Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN LITERATUR SOLUSI MODEL PEMBELAJARAN DARI PERMASALAHAN

SEKOLAH KEJURUAN TEKNIK KONSTRUKSI DAN PROPERTI DI INDONESIA

Topik pembahasan kajian literatur ini ialah solusi model pembelajaran dari permasalahan SMK
jurusan Konstruksi dan Properti di Indonesia. Dilansir dari halaman berita yang ditulis oleh
(Ramli, 2020) dari artikel ilmiah :https://money.kompas.com/read/2020/12/11/143242326/jumlah-
pengangguran-terus-bertambah-paling-banyak-lulusan-smk. Menurut Badan Pusat Statsitik (BPS)
Lulusan SMK merupakan penyumbang angka pengangguran tertinggi di Indonesia yaitu sebesar
13,55% dari 9,77 juta angka pengangguran terbuka pada akhir tahun 2020. Hal ini masih menjadi
masalah yang krusial mengingat permasalahan pengangguran dari lulusan SMK tak kunjung
selesai.

Menurut (Sitorus 2016) Ada beberapa permasalahan dan tantangan di SMK, salah satunya adalah
Kuantitas lulusan SMK yang tidak terserap di dunia industri dan usaha cukup tinggi, hal ini
disebabkan dari rendahnya kompetensi lulusan dan juga ketidaksesuaian kompetensi yang telah
dilatih saat di SMK dengan kebutuhan dunia industri maupun dunia usaha di Indonesia serta
kurangnya kesiapan mental berwirausaha dan bekerja dari lulusan SMK. Terlebih lagi untuk SMK
jurusan Konstruksi dan Properti, sangat diperlukan adanya kesiapan berwirausaha dan bekerja
sejak di SMK. Maka ketika lulusan SMK jurusan Konstruksi dan Properti tidak mendapatkan
pekerjaan yang link and match dengan bidangnya, mereka masih bisa bekerja karena memiliki
jiwa kewirausahaan.

Permasalahan ini mungkin saja dapat diselesaikan dengan mengubah model pembelajaran di
SMK. Berikut model pembelajaran abad ke-21, yaitu ada : Cooperative Based Learning (CoBL),
Learning to Solve Problem (LtSP), Competency Based Learning (CBL), Project Based-Learning
(PjBL), Product Based Learning (PdBL), Teaching Factory (TeFa), Work Based Learning (WBL),
Inquiry Learning (IL), and Discovery Learning (DL). Diantara model – model pembelajaran
tersebut, Teaching Factory (TeFa) memiliki potensi untuk menyelesaikan masalah ini.

Menurut (Iskandar and Sudira 2019) TeFa merupakan model pembelajaran untuk sekolah
vokasional yang berfokus pada bisnis dan produksi. Model ini diharapkan dapat meningkatkan
skill kreativitas dari peserta didik. Teaching factory bertujuan untuk memberikan pengalaman
pembelajaran dengan berbasis produksi kepada siswa. Maka dari itu TeFa cocok untuk sekolah
vokasi jurusan konstruksi dan properti. Selain belajar tentang teori dari kosntruksi maupun
properti, TeFa juga mengajak peserta didik untuk langsung memproduksikan apa yang telah
dipelajari. Sehingga lulusan SMK konstruksi dan properti telah memiliki pengalaman bekerja
secara tidak langsung yang match dengan dunia bisnis dan industri.

Tidak hanya itu, model pembelajaran TeFa merupakan gabungan dari pembelajaran Competency
Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT) serta mencakup startegi Project
based learning (PjBL)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh (Endang Mulyani 2014) terhadap Model
pembelajaran project based learning di SMK, hasil penelitian menunjukan bahwa strategi
pembelajaran yang mencakup project based learning dapat meningkatkan perilaku, sikap dan
minat kewirausahaan para peserta didik. Sehingga nantinya SMK yang menerapkan TeFa akan
memiliki lulusan dengan bekal minat kewirausahaan yang tinggi.

Selain itu, pembelajaran Production Based Training (PBT) dari TeFa merupakan pembelajaran
resriprokal dimana pembelajaran resiprokal merupakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk lebih mandiri, kreatif dan aktif. Berdasarkan analisis dari
penelitian yang dilakukan oleh (Kawet 2017) menunjukkan bahwa hasil belajar manajemen
konstruksi peserta didik dengan metode pembelajaran resiprokal lebih baik dari pada hasil belajar
peserta didik dengan metode pembelajaran diskusi. Sehingga model pembelajaran TeFa memiliki
peluang lebih besar untuk menghasilkan peserta didik yang lebih kompeten pada bidangnya.

Namun menurut (Iskandar and Sudira 2019) ada bebebrapa hal yang perlu ditingkatkan oleh
Sekolah maupun Pemerintah ketika menggunakan pembelajaran TeFa, yakni :

1) Kerjasama antara Sekolah dan Dunia Industri perlu ditingkatkan.


Sekolah tidak hanya menjadikan industri sebagai tempat praktik saja. Tetapi sekolahpun juga
harus memberikan timbal balik kepada industri sehingga terjadi hubungan yang
menguntungkan kedua belah pihak.
2) Peningkatan sarana dan pra-sarana di Sekolah disesuaikan dengan kebutuhan Industri.
3) Memberikan pelatihan kepada guru dalam pengoperasian peralatan maupun
pelaksanaan TeFa.

Berdasarkan pemaparan kajian literatur di atas, untuk mengatasi permasalahan Sekolah kejuruan
terkhususnya bidang konstruksi dan properti dapat menggunakan model pembelajaran TeFa
(Teaching Factory) dengan mempertimbangkan serta memperhatikan hambatan model tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

(Ramli 2020)(Wulandari and Sudiyatno 2019)(Hasanah and Malik 2018)(Maksum, Purwanto, and
Baharudin 2019)(Wijaya 2013)(Khoiron 2016)(Wahjusaputri et al. 2020)(Chryssolouris,
Mavrikios, and Rentzos 2016)(Risdiana, Hidayat, and Suherman 2014)(Nurtanto, Ramdani, and
Nurhaji 2017)(M 2011)(Kurniawan 2017)(Endang Mulyani 2014)(Kawet 2017)(Iskandar and
Sudira 2019)(Sitorus 2016)

Chryssolouris, G., D. Mavrikios, and L. Rentzos. 2016. “The Teaching Factory: A Manufacturing
Education Paradigm.” Procedia CIRP 57 (1): 44–48.
https://doi.org/10.1016/j.procir.2016.11.009.

Endang Mulyani. 2014. “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Projek Pendidikan


Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Sikap, Minat, Perilaku Wirausaha, Dan Prestasi Belajar
Siswa SMK.” Cakrawala Pendidikan 1 (1): 50–61.

Hasanah, Hasanah, and Muh. Malik. 2018. “Teaching Factory-Based for Entrepreneurship
Learning Model in Vocational High Schools.” International Conference on Indonesian
Technical Vocational Education and Association 201 (1): 209–13.
https://doi.org/10.2991/aptekindo-18.2018.46.

Iskandar, Ranu, and Putu Sudira. 2019. “Model - Model Pembelajaran Vokasional 4Cs Pada
Sekolah Menengah Kejuruan.” Lembaran Ilmu Kependidikan 48 (2): 10–47.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/LIK/article/view/18570/pdf.

Kawet, Rifana S.I. 2017. “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Minat Belajar Mahasiswa
Terhadap Hasil Belajar Manajemen Konstruksi.” Jurnal Teknologi Pendidikan UNJ 19 (3):
224. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp/article/view/6710.

Khoiron, Ahmad Mustamil. 2016. “The Influence of Teaching Factory Learning Model
Implementation To the Students’ Occupational Readiness.” Jurnal Pendidikan Teknologi
Dan Kejuruan 23 (2): 122–29. https://doi.org/10.21831/jptk.v23i2.12294.

Kurniawan, Rahmat. 2017. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory 6


Langkah (Tf-6M) Dan Prestasi Belajar Kewirausahaan Terhadap Minat Wirausaha.”
Innovation of Vocational Technology Education 10 (1): 57–68.
https://doi.org/10.17509/invotec.v10i1.5092.
M, Dadang Hidayat. 2011. “Model Pembelajaran Teaching Factory Untuk Meningkatkan
Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif.” Jurnal Ilmu Pneidikan 17 (4): 270–78.

Maksum, Hasan, Wawan Purwanto, and Agus Baharudin. 2019. “Problem-Based Learning
Method with the Teaching Factory Concept for Improving Student Learning Scores in the
Steering, Brake, and Suspension System Course.” International Journal of Innovation,
Creativity and Change 8 (1): 153–62.

Nurtanto, Muhammad, Sulaeman Deni Ramdani, and Soffan Nurhaji. 2017. “Pengembangan
Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan.” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan,
467–83. http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/447-454.

Ramli, Rully R. 2020. “Jumlah Pengangguran Terus Bertambah, Paling Banyak Lulusan SMK.”
Kompas.Com, December 11, 2020.
https://money.kompas.com/read/2020/12/11/143242326/jumlah-pengangguran-terus-
bertambah-paling-banyak-lulusan-smk.

Risdiana, Tyan, Dadang Hidayat, and Amay Suherman. 2014. “Meningkatkan Hardskills Siswa
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah.” Journal of
Mechanical Engineering Education 1 (1): 154–61. https://doi.org/10.17509/jmee.v1i1.3748.

Sitorus, Rita Andriani. 2016. “Tantangan Dan Harapan Pendidikan Kejuruan Di Indonesia Dalam
Mewujudkan Sekolah Menengah Kejuruan Yang Memiliki Daya Saing Ketenagakerjaan.”
Sistem Informasi UKM.
http://simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_1/RITAANDRIANISITORUS,S.So
s_16112016004200.pdf.

Wahjusaputri, Sintha, Somariah Fitriani, Tashia Indah Nastiti, and Ahmad Syukron. 2020.
“Teaching Factory Model for Increasing the Competency of Vocational Secondary Education
Students in Indonesian Territory.” International Journal of Innovation, Creativity and
Change. 11 (1): 49–63. www.ijicc.net.

Wijaya, M. 2013. “Model Pengelolaan Teaching Factory Sekolah Menengah Kejuruan.” Jurnal
Penelitian Pendidikan Unnes 30 (2): 125–32. https://doi.org/10.15294/jpp.v30i2.5673.

Wulandari, Iswayuni, and Sudiyatno. 2019. “Development of Industrial-Work Culture through


Teaching Factory Program in Vocational Schools.” Journal of Physics: Conference Series
1273 (1): 1–5. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1273/1/012033.

Anda mungkin juga menyukai