Yonira Mike Vindi Marta (19175018)
Yonira Mike Vindi Marta (19175018)
Selasa / 10-10-2019
MAKALAH
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA
“Validitas, Realibilitas, Praktikalitas, Dan Efektifitas Bahan Ajar
Non-Cetak ”
OLEH :
YONIRA MIKE VINDI MARTA (19175018)
DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Dr. Asrizal, M.Si.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Validitas, Realibilitas, Praktikalitas, Dan Efektifitas Bahan Ajar
Non-Cetak ”
Dalam menulis Makalah ini Penulis mengambil dari berbagai sumber baik dari
buku maupun internet serta membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada
tersebut. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Festiyed, MS dan
bapak Dr. Asrizal, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Bahan
Ajar Fisika.
Penulis juga menyadari bahwa dalam Makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dalam
penyempurnaan Makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL........................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................iii
ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut, mengikuti proses
pengembangan sistem, sehingga memudahkan siswa belajar. Dalam
mengembangkan bahan ajar tentu banyak hal yang harus diperhatikan guru atau
pendidik sesuai dengan prosedur pe ngembangan bahan ajar itu sendiri agar bahan
ajar yang dihasilkan nantinya bisa merubah perilaku belajar siswa atau peserta
didik. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah validitas, reliabilitas, dan
praktikalitas bahan ajar tersebut.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagi penulis, makalah ini diharapkan dapat dijadikan sarana menggali ilmu dan
informasi tentang cara menentukan validitas, praktikalitas, dan efektivitas suatu
bahan ajar non cetak.
2. Bagi guru, makalah ini diharapkan dapat dijadikan rujukan mengenai validitas,
praktikalitas, dan efektivitas suatu bahan ajar non cetak.
3. Bagi sekolah, makalah ini diharapkan dapat membantu menciptakan suasana
belajar yang lebih baik dan optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Agama
Bahan ajar merupakan bahan yang dikembangkan guru dalam meningkatkan
kompetensi siswa. bahan ajar ini digunakan di dalam proses pembelajaran harus
dipelajari oleh peserta didik. Berikut beberapa landasan ayat al-Qur’an mengenai
bahan ajar yang wajib dikembangkan dan dipelajari:
3
Artinya : Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa
putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan
Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada)
petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa (Q.S.Al-Maidah:46)
Berdasarkan Q.S Al-maidah ayat 46 diketahui bahwa Al-qur’an diturunkan
untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Al-qur’an berisi petunjuk dan
pedoman bagi umat manusia. Begitu juga dalam mengembangkan bahan ajar, agar
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Maka, bahan ajar yang akan digunakan dalam
pembelajaran, perlu dievaluasi terlebih dahulu. Pengembangan bahan ajar tersebut
harus dihitung reliabilitasnya atau tingkat kepercayaannya. Reliabilitas ini penting
karena bahan ajar merupakan pedoman bagi siswa dalam mendapatkan ilmu,
sehingga bahan ajar yang dibuat oleh guru harus sesuai dengan kebenaran.
Konsep reliabilitas terdapat dalam surat Ali-Imran ayat 139 :
4
turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang
telah dijanjikan Allah kepadamu".
5
2.2 Landasan Yuridis
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor
20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berperan mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, disebutkan dalam
undang-undang tersebut bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
6
pada akhirnya bisa dilakukan dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi
(Susuri, Ridwan : 2012).
Bahan ajar non cetak setidak tidaknya harus memiliki enam unsur, yaitu
mencakup tujuan, sasaran, uraian materi, sistematika sajian, petunjuk belajar, dan
evaluasi. Sebuah bahan ajar harus mempunyai tujuan. Tujuan harus dirumuskan
secara jelas dan terukur mencakup kriteria ABCD (audience, behavior, criterion,
dan degree). Sasaran perlu dirumuskan secara spesifik, untuk siapa bahan belajar
itu ditujukan. Sasaran bukan sekedar mengandung pernyataan subjek orang,
Namun juga harus mencakup kemampuan apa yang menjadi prasyarat yang harus
sudah mereka kuasai agar dapat memahami bahan ajar ini.
Bahan ajar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran, yaitu
acuan yang digunakan oleh penatar atau petatar. Bagi petatar bahan ajar menjadi
acuan yang diserap isinya sehingga dapat menjadi pengetahuan dan bagi penatar
bahan ajar ini menjadi acuan dalam menyampaikan keilmuannya. Pengembangan
bahan ajar oleh penatar membutuhkan kreativitas untuk membuat sesuatu yang
lain, unik, juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya agar
bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan ketersediaan bahan/materi di
sekitarnya. Di samping itu penatar juga harus memiliki pengetahuan tentang
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar
seperti kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan, penggunaan bahasa,
ilustrasi, perwajahan/pengemasan serta kelengkapan komponen bahan ajar.
1. Kecermatan Isi
Mengandung dua hal yaitu Pertama, validitas isi atau kebenaran secara
keilmuan. Kedua, keselarasan isi atau kebenaran isi yang disusun berdasrkan
sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa. Kedua hal itu akan
menjadi system yang Akurat dan sahih sehingga tidak ada konsep yang
salah/keliru. Validitas isi menunjukkan tentang isi bahan ajar yang tidak
dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan
konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan
kemutakhiran perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian empiris yang
dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Maka dengan demikian isi bahan ajar dapat
7
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Untuk dapat menjaga validitas isi, dalam
pengembangan bahan ajar, pembimbing harus selalu menggunakan buku acuan
atau bahan pustaka yang berisi hasil-hasil penelitian empiris, teori dan konsep
yang berlaku dalam suatu bidang ilmu, serta perkembangan mutakhir suatu bidang
ilmu. Teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu dapat diperoleh di
ensiklopedi ataupun buku teks bidang ilmu. Sementara hasil penelitian empiris
dan perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu dapat diperoleh dari berbagai
jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal elektronik. Dalam rangka
mengkaitkan bahan ajar dengan lingkungan sekitarnya serta wawasan budaya,
pembimbing dapat mengkaji dulu kemungkinan dan ketersediaan bahan di
lingkungan sekitar dan budaya lokal yang dapat digunakan untuk menjadi bahan
ajar bagi suatu topik tertentu dari bidang suatu ilmu. Dengan demikian dapat
diperoleh bahan ajar yang sahih isinya , akrab lingkungan dan berwawasan
budaya dan tidak terdapat adanya kesalahan konsep”. Keselerasan isi berarti
kesesuaian isi bahan ajar dengan sistem nilai dan falsafah hidup yang berlaku
dalam negara atau masyarakat. Dalam sitem nilai masyarakat inilah yang perlu
diakomodasikan dalam bahan ajar. Bahkan bahan ajar menjadi sarana untuk
penyampaian sistem nilai tersebut dan pembelajaran merupakan upaya pelestarian
sistem nilai tersebut. Dan jika suatu saat ada bahan ajar yang mengabaikan sistem
nilai tersebut maka bahan ajar tersebut yang tidak tepat.
2. Ketepatan Cakupan
Mengandung keluasan dan kedalaman materi atau kemutakhiran materi
yang artinya sebagai substansi bahan ajar sesuai dengan perkembangan terkini,
serta keutuhan konsep yang dibahas berdasarkan bidang ilmunya. Keluasan dan
kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan keutuhan konsep
berdasarkan bidang ilmu ini di tentukan oleh suatu tujuan. Pada tujuan tersebut
dapat menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang akan disajikan
kepada pembimbing. Kemudian kembangkanlah bahan ajar, materi pokok dan
komponennya berdasarkan pada materi yang telah ditentukan. Tentunya, tujuan
pembelajaran atau topik tertentu di sekolah Lanjutan Tingkat Pertama akan
berbeda dengan tujuan pembelajaran atau topik yang sama di Sekolah Menengah
8
Umum. Dalam hal ini, keluasan maupun kedalamannya akan berbeda, sehingga
bahan ajarnya pun memiliki keluasan dan kedalaman yang berbeda.
3. Kemudahan
Berkaitan dengan konsep bahan ajar yang bisa dipahami dan dimengerti
oleh siswa sebagai pengguna sehingga sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai. Bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat
ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat
dimengerti oleh peserta dengan mudah.
Ada enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar, sebagai
berikut.
a. Pemaparan yang Logis
Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum ke
yang khusus atau sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah ke
yang sukar, atau dari yang inti ke yang pendukung. Maka peserta dapat
dengan mudah mengikuti pemaparan, dan dapat segera mengkaitkan
pemaparan tersebut dengan informasi yang sebelumnya.
b. Penyajian Materi yang Runtut
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. berkaitan
antar materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik
disajikan secara sistematis dengan strategi penyajian uraian. Urutan strategi
penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak membosankan, namun setiap
bagian perlu diberi penjelasan yang memadai sehingga tidak
membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar
mempermudah peserta dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk
terbiasa berpikir runtut.
c. Contoh dan Ilustrasi yang Memudahkan Pemahaman
Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan
diperlukan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah
pemahaman peserta. Dalam penyajian topik atau konsep yang bersifat
abstrak, contoh dan ilustrasi memiliki peran yang sangat penting. Contoh
dan ilustrasi dapat dikembangkan dalam beragam bentuk, tercetak-narasi
9
sebagai bagian dari penyajian isi bahan ajar dalam materi pokok yang
berbentuk cetak, poster, kartu-kartu (flipchart), atau dalam bentuk noncetak,
seperti video, audio, simulasi berbantuan atau juga dalam bentuk realita,
model, atau bahan sesungguhnya untuk didemonstrasikan kepada peserta.
Prinsip utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi adalah ketepatan contoh
dan ilustrasi untuk memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan (bukan
malah membuat peserta semakin bingung), serta menarik dan bermanfaat
bagi peserta.
d. Alat Bantu yang Memudahkan
Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah peserta
dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Dalam bahan ajar cetak, alat bantu
dapat berupa rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas,
serta tanda-tanda khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan
pertanyaan. Dalam bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa
rangkuman, petunjuk belajar bagi peserta, serta tanda-tanda khusus yang
dapat diberlakukan serta dapat membantu peserta belajar, misalnya nada
suara yang berbeda dalam kaset audio, atau caption dalam program video.
Dan yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat bantu bahan ajar
adalah prinsip konsistensi, artinya alat Bantu yang simbol atau bentuknya
sama harus digunakan dengan arti yang sama di semua isi bahan ajar untuk
mata pelajaran tertentu. Jadi, alat bantu yang simbolnya atau bentuknya
sama hendaknya tidak digunakan untuk arti yang berbeda-beda.
e. Format yang Tertib dan Konsisten
Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah
dikenali, diingat, dan dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru
menggunakan kertas merah untuk lembar kerja peserta, maka seterusnya
gunakanlah warna kertas merah untuk LKS. Dengan demikian, setiap kali
peserta melihat warna kertas merah, maka peserta akan menandai sebagai
LKS. Dalam bahan ajar cetak, konsistensi istilah sangat diperlukan sehingga
peserta tidak menggunakan berbagai istilah secara rancau. Dalam bahan ajar
audio, intonasi suara dapat digunakan sebagai tanda atau format untuk
10
berhenti, mengulang, atau meneruskan pembelajaran. Dalam hal ini,
pembimbing diharapkan kreatif untuk menciptakan tanda-tanda dan formal
khusus yang digunakan secara konsisten untuk mempermudah peserta
belajar.
f. Penjelasan Tentang Relevansi dan Manfaat Bahan Ajar
Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan bahan
ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama
yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu
peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja mandiri), atau juga
sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini perlu
dijelaskan kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat
menggunakan bahan ajar dengan jelas. Di samping itu, bahan ajar juga perlu
menjelaskan keterkaitan antara topik yang dibahas dalam bahan ajar dengan
topik-topik dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, peserta dapat
melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik lain, dan tidak terkesan
bahwa masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.
4. Penggunaan Bahasa
Mengandung tehnik pemilihan ragam bahasa yang efektif, komunikatif,
dan dialogis agar pesan dapat dicerna dengan baik. serta penggunaan kalimat
efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna. Dalam mengembangkan bahan
ajar, Penggunaan bahasa yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata,
penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraph yang bermakna, sangat
berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar Anda sudah
cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik,
namun jika bahasa yang Anda gunakan tidak dimengerti oleh peserta, maka bahan
ajar Anda tidak akan bermakna apa-apa. Bukan hanya dalam pengembangan
bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar kerja peserta, tetapi juga dalam
pengembangan bahan ajar noncetak, seperti kaset audio, video, bahan ajar
berbasiskan komputer, dan lain-lain. Ragam Bahasa mengacu pada ragam bahasa
baku atau formal dan ragam bahasa nonformal atau komunikatif. Ragam bahasa
baku banyak digunakan dalam laporan penelitian, karya ilmiah, surat-surat resmi,
11
buku teks, siaran pers, dan lain-lain. Namun tulisan yang menggunakan ragam
bahasa baku terkesan sangat kaku, formal dan cenderung membosankan. Oleh
karena itu, ragam bahasa baku jarang digunakan dalam pengembangan bahan ajar.
Bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi peserta untuk membaca,
mengerjakan tugas-tugasnya, serta menimbulkan rasa ingin tahu peserta untuk
melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang dipelajarinya. Dengan
demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam bahasa
nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes. Ragam bahasa
komunikatif yang sebaiknya digunakan dalam penulisan atau pengembangan
bahan ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang
efektif. Walaupun ragam bahasa komunikatif yang digunakan, hendaknya kaidah
bahasa yang baik dan benar tidak ditinggalkan atau dilanggar. Kata yang dipilih
hendaknya jenis kata yang singkat dan lugas, bukan kata atau istilah yang asing
atau tidak banyak dikenal peserta. Jika diperlukan pengenalan istilah teknis yang
berlaku dalam bidang ilmu tertentu, maka istilah tersebut perlu diberi batasan
yang jelas. Penggunaan kalimat efektif menekankan perlunya penyampaian
informasi dilakukan melalui kalimat positif dan aktif, dan sedapat mungkin
menghindarkan penggunaan kalimat negatif dan pasif. Kalimat positif dan aktif
dipercaya dapat menimbulkan motivasi peserta untuk melakukan tugas-tugas yang
ditetapkan dalam bahan ajar, dan lebih mudah dimengerti oleh peserta. Sementara
itu penggunaan kalimat negatif dan pasif, kadangkala dapat membingungkan
peserta. Selanjutnya, penyusunan paragraph mempersyaratkan adanya gagasan
utama untuk setiap paragraf, serta keterpaduan, keruntutan dan koherensi antar
kalimat dalam sebuah paragraf. Gagasan utama, yang berbentuk kalimat topik,
dapat ditempatkan di bagian awal maupun akhir paragraf. Panjang pendek sebuah
paragraf tergantung pada kemampuan penulis dan kebutuhannya. Keruntutan dan
kekompakan hubungan antar kalimat dalam sebuah paragraf (koherensi) sangat
penting untuk membuat suatu paragraf menjadi bermakna. Pada gilirannya,
kalimat yang runtut dan kompak akan memudahkan peserta memahami
ide/konsep yang disajikan dalam paragraf tersebut.
12
5. Kelengkapan Komponen
Bertujuan pada paket bahan ajar yang dapat berfungsi sebagai komponen
utama, komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar. Idealnya,
bahan ajar merupakan paket multikomponen dalam bentuk multimedia. Paket
tersebut mempunyai sistematika penyampaian dan urutan materi yang baik,
meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi bimbingan tentang strategi belajar,
menyediakan latihan yang cukup banyak, memberi saran-saran untuk belajar
kepada peserta, serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta
sebagai cara untuk mengukur kemampuan diri sendiri dan umpan baliknya. Paket
bahan ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama, komponen
pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar. Komponen utama berisi
informasi atau topik utama yang ingin disampaikan kepada peserta, atau harus
dikuasai peserta. Bahan ajar utama akan menjadi lebih mudah dipahami oleh
peserta jika dilengkapi dengan komponen pelengkap. Komponen pelengkap ini
dapat berupa informasi/topik tambahan yang terintegrasi dengan bahan ajar
utama, atau informasi/topik pengayaan wawasan peserta. Komponen pelengkap
biasanya terdiri dari bahan pendukung cetak (materi pengayaan, bacaan, jadwal,
silabus, peta materi, kliping kasus), bahan pendukung noncetak (perluasan
wawasan materi dalam media noncetak, peta materi dalam bentuk program
komputer, video, kaset, web suplemen, simulasi komputer, kit), panduan peserta
(peta materi, petunjuk belajar, latihan dan tugas, tips, kata-kata sukar, pemilahan
materi), panduan guru (peta materi, petunjuk bagi guru, konsep inti topik atau
pokok bahasan, latihan dan tugas, rangkuman materi) dan lain-lain yang
diperlukan peserta untuk mempelajari suatu topik yang disajikan. Sedangkan
komponen evaluasi hasil belajar terdiri dari perangkat soal/butir tes. Komponen
evaluasi hasil belajar ini nantinya akan terpisahkan dari komponen utama dan
komponen pelengkap (Aris, 2014).
2.4 Validitas Bahan Ajar Non Cetak
1. Pengertian validitas
13
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berkenaan dengan ketetapan alat
penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang
seharusnya dinilai (Festiyed, 2017: 23).
Validitas desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan suatu produk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau
tidak. Dikatakan secara rasional, karena validasi ini bersifat penilaian berdasarkan
penilaian rasional, belum fakta lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa
pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang
dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga
selanjutnya dapat diketahui kekuatan dan kelemahannya. Validasi desain dapat
dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan
proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya
(Sugiyono, 2009).
2. Langkah-langkah menentukan validitas
Dalam mengembangkan suatu bahan non cetak, instrumen yang digunakan untuk
menguji validitas adalah lembar validasi berupa angket.
Langkah-langkah uji validitas :
a. Meminta kesediaan dosen dan guru yang telah banyak memiliki pengalaman
mengajar untuk menjadi validator dari bahan ajar non cetak yang telah
dikembangkan.
b. Memberikan skor jawaban dengan kriteria berdasarkan skala Likert seperti
yang dimodifikasi Riduan (2012: 27) sebagai berikut
Tabel 2.4.1 Kriteria pemberian skor jawaban validitas
Skor Kriteria
4 Sangat Setuju
3 Setuju
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
Sumber : Skala Likert yang dimodifikasi Riduan (2012)
14
c. Meminta validator untuk memberikan saran atas penilian yang diberikan
terhadap pengembangan bahan ajar noncetak berdasarkan item-item yang
terdapat pada uji validitas. Jika masih banyak terdapat kesalahan dalam
pengembangan bahan ajar non cetak, maka perlu dilakukannya revisi agar
benar-benar valid atas bahan ajar yang dikembangkan.
d. Juka telah valid, maka ditentukan skor tertinggi.
Skor tertinggi = jumlah validator x jumlah indikator x skor maksimum.
e. Menentukan jumlah skor dari masing-masing validator dengan
menjumlahkan semua skor yang diperoleh dari masing-masing indikator.
f. Penentuan nilai validitas dengan cara:
Uji coba validitas dapat dilakukan uji coba terbatas dengan jumlah 3-5
orang validator dan 20-30 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda-beda atau heterogen (cara pengambilan subjek menggunakan teknik
random sampling).
15
3. Contoh Instrumen Validitas
INSTRUMEN VALIDITAS
Petunjuk pengisian : Berikanlah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai
dengan penilaian anda
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Setuju
4 = Sangat setuju
NO KOMPONEN 1 2 3 4
1. Pengertian praktikalitas
16
evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/
memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.
Kepraktisan juga merupakan salah satu ukuran suatu instrumen evaluasi
dikatakan baik atau tidak. Bila guru menggunakan esay tes untuk mengukur
tanggapan siswa terhadap suatu produk pembelajaran, dan jumlah siswa yang
dibimbingnya mencapai dua ratus orang, maka upaya ini cenderung tidak praktis.
Diperlukan cara lain untuk menilai tanggapan siswa tersebut, misalnya dengan tes
lisan terhadap hasil diskusi kelompok. Kepraktisan diartikan pula sebagai
kemudahan dalam penyelenggaraan, membuat instrumen, dan dalam pemeriksaan
atau penentuan keputusan yang objektif, sehingga keputusan tidak menjadi bias
dan meragukan. Kepraktisan dihubungkan pula dengan efisien dan efektifitas
waktu dan dana. Sebuah tes dikatakan baik bila tidak memerlukan waktu yang
banyak dalam pelaksanaannya, dan tidak memerlukan dana yang besar atau
mahal.
Kepraktisan sebuah alat evaluasi lebih menekankan pada tingkat efisiensi
dan efektivitas alat evaluai tersebut, beberapa kriteria yang dikemukakan oleh
Gerson, dkk dalam mengukur tingkat kepraktisan, diantaranya adalah:
1. Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes tersebut
2. Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes tersebut
3. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tes
4. Tingkat kesulitas menyusun tes
5. Tingkat kesulitan dalam proses pemeriksaan tes
6. Tingkat kesulitan melakukan intrepetasi terhadap hasil tes
Kepraktisan alat evaluasi akan memberikan manfaat yang besar bagi
pelaksanaan maupun bagi peserta didik karena dirancang sedemikian sistematis
terutama materi instrumen tersebut.
Berkaitan kepraktisan dalam penelitian pengembangan Van den Akker (1999:10)
menyatakan :
“Practically refers to the extent that user (or other expert) consider the
intervention as appealing and usable in ‘normal’ conditions”
17
Artinya, kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau pakar-
pakar lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam
kondisi normal.
Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan
pengembangan instrument berupa materi pembelajaran, Nieveen (1999)
berpendapat bahwa untuk mengukur kepraktisannya dengan melihat apakah guru
(dan pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan bahwa materi mudah dan dapat
digunakan oleh guru dan siswa. Khusus untuk pengembangan model yang
dikembangkan dalam penelitian pengembangan, model tersebut dikatakan praktis
jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara teoritis bahwa model dapat
diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya model tersebut termasuk
kategori “baik”. Istilah “baik” ini masih memerlukan indikator-indikator yang
diperlukan untuk menentunkan tingkat “kebaikan” dari keterlaksanaan model
yang di kembangkan.
Berkaitan dengan kepraktisan di tinjau dari apakah guru dapat
melaksanakan pembelajaran di kelas. Biasanya peneliti dan observer mengamati
aktivitas yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Misalnya, melihat
kegiatan guru dalam mempersiapkan siswa untuk belajar, memeriksa pekerjaan
siswa, dll.
2. Langkah-langkah menentukan praktikalitas
Uji Praktikalitas dilakukan dengan langkah-langkah:
a. Uji praktikalitas oleh guru
1) Peneliti memberikan bahan ajar cetak atau non cetak yang telah di
validasi dan direvisi kepada guru.
2) Peneliti memberi pengarahan tentang cara pengisian angket kepada guru.
3) Peneliti memberikan petunjuk singkat bahan ajar cetak ataupun non
cetak yang telah dikembangkan.
4) Guru menggunakan bahan ajar berdasarkan petunjuk yang sudah ada
dalam pembelajaran.
5) Peneliti meminta guru untuk mengisi angket praktikalitas bahan ajar
cetak atu pun non cetak yang dikembangkan.
18
b. Uji praktikalitas oleh peserta didik
1) Peneliti memberikan pengarahan cara pengisian angket kepada peserta
didik.
2) Peneliti membagikan bahan ajar cetak ataupun non cetak yang
dikembangkan kepada masing-masing peserta didik.
3) Peneliti memberikan petunjuk singkat penggunaan bahan ajar cetak
ataupun non cetak yang dikembangkan kepada peserta didik.
4) Peseta didik menggunakan bahan ajar yang telah dikembangkan di dalam
proses pembelajaran.
5) Peneliti meminta peserta didik untuk mengisi angket praktikalitas bahan
ajar cetak atau non cetak (Kustiawan M, 2012).
Pada uji coba praktikalitas sama seperti uji coba validitas. Uji coba
praktikalitas dapat dilakukan uji coba terbatas dengan jumlah 3-5 orang guru dan
20-30 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda atau
heterogen (cara pengambilan subjek menggunakan teknik random sampling).
Analisis praktikalitas digunakan dengan nilai persentase (%)
19
Petunjuk : Berikut ini dikemukakan sejumlah pernyataan sehubungan denga
tanggapan guru fisika yang mengajar di SMA terhadap bahan ajar non
cetak. Untuk itu Bapak dan Ibu sebagai praktisi dapat memberikan
tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan yang dirasakan untuk
beberpa pilihan yaitu :
1 Sangat Tidak Setuju
2 Tidak Setuju
3 Setuju
4 Sangat Setuju
N PERNYATAAN STS TS S SS
O
A Isi Bahan Ajar
1 Sudah sesuai dengan kompetensi inti
2 Sudah sesuai dengan setiap kompetensi dasar
3 Relevan dengan karakteristik siswa
4 Substansi materi sudah benar
B Kaidah
1 Bahan ajar memperjelas dan mempermudah
pemahaman
2 Bahan ajar mengoptimalkan waktu belajar
3 Pesan yang terkandung dalam bahan ajar mudah
ditangkap
4 Bahan ajar dapat digunakan untuk meningkatkan
motivasi siswa
5 Bahan ajar dapat memperlihatkan akhlak siswa
B Penyajian
1 Gambar yang digunakan dalam bahan ajar jelas
2 Suara yang dihasilkan bahan ajar terdengar jelas
3 Animasi yang digunakan dalam bahan ajar menarik
4 Urutan penyajian bahan ajar sudah baik
5 Pemberian motivasi dalam tampilan bahan ajar sudah
baik
6 Informasi yang diberikan sudah lengkap
Tanggapan dan saran :
Tanggapan
Tanggapan Bapak/ Ibu setelah mengamati dan mempelajari bahan ajar non cetak
20
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
................................................................................................
Saran
Saran yang dapat digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan bahan ajar non
cetak
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
................................................................................................
21
N PERNYATAAN STS TS S SS
O
1 Bahan ajar memiliki tampilan yang menarik
2 Bahan ajar memperjelas dan mempermudah
pemahaman
3 Bahan ajar mengoptimalkan waktu belajar saya
4 Pesan yang terkandung dalam bahan ajar mudah
ditangkap
5 Bahan ajar yang digunakan dapat meningkatkan
motivasi saya
6 Gambar yang digunakan dalam bahan ajar jelas
7 Suara yang dihasilkan bahan ajar terdengar jelas
8 Animasi yang digunakan dalam bahan ajar menarik
9 Urutan penyajian bahan ajar sudah baik
10 Informasi yang diberikan sudah lengkap
Tanggapan dan saran :
Tanggapan
Kemukakan komentar dan tanggapanmu setelah belajar menggunakan bahan ajar
non cetak ini
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
................................................................................................
Saran
Kemukakan saran-saranmu yang dapat dipergunakan untuk perbaikan dan
penyempurnaan bahan ajar ini
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
22
....................................................................................................................................
................................................................................................
2.6 Reabilitas Bahan Ajar Non-Cetak
1. Pengertian efektivitas
23
Menurut Reigeluth (1999), aspek penting dalam keefektifan (efek
potensial) dari suatu instrument, teori, atau model adalah mengetahui
tingkat/derajat dari penerapan teori, atau model dalam suatu situasi tertentu.
Tingkat keefektifan ini menurut Mager, biasanya dinyatakan dengan suatu skala
numeric yang didasarkan pada kriteria tertentu. (Reiguluth, 1999).
Berkaitan dengan keefektifan pengembangan instrument, model, teori
dalam dunia pendidikan, Van den Akker (1999:10) menyatakan :
“Effectiveness refer to the extent that the experiences and outcomes with the
intervention are consistent with the intended aims”
Artinya, keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil
intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud.
Keefektifan suatu bahan ajar biasanya dilihat dari poitensial efek berupa
kualitas hasil belajar, sikap., dan motivasi peserta didik. Menurut Akker (1999)
(dalam Yazid) ada dua aspek keefektivan yang harus dipenuhi oleh suatu bahan
ajar. Yakni :
a. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan
ajar tersebut efektif.
b. Secara operasional bahan ajar tersebut memberikan hasil sesuai yang
diharapkan.
Menurut Suryadi (2005) (dalam Yazid), bahan ajar dapat dikatakan efektif apabila
:
a. Rata-rata siswa aktif dalam aktivitas pembelajaran.
b. Rata-rata siswa aktif dalam mengerjakan tugas.
c. Rata-rata siswa efektif dalam keefektifan relatif penguasaan bahan
pengajaran.
d. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif
e. Respon guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif
2. Cara menentukan efektivitas
24
(2012) yang menyatakan bahwa “Untuk membuktikan signifikansi perbedaan
sistem kerja lama dan baru perlu diuji secara statistik dengan t-tes berkorelasi
(related)”. Rumus yang digunakan adalah:
X 1− X 1
t=
S S
√ n1
1
2
+
n2
2
2
−2r
S1
( √ )( √ )
n1
S2
n2
Keterangan :
X́ 1= Rata-rata hasil belajar peserta didik sebelum menggunakan bahan ajar
X́ 2 = Rata-rata hasil belajar peserta didik setelah menggunakan bahan ajar
S1= Simpangan baku hasil belajar sebelum menggunakan bahan ajar
S2= Simpangan baku hasil setelah menggunakan bahan ajar
S12= Varians hasil belajar peserta didik sebelum menggunakan bahan ajar
S22= Varians hasil belajar peserta didik setelah menggunakan bahan ajar
r = Korelasi hasil belajar peserta didik sebelum dan setelah menggunakan
bahan ajar
Jika diperoleh nilai thitung ¿ttabelmaka penggunaan bahan ajar efektif dalam
pembelajaran dan sebaliknya jika thitung ¿ttabelmaka penggunaan bahan ajar belum
efektif dalam pembelajaran.
Korelasi antara hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar cetak
(r) didapat dari persamaan :
NΣx1 x 2−( Σx 1 ) ( Σx 2 )
rx x = 2
1 2
√ ( NΣx 1
2 −( Σx 1 ) ) ( NΣx 2 −( Σx 2 )2 )
2
Keterangan:
rx x1 2
= Korelasi antara hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan
ajar
X1 = Skor sebelum menggunakan bahan ajar
X2 = Skor sesudah menggunakan bahan ajar
N = Jumlah peserta tes
25
berdasarkan hasil analisis nilai sikap siswa, penilaian efektivitas
terhadap peningkatan sikap siswa dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan
penelitian, dimana rata-rata persentase siswa pada aspek sikap mengalami
peningkatan setelah diberikan bahan ajar IPA terpadu berorientasi pembelajaran
kontekstual tema pemanfaatan tekanan dalam kehidupan. Berdasarkan hasil
perbandingan ber korelasi sebelum dan sesudah penggunaan bahan ajar IPA
terpadu didapatkan bahwa bahan ajar IPA terpadu berorientasi pembelajaran
kontekstual tema pemanfaatan tekanan dalam kehidupan adalah efektif
digunakan untuk menumbuhkan nilai sikap siswa. Sementara itu, penilaian
terhadap efektivitas bahan ajar juga dinilai berdasarkan analisis lembar observasi
keterampilan siswa untuk semua aspek sehingga diperoleh nilai rata-rata
persentase masing-masing nilai keterampilan mengalami peningkatan.
Peningkatan nilai keterampilan siswa dapat terjadi karena penggunaan bahan
ajar berorientasi pembelajaran kontekstual dapat meningkat kan motivasi belajar
siswa. (Asrizal, 2017)
Contoh efektivitas dalam bahan ajar non cetak dapat juga dilihat dari hasil
penelitian “Studi Hasil Pelatihan Analisi Video Dan Tool Permodean Tracker
Pada Guru MPMP Fisika Kabupaten Agam’ didapatkan hasil efektivitas pelatihan
analisis video dan tool pemodelan. Efektivitas pelatihan dilihat dari penguasaan
peserta terhadap software tracker sebelum dan setelah pelatihan. Dalam pelatihan
pretes tentang materi yang berhubungan dengan software tracker diberikan
kepada peserta pelatihan. Setelah pelaksanaan pelatihan diberi kan postes kepada
peserta. Guru MGMP Fisika kabupaten Agam telah mampu menganalisis video
gerak benda dengan software tracker. Hal ini ditandai dengan produk hasil
analisis video gerak benda yang telah dihasilkan (asrizal,dkk 2018).
Hasil dari pemanfaatan bahan ajar non cetak dapat juga dilihat dari
kesimpulan penelitian ( festiet et.al ., 2018) dari analisis data dapat dinyatakan
bahwa penerapan model pembelajaran penemuan mengintegrasikan laboratorium
virtual dan Hots dapat meningkatkan kinerja siswa pada aspek pengetahuan,
keterampilan proses sains,keterampilan pemecahan soal, dan sikap.
26
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Prosedur Uji Validitas , Uji Paktikalitas, dan Uji Efektifitas Bahan Ajar
Modul
(Produ
k)
Uji
Validasi
Va Tida
lid
k
d
Ya
Penyempurnaa
n
Modul (Produk)
Implementasi
27
Berdasarkan flowchart di atas, untuk melakukan uji validitas dan uji
praktikalitas diperlukan kisi-kisi dan instrumen untuk uji validasi dan
praktikalitas.
3.2 Kisi-kisi instrumen Validasi Bahan Ajar Non Cetak
Instrumen uji validitas dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang telah
disusun. Acuan yang digunakan adalah komonen validitas yang tetapkan oleh
Depdiknas (2008) yaitu validitas isi, konstruk, bahasa, dan grafis. Berikut
disajikan kisi-kisi instrumen uji validitas modul pembelajaran fisika pada Tabel
3.2
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Uji Validitas Bahan Ajar Non Cetak
Komponen No.
Indikator Pernyataan
Validitas Item
Kesesuaian dengan Contoh yang diberikan memotivasi 1
perkembangan peserta didik untuk belajar lebih
anak lanjut
Kesesuaian dengan Topik yang disajikan dalam bahan 2
SK, KD ajar sudah sesuai dengan tuntunan
KI, KD dan indikator yang
dirumuskan
Kebenaran Fakta yang disajikan sesuai dengan 3
substansi materi topik
Isi pembelajaran
Kesesuaian dengan Materi yang diberikan sesuai 4
kebutuhan bahan dengan materi untuk pencapaian KI
ajar dan KD
Kesesuaian dengan Uraian Materi mengandung nilai 5
nilai moral dan moral dan sosial
nilai-nilai sosial.
Manfaat untuk Contoh contoh yang diberikan up to 6
penambahan date dan kontekstual
wawasan
Konstruk Urutan sajian Modul sistematis (judul, KI, KD, 7
28
Komponen No.
Indikator Pernyataan
Validitas Item
indikator materi dan latihan)
Mempunyai identitas (judul materi) 8
Kelengkapan
Membuat materi pokok dan 9
informasi
rinciannya
Modul dapat digunakan untuk 10
perorangan dan kelompok
Mendorong siswa belajar/bekerja 11
Interaksi
secara efektif
(pemberian Penyajian materi pembelajaran 12
stimulus dan menggunakan bahasa sederhana
respond) yang dekat dengan kehidupan
sehari-hari
29
Komponen No.
Indikator Pernyataan
Validitas Item
Keterbacaan Konsisten dalam menggunakan 19
istilah yang menggambarkan
konsep
Konsisten dalam menggunakan 20
simbol/lambang
Ilustrasi, gambar, Ilustrasi dan gambar yang digunkan 21
foto, desain membangkitkan keingintahuan
tampilan peserta didik
Grafis Penggunaan font ; Jenis tulisan yang digunakan pada 22
jenis dan ukuran, modul ini menarik dan jelas
lay out atau tata
letak,
30
3.3 Kisi-kisi Instrumen Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak
Praktikalitas bahan ajar dilakukan dalam uji terbatas. Untuk mengukur kepraktisan
digunakan instrumen praktikalitas. Dalam pengembangan instrumen praktikalitas modul,
pernyataan-pernyataan di buat berdasarkan indikator yang ada pada teori. Dalam makalah ini,
praktikalitas modul di lihat dari aspek elemen mutu modul.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Uji Praktikalitas Bahan Ajar non Cetak
No Indikator Pernyataan
Efektivitas bahan ajar dilakukan dalam uji terbatas. Untuk mengukur keefektifan
digunakan tes hasil belajar. Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta
didik pada pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang telah disusun. Penilaian tes hasil
belajar didasarkan pada kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian, kemudian
disesuaikan dengan keseluruhan isi bahan ajar yang telah disusun. Tes hasil belajar peserta didik
bertujuan untuk memperoleh data tentang penguasaan materi yang telah disusun yang
dilaksanakan di akhir uji coba.
31
3.5 Kekurangan Uji Validitas, Praktikalitas, dan Efektivitas Bahan Ajar non Cetak.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan:
1. Validitas merupakan penilaian terhadap rancangan suatu produk. Validasi produk dapat
dilakukan oleh beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai
kelemahan dan kekuatan produk yang dihasilkan.
2. Kepraktisan bahan ajar cetak mengandung makna kemudahan penggunaan bahan ajar dan
akan memberikan manfaat yang besar bagi pelaksanaan maupun bagi peserta didik karena
dirancang sedemikian sistematis terutama materi instrumen tersebut. Untuk mengukur
kepraktisan bahan ajar cetak dapat digunakan lembar uji kepraktisan bahan ajar menurut
guru dan siswa.
3. Untuk mengukur tingkat keefektifan bahan ajar cetak dapat digunakan lembar tes hasil
belajar. Hasil belajar siswa tersebut pada ranah pengetahuan ditentukan dengan pretes dan
postes.
4.2 Saran
Diharapkan kepada seluruh guru di Indonesia agar dapat mengembangkan bahan ajar
demi meningkatkan kemampuan peserta didik di dalam pembelajaran. Dan untuk pemahaman
lebih lanjut maka penulis memberikan saran, Perlunya penambahan materi untuk perluasan
pemahaman karena penulis menyadari makalah ini masih banyak kekuranganan penulis
33
DAFTAR PUSTAKA
Asrizal,dkk.2018. Studi Hasil Pelatihan Analisis Video Dan Tool Pemodelan Tracker
Pada Guru MGMP Fisika Kabupaten Agam. Volume 2 no. 1 halaman 41-48.
Fakultas MIPA Universitas Negeri Padang.
Djali, dan Puji Muljono. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. PT.
Gramedia : Jakarta.
25
Nieveen, Nienke.1999. Prototyping to Reach Product Quality. In J. vam den Akker,R
Branch,K Gustafson, N Nieveen and Tj.Plomp (Eds). Design Approaches and
Tools in Education and Training (hlm. 125-136). Dodrecht : Kluwer Academic
Publisher
Oni Arlitasari, dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis
Salingtemas Dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan.
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika. Volume 1 No.1 halaman 81, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Yazid, A. (2011). Kevalidan, Kepraktisan, dan Efek Potensial Suatu Bahan Ajar.
Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya.
http://aisyahyazid.blogspot.com/2011/12/kevalidan-kepraktisan-dan-efek.html
(01 oktober 2019).
26