OLEH:
DOSEN PEMBIMBING:
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah pengembangan bahan ajar dengan judul ” Validitas, Reliabilitas,
Praktikalitas, dan Efektifitas Bahan Ajar Non Cetak (Audio, Audio Visual,
Multimedia dan Display)”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah pengembangan bahan ajar, Ibu
Prof. Dr. Festiyed, M.Si dan Dr. Asrizal, M.Si.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.3 Instrumen Validitas ................................................................................. 47
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 51
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 51
4.2 Saran ........................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52
iii
DAFTAR TABEL
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Kompetensi inti yang wajib dimiliki seorang pendidik atau dosen diantaranya
adalah mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan
yang diampu dan menyelanggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik untuk
kompetensi pedagogik, serta mengembangkan materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri untuk kompetensi profesional. Dari
tuntutan-tuntutan sekaligus kewajiban-kewajiban ini, pendidik dituntut mampu
menyusun bahan ajar yang inovatif (bisa berwujud bahan ajar cetak, model/maket,
bahan ajar audio, bahan ajar audio visual, ataupun bahan ajar interaktif) sesuai
dengan kurikulum, perkembangan kebutuhan peserta didik, maupun perkembangan
teknologi informasi.
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah. Melalui bahan ajar pendidik akan lebih mudah dalam melaksanakan
pembelajaran dan peserta didik akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar.
Bahan ajar memiliki fungsi strategis bagi proses belajar mengajar. Ia dapat
membantu pendidik dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, sehinggan
pendidik tidak terlalu banyak menyajikan materi. Disamping itu, bahan ajar dapat
menggantikan sebagian peran pendidik dan mendukung pembelajaran individual.
Hal ini akan memberi dampak positif bagi pendidik, karena sebagian waktunya
dapat dicurahkan untuk membimbing belajar peserta didik. Dampak positifnya bagi
peserta didik, dapat mengurangi ketergantungan pada pendidik dan membiasakan
belajar mandiri. Hal ini juga mendukung prinsip belajar sepanjang hayat.
Bahan ajar yang baik dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip instruksional.
Pendidik dapat menulis sendiri bahan ajar yang ingin digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar. Dalam pembuatan bahan ajar pendidik harus menyesuaikan
dengan karakteristik peserta didik. Seperti kita ketahui, saat ini perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi terutama internet diseluruh dunia
mempengaruhi gaya belajar peserta didik. Hal ini didukung dengan maraknya
penggunaan gadget dan telepon genggam berbasis android yang dimiliki peserta
didik. Alat ini dinilai praktis karena dapat memuat aplikasi pencarian informasi
serta aplikasi yang mendukung pembelajaran yang dapat dilakukan peserta didik
dimana saja.
3
Artinya:”Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa
putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami
telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan
dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu
Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang
bertakwa”.
Berdasarkan Q.S Al-maidah ayat 46 diketahui bahwa al-qur’an diturunkan
untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Al-qur’an berisi petunjuk dan
pedoman bagi umat manusia. Begitu juga dalam pengembangan bahan ajar, baik
cetak maupun non cetak diharapkan mampu menjadi pedoman bagi peserta didik
dalam melaksanakan pembelajaran. Bahan ajar yang baik mencantumkan
petunjuk belajar bagi peserta didik dan disampaikan dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh peserta didik.
Islam menggambarkan belajar dan kegiatan pembelajaran dengan bertolak
dari firman Allah Q.S An-Nahl ayat 78 berbunyi:
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”.
5
6
Makna dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pada mulanya manusia itu
tidak memiliki pengetahuan atau tidak mengetahui sesuatu apapun. Maka belajar
adalah “Perubahan tingkah laku lebih merupakan proses internal peserta didik
dalam rangka menuju tingkat kematangan”. Selain itu sebagai seorang
pendidik/pengajar, kita harus betul-betul memahami kewajiban menyebarluaskan
ilmu dan larangan menyembunyikannya, seperti yang diterangkan dalam Q.S Ali-
Imran ayat 187:
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang
telah diberi Kitab (yaitu), ‘Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi
Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya,’ lalu
mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya
dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual-beli yang mereka lakukan.”
melihat hal-hal yang baik dan tentang kebaikan, maka kita bisa menjadikan apa
yang kita dengar itu sebagai ilmu. Sehingga untuk menyampaikan pelajaran pun
telah dibuat bahan ajar dengar. Bahan ajar dengar atau audio ini termasuk salah
satu bahan ajar non cetak
b. Radio
Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar.
Melalui radio peserta didik bisa belajar sesuatu. Program radio dapat dirancang
sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu pendidik merencanakan sebuah
progam pembelajaran melalui radio. Seperti mendengarkan pengajian langsung di
channel radio dais yang sedang berlangsung. Program audio dapat dimanfaatkan
dalam pembelajaran individual, berkelompok, maupun massal. Tetapi
pembelajaran yang menggunakan bahan ajar dengar akan kurang efektif jika di
dalam sekolah tersebut dihadapkan dengan peserta didik yang mengalami
gangguan pada pendengarannya.
Bahan ajar audio memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik bahan ajar
audio menurut Prastowo (2014: 313) :
a. Mengandung pesan auditif baik verbal maupun non verbal dan vokalisasi.
b. Dapat mendorong pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan
perhatian.
c. Cocok untuk mengikuti pengarahan.
d. Digunakan untuk melatih daya analisis peserta didik dari apa yang didengar.
e. Perolehan arti dari suatu konteks.
f. Dapat untuk melatih memisahkan kata atau informasi yang relevan dan tidak
relevan.
g. Meningkatkan kemampuan mengingat dan mengemukakan ide.
h. Memberikan hasil belajar yang optimal dalam tugas-tugas memberi signal
(lambang), rangkaian yang melibatkan keterampilan bahasa dan musik.
i. Berguna untuk belajar keterampilan diagnosis yang melibatkan bunyi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan audio visual untuk
pembelajaran yaitu :
a. Pendidik harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian
baru memilih media audio visual yang tepat untuk mencapai tujuan
pengajaran yang diharapkan.
b. Pendidik juga harus mengetahui durasi media audio visual misalnya dalam
bentuk film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan dengan
jam pelajaran.
c. Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan peserta didik dengan
memberikan penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang akan
diputar dan persiapan peralatan yang akan digunakan demi kelancaran
pembelajaran.
d. Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya
pendidik melakukan refleksi dan tanya jawab dengan peserta didik untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut.
Salah satu contoh bahan ajar audio visual yaitu video. Video berasal dari
bahasa latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya
penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., Kamus Latin-Indonesia, 1969). Video
merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi yang menyajikan gambar
bergerak disertai suara sehingga dapat membawa tingkat retensi (daya serap dan
daya ingat) peserta didik terhadap materi pelajaran (Winaya, Santyasa, & Rasana,
2013). Video merupakan proses pembelajaran yang mandiri (Zahroh, 2017).
Tidak jauh berbeda dengan dua definisi tersebut, (Smaldino, Lowther, & Mims,
2015) mengartikannya dengan “the storage of visuals and their display on
television-type screen” (penyimpanan/perekaman gambar dan penanyangannya
pada layar televisi). Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar video adalah bahan ajar yang berupa gambar dan disertai suara yang
memuat informasi yang dapat diguanakan dalam pemelajaran mandiri.
14
harus dipahami oleh peserta didik dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Ciri-
ciri display yang baik adalah:
a. Dapat menyampaikan pesan.
b. Bentuk/gambar menarik dan menggambarkan kejadian.
c. Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.
d. Proporsi gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat dilihat/dibaca.
e. Menggunakan kalimat-kalimat pendek.
f. Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
g. Realistis sesuai dengan permasalahan.
h. Tidak membosankan.
dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya
(Matondang, 2009).
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen
bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2013). Uji
validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content)
dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang
digunakan dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2016). Validitas adalah suatu
konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap
konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai
(Festiyed, 2017). Berdasarkan pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa validitas adalah ukuran ketepatan dari suatu instrumen yang diukur.
Validitas bahan ajar cetak dan non cetak adalah ukuran ketepatan suatu bahan ajar
sesuai dengan kompetensi, dan tujuan pembelajaran.
Gronlund (Yusuf, 2015) mengemukakan bahwa:
a. Validitas menunjuk kepada suatu instrumen atau instrumen evaluasi untuk
kelompok atau individual, tidak untuk instrumen itu sendiri.
b. Validitas merupakan “degree” (derajat) seperti: tinggi, sedang dan kurang.
c. Validitas itu selalu spesifik penggunaannya.
Validitas suatu instrumen atau alat ukur dapat dilihat dari isi tau konsep
yang terdapat pada alat kur tersebut. Di samping itu, dapat pula dilihat dengan
memperhatikan bentuknya atau hubungan dengan instrumen lain secara empirik
atau statistik. Sehubungan dengan ini maka validitas dapat dibedakan atas:
penting. Hal ini memungkinkan tersusunnya isi instrumen yang tepat dan
mewakili materi yang disampaikan serta diharapkan dikuasai oleh peserta didik.
Untuk mendapatkan validitas isi yang tinggi perlu dilakukan suatu diskusi yang
bersangkutan serta ahli dalam pengukuran dan penilaian (Yusuf, 2015).
Validitas isi menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir dalam
suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional
perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes itu valid apabila butir-butir
tes itu mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang
seharusnya dikuasai secara proporsional (Festiyed, 2017).
Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, harus dilakukan melalui
penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili
atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai
secara proporsional. Oleh karena itu validitas isi suatu tes tidak mempunyai
besaran tertentu yang dihitung secara statistika tetapi dipahami bahwa tes itu
sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, validitas isi
sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakan suatu koefisien
validitas yang dihitung secara statistika (Matondang, 2009).
Validitas isi bertujuan untuk menilai kemampuan tes mempresentasikan
dengan baik ranah yang hendak diukur. Caranya dilakukan dengan
membandingkan tes dengan kisi-kisi tes (Basuki, 2014). Validitas isi (Hendryadi,
2017) merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan
atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau
melalui expert judgement (penilaian ahli). Validitas isi atau content validity
memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item yang memadai
dan mewakili yang mengungkap konsep. Semakin item skala mencerminkan
kawasan atau keseluruhan konsep yang diukur, semakin besar validitas isi. Atau
dengan kata lain, validitas isi merupakan fungsi seberapa baik dimensi dan elemen
sebuah konsep yang telah digambarkan.
bertujuan menilai kemampuan tes untuk menafsirkan suatu ukuran bermakna dari
sejumlah karakteristik. Caranya dengan mengkaji teori-teori yang terkait konstruk
yang diukur oleh tes yang dikembangkan. Kajian terhadap teori-teori tersebut
merupakan dasar pembuatan butir-butir tes. Suatu alat ukur dapat dikatakan
mempunyai validitas konstruk yang tinggi dalam kreativitas. Validitas konstruk
mempersoalkan apakan yang ditanyakan merupakan bagian yang penting di dalam
suatu konsep atau merupakan bagian dari suatu instrumen yang disusun (Yusuf,
2015).
Pendekatan dasar validitas konstruksi (Hendryadi, 2017) adalah mengakses
sejauh mana test yang dimaksud mengukur sebuah konstruksi teoretis atau ciri-
sifat. Assessment ini melibatkan 3 langkah umum, yaitu: pertama, konstruktor tes
harus melakukan analisis yang diteliti terhadap konsep. Kedua,
mempertimbangkan bagaimana hubungan sifat-ciri itu dengan variabel lain.
Ketiga, perancang tes perlu menguji dulu apakah hubungan-hubungan
dihipotesiskan benar-benar ada.
Untuk menentukan validitas konstruk (Matondang, 2009) dilakukan proses
penelaahan teoretik dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari
perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran
dan penulisan butir-butir instrumen. Perumusan, konstruk harus dilakukan
berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur
melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.
Menyimak proses telaah teoretik seperti telah dikemukakan, maka proses
validasi konstruk sebuah instrumen dilakukan melalui penelaahan atau justifikasi
pakar atau melalui penilaian sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang
menguasai substansi atau konten dari variabel yang hendak diukur.
(Yusuf, 2015)
Gambar 2. 1 Validitas Pengukuran Serempak
Dalam mengembangkan suatu bahan ajar baik itu cetak maupun non cetak,
uji validitas dilakukan dalam tahap pengembangan. Langkah-langkah uji
validitas:
1. Meminta kesediaan dosen dan guru yang telah banyak memiliki
pengalaman mengajar untuk menjadi validator dari bahan ajar cetak
ataupun non cetak yang telah dikembangkan.
2. Memberikan skor jawaban dengan kriteria berdasarkan skala Likert seperti
yang dimodifikasi sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Kriteria Pemberian Skor Jawaban Validitas
Skor Kriteria
4 Sangat Setuju
3 Setuju
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
(Riduwan, 2012)
3. Meminta validator untuk memberikan saran atas penilian yang diberikan
terhadap pengembangan bahan ajar cetak dan noncetak berdasarkan item-
item yang terdapat pada uji validitas. Jika masih banyak terdapat kesalahan
dalam pengembangan bahan ajar cetak dan non cetak, maka perlu
24
Keterangan
rxy = Koefesien korelasi antara instrumen X dan Y
Σxy = jumlah perkalian deviasi masing-masing skor X dan Y
Σx2 = jumlah kuadrat deviasi masing-masing skor X dari rata-rata X
Σy2 = jumlah kuadrat deviasi masing-masing skor Y dari rata-rata Y
Apabila data yang dikumpulkan dari kedua instrumen dapat dijadikan data
ordinal, maka rumus yang digunakan adalah Spearman Rank Order Correlation,
dengan rumus sebagai berikut:
2
6∑D
Rho = 1 −
N(N2 − 1)
Keterangan:
D = Deviasi/pasangan urutan
N = Jumlah
Apabila instrumen yang digunakan tidak dapat diskor, maka dalam mencari
validitas instrumen gunakan “expert judgement” atau penimbang ahli (judger) dan
27
alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama,
atau untuk pengukuran yang lebih subjektif.
Banyak faktor yang memengaruhi reliabilitas alat ukur. Diantara faktor
tersebut, yang menonjol adalah (Yusuf, 2015):
a. Konstruksi item yang tidak tepat, sehingga tidak dapat mempunyai daya
pembeda yang kuat.
b. Panjang/pendeknya instrumen.
c. Evaluasi yang subjektif akan menurunkan reliabilitas.
d. Ketidaktepatan waktu yang diberikan.
e. Kemampuan yang ada dalam kelompok.
f. Luas/tidaknya sampel yang diambil.
g. Kondisi dan situasi pada pengadministrasian alat ukur.
h. Jarak waktu pengadministrasian instrumen periode pertama (mula-mula)
dengan pengadministrasian instrumen pada periode kedua dan seterusnya.
i. Subjek yang secara aktual berubah dari satu saat periode instrumen ke
instrumen berikutnya.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menentukan reliabilitas alat
ukur. Cara-cara yang dapat dipakai sebagai berikut (Yusuf, 2015):
a. Metode Belah Dua (Split-Half Method)
Dalam pelaksanaannya, seorang penilai hanya melakukan ujian satu kali
terhadap sejumlah peserta, sehingga tidak ada pengaruh/bias dari instrumen
terdahulu. Jumlah butir soal yang diberikan harus genap sehingga dapat dibagi
dua tiap kelompok mempunyai jumlah butir yang sama. Di samping itu, perlu
diingat dan diperhatikan bahwa kedua subkelompok instrumen hendaklah tidak
mempunyai tingkat kesukaran butir dan isi yang setara dan seimbang, kalau
memang tidak bisa dibuat sama. Artinya, distribusi butir soal pada kedua
kelompok subinstrumen (yang sudah dibagi dua) mencangkup luas dan tingkat
kesukaran yang hampir sama (Festiyed, 2017).
Dengan metoda belah dua ini, koefesien reliabilitas akan menunjukkan
internal konsistensi butir soal dalam keseluruhan instrumen. Cara
membelah/membagi dua instrumen tersebut dapat dilakukan dengan cara (Yusuf,
2015):
29
Keterangan:
r11 = koefesien reliabilitas
r1/2 1/2 = korelasi antara bagian instrumen
*) = harga mutlak
2) Rulon’s Formula
Rulon adalah penemu rumus ini. Ia mengembangkan model sederhana
dalam menentukan reliabilitas suatu instrumen; dengan suatu asumsi bahwa
reliabilitas itu merupakan proporsi dari variance yang sebenarnya dalam
suatu instrumen. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
d2 d
rtt =
d2 t
30
Keterangan:
d = perbedaan antara skor belahan awal dan akhir untuk tiap yang
diuji
d2d = varian beda
d2t = varian total
3) Flanagan Formula
Secara konseptual, rumus yang dikemukakan oleh Flanagan tidak jauh
berbeda dari Rulon’s formula. Ia menjelaskan bahwa kesalahan variance
merupakan jumlah variance dari kedua belahan (genap dan ganjil). Dengan
dasar itu ia mengemukakan rumus sebagai berikut:
d21 + d2 2
rtt = 2 (1 − )
d2 𝑡
6) Metode Hoyt
Berbeda dengan cara terdahulu dengan membelah/membagi item menjadi
dua kelompok, maka Hoyt menggunakan pendekatan anava dalam
31
b) Cari jumlah kuadrat untuk tiap butir soal (item), dengan rumus:
2
Jk i = ∑ B2 i/N − (∑ Xt ) /kN
Jk t = (∑ Bi ) (∑ Si ) / (∑ Bi ) × (∑ Si )
7) Koefesien Alpha
Rumus ini dikembangkan oleh Cronbach dan dapat digunakan untuk
menentukan reliabilitas melalui konsistensi suatu instrumen.
k ∑ σ2
rtt = {1 − 2 }
k−1 σ t
32
Dimana:
P = Nilai akhir
f = Perolehan skor
N = Skor maksimum
Kategori kepraktisan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2. 4 Tabel Kategori Kepraktisan
No Nilai Kriteria
1 80% < x ≤ 100% Sangat praktis
2 60% < x ≤ 80 % Praktis
3 40% < x ≤ 60 % Cukup praktis
4 20% < x ≤ 40 % Kurang praktis
5 0% < x ≤ 20 % Tidak praktis
Dimodifikasi dari Invalid source specified..
36
Efektivitas bahan ajar dilakukan dalam uji terbatas. Hal ini menggunakan
desain eksperimen (before-after) yaitu membandingkan keadaan sebelum dan
sesudah menggunakan bahan ajar. Sehingga model eksperimen dapat
digambarkan seperti Gambar
𝑂1 X 𝑂2
Gambar 2. 2 Desain Eksperimen (before-after). O1 nilai sebelum treatment dan
O2 nilai sesudah treatment
Berdasarkan Gambar 2.7, yang dimaksud yaitu O1 sebagai treatment awal
yang mana nilai sebelum diberi perlakuan penggunaan bahan ajar. Pada O2
treatment akhir yaitu hasil yang dilihat setelah dilakukan penggunaan bahan
ajarInvalid source specified.. Penggunaan bahan ajar cetak dikatakan efektif
dalam pembelajaran jika hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar lebih
baik dari sebelumnya.
Analisis efektivitas penggunaan bahan ajar dapat dihitung dengan memberi
pre-test dan post-test pada kelas yang diujicobakan. Analisis data bertujuan untuk
menguji apakah hipotesis yang diujikan diterima atau ditolak. Uji hipotesis yang
dilakukan adalah uji t berpasangan. Sebelum melaksanakan uji hipotesis maka
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal
atau tidak. Untuk menguji normalitas, peneliti menggunakan menggunakan uji
Lilliefors, Invalid source specified. merumuskan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Data 𝑥1 , 𝑥2 , … . , 𝑥𝑛 yang diperoleh dari data yang terkecil hingga data yang
terbesar.
2) Data x1, x2, x3…xn dijadikan bilangan baku z1, z2, z3…zn dengan rumus:
𝑋𝑖 − 𝑋̅
𝑧=
𝑆
37
3) Dimana xiadalah skor yang diperolehpeserta didik ke –i, x̅ adalah Skor rata-rata,
dan s : Simpangan baku
4) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung
peluang F(𝑧𝑖 ) = P(𝑧 ≤ 𝑧𝑖 ).
5) Dengan menggunakan proporsi z1,z2,z3…zn yang lebih kecil atau sama dengan
banyaknya𝑧1 , 𝑧2 , … … . . 𝑧𝑛 yang ≤ 𝑧𝑖
S(zi ) =
𝑛
b. Uji Hipotesis
38
dengan kenaikan di dalam variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua
variabel tersebut mempunyai korelasi yang positif. Akan tetapi, jika kenaikan di
dalam suatu variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut
mempunyai korelasi yang negatif. Apabila tidak ada perubahan pada variabel
walaupun variabel lainnya berubah maka dikatakan bahwa kedua variabel tersebut
tidak mempunyai hubungan. Interpretasi harga r akan disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 2. 5 Interpretasi koefesien Korelasi (r)
Koefisien Korelasi (r) Interpretasi
0 Tidak berkorelasi
>0-0,25 Korelasi sangat lemah
>0,25-0,5 Korelasi cukup
>0,5-0,75 Korelasi kuat
>0,75-0,99 Korelasi sangat kuat
1 Korelasi sempurna
Sumber: Invalid source specified.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa interpretasi yang kuat ketika memiliki
skor pada interval >0,5.
Setelah didapatkan nilai koefisien korelasi, selanjutnya dihitung koefisien
determinasi (KD). Koefisien determinasi menjelaskan besarnya pengaruh nilai
variabel X terhadap naik/turunnya variabel Y. Koefisien determinasi dihitung
dengan menggunakan rumus:
𝐾𝐷 = 𝑟 2 × 100%
Dimana 𝐾𝐷 merupakan Koefisien Determinasi.
Bahan ajar dinyatakan memiliki kecenderungan efektif apabila terdapat
pengaruh penggunaan bahan ajar tersebut. Hasil dari pemanfaatan bahan ajar non
cetak dapat juga dilihat dari kesimpulan penelitian Festiyed, Hidayanti, Hendri, &
Asrizal (2018), dari analisis data dapat dinyatakan bahwa penerapan model
pembelajaran penemuan mengintegrasikan laboratorium virtual dan Hots dapat
meningkatkan kinerja siswa pada aspek pengetahuan, keterampilan proses
sains,keterampilan pemecahan soal, dan sikap.
Contoh efektivitas dalam bahan ajar non cetak dapat juga dilihat dari hasil
penelitian “Studi Hasil Pelatihan Analisi Video Dan Tool Permodean Tracker
Pada Guru MPMP Fisika Kabupaten Agam’ didapatkan hasil efektivitas pelatihan
analisis video dan tool pemodelan. Efektivitas pelatihan dilihat dari penguasaan
peserta terhadap software tracker sebelum dan setelah pelatihan. Dalam pelatihan
40
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Menentukan Validitas Bahan Ajar ICT Berupa Multimedia
Sebelum bahan ajar divalidasi oleh validator terlebih dahulu penulis mengembangkan instrumen untuk menguji validitas Bahan
Ajar Fisika ICT berupa multimedia. Instrumen ini dibuat melalui 3 proses yaitu pengembangan, penyusunan dan pengolahan analisis
data.
Tabel 3. 1 Penyusunan Instrumen Uji Validitas Bahan Ajar Multimedia
No. Kajian Teori Penjelasan Jenis Validasi Indikator
Tampilan harus menarik baik dari sisi bentuk Validasi kegrafisan 1. Pengemasan desain cover menarik
gambar maupun kombinasi warna yang 2. Pemilihan background yang digunakan
digunakan sesuai dengan materi
Karakteristik 3. Proporsi layout sudah tepat
bahan ajar 4. Jenis font yang digunakan mudah dibaca
1. multimedia 5. Ukuran huruf yang digunakan mudah
menurut Arsyad dibaca
(2014) 6. Warna teks yang digunakan sudah tepat
7. Komposisi gambar sesuai dengan materi
8. Ukuran gambar dapat dilihat dengan jelas
9. Kualitas tampilan gambar baik
Narasi atau bahasa harus jelas dan mudah Validasi kebahasaan 1. Backsound yang digunakan sesuai dengan
dipahami oleh peserta didik. Penggunaan istilah penyajian materi
perlu disesuaikan dengan pengguna media agar 2. Narasi menggunakan bahasa Indonesia
pembelajaran bisa efektif sesuai EYD
3. Narasi dapat dipahami dengan jelas oleh
peserta didik
4. Soundeffect sesuai dengan animasi
5. Video yang digunakan sesuai dengan
materi
42
Materi disajikan secara interaktifartinya Validasi penyajian 1. Pada bahan ajar terdapat slide yang
memungkinkan partisipasi dari peserta didik merangsang siswa berpikir kritis
2. Materi yang disajikan dalam video
representative terhadap materi yang
dipelajari
3. Terdapat simulasi/demonstrasi yang sesuai
dengan materi
Kebutuhan untuk mengakomodasi berbagai Validasi isi 1. Terdapat gambar yang sesuai dengan
model (styles) yang berbeda dalam belajar materi
2. Terdapat audio/narasi yang sesuai dengan
materi
3. Terdapat video yang sesuai dengan materi
4. Terdapat animasi yang sesuai dengan
materi
5. Terdapat slide yang memuat aktivitas
mencoba peserta didik
Tahap Judul, Kelas, Semester dan Identitas Penyusun Validasi isi 1. Materi yang disajikan sesuai dengan topik
penyusunan judul bahan ajar, kelas, semester dan identitas bahan ajar multimedia interaktif
bahan ajar terletak pada halaman muka (beranda) 2. Bahan ajar multimedia interaktif memiliki
2. noncetak identitas penyusunan yang jelas
menurut 3. Bahan ajar multimedia interaktifberisi
Sungkowo petunjuk belajar yang jelas bagi peserta
(2010:14) didik
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Validasi isi 1. KI dan KD yang ditampilkan dalam bahan
Kompetensi inti dan kompetensi dasar harus ajar multimedia interaktifsesuai dengan
diinformasikan dalam bahan ajar yang disusun standar isi
Indikator Pencapaian Validasi isi 1. Indikator yang dibuat sesuai dengan KI-
Indikator pencapaian menggambarkan hasil-hasil KD
yang harus dicapai peserta didik setelah 2. Tujuan pembelajaran sesuai dengan
mempelajari materi yang ada pada bahan ajar. indikator yang dikembangkan
Materi Bahan Ajar Validasi isi 1. Materi yang disajikan dalam bahan ajar
Materi bahan ajar berbasis ICT harus multimedia interaktif sesuai dengan
memperhatikan tingkat interaktivitas bahan ajar tuntutan kurikulum dansilabus
yang disusun.
43
Materi yang disajikan dalam bahan ajar multimedia interaktif sesuai dengan tuntutan 33
kurikulum dan silabus
Materi yang disajikan dalam bahan ajar multimedia sesuai dengan kemampuan peserta 34
didik
Materi disajikan secara kontekstual 35
Sajian materi tersusun secara sistematis 36
Contoh soal yang terdapat dalam bahan ajar multimedia dapat membantu peserta didik 37
dalam memahami materi
Latihan yang terdapat dalam bahan ajar multimedia dapat mengukur kompetensi peserta 38
didik
2 Validasi Pada bahan ajar terdapat slide yang merangsang siswa berpikir kritis 39
Penyajian Materi yang disajikan dalam video representative terhadap materi yang dipelajari 40
Terdapat simulasi/demonstrasi yang sesuai dengan materi 41
Bahan ajar multimedia dikemas dalam software yang mudah digunakan 42
Bahan ajar membuat peserta didik mudah memahami materi 43
Bahan ajar membuat konsep yang komplek menjadi sederhana 44
Bahan ajar membuat materi yang abstrak menjadi konkret 45
Bahan ajar memotivasi peserta didik untuk giat menggali pengetahuan yang baru 46
Informasi disajikan dapat memotivasi peserta didik dalam belajar 47
Sajian materi dalam video dapat memandirikan peserta didik dalam belajar 48
3 Validasi Backsound yang digunakan sesuai dengan penyajian materi 49
Kebahasaan Narasi menggunakan bahasa Indonesia sesuai EYD 50
Narasi dapat dipahami dengan jelas oleh peserta didik 51
Soundeffect sesuai dengan animasi 52
46
INSTRUMEN VALIDITAS
Judul : ...........
Mata Pelajaran :Fisika
Penulis : ...........
Validator : ...........
Tanggal : ...........
Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (√) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian
Anda.
1= kurang sesuai
2 = cukup
3 = baik
4 = sangat baik/sesuai
No Komponen 1 2 3 4
A Validasi Isi
1 Terdapat gambar yang sesuai dengan materi
2 Terdapat audio/narasi yang sesuai dengan materi
3 Terdapat video yang sesuai dengan materi
4 Terdapat animasi yang sesuai dengan materi
5 Terdapat slide yang memuat aktivitas mencoba peserta didik
6 Terdapat gambar yang sesuai dengan kearifan lokal peserta
didik
7 Terdapat audio/narasi yang sesuai dengan kearifan lokal
peserta didik
8 Terdapat video yang sesuai dengan kearifan lokal peserta
didik
9 Terdapat animasi yang sesuai dengan kearifan lokal peerta
didik
10 Terdapat simulasi yang sesuai dengan kearifan lokal peserta
didik
11 Terdapat gambar yang sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik
12 Terdapat audio/narasi yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik
13 Terdapat video yang sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik
14 Terdapat animasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik
47
48
No Komponen 1 2 3 4
15 Terdapat simulasi yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik
16 Gambar yang disajikan sesuai dengan KD
17 Audio/narasi yang digunakan sesuai dengan KD
18 Video yang disajikan sesuai dengan KD
19 Animasi yang disajikan sesuai dengan KD
20 Simulasi yang disajikan sesuai dengan KD
21 Bahan ajar tidak menggunakan pasword dalam
mengaksesnya
22 Bahan ajar dapat digunakan berulang-ulang
23 Bahan ajar mudah untuk diakses
24 Bahan ajar multimedia sesuai dengan KD
25 Bahan ajar multimedia menggali pengetahuan awal peserta
didik
26 Bahan ajar multimedia memotivasi peserta didik
menemukan pengetahuan baru
27 Materi yang disajikan sesuai dengan topik bahan ajar
multimedia interaktif
28 Bahan ajar multimedia interaktif memiliki identitas
penyusunan yang jelas
29 Bahan ajar multimedia interaktif berisi petunjuk belajar
yang jelas bagi peserta didik
30 KI dan KD yang ditampilkan dalam bahan ajar multimedia
interaktif sesuai dengan standar isi
31 Indikator yang dibuat sesuai dengan KI-KD
32 Tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator yang
dikembangkan
33 Materi yang disajikan dalam bahan ajar multimedia
interaktif sesuai dengan tuntutan kurikulum dan silabus
34 Materi yang disajikan dalam bahan ajar multimedia sesuai
dengan kemampuan peserta didik
35 Materi disajikan secara kontekstual
36 Sajian materi tersusun secara sistematis
37 Contoh soal yang terdapat dalam bahan ajar multimedia
dapat membantu peserta didik dalam memahami materi
38 Latihan yang terdapat dalam bahan ajar multimedia dapat
mengukur kompetensi peserta didik
B Validasi Penyajian
39 Pada bahan ajar terdapat slide yang merangsang siswa
berpikir kritis
40 Materi yang disajikan dalam video representative terhadap
materi yang dipelajari
41 Terdapat simulasi/demonstrasi yang sesuai dengan materi
42 Bahan ajar multimedia dikemas dalam software yang mudah
digunakan
43 Bahan ajar membuat peserta didik mudah memahami materi
44 Bahan ajar membuat konsep yang komplek menjadi
sederhana
45 Bahan ajar membuat materi yang abstrak menjadi konkret
49
No Komponen 1 2 3 4
46 Bahan ajar memotivasi peserta didik untuk giat menggali
pengetahuan yang baru
47 Informasi disajikan dapat memotivasi peserta didik dalam
belajar
48 Sajian materi dalam video dapat memandirikan peserta didik
dalam belajar
C Validasi Kebahasaan
49 Backsound yang digunakan sesuai dengan penyajian materi
50 Narasi menggunakan bahasa Indonesia sesuai EYD
51 Narasi dapat dipahami dengan jelas oleh peserta didik
52 Soundeffect sesuai dengan animasi
53 Video yang digunakan sesuai dengan materi
D Validasi Kegrafisan
54 Pengemasan desain cover menarik
55 Pemilihan background yang digunakan sesuai dengan
materi
56 Proporsi layout sudah tepat
57 Jenis font yang digunakan mudah dibaca
58 Ukuran huruf yang digunakan mudah dibaca
59 Warna teks yang digunakan sudah tepat
60 Komposisi gambar sesuai dengan materi
61 Ukuran gambar dapat dilihat dengan jelas
62 Kualitas tampilan gambar baik
63 Kesesuaian animasi dengan materi
64 Animasi yang digunakan sudah menarik
1. Komentar
Setelah Bapak/Ibu mengamati dan menganalisis Bahan Ajar Fisika
Multimedia Interaktifbagaimanakah komentar Bapak/Ibu terhadap Bahan
Ajar ini?
Kelebihan
……………………………………………………………………………….....
......………....……...............................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
........................................................................................................................…
Kelemahan
……………………………………………………………………………….....
......………....……...............................................................................................
50
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Saran
Setelah Bapak/Ibu mengamati dan menganalisis Bahan Ajar Fisika Multimedia
Interaktif, apa sajakah saran yang diberikan untuk perbaikan dan
penyempurnaan bahan ajar ini?
……………………………………………………………………………….....
......………....……...............................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
........................................................................................................................…
…............................................
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah dapat ditarik kesimpulan:
1. Validitas berasal dari kata valid yang artinya benar.Validitas merupakan
kemampuan alat ukur untuk mengukur objek yang dikurnya. Suatu produk
dikatakan praktis jika subjek dapat menggunakan bahan ajar tersebut dalam
pembelajaran secara praktis dan efisien. Suatu upaya dikatakan efektif
apabila upaya tersebut mampu mencapai tujuannya. Untuk melihat apakah
bahanajar yang dibuat berkualitas maka perlu dilakukan uji validitas,
praktikalitas, dan efektifitas.
2. Praktikalitas berarti bahwa bersifat praktis, artinya mudah dan senang dalam
pemakaiannya. Kepraktisan yang dimaksud disini adalah kepraktisan dalam
bidang pendidikan (silabus, RPP, bahan ajar, penilaian, LKS maupun
produk yang lainnya).
3. Efektifitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil,
tepat atau manjur.
4. Reliabilitas adalah kemampuan instrumen menyajikan data yang tetap,
meskipun digunakan dalam waktu yang saling berjauhan dengan penelitian
pertama.
4.2 Saran
Dari bermacam-macam model pengembangan bahan ajar dan jenis bahan ajar
cetak yang ada, diharapkan pendidik hendaknya mampu menggunakan salah satu
model dan bahan ajar cetak yang dibuat, sehingga mampu memaksimalkan hasil
belajar peserta didik. Kemudian dilakukan uji validitas, praktikalitas, dan
efektifitas.
51
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, M. N., Bahrudin, N., & Yosep, S. P. (2015). Penciptaan Buku Esai
Fotografi Pantai Jatimalang untuk Mengoptimalkan Potensi Wisata
Purworejo. Jurnal Desain Komunikasi Visual, 4(1).
Ardianto, F., Achmad, A., & Marpaung, R. R. (2013). Pengaruh Brosur melalui
Model Pembelajaran STAD Terhadap Aktivitas dan Penguasaan Materi.
Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah, 1(6).
Fauzi, M., Sunarjan, Y., & Amin, S. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk
Handout Berbasis Sejarah Lokal dengan Materi Perjuangan Rakyat
Banyumas Mempertahankan Kemerdekaan dalam Agresi Militer Belanda 1
Tahun 1947 Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 4
Purwokerto. Indonesian Journal of History Education, 5(2).
52
53
Gani, H. A., Istiaji, E., & Kusuma, A. I. (2014). Perbedaan Efektivitas Leaflet dan
Poster Produk Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember Dalam
Perilaku Pencegahan HIV/AIDS. Jurnal IKESMA, 10(1).
Hersandi, M. (2015). Brosur IPA Terpadu sebagai Bahan Ajar di SMP ditinjau dari
Aspek Keterbacaannya. Seminar Nasional Jurusan Fisika FMIPA UM 2015
(pp. 141-142). Malang: Seminar Nasional Jurusan Fisika FMIPA UM 2015.
Husnawati, Armi, F. A., Agustini, T. T., Aryani, F., & Muharni, S. (2017).
Pengaruh Pemberian Flyer Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Terapi
Pasien Tuberkolosis Paru di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru. Pharmacy,
14(1).
Kamal, M., Wiharna, O., & Komaro, M. (2016). Studi Pembelajaran Menggunakan
Modul dan Wall Chart pada Kompetensi Sistem Kopling. Journal Of
Mechanical Engineering Education, 3(1).
Nugraha, D. A., Binadja, A., & Supartono. (2013). Pengembangan Bahan Ajar
Reaksi Redoks Bervisi SETS, Berorientasi Konstruktivistik. Journal of
Innovative Science Education, 28.
Rahayu, C., & Festiyed. (2018). Validitas Perangkat Pembelajaran Fisika SMA
berbasis Model Pembelajaran Generatif dengan Pendekatan Open-Ended
Problem untuk Menstimulasi Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik.
Jurnal Pendidikan Fisika, 7(1).
Riduwan. (2012). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung : Alfabeta.
Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Mims, C. (2015). Instructional Technology and
Media for Learning. America: Pearson.
Ulya, Z., Iskandar, A., & Asih, F. T. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dengan Media Poster terhadap Pengetahuan Manajemen Hipertensi pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal Of Nursing), 12(1).
Usman, A. (2015). Jurnal Final Project Telkom University. e-Proceeding of Art &
Design, 2(3).
Yohana, F. M., Pratiwi, H. A., & Susanti, K. (2019). Penerapan Metode Role Play
Storytelling dengan Menggunakan Media Poster pada Kemampuan
56
Yunregiarsih, L. G., Tarmini, W., & Mustofa, A. (2014). Pola Sintaksis pada Poster
dan Impilkasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Jurnal
Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya), 2(3).