebenaran. Konsep reliabilitas terdapat dalam surat
Ali-Imran ayat 139 yang berbunyi :

Artinya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.
Sejalan dengan ayat diatas, reliabilitas juga terdapat dalam surat Fussilat
ayat 30 yang berbunyi :
3

3
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan
turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu".
Sejalan dengan itu konsep praktikalitas juga terdapat pada surat Al-Kahfi
ayat 103-104 yang berbunyi:

Artinya: Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang


Artinya: Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”. Yaitu orang-orang yang telah
sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka
bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya
Dari semua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai umat manusia,
kita diberikan beberapa cobaan oleh Allah untuk dinilai kelayakkan kita sebagai
hamba Nya yang beriman. Sama halnya dengan bahan ajar cetak, sebelum
diberikan kepada peserta didik, seorang pendidik harus mengetahui apakah bahan
ajar tersebut layak untuk di gunakan oleh peserta didik. Oleh sebab itu harus
dilakukan penilaian terhadap bahan ajar cetak tersebut. Penilaian yang dilakukan
meliputi aspek validitas, reliabilitas, praktikalitas dan efektivitas.
B. Landasan Yuridis
Bahan ajar cetak merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. pendidik dituntut untuk dapat membuat bahan ajar cetak tersebut,
namun untuk membuat bahan ajar cetak sendiri pendidik tidak semerta-merta
membuat tanpa panduan. Pemerintah telah membuat beberapa peraturan tentang

4
pentingnya bahan ajar cetak yang harus dibuat pendidik. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 20 yang berisi “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar.” Kualifikasi Akademik dan Kompetensi pendidik, juga diatur tentang
berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat
kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2007 menjabarkan “Standar kompetensi pendidik ini dikembangkan secara
utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja
pendidik.” Dari standar kompetensi pendidik ini maka pendidik memang harus
memiliki kemampuan untuk membuat bahan ajar agar proses pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.
Seorang pendidik perlu mengembangkan bahan ajar cetak agar peserta didik
memiliki hasil belajar yang baik sesuai dengan kurikulum yang ada,
perkembangan kebutuhan pembelajaran maupun perkembangan teknologi
informasi (Sanjaya, 2011: 6). Pengembangan adalah proses, cara, pembuatan, dan
mengembangkan (Depdiknas 2008). Pengembangan perangkat pembelajaran
mengacu pada Peraturan Menteri No. 65 Tahun 2013 mengenai standar proses
pendidikan dasar dan menengah. Bentuk dari pengembangan perangkat
pembelajaran dapat berupa pengembangan silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), bahan ajar cetak berupa lembar kerja peserta didik, lembar
diskusi peserta didik, dan instrumen penilaian.
Pengembangan bahan ajar cetak merupakan suatu pengkajian sistematis
terhadap pendesaianan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk
pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, reliabiltas, praktikalitas dan
efektivitas. Jadi tujuan pengembangan bahan ajar cetak adalah untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid, reliable, praktis, efektif dan
sesuai kondisi kebutuhan dilapangan. Untuk mengembangkan bahan ajar cetak

5
yang valid, praktis, dan efektif dilakukan dengan cara menguji validitas,
reliabiltas, praktikalitas, dan efektivitas, bahan ajar cetak berupa LKS, handout,
brosur, leaflet dan wallchart.
C. Bahan Ajar Cetak

1. Pengertian Bahan Ajar Cetak


Bahan ajar merupakan bahan- bahan atau materi yang diperlukan oleh guru
dan siswa sebagai alat agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, seperti bahan ajar cetak dan
ahan ajar non cetak. Bahan ajar cetak maupun non cetak merupakan alat bantu
bagi guru maupun siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Menurut Donald, dkk (2000: 2) teaching materials are the aids used by the
trainer to help him/her in teaching his/her lesson effectively, yang artinya bahan
ajar adalah bantuan yang digunakan oleh guru untuk membantu mengajarkan
pelajaran secara efektif.
Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak
tertulis. Menurut Depdiknas (2008: 8) sebuah bahan ajar paling tidak mencakup
antara lain:
a. Petunjuk belajar (petunjuk Peserta didik/guru)
b. Kompetensi yang akan dicapai
c. Content atau isi materi pembelajaran
d. Informasi pendukung
e. Latihan-latihan
f. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g. Evaluasi
h. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi
Bahan pembelajaran cetak dapat diartikan sebagai perangkat bahan yang
memuat materi atau isi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dituangkan dengan menggunakan teknologi cetak. Suatu bahan pembelajaran
cetak memuat materi yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah atau teori
yang tercakup dalam mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmunya serta
informasi lainnya dalam pembelajaran (Isniatun,2008:4-3). Bahan ajar cetak
6
adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan tertulis (Depdiknas, 2008:6). Bahan cetak (printed) menurut teori
Kemp dan Dayton sebagaimana dikutip oleh Andi (2011:40) adalah “sejumlah
bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk
keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi”.

2. Jenis-Jenis Bahan Ajar Cetak


Bahan ajar cetak merupakan bahan yang disiapkan dan disajikan dalam
bentuk tulisan yang dapat berfungsi untuk pembelajaran dan penyampaian
informasi. Bahan ajar cetak yang tersusun secara baik akan memberikan beberapa
kemungkinan seperti mempermudah seorang guru untuk menunjukkan kepada
peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari. Menurut (Prastowo, 2011 : 17)
jenis bahan ajar cetak yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran antara lain
adalah modul dan buku teks.
a. LKS
Lembar Kerja Siswa atau Lembar Kegiatan Siswa yang mudahnya disingkat
dan disebut dengan LKS merupakan salah satu bahan ajar yang dapat digunakan
dan diterapkan dalam pembelajaran. Banyak sekali guru yang memilih untuk
menggunakan LKS dalam pembelajaran yang akan dilakukan. LKS banyak dipilih
karena cukup mampu untuk menyajikan materi pelajaran yang hendak
disampaikan dan disertai pula dengan latihan dan evaluasi yang cukup banyak.
Guru yang memilih untuk menggunakan LKS dalam pembelajaran apalagi
yang menyusun sendiri perlu memperhatikan banyak hal. Pemilihan LKS ini
harus sesuai dengan fungsi dan tujuan penyusunan dan pembuatan Lembar Kerja
Siswa (LKS). Prastowo (2013: 205) menyebutkan bahwa fungsi penyusunan dan
penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKs) dalam pembelajaran secara umum
adalah sebagai berikut:
1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik
2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami
materi yang diberikan
7
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih
4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik
Prastowo (2013: 206) juga menyebutkan mengenai tujuan LKS. Tujuan
penyusunan dan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk pembelajaran
secara adalah sebagai berikut:
1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi
dengan materi yang diberikan
2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik
terhadap materi yang diberikan
3) Melatih kemandirian belajar peserta didik
4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik
Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2000), fungsi LKS adalah :
1) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih
menarik perhatian siswa.
3) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mende-
ngarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa.
6) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dica-
pai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.
Menurut Prianto dan Harnoko (1997), fungsi LKS antara lain:
1) Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
2) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
3) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar
mengajar.
4) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.
5) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui
kegiatan belajar.

8
7) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari
melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Penggunaan media LKS ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
proses pembelajaran, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (2005) antara
lain yaitu :
1) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga proses belajar semakin
lancar dan dapat meningkatkan hasil belajar.
2) Meningkatkan motivasi siswa dengan mengarahkan perhatian siswa, sehingga
memungkinkan siswa be-lajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
3) Penggunaan media da-pat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4) Siswa akan mendapat-kan pengalaman yang sama mengenai suatu peristiwa
dan memungkinkan terjadi-nya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar.
Tidak hanya itu melalui LKS, diharapkan siswa dapat termotivasi dalam
mempelajari konsep-konsep kimia khususnya pada materi larutan penyangga.
Pada proses pembelajaran, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk
menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok
mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan. Melalui LKS siswa harus
mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini,
LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
LKS yang digunakan dapat berupa LKS eksperimen dan LKS noneksperimen.
Penggunaan LKS dalam pembelajaran biasanya tidak berdiri sendiri atau
tidak menjadi bahan ajar utama dan satu-satunya untuk pembelajaran sebuah
materi. Guru biasanya mengkombinasikan dengan penggunaan buku paket atau
buku teks pelajaran agar semakin sempurna. Tak jarang pula ditambahkan dengan
penggunaan media pembelajaran yang interaktif sehingga siswa dapat
mempelajari pelajaran dengan menggunakan LKS dengan lebih mudah dan cepat
memahami apa yang dipelajari.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa LKS memiliki fungsi dan tujuan
yang khusus jika digunakan dalam pembelajaran. Fungsi dan tujuan LKS ini
sangat perlu untuk diperhatikan agar Lembar Kerja Siswa tidak sembarangan

9
digunakan, dapat diterapkan dalam pembelajaran seperti fungsi dan tujuan LKS
ketika disusun. Fungsi dan tujuan lembar kerja siswa ini sangat membantu guru
dan siswa agar dapat menggunakan LKS secara tepat dan mudah dalam
pelaksanaan penerapan LKS dalam pembelajaran.
Menurut Endang Widjajanti (2010), aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh
suatu LKS yang baik yaitu:
1) Pendekatan penulisan adalah penekanan keterampilan proses, hubungan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan kehidupan dan kemampuan mengajak
siswa aktif dalam pembelajaran.
2) Kebenaran konsep adalah menyangkut kesesuaian antara konsep yang
dijabarkan dalam LKS dengan pendapat ahli kimia dan kebenaran materi
setiap materi pokok
3) Kedalaman Konsep terdiri dari muatan latar belakang sejarah penemuan
konsep, hukum, atau fakta dan kedalaman materi sesuai dengan kompetensi
siswa berdasarkan Kurikulum KTSP
4) Keluasan Konsep adalah kesesuaian konsep dengan materi pokok dalam
kurikulum KTSP, hubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari dan
informasi yang dikemukakan mengikuti perkembangan zaman
5) Kejelasan kalimat adalah berhubungan dengan penggunaan kalimat yang
tidak menimbulkan makna ganda serta mudah dipahami
6) Kebahasaan adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan mampu
mengajak siswa interaktif
7) Evaluasi belajar yang disusun dapat mengukur kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik secara mendalam
8) Kegiatan siswa / percobaan kimia yang disusun dapat memberikan
pengalaman langsung, mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum atau
fakta serta tingkat kesesuaian kegiatan siswa / percobaan kimia dengan materi
pokok Kurikulum KTSP.
9) Keterlaksanaan meliputi kesesuaian materi pokok dengan alokasi waktu di
sekolah dan kegiatan siswa / percobaan kimia dapat dilaksanakan.

10
10) Penampilan Fisik yaitu desain yang meliputi konsistensi, format, organisasi,
dan daya tarik buku baik, kejelasan tulisan dan gambar dan dapat mendorong
minat baca siswa.
Karakteristik LKS yang baik, menurut Sungkono (2009) adalah:
1) LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan
seperti percobaan yang harus siswa lakukan.
2) Merupakan bahan ajar cetak.
3) Materi yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas
pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau
dilakukan oleh siswa.
4) Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar
isi, dan lain - lain.
b. HandOut
Handout berasal dari bahasa Inggris yang berarti informasi, berita atau surat
lembaran. Handout termasuk media cetak yang meliputi bahan-bahan yang
disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. Biasanya
diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang
diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Istilah Handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat
mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Handout adalah bahan
tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta
didik
Bentuk handout dapat bervasiasi, diantaranya:
1) Bentuk catatan Handout ini menyajikan konsep-konsep, prinsip, gagasan
pokok tentang suatu topik yang akan dibahas.
2) Bentuk diagram Handout ini merupakan suatu bagan, sketsa atau gambar,
baik yang dilukis secara lengkap maupun yang belum lengkap.
3) Bentuk catatan dan diagram
4) Handout ini merupakan gabungan dari bentuk pertama dan kedua.

11
Handout disusun atas dasar kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
peserta didik. Dengan demikian maka penyusunan handout harus diturunkan dari
kurikulum. Handout biasanya merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat
memperkaya pengetahuan peserta didik dalam belajar untuk mencapai
kompetensinya. Langkah-langkah menyusun Handout adalah sebagai berikut:
1) Melakukan analisis kurikulum
2) Menentukan judul Handout, disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi
pokok yang akan dipelajari
3) Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan
4) Menulis Handout dengan kalimat yang singkat, padat, jelas
5) Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan
kemungkinan adanya kekurangan-kekurangan
6) Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
Handout misalnya buku, internet, majalah, dan jurnal hasil penelitian.
Karakteristik Handout
1) Karakteristik yang harus dimiliki oleh handout adalah padat informasi dan
dapat memberikan kerangka pemikiran yang lebih utuh.
2) Sebagai media pengajaran penjelasan yang lebih rinci tentang isi handout
masih harus diberikan oleh guru yang mengadakan pembelajaran.
3) Handout diberikan pada awal atau sebelum pelajaran dimulai dan merupakan
catatan tambahan bagi siswa.
Kelebihan dan Kekurangan Handout. Kelebihan media Handout dalam
kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah:
1) Dapat merangsang rasa ingin tahu dalam mengikuti pelajaran
2) Meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
3) Memelihara kekonsistenan penyampaian materi pelajaran dikelas oleh guru
sesuai dengan perancangan pengajaran
4) Dapat memperkenalkan informasi atau teknologi baru
5) Dapat memeriksa hasil pembelajaran siswa
6) Mendorong keberanian siswa untuk berprestasi
7) Dapat membantu pengetahuan ingatan dan penyempurnaan.

12
Beberapa kelebihan handout (Arsyad, 2000: 38):
1) Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing – masing
2) Disamping dapat mengulang materi, siswa dapat mengikuti urutan pikiran
secara logis
3) Perpaduan teks dan gambar dapat menambah daya tarik serta memperlancar
pemahaman informasi yang disampaikan
4) Lebih ekonomis dan mudah terdistribusi
Kelemahan handout sebagai media cetak (Arsyad, 2000: 38-39) adalah:
1) Sulit menampilkan gerak dan suara
2) Bagian-bagian pelajaran harus dirancang sedemikian rupa
3) Cepat rusak atau hilang
4) Umumnya kebehasilannya hanya ditingkat kognitif
Fungsi dan Manfaat Handout
1) Fungsi handout sebagai pelengkap materi ajar. Meskipun pelengkap, tidak
berarti handout dapat dikembangkan begitu saja. Ada rambu-rambu yang
harus diikuti jika kita ingin mendapatkan handout yang baik.
2) Manfaat utama handout adalah melengkapi kekurangan materi, baik materi
yang diberikan dalam buku teks maupun materi yang diberikan secara lisan.
Handout dapat berisi penjelasan singkat dan atau elaborasi tentang suatu
materi bahasan, menjelaskan kaitan antartopik, memberi pertanyaan dan
kegiatan pada para pembacanya, dan juga dapat memberikan umpan balik dan
langkah tindak lanjut.
c. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman
dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat
tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur
dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD
yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar
yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur

13
tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi
dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk
menggunakannya.
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman
dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat
tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).
Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak
memuat antara lain:
1) Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya
materi.
2) KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.
3) Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan
penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya.
Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu
panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.
4) Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan
materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu
atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.
5) Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6) Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya
buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian (Depdiknas, 2008).
d. Leaflet
Leaflet merupakan bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi
tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara
cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang
sederhana,singkat, dan mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus
memuat materi yang dapat menggiring siswa untuk menguasai satu atau lebih KD
(Murni, 2010:1).

14
Leaflet sebagai bahan ajar harus disusun secara sistematis, bahasa yang
mudah dimengerti dan menarik. Semua itu bertujuan untuk menarik minat baca
dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sehingga, dalam penyususnannya
leaflet sebagai bahan ajar perlu mempertimbangkan hal-hal antara lain sebagai
berikut:
1) Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi
pokok yang harus dikuasai oleh siswa.
2) Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal yang
penting sebagai informasi.
3) Padat pengetahuan.
4) Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan.
5) Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
6) Menarik siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya.
7) Dapat diambil dari berbagai museum,obyek wisata, instansi swasta, atau hasil
download dari internet.
Dalam menyususn sebuah leaflet sebagai bahan ajar, leaflet paling tidak
memuat antara lain:
1) Judul, diturunkan dari kompetensi dasar atau ateri pokok sesuai dengan besar
kecilnya materi
2) Kompetensi dasar atau materi pokok yang aka dicapai, diturunkan dari
kurikulum 2004
3) Informasi pendukung dijelaskan secara elas, padat, menarik, memperhatikan
penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman
pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak
telalu panjang, maksimal 25 kata perkalimat dan dalam satu paragraf 3-7
kalimat.
4) Tugas-tugas dapat dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait
denan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara
individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.
5) Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas ang diberikan

15
6) Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya
buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian (Setyono, 2005:38-39).
e. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih
menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan
tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam
kategori alat bantu mengajar, namun dalam hal ini wallchartdidesain sebagai
bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi
kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang
kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik,
diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai
contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan
lingkungannya.
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Misalnya tentang siklus
makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya atau proses dari
suatu kegiatan laboraturium. Dalam mempersiapkannya wallchart paling tidak
berisi tentang:
1) Judul diturunkan dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai dengan
besar kecilnya materi.
2) Petunjuk penggunaan wallchart, dimaksudkan agar wallchart tidak terlalu
banyak tulisan.
3) Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk
gambar, bagan atau siklus.
4) Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca
buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya.
Tugas lain misalnya menugaskan siswa untuk menggambar atau membuat
bagan ulang. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
5) Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.

16
6) Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya
buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

D. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
tes/ instrumen. Suatu tes/ instrumen dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun validitas menurtut para ahli yaitu
sebagai berikut:
1) Menurut Gronlund dan Linn (1990): Validitas adalah ketepatan interpretasi
yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi
2) Menurut Anastasi (1990): Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk,
menyangkut; “What the test measure and how well it does”
3) Menurut Arikunto (1995): Validitas adalah keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
4) Menurut Sukadji (2000): Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes
mengukur apa yang seharusnya diukur.
5) Menurut Azwar (1986):Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.
6) Menurut Sugiyono (2006) Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang
dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk
mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian.
Berdasarkan pendapat di atas maka penulis menyimpulkan validitas adalah
ketepatan suatu instrument atau alat ukur tes dengan objek yang di ukurnya.
Validitas bahan ajar cetak atau non cetak maksudnya yaitu ketepatan suatu bahan
ajar dengan bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
1) Komponen Penilaian Validitas
Definisi validitas adalah ketepatan alat penilaian mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas bertalian dengan ketepatan alat penialaian mengukur
konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Ada
empat jenis validitas yang sering digunakan yaitu, validitas isi, validitas konstruk,
validitas bahasa, dan validitas kegrafisan.

17
a) Validitas Isi
Kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran ini secara
keilmuan, dan keselarasan isi. Kebenaran isi dinilai berdasarkan sistem nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa dalam dunia pendidikan.Validitas
isi menunjukkan bahwa isi bahan ajar tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi
bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam
bidang ilmu serta sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidangf ilmu dan
hasil penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Dengan
demikian isi bahan ajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, benar dari
segi keilmuan.
Validitas isi sangat penting untuk diperhatikan sehingga bahan ajar tidak
menyebarkan kesalahan-kesalahan konsep, atau “miskonsepsi” oleh peserta didik.
Untuk dapat menjaga validitas isi, dalam pengembangan bahan ajar, pendidik
harus selalu menggunakan buku acuan atau bahan pustaka yang berisi hasil-hasil
penelitian empiris, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu, serta
perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu. Teori dan konsep yang berlaku dalam
suatu bidang ilmu dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun buku teks bidang ilmu.
Sementara hasil penelitian empiris dan perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu
dapat diperoleh dari berbagai jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal
elektronik.
b) Validitas Konstruk
Konstruk adalah kerangka dalam suatu konsep, misalkan seorang peneliti
ingin mengukur konsep ’relegiusitas’. Konsep relegiustas, harus dijabarkan dalam
kerangka konsep yang dapat dijabarkan dalam tolak ukur operasional. Konstruk
dapat juga dikantaka jenis konsep tertentu yang berada dalam tingkatan abstraksi
yang lebih tinggi dari konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu. Konsep
dihasilkan oleh ilmuwan secara sadar untuk kepentingan ilmiah. Konstruk dapat
diartikan sebagai konsep yang telah dibatasi pengertiannya (unsur, ciri dan
sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur.
Validitas konstruk (Construct Validity) berkaitan dengan konstruksi atau
konsep bidang ilmu yang akan diuji validitas alat ukurnya. Validitas konstruk

18
merujuk pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan kemampuan yang ingin
diukur. Pembuktian adanya validitas konstruk bahan ajar pada dasarnya
merupakan usaha untuk menunjukan bahwa bahan ajar benar-benar
mencerminkan konstruk yang sama dengan kriteria bahan ajar seharusnya.
Untuk menentukan validitas konstruk harus dilakukan proses penelaahana
teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan
konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan
penulisan butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan
berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur
melalui proses analisis dan komparasi yang logis dan cermat.
c) Validitas Bahasa
Dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa menjadi salah satu
faktor yang penting. Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan ragam bahasa,
pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang
bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan
ajar sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan
menarik, namun jika bahasa yang digunakan tidak dimengerti oleh peserta, maka
bahan ajar tersebut tidak akan bermakna apa-apa. Penggunaan bahasa menjadi
faktor penting, bukan hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku
kerja peserta, lembar kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar
noncetak, seperti kaset audio, video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-
lain.
Ragam bahasa komunikatif yang sebaiknya digunakan dalam penulisan atau
pengembangan bahan ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata serta
penggunaan kalimat yang efektif. Walaupun ragam bahasa komunikatif yang
digunakan, hendaknya kaidah bahasa yang baik dan benar tidak ditinggalkan atau
dilanggar. Hal ini sangat perlu sebagai salah satu persyaratan dari keterbacaan
bahan ajar yang ditulis atau dikembangkan.
Kata yang dipilih hendaknya jenis kata yang singkat dan lugas, bukan kata
atau istilah yang asing atau tidak banyak dikenal peserta. Jika diperlukan
pengenalan istilah teknis yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu, maka istilah

19
tersebut perlu diberi batasan yang jelas. Senarai (daftar kata sukar) dapat
membantu memberikan batasan istilah-istilah teknis. Selain itu, peserta dapat
diberi kesempatan untuk menjelaskan sendiri arti kata-kata tersebut melalui
pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan dalam bahan ajar Anda.
Pada komponen kebahasaan ini aspek yang dinilai adalah apakah informasi
yang disampaikan dalam bahan ajar sampai dengan baik kepada siswa sebagai
pembaca. Selanjutnya Depdiknas (2008) menjelaskan bahwa: ”Komponen
kebahasaan antara lain mencakup: keterbacaan, kejelasan informasi, kesesuaian
dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, pemanfaatan bahasa secara
efektif dan efisien (jelas dan singkat)”. Apabila pembuatan bahan ajar
memerhatikan komponen dari kriteria kebahasaan ini dengan baik maka informasi
yang disampaikan tersalurkan dengan baik.
d) Validitas Kegrafisan
Komponen penilaian validitas bahan ajar yang terakhir adalah dari segi
kegrafisan. Komponen kegrafisan berisi tentang bagaimana tampilan dan desain
dari sebuah bahan ajar. Depdiknas (2008) selanjutnya menjelaskan bahwa
“komponen kegrafisan antara lain mencakup: penggunaan font; jenis dan ukuran,
lay out atau tata letak, ilustrasi, gambar, foto, desain tampilan”.
Kriteria validasi yang dinilai dari oleh tenaga ahli untuk bahan ajar cetak
yaitu dari : kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.
a. Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:
1) Kesesuaian dengan SK, KD
2) Kesesuaian dengan perkembangan anak
3) Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4) Kebenaran substansi materi pembelajaran
5) Manfaat untuk penambahan wawasan
6) Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial
b. Komponen Kebahasaan antara lain mencakup:
1) Keterbacaan
2) Kejelasan informasi
3) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar

20
4) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)
c. Komponen Penyajian antara lain mencakup:
1) Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
2) Urutan sajian
3) Pemberian motivasi, daya tarik
4) Interaksi (pemberian stimulus dan respond)
5) Kelengkapan informasi
d. Komponen Kegrafikan antara lain mencakup:
1) Penggunaan font; jenis dan ukuran
2) Lay out atau tata letak
3) Ilustrasi, gambar, foto
4) Desain tampilan (Depdiknas : 2008)
2) Cara Menentukan Validitas
Teknik analisis validitas produk yang dikembangkan menggunakan rumus
Aiken’s V. Analisis validitas menggunakan Skala Likert dengan langkah-langkah:
a) Memberikan skor untuk setiap item jawaban sangat setuju (4), setuju (3), tidak
setuju (2), dan sangat tidak setuju (1).
b) Menjumlahkan skor total tiap validator untuk seluruh indikator.
c) Pemberian nilai validitas dengan cara menggunakan rumus Aiken’s V yaitu:
∑𝑠
𝑉 = [𝑛(𝑐−1)]....................................................(1)

Dimana :
s = r – lo....................................................(2)
Adapun keterangannya yaitu lo adalah angka penilaian validitas yang terendah
(dalam hal ini = 1), c adalah angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal
ini = 4), dan r = Angka yang diberikan oleh validator.
Kategori validitas dari buku teks yang dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kategori Validitas
No Nilai Kriteria
1 ≥ 0,6 Valid
2 < 0,6 Tidak Valid
Sumber : Azwar (2015 : 112-113)

21
Tabel 1 menunjukkan teknik penilaian validitas menggunakan rumus Aiken V.

E. Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang
sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk
pengukuran yang lebih subjektif. Reliabilitas dari bahan ajar cetak dapat
ditentukan dengan melihat nilai reliabilitas butir item angket uji validitas yang
diberikan pada validator. Pengolahan data dari angket yang telah diisi validator
dilakukan secara statistik. Dalam Basrowi (2012) dijelaskan bahwa terdapat tiga
metode yang dapat digunakan menghitung besarnya reliabilitas. Yaitu : metode
bentuk paralel, metode tes ulang, dan metode belah dua atau split – half method.
1. Metode bentuk paralel (equivalent)
Tes paralel atau equivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir soalnya berbeda. Metode ini
dikenal juga dengan double test double trial method. Dengan metode ini, peneliti
harus menyiapkan dua buah tes yang masing – masing dicobakan pada kelompok
siswa yang sama. Hasil dari kedua tes ini dikorelasikan. Sehingga hasil tes yang
memiliki koefisien tinggi adalah instrumen yang reliabel dan dapat digunakan
sebagai instrumen yang teruji.
2. Metode tes ulang (test-retest method)
Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya memiliki satu seri tes, tetapi
dicobakan dua kali.oleh karena itu tes ini disebut juga single-test-double trial
method. Hasil dari kedua tes ini kemudian dihitung korelasinya.
Metode ini kurang efektif dilaksanakan. Apabila pelaksanaannya dalam
rentang waktu singkat, rata – rata siswa akan dapat mengingat soal yang telah
diujikan sebelumnya. Namun jika tenggang waktunya terlalu lama, maka kondisi
pengetahuan siswa juga akan berbeda. Hal ini pastinya akan mempengaruhi
reliabilitas instrumen.

22
3. Metode belah dua (split-half method)
Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya perlu satu kali melakukan tes.
Berbeda dengan dua metode sebelumnya, pada metode ini nilai korelasi antara
dua belahan data belum berarti nilai reliabilitas tes. Pembelahan data disini
maksudnya adalah membagi item atau butir soal, bukan peserta tes atau siswa.
Untuk mengetahui nilai keseluruhan, digunakan rumus Spearman–Brown, yaitu :
2𝑟1⁄ 𝑟1⁄
2 2
𝑟11 = ....................................................(3)
1+𝑟1⁄2𝑟 1⁄2

Keterangan :
r½½ = korelasi antara skor – skor setiap belahan tes
r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
Ada dua cara pembelahan butir soal, yaitu : pembelahan ganjil genap dan
pembelahan awal akhir (Basrowi, 2012).
1. Pembelahan genap – ganjil
Pada metode ini, peneliti membagi item soal menjadi dua yaitu kelompok
soal bernomor genap dan ganjil. Misalkan kelompok ganjil dengan X dan
kelompok genap dengan Y. Pengolahan data dilanjutkan dengan menghitung
korelasi product moment dengan angka kasar untuk mengetahui nilai reliabilitas
separo tes. Nilai reliabilitas seluruh tes kemudian dihitung dengan rumus
Spearman – Brown.
2. Pembelahan awal – akhir
Sama halnya dengan metode pembelahan ganjil – genap, pengolahan data
dalam metode ini diawali dengan menghitung reliabilitas untuk separo tes dengan
korelasi product moment. Kemudian diteruskan dengan Rumus Spearman –
Brown untuk reliabilitas seluruh tes.
Setelah menggunakan rumus korelasi product moment, dua orang ahli
mengajukan rumus lain. Flanagan menemukan rumus yang perhitungannya
menggunakan pembelahan ganjil – genap, sedangkan Rulon menggunakan
pembelahan awal – akhir.

23
3. Rumus Flanagan
𝑠12 −𝑠22
𝑟11 = 2 (1 − ).............................................(4)
𝑠𝑡2

Keterangan :
r11 = reliabilitas tes
s12 = varians belahan pertama (1), dalam hal ini varian item ganjil
s22 = varians belahan kedua (2), dalam hal ini varian item genap
st2 = varians skor total
4. Rumus Rulon
𝑠2
𝑟11 = 1 − 𝑠𝑑2 .................................................(5)
𝑡

Keterangan :
r11 = reliabilitas tes
sd2 = varians beda (varians difference)
st2 = varians skor total
Syarat kedua metode pembelahan di atas adalah banyaknya item harus
genap sehingga dapat dibelah dan kedua belahan data seimbang. Untuk mengatasi
kesulitan ini, maka reliabilitas dapat dicari dengan rumus Kuder dan Richardson.
(Basrowi, 2012) Rumus yang digunakan adalah K-R 20 dan K-R 21.
Selain rumus yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, masih ada satu
ahli yang merumuskan cara untuk menghitung reliabilitas, yaitu Hoyt. Rumus
Hoyt yaitu :
𝑉
𝑟11 = 1 − 𝑉𝑠 ................................................(6)
𝑟

Keterangan :
r11 = reliabilitas seluruh soal
Vr = varians responden
Vs = varians sisa
Rumus Hoyt ini memerlukan langkah kerja yang lebih panjang dan rumit
dari beberapa rumus sebelumnya, sehingga rumus ini jarang digunakan dalam
pengolahan data penelitian.

24
Beberapa metode yang telah diuraikan di atas adalah metode yang
digunakan dalam menghitung reliabilitas instrument tes dalam bentuk soal
objektif. Bagaimana dengan soal uraian? Menilai soal uraian memerlukan standar
penskoran atau scoring untuk setiap butir soal. Untuk keperluan mencarai
reliabilitas soal uraian, digunakan rumus Alpha, yaitu :

𝑛 ∑ 𝜎𝑖2
𝑟11 = (𝑛−1) (1 − ).......................................(7)
𝜎𝑡2

Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
σi2 = jumlah varians skor tiap – tiap item
σt2 = varians total
Untuk menentukan reliabilitas item angket bahan ajar dapat juga dipakai
rumus K-R 21 (Slameto,1988) yaitu:

n  M (n  N ) 
r 1   ..................................(8)
N 1  nSDt2 

Keterangan:
M = Mean
n = Banyak soal
SD = Deviasi standar
Kriteria reabilitas suatu instrument dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Kriteria Reliabilitas Suatu Instrumen
No Kriteria Reliabilitas Kriteria
1 0.90 < rıı ≤ 1.00 Reabilitas tinggi sekali
2 0.70 < rıı ≤ 0.90 Reabilitas tinggi
3 0.40 < rıı ≤ 0.70 Reablitas cukup
4 0.20 < rıı ≤ 0.40 Reabilitas rendah
5 0.00 < rıı ≤ 0.20 Reablitas sangat rendah
(Slameto, 1988)

25
Nilai r yang diperoleh di bandingkan dengan r tabel. Jika fhitung > ftabel, maka
di simpulkan item angket reliabel, dengan demikian maka dapat juga disimpulkan
bahwa bahan ajar cetak yang dirancang bersifat reliabel.

F. Praktikalitas
Menurut KBBI (2008), praktikalitas berarti bahwa bersifat praktis, artinya
mudah dan senang dalam pemakaiannya. Kepraktisan yang dimaksud disini
adalah kepraktisan dalam bidang pendidikan (silabus, RPP, bahan ajar, penilaian,
LKS maupun produk yang lainnya). Praktikalitas berkaiatan dengan kemudahan
dan kemajuan yang didapatkan siswa dengan menggunakan bahan ajar, LKS,
instrument atau produk yang lainnya.
Bahan ajar yang telah dikembangkan dikatakan praktis jika para ahli dan
praktisi menyatakan bahwa secara teoritis bahwa bahan ajar tersebut dapat
diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya termasuk dalam kategori
baik. Suatu bahan ajar tau produk dikatakan praktis apabila orang dapat
menggunakan (usable) produk tersebut.
Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian dan keterlaksanaan prototype
bahan ajar oleh siswa dan guru yaitu melaksanakan pengajaran dengan
menggunakan bahan ajar yang telah direvisi berdasarkan penilaian validator.
Bahan ajar memiliki praktikalitas yang tinggi, apabila bersifat praktis dan mudah
mengadministrasikannya. Untuk menentukan praktikalitas perangkat
pembelajaran ini, peneliti menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan bahan
ajar oleh guru dan angket respon tentang bahan ajar oleh siswa dan guru. Tingkat
kepraktisan suatu bahan ajar dapat diukur berdasarkan kemudahan pemakaian
dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan tujuan pengembangan (Nieven, 2006).
Untuk menentukan praktikalitas perangkat pembelajaran ini, peneliti
menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan bahan ajar oleh guru dan angket
respon tentang bahan ajar oleh siswa dan guru.
1. Cara Menetukan Praktikalitas Bahan Ajar
Kepraktisan sebuah bahan ajar juga dapat dilihat dari:

26
a. Penyajian yang Sistematis
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. Keterkaitan
antar materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan
secara sistematis. Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak
membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai
sehingga tidak membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar
mempermudah peserta dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk terbiasa
berpikir runtut.
b. Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman
Penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan ilustrasi
sangat memiliki peran yang sangat penting. Misalnya, dalam menjelaskan rumus
hukum gravitasi Newton di SMA. Untuk menjelaskan rumus tersebut diperlukan
alat peraga yang dapat menggambarkan rumus tersebut. Contoh dan ilustrasi dapat
dikembangkan dalam beragam bentuk.
c. Penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar
Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan bahan
ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang
akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta
belajar mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat
bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini perlu dijelaskan kepada peserta
dengan cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan ajar dengan jelas. Di
samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan antara topik yang
dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik dalam mata pelajaran lainnya.
Dengan demikian, peserta dapat melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik
lain, dan tidak terkesan bahwa masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.
d. Alat bantu yang memudahkan
Bahan ajar cetak, dapat menggunaknan alat bantu berupa rangkuman untuk
setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-tanda khusus, misalnya
tanda tanya yang menandakan pertanyaan.
Suatu produk dikatakan praktis jika guru dan peserta didik dapat
menggunakan produk tersebut dalam pembelajaran secara praktis dan efisien.

27
Kepraktisan produk dianalisis berdasarkan angket yang telah diisi oleh guru dan
peserta didik. Analisis data angket praktikalitas bahan ajar mengikuti langkah-
langkah berikut ini:
1. Memberikan skor untuk setiap item jawaban sangat setuju (4), setuju (3), tidak
setuju (2) dan sangat tidak setuju (1).
2. Menjumlahkan skor total tiap validator untuk seluruh indikator.
3. Pemberian nilai praktikalitas dengan cara menggunakan rumus:
𝑓
𝑃= x 100 %...................................................(9)
𝑁

Dimana P adalah nilai akhir, f adalah perolehan skor, dan N adalah skor
maksimum.
Kategori praktikalitas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kategori Praktikalitas
No Nilai Kriteria
1 80% < x ≤ 100% Sangat praktis
2 60% < x ≤ 80 % Praktis
3 40% < x ≤ 60 % Cukup praktis
4 20% < x ≤ 40 % Kurang praktis
5 0% < x ≤ 20 % Tidak praktis
Sumber : (Dimodifikasi dari Riduwan, 2009: 89)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa buku teks yang dikembangkan praktis
ketika memiliki skor pada interval 61-80.
G. Efektivitas
Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil,
tepat atau manjur. Efektivitas menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian suatu
tujuan. Jadi suatu upaya dikatakan efektif apabila upaya tersebut mampu
mencapai tujuannya. KBBI (2008) mendefenisikan efektif dengan “ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa hasil, berhasil guna
(usaha, tindakan)” dan efektifitas diartikan “keadaan berpengaruh, hal berkesan”
atau “keberhasilan (usaha, tindakan)”.
Suatu bahan ajar dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan
dengan yang dikehendaki. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan
pencapaian tujuan dilakukannya tindak-tindakan untuk mencapai hal tersebut.

28
Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif
apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya. Apabila tujuan
yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi maka proses pencapaian tujuan
tersebut merupakan keberhasilan dalam melaksanakan program atau kegiatan
menurut wewenang, tugas dan fungsi instansi tersebut.
Analisis efektivitas penggunaaan bahan ajar dapat dihitung dengan
memberi pre-test dan post-test pada kelas yang diujicobakan. Analisis data
bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diujikan diterima atau ditolak. Uji
hipotesis yang dilakukan adalah uji t berpasangan. Sebelum melaksanakan uji
hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi berdistribusi
normal atau tidak. Untuk menguji normalitas, peneliti menggunakan
menggunakan uji Lilliefors, Sudjana (2002: 466) merumuskan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Data 𝑥1 , 𝑥2 , … . , 𝑥𝑛 yang diperoleh dari data yang terkecil hingga data yang
terbesar.
b. Data x1, x2, x3…xn dijadikan bilangan baku z1, z2, z3…zn dengan rumus:
𝑋𝑖 −𝑋̅
𝑧= ..................................................... (10)
𝑆

c. Dimana xi adalah skor yang diperoleh peserta didik ke –i, x̅ adalah Skor rata-
rata, dan s : Simpangan baku
d. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung
peluang F(𝑧𝑖 ) = P(𝑧 ≤ 𝑧𝑖 ).

banyaknya𝑧1 , 𝑧2 , … … . . 𝑧𝑛 yang ≤ 𝑧𝑖 ................................(11)


S(zi ) =
𝑛

e. Dengan menggunakan proporsi z1,z2,z3…zn yang lebih kecil atau sama dengan
zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi), maka :
f. Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

29
g. Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut dan
disebut L0.
h. Membandingkan nilai Lo dan Lt yang terdapat dalam taraf nyata = 0,05.
Kriteria sebagai berikut :
Jika Lo < Lt, maka sampel terdistribusi normal
Jika Lo > Lt, maka sampel tidak terdistribusi normal
Jika normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf
signifikansi (α) tertentu (biasanya α=0,05 atau α=0,01). Sebaliknya, jika hasil uji
signifikan maka normalitas data tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau
tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada
kolom signifikansi (Sig.) untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku
adalah sebagai berikut:
a. Tetapkan taraf signifikansi uji misalnya α=0,05.
b. Bandingkan p (nilai signifikansi yang diperoleh) dengan taraf signifikansi yang
diperoleh.
c. Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
d. Jika signifikansi yang diperoleh < α, maka sampel bukan berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
2. Uji Hipotesis
Data hasil uji normalitas sampel diketahui terdistribusi normal. Untuk
menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t berpasangan dengan
rumus:
̅
𝐷
𝑡= √𝑛 ...................................................(12)
𝑆𝐷
̅ merupakan rata-rata selisih pengukuran 1
Dimana t merupakan nilai t hitung, 𝐷
dan 2, 𝑆𝐷 merupakan standar deviasi selisih pengukuran 1 dan 2, dan 𝑛
merupakan jumlah sampel.
Harga thitung dibandingkan dengan ttabel yang terdapat dalam tabel distribusi
t. Kriteria pengujian adalah terima H0 jika : thitung < tα;(n-1), sedangkan untuk harga
lainnya H0 ditolak. Setelah melakukan uji t, kemudian dihitung nilai koefisien

30
korelasi (r) antara variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent)
yaitu nilai post-test peserta didik. Nilai koefisien korelasi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝑛 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑦𝑥 = .............................(13)
√{𝑛 ∑ 𝑋2 −(∑ 𝑋)2 }{𝑛 ∑ 𝑌2 −(∑ 𝑌)2 }

𝑟𝑦𝑥 merupakan koefisien korelasi antara Y dan X, X merupakan variabel bebas


(independent), Y merupakan variabel terikat (dependent), dan n merupakan
banyak data.
Nilai r selalu terletak antara -1 dan 1, sehingga nilai r tersebut dapat
ditulis: -1 ≤ r ≥ +1. Untuk r = +1 berarti korelasi positif sempurna antara variabel
X dan variabel Y, sebaliknya jika r = -1 berarti korelasi negatif sempurna antara
variabel X dan Y, sedangkan r = 0 berarti tidak ada korelasi antara X dan Y. Jika
kenaikan di dalam suatu variabel diikuti dengan kenaikan di dalam suatu variabel
diikuti dengan kenaikan di dalam variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa
kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang positif. Akan tetapi, jika
kenaikan di dalam suatu variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa variabel
tersebut mempunyai korelasi yang negatif. Apabila tidak ada perubahan pada
variabel walaupun variabel lainnya berubah maka dikatakan bahwa kedua variabel
tersebut tidak mempunyai hubungan. Interpretasi harga r akan disajikan dalam
Tabel 4.
Tabel 4. Interpretasi Koefisien Korelasi (r)
Koefisien Korelasi (r) Interpretasi

0 Tidak berkorelasi

>0-0,25 Korelasi sangat lemah

>0,25-0,5 Korelasi cukup

>0,5-0,75 Korelasi kuat

>0,75-0,99 Korelasi sangat kuat

31
1 Korelasi sempurna

Sumber: Sarwono (2006)


Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa interpretasi yang kuat ketika memiliki
skor pada interval >0,5.
Setelah didapatkan nilai koefisien korelasi, selanjutnya dihitung koefisien
determinasi (KD). Koefisien determinasi menjelaskan besarnya pengaruh nilai
variabel X terhadap naik/turunnya variabel Y. Koefisien determinasi dihitung
dengan menggunakan rumus :
𝐾𝐷 = 𝑟 2 × 100%.................................................(14)
Dimana 𝐾𝐷 merupakan Koefisien Determinasi.
Bahan ajar dinyatakan memiliki kecenderungan efektif apabila terdapat
pengaruh penggunaan bahan ajar tersebut.

32
BAB III
PEMBAHASAN
A. MATRIKS INDIKATOR INSTRUMEN VALIDITAS BAHAN AJAR CETAK

Berdasarkan teori validitas yang telah disajikan pada matriks teori validitas, maka dapat disusun indikator dari instrumen yang

mengukur validitas bahan ajar cetak berupa lembaran. Berikut ini adalah matriks indikator instrumen validitas.

INDIKATOR
INDIKATOR INDIKATOR
INDIKATOR INDIKATOR KOMPONEN
KOMPONEN KOMPONEN
No KOMPONEN KOMPONEN ANGKET KOMPONEN ANGKET ANGKET
ANGKET VALIDASI ANGKET VALIDASI
VALIDASI HANDOUT VALIDASI BROSUR VALIDASI
LKS LEAFLET
WALLCHART
1 Kelayakan isi  kesesuaian dengan SK,  kesesuaian dengan SK,  kesesuaian dengan SK,  kesesuaian dengan  kesesuaian
(Content KD dan indikator KD dan indikator KD dan indikator SK, KD dan indikator dengan KD dan
validity)
 kesesuaian dengan  manfaat mempermudah  manfaat untuk  Ringkasan materi materi
perkembangan anak siswa untuk belajar menambah wawasan  Manfaat praktis dan
 kesesuaian dengan  kesesuaian dengan mudah dibawa
kebutuhan bahan ajar nilai moral dan sosial
 kebenaran substansi
materi pembelajaran

33
 manfaat untuk
menambah wawasan
 kesesuaian dengan nilai
moral dan sosial
2 Kebahasaan  keterbacaan  keterbacaan  pemanfaatan bahasa  keterbacaan  keterbacaan
 kejelasan informasi  kejelasan informasi secara efektif dan
 kesesuaian dengan  kesesuaian dengan efesien
Kaidah Bahasa Kaidah Bahasa
Indonesia Indonesia
 pemanfaatan bahasa
secara efektif dan
efesien
3 Penyajian  kejelasan tujuan yang  menarik,tata letak isi,  menarik (berwarna)  menarik (berwarna)  Tata letak dan
dicapai tampilan cover, ilustrasi warna
 urutan sajian gambar dan informasi
 pemberian motivasi  kelengkapan informasi
 menarik (berwarna)
 interaksi
 kelengkapan informasi
4 Kegrafisan  penggunaan font  desain tampilan menarik  desain tampilan  kombinasi gambar  kombinasi

34
 layout atau tata letak menarik dan tulisan grafik dan
 ilustrasi, gambar, dan bagan
foto
 desain tampilan
menarik
Sumber: Berdasarkan Depdiknas Berdasarkan jurnal Diana Ika Berdasarkan jurnal Mega Berdasarkan jurnal Berdasarkan Jurnal
2008 Sistyarini, 2017 Oktisa, 2015 Riswinarni, 2016

B. MATRIKS KISI-KISI INSTRUMEN VALIDITAS LKS

Berdasarkan indikator yang telah disajikan pada matriks indikator instrumen validitas, maka dapat disusun kisi- kisi dari

instrumen (angket) yang mengukur validitas bahan ajar cetak berupa lembaran. Berikut ini adalah matriks kisi – kisi instrumen

validitas.

No TEORI INDIKATOR KOMPONEN ANGKET PERNYATAAN DI ANGKET


VALIDASI LKS
1 Kelayakan isi  kesesuaian dengan SK dan KD  LKS yang dibuat sesuai dengan Standar
 kesesuaian dengan perkembangan anak Kompetensi dan Kompetensi Dasar

35
 kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar  LKS dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa
 kebenaran substansi materi pembelajaran  LKS dibuat sesuai dengan kebutuhan bahan ajar
 manfaat untuk menambah wawasan  LKS mempunyai kebenaran substansi materi
 kesesuaian dengan nilai moral dan sosial  LKS dapat menambah wawasan pengetahuan
 LKS berisi nilai-nilai, moralitas, dan sosial

2 Kebahasaan  Keterbacaan  Bentuk dan ukuran huruf mudah dibaca dan


 kejelasan informasi menarik
 kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia  Informasi yang terdapat dalam LKS jelas
 pemanfaatan bahasa secara efektif dan efesien  Kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia yang benar
 Bahasa yang digunakan singkat,padat, dan jelas

3 Penyajian  kejelasan tujuan yang dicapai  LKS berisi tujuan yang jelas
 urutan sajian  Pada LKS terdapat urutan penyajian
 pemberian motivasi dan daya tarik  Adanya pemberian motivasi pada uraian materi
 interaksi  Pada LKS terdapat stimulus dan respond
 kelengkapan informasi  Konsep yang dikembangkan dalam LKS sesuai
dengan pengalaman sehari-hari

36
4 Kegrafisan  penggunaan font  Jenis dan ukuran font yang digunakan sesuai dan
 layout atau tata letak menarik
 ilustrasi, gambar, dan foto  Layout pada cover dan antar bagian di dalam LKS
 desain tampilan sudah menarik
 Penempatan ilustrasi, grafis, dan gambar menarik
 Desain tampilan menarik

37
Instrumen Penilaian Validitas LKS

Judul Bahan Ajar : Lembar Kerja Siswa (LKS) Hukum Newton Tentang
Gerak kelas X Semester 2
Mata Pelajaran : Fisika
Evaluator :
Tanggal :
A. Pengantar
Untuk mengetahui validitas dari LKS ini, maka perlu dilakukan penilaian
dan diperlukan pendapat dan saran dari Bapak/Ibu. Atas kesediaan
Bapak/Ibu, peneliti ucapkan terima kasih.
B. Petunjuk pengisian
Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian dengan membuat tanda check (v)
pada setiap kolom untuk beberapa pilihan yaitu:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Sangat Setuju (SS)
3 = Setuju (S)
4 = Sangat Setuju (SS)
C. Angket
No Komponen 1 2 3 4
KELAYAKAN ISI
1 LKS yang dibuat sesuai dengan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
2 LKS dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa
3 LKS dibuat sesuai dengan kebutuhan bahan ajar
4 Kebenaran substansi materi
5 LKS dapat menambah wawasan pengetahuan
6 LKS berisi nilai-nilai, moralitas, dan sosial
KEBAHASAAN
7 Bentuk dan ukuran huruf mudah dibaca dan menarik

38
8 Informasi yang terdapat dalam LKS jelas
9 Kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia yang benar
10 Bahasa yang digunakan singkat,padat, dan jelas
SAJIAN
11 LKS berisi tujuan yang jelas
12 Pada LKS terdapat urutan penyajian
13 Adanya pemberian motivasi pada uraian materi
14 Pada LKS terdapat stimulus dan respond
15 Konsep yang dikembangkan dalam LKS sesuai
dengan pengalaman sehari-hari
16 KEGRAFISAN
Jenis dan ukuran font yang digunakan sesuai dan
menarik
17 Layout pada cover dan antar bagian di dalam LKS
sudah menarik
18 Penempatan ilustrasi, grafis, dan gambar menarik
19 Desain tampilan menarik

Padang, ............

...........................

39
C. MATRIKS INDIKATOR INSTRUMEN PRAKTIKALITAS LKS

Berdasarkan teori praktikalitas yang telah disajikan pada matriks teorI praktikalitas, maka dapat disusun indikator dari

instrumen yang mengukur validitas bahan ajar cetak berupa lembaran. Berikut ini adalah matriks indikator instrumen validitas.

No KOMPONEN PADA TEORI INDIKATOR KOMPONEN ANGKET PRAKTIKALITAS LKS


1 Kemudahan  Bentuk  Tampilan yang menarik dan sederhana sehingga mudah
 Isi  Kata-kata yang digunakan mudah dipahami
 Bahasa  Sajian yang menarik sehingga mudah dipahami
 Sajian  Menggunakan peta konsep sehingga mudah dipahami
 Kejelasan materi yang disajikan
 Kemudahan dalam penggunaan

2 Kemurahan  Biaya  Biaya yang tidak mahal dalam penggunaanya

40
D. MATRIKS KISI-KISI INSTRUMEN PRAKTIKALITAS LKS

No INDIKATOR PERNYATAAN ANGKET SISWA

1. Bentuk LKS  LKS ini memiliki tampilan yang menarik dan


sederhana

2. Bahasa LKS  Kata-kata dan kalimat di dalam LKS mudah dibaca


dan dipahami

3. Isi LKS  LKS ini dapat membantu saya menjawab


permasalahan yang saya temukan di dalam
kehidupan
 Saya tertarik belajar menggunakan LKS ini karena
sesuai dengan pengalaman sehari-hari
 Saya senang dan termotivasi belajar fisika dengan
menggunakan LKS ini
 Teori atau materi yang disajikan jelas dan mudah
dipahami

4. Sajian  Penggunaan tulisan,warna, gambar, dan peta


konsep yang ada dalam LKS menarik dan mudah
digunakan
 mudah digunakan dan dipelajari
 Penyajian materi pelajaran dengan menggunakan
LKS lebih praktis, sistematis, terstruktur dan dapat
dipelajari berulang-ulang

41
Instrumen Penilaian Praktikalitas LKS
Angket Siswa

Judul Bahan Ajar : Lembar Kerja Siswa (LKS) Hukum Newton Tentang
Gerak kelas X Semester 2
Mata Pelajaran : Fisika
Evaluator :
Tanggal :
A. Pengantar
Angket ini disampaikan kepada siswa untuk memperoleh masukan tentang
kepraktisan LKS yang telah dikembangkan oleh peneliti. Peneliti sangat
mengharapkan bantuan berupa pendapat, saran maupun kritik dalam bentuk
pengisian angket yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Peneliti
mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah anda berikan.

B. Petunjuk pengisian
Peserta didik dapat memberikan penilaian dengan membuat tanda check (v) pada
setiap kolom untuk beberapa pilihan yaitu:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Sangat Setuju (SS)
3 = Setuju (S)
4 = Sangat Setuju (SS)
C. Angket
No Komponen 1 2 3 4
1 LKS ini memiliki tampilan yang menarik dan
sederhana

2 Kata-kata dan kalimat di dalam LKS mudah

42
dibaca dan dipahami

3 Penggunaan tulisan,warna, gambar, dan peta


konsep yang ada dalam LKS menarik dan mudah
digunakan

4 Teori atau materi yang disajikan jelas dan


mudah dipahami

5 LKS ini mudah digunakan dan dipelajari

6 LKS ini dapat membantu saya menjawab


permasalahan yang saya temukan di dalam
kehidupan

7 Saya tertarik belajar menggunakan LKS ini


karena sesuai dengan pengalaman sehari-hari

8 Saya senang dan termotivasi belajar fisika dengan


menggunakan LKS ini

9 Penyajian materi pelajaran dengan menggunakan


LKS lebih praktis, sistematis, terstruktur dan
dapat dipelajari berulang-ulang

Padang,........

......................

43
ANGKET GURU

Judul Bahan Ajar : Lembar Kerja Siswa (LKS) Hukum Newton Tentang
Gerak kelas X Semester 2
Mata Pelajaran : Fisika
Evaluator :
Tanggal :
A. Pengantar

Untuk mengetahui praktikalitas dari LKS ini, maka perlu dilakukan


penilaian dan diperlukan pendapat dan saran dari Bapak/Ibu guru. Atas
kesediaan Bapak/Ibu, peneliti ucapkan terima kasih.
B. Petunjuk pengisian

Siswa/siswi dapat memberikan penilaian dengan membuat tanda check (√)


pada setiap kolom untuk beberapa pilihan yaitu:

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2 = Tidak Setuju (TS)

3 = Setuju (S)

4 = Sangat Setuju (SS)

C. Angket
No Komponen 1 2 3 4
1 LKS ini memiliki tampilan yang menarik dan
sederhana

2 Kata-kata dan kalimat di dalam LKS mudah


dibaca dan dipahami

3 Penggunaan tulisan,warna, gambar, dan peta


konsep yang ada dalam LKS menarik dan mudah

44
digunakan

4 Teori atau materi yang disajikan jelas dan


mudah dipahami

5 LKS ini mudah digunakan dan dipelajari

6 LKS ini dapat membantu siswa menjawab


permasalahan yang saya temukan di dalam
kehidupan

7 Siswa tertarik belajar dengan menggunakan LKS


ini karena sesuai dengan pengalaman sehari-hari

8 Siswa senang dan termotivasi belajar fisika


dengan menggunakan LKS ini

9 Penyajian materi pelajaran dengan menggunakan


LKS lebih praktis, sistematis, terstruktur dan
dapat dipelajari berulang-ulang

Padang,........

.....................

45
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah,
1. Validitas suatu bahan ajar adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan bahan ajar tersebut. Validitas ini divalidasi oleh para ahli di
bidang tersebut.
2. Reliabilitas adalah ketepatan atau kejegan tersebut dalam menilai apa
adanya, artinya kapan pun tersebut digunakanakan memberikan hasil yang
sama atau relatif sama. Bahan ajar yang dikembangkan tidak memerlukan
reliabilitas.
3. Kepraktisan suatu bahan ajar diartikan sebagai kemudahan dalam
penyelenggaraan, pembuatan, dan dalam pemeriksaan atau penentuan
keputusan yang objektif, sehingga keputusan tidak menjadi bias dan
meragukan. Kepraktisan dihubungkan pula dengan efisien dan efektifitas
waktu dan dana keseluruhan pembuatan bahan ajar.
4. Keefektifan suatu bahan ajar biasanya dilihat dari potential efect berupa
kualitas hasil belajar, sikap, dan motivasi peserta didik.

B. Saran
Diharapkan kepada seluruh guru di Indonesia agar dapat mengembangkan
bahan ajar demi meningkatkan kemampuan peserta didik di dalam pembelajaran.
Dan untuk pemahaman lebih lanjut maka penulis memberikan saran, Perlunya
penambahan materi untuk perluasan pemahaman karena penulis menyadari
makalah ini masih banyak kekuranganan penulis.

46
DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A. 1990. Psychological Testing (6 th. Ed). New York: Mac Millan.
Publishing Company.

Arikunto, Suharsimi, 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, Saifudin. 1986. Validitas dan Reliabilitas. Jakarta: Rineka Cipta


Baswori. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Chanda, Donald H.dkk, 2002. Teaching amd Learning Materials Analysis and
Development in Basic Education. Theme 3 in A Five-Part National Training
Kit. Zambia: UNESCO Basic Education Division

Djaali & Pudji Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
PT. Grasindo.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Permendiknas No. 16 Tahun 2007


Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta:
Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar.


Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Direktorat Pembinaan SMA. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar.


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah:
Depdiknas

Direktorat Pembinaan SMA.2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajara SMA.


Jakarta: Depdiknas

Gronlund, N.E. and Linn, R.L.1990. Measurement and Evaluation in Teaching.


McMillan Company, New York.
Husaini Usman, MPd. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Andi Offset

Kemendikbud. 2013. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar


Proses. Jakarta: Kemendikbud

Lestari, Ika. 2013. Pengembahan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Lampung :


Universitas Lampung

47
Majid, A. 2012. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Prastowo, A. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana


Predanamedia Group.
Riduan. 2009. Dasar- Dadar Statistika. Bandung: Alfabeta

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan Dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta

Ruhimat, Toto. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo


Persada
Saidan. Penerapan Prinsip Qur'ani dalam Evaluasi Pembelajaran dan
Kediklatan.
http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=arti
cle&id=457:penerapan-prinsip-qurani-dalam-evaluasi-pembelajaran-dan-
kediklatan&catid=41:top-headlines. (Diakses tanggal 11 September 2018)

Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup

Setiawan, D, Wahyuni, K, dan Prastati, T. (2007). Pengembangan bahan


ajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sukadji, Soetarlinah. 2000. Penyusunan dan Mengevaluasi Laporan Penelitian.


Universitas Indonesia Press: Jakarta

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Zulkarnaini. 2009. Dasar-Dasar Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Bumi Aksara.

48

Anda mungkin juga menyukai