Anda di halaman 1dari 65

i

PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS PROBLEM UNTUK


MELATIHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN
KETERAMPILAN KOLABORATIF PADA
MATERI GELOMBANG BUNYI

(Skripsi)

Oleh

WASKITA NUIDHAR INAYATI


NPM 1713022045

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2022
i
ABSTRAK

PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS PROBLEM UNTUK


MELATIHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN
KETERAMPILAN KOLABORATIF PADA
MATERI GELOMBANG BUNYI

Oleh

Waskita Nuidhar Inayati

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mendeskripsikan kevalidan,


kepraktisan, dan keefektifan e-modul berbasis problem pada materi gelombang
bunyi untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif
siswa. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan Design & Development
Reasearch (DDR), yang terdiri dari 4 tahap yaitu analysis, design, development,
dan evaluation. Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan pada tahap analysis
didapatkan informasi mengenai kesulitan pembelajaran diantaranya kurangnya
representasi secara visual dalam bahan ajar, pembelajaran di kelas tidak
melakukan praktikum, dan materi gelombang bunyi yang abstrak. Oleh karena itu
peneliti mengembangkan e-modul berbasis problem yang didalamnya terdapat
aktivitas pembelajaran yang dapat mstimulus keterampilan berpikir kritis dan
kolaboratif siswa. Pada tahap design peneliti mengumpulkan referensi untuk
pembuatan e-modul, membuat storyboard dan mendesain konten e-modul serta
membut instrumen kevalidan produk, keterbacaan, persepsi guru, dan respon
siswa. Pada tahap development dilakukan uji kevalidan, kepraktisan dan
keefektifan produk. Kevalidan produk dinilai oleh 3 orang ahli dengan hasil skor
rata-rata sebesar 3,85 dengan kategori valid. Kepraktisan produk terdiri dari
keterbacaan dan persepsi guru tentang kesesuaian kegiatan berbasis problem
dalam e-modul, diperoleh persentase rata-rata sebesar 85% terkategori praktis.
Keefektifan produk ditinjau berdasarkan respon siswa terhadap kemampuan
berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif yang dilatihkan setelah menggunakan
e-modul, dengan persentase keefektifan produk sebesar 75% terkatergori efektif.
Berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa e-modul yang dikembangkan
terkategori valid, praktis dan efektif untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis
dan keterampilan kolaboratif siswa pada materi gelombang bunyi.

Kata kunci: E-modul, Kemampuan Berpikir Kritis, Keterampilan Kolaboratif


PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS PROBLEM UNTUK
MELATIHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN
KETERAMPILAN KOLABORATIF PADA
MATERI GELOMBANG BUNYI

Oleh

WASKITA NUIDHAR INAYATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Waskita Nuidhar Inayati

NPM : 1713022045

fakultas/ jurusan : KIP/ Pendidikan MIPA

program studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jalan Kedelai No. 3a Gedong Meneng, Kecamatan

Rajabasa Kota Bandarlampung, Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang sepengatahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, 25 Januari 2022

Waskita Nuidhar Inayati


NPM 1713022045
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Baradatu pada tanggal 25 Maret 1998 sebagai anak kedua

dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Riyadi dan Ibu Susilowati. Penulis

mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Setianegara pada tahun 2004 dan

diselesaikan pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan formal di SMP

Negeri 1 Baradatu pada tahun 2010 dan diselesaikan pada tahun 2013, kemudian

pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan formal di MA Al-Muhsin Metro selesai

pada tahun 2017. Pada Juni 2017, penulis diterima sebagai mahasiswa program

studi Pendidikan Fisika, Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lampung.

Selama menempuh pendidikan di program studi Pendidikan Fisika Universitas

Lampung, penulis pernah menjadi anggota FPPI pada tahun 2017 dan menjadi

anggota bidang kerohanian Almafika pada tahun 2019. Pada tahun yang sama,

penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) berupa kunjungan pendidikan

ke tiga kota yakni Banyu Wangi, Yogyakarta, dan Bandung. Pada tahun 2020

penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon

Tribudisyukur Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat dan

Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di SMA Negeri 2 Banjit.


MOTTO

-
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang senantiasa memberikan

nikmat, karunia dan rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan

kepada junjungan agung Nabi Muhammad Shalallahualaihiwassalam. Penulis

mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan kasih cintaku

yang tulus dan mendalam kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Riyadi dan Ibu Susilowati yang tak hentinya

memberikan kasih sayang, dukungan, nasihat, ridho dan do’a kepada penulis

selama ini dengan setulus hati.Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan

umur panjang dan kesehatan serta kesempatan bagi penulis untuk membalas

jeri payah kedua orang tua dan membahagiakan keduanya hingga akhir.

2. Kakak dan adik penulis, Imas Setiana Esti Galih dan Muchlas Al-ma’ruf yang

telah memberikan dukungan dan bantuan selama kuliah.

3. Sahabat tercinta penulis, Septa Rizki Vertika, Imawati Rohana, Risty Dinda

Asyifa, Juwita Purnama Sari, Deswita Elliya Sari dan Safira , yang

mendukung dan menemani masa-masa kuliah penulis.

4. Teman-teman seperjuangan YOLO 2017

5. Keluarga Besar Pendidikan Fisika 2017;

6. Keluarga Besar Almafika;

7. Almamater tercinta Universitas lampung.


i
SANWACANA

Bismillahirahmanirrahiim,
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahuwata’ala, karena atas nikmat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di FKIP
Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:


1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku rektor Universitas Lampung;
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selalu Dekan FKIP Universitas
Lampung;
3. Bapak Prof. Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
MIPA;
4. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan
Fisika;
5. Ibu Dr. Kartini Herlina, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Pembimbing I atas kesediaan dan kesabarannya dalam memberikan
bimbingan, dukungan, arahan, dan motivasi selama penyusunan skripsi;
6. Bapak Dr. Doni Andra S.Pd., M.Sc., selaku dosen Pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis dalam
penyusunan skripsi;
7. Bapak Dr. Chanra Ertikanto, M.Pd., selaku dosen Pembahas dan validator
produk atas kesediaannya memberikan bimbingan serta saran perbaikan
dalam skripsi ini;

ii
8. Ibu Imas Setiana Esti Galih, M.Pd., dan Ibu Endah Normayanti, M.Pd.,
selaku validator produk atas kesediaan dan keikhlasannya dalam
memeberikan saran dan perbaikan produk menjadi lebih baik.
9. Keluarga Besar SMA Negeri 3 Bandarlampung yang telah memberikan izin
dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian;
10. Kepada Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan.
11. Keluarga Besar Pendidikan Fisika 2017 yang membantu penulis dalam
menyusun skripsi ini;
12. Kepada semua pihak yang terlibat dalam membantu penulis menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan, bantuan, dukungan, arahan, doa, tenaga dan waktu yang
diberikan mendapat balasan yang baik dan berkah dari Allah Subhanahuwata’la.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun praktisi
pendidikan. Amiin.

Bandarlampung, 25 Januari 2022


Penulis

Waskita Nuidhar Inayati

iii
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 6

II. TIJAUAN PUSTAKA


2.1 Kerangka Teoretis................................................................................... 7
2.1.1 Multimedia ......................................................................................... 7
2.1.2 E-learning........................................................................................... 8
2.1.3 Elektronik Modul/E-modul .............................................................. 10
2.1.4 Teori Konstruktivisme Sosial .......................................................... 12
2.1.5 Pembelajaran Berbasis Masalah ...................................................... 13
2.1.6 Keterampilan Berpikir Kritis ........................................................... 15
2.1.7 Keterampilan Kolaboratif ................................................................ 16
2.1.8 Gelombang Bunyi ............................................................................ 19
2.2 Penelitian yang Relevan ....................................................................... 20
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 22

III. METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian Pengembangan ......................................................... 25
3.2 Prosedur Pengembangan Produk .......................................................... 25
3.2.1 Analysis ............................................................................................ 27
3.2.2 Design .............................................................................................. 28
3.2.3 Development .................................................................................... 37

iv
3.2.4 Evaluation ........................................................................................ 38
3.3 Instrumen Penelitian ............................................................................. 38
3.3.1 Wawancara....................................................................................... 38
3.3.2 Angket .............................................................................................. 38
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 40
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 42
3.5.1 Data untuk Kevalidan Produk .......................................................... 42
3.5.2 Data untuk Kepraktisan Produk ....................................................... 42
3.5.3 Data untuk Keefektifan Produk ....................................................... 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 44
4.1.1 Produk .............................................................................................. 44
4.1.2 Kevalidan Produk ............................................................................ 44
4.1.3 Kepraktisan Produk.......................................................................... 47
4.1.4 Keefektifan Produk .......................................................................... 49
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 51
4.2.1 Prosedur Penelitian .......................................................................... 51
4.2.2 Kajian Produk .................................................................................. 75

V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 81


5.1 Simpulan ............................................................................................... 81
5.2 Saran ..................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Karakteristik e-modul ............................................................................. 11


Tabel 2. Indikator Berpikir Kritis yang Digunakan dalam Penelitian .................. 16
Tabel 3. Indikator Kolaboratif yang Digunakan dalam Penelitian ....................... 18
Tabel 4. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 20
Tabel 5. Storyboard E-modul ............................................................................... 30
Tabel 6. Rancangan Kegiatan Pembelajaran dalam E-modul .............................. 35
Tabel 7. Skala Likert pada Angket Kevalidan E-modul ....................................... 39
Tabel 8.Skala Likert pada Angket Kepraktisan E-modul .................................... 40
Tabel 9 Skala Likert pada Angket Keefektifan E-modul ................................... 40
Tabel 10. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41
Tabel 11. Konversi Skor Penilaian Kevalidan ..................................................... 42
Tabel 12. Konversi Skor Penilaian Kepraktisan ................................................. 43
Tabel 13. Konversi Skor Penilaian Keefektifan .................................................. 43
Tabel 14. Hasil Validasi Ahli Materi dan Konstruk ............................................. 45
Tabel 15.Hasil Validasi Media dan Desain .......................................................... 46
Tabel 16. Rangkuman Saran dan Perbaikan dari Validator ................................. 46
Tabel 17. Hasil Penlaian Keterbacaan .................................................................. 47
Tabel 18 Hasil Penilaian Persepsi Guru ............................................................... 48
Tabel 19 Hasil Kepraktisan Produk ...................................................................... 49
Tabel 20 Hasil Respon Siswa ............................................................................... 50

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 24


Gambar 2 Diagram Alur Penelitian ..................................................................... 26
Gambar 3 Bagan Desain E-modul ....................................................................... 29
Gambar 4. Tampilan E-modul Berbasis Problem ............................................... 44
Gambar 5. Perbaikan E-modul Berdasarakan Saran Validator ........................... 47
Gambar 6. Tampilan E-modul Melalui Layar Dekstop ....................................... 60
Gambar 7. Tampilan E-modul Melalui Layar Ponsel.......................................... 60
Gambar 8. Kegiatan 1 dalam E-modul ................................................................ 65
Gambar 9. Kegiatan 2 dalam E-modul ................................................................ 66
Gambar 10. Rentang Penilaian Soal .................................................................... 72

vii
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran kurikulum 2013 diarahkan untuk membekali siswa dengan


sejumlah kompetensi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan
pembelajaran abad 21. Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang
dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan literasi, kecakapan
pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta penguasaan terhadap teknologi.
Pada abad 21 tidak hanya guru yang dituntut untuk mampu bersaing secara
global dalam membelajarkan, membimbing, mengarahkan serta
memfasilitasi dalam sebuah proses pembelajaran namun siswa juga dituntut
untuk menguasai keterampilan abad 21 (21st century skills). Adapun
beberapa keterampilan yang perlu dikembangkan pada abad 21 adalah
critical thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), creativity
(berpikir kreatif), collaboration (kolaborasi) and information, media, and
technology skills (IMTS) (Urbani et al., 2017)

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan berpikir


tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang perlu
dikembangkan oleh siswa sesuai dengan tujuan dalam pengembangan
Kurikulum 2013. Keterampilan berpikir kritis adalah proses intelektual dalam
menilai, mencermati, menganalisis, mengevaluasi, membuat keputusan, dan
berani mengambil tindakan (Kay & Greenhill, 2011). Menurut Gurcay dan
Ferah (2018) keterampilan berpikir kritis siswa perlu dikembangkan
khususnya dalam pembelajaran fisika. Hal tersebut dikarenakan di dalam
pembelajaran fisika memuat permasalah-permasalahan yang memerlukan
solusi untuk diselesaikan berdasarkan pengalaman yang mereka miliki dan
2

juga pengetahuan yang baru didapat melalui sebuah permasalahan. Selain


keterampilan berpikir kritis keterampilan yang perlu dikembangkan siswa
dalam permbelajaran fisika adalah keterampilan kolaborasi.

Keterampilan kolaborasi merupakan keterampilan yang membuat siswa


berinteraksi, berbagi pengetahuan, berbagi keterampilan, bekerjasama satu
sama lain melalui suatu pemecahan masalah yang dihadapi secara bersama-
sama untuk mencapai tujuan tertentu (So & Brush, 2008). Keterampilan
kolaborasi dalam pembelajaran dapat dilatihkan oleh guru sebagai upaya
untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran agar siswa
cenderung aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Yin, Abdullah, dan
Alazidiyeen (2011) keterampilan kolaborasi serta keterampilan berpikir kritis
dapat dilatihkan pada siswa secara bersamaan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menstimulus kemampuan berpikir kritis serta keterampilan kolaboratif siswa
yaitu pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran dimana


permasalahan yang autentik dan bermakna disuguhkan kepada peserta didik
untuk menjadi suatu awal titik landasan bagi siswa untuk menstimulus
kemampuan berpikir, keterampilan penyelidikan serta keterampilan
mengatasi masalah. Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta
didik yang melatihkan peserta didik untuk melakukan penelitian,
mengintegrasikan teori dan praktik, serta menerapkan pengetahuan dan
keterampilan untuk mengembangkan solusi yang layak untuk masalah yang
ditentukan (Savery, 2015).

Selain mengenai keterampilan dalam pembelajaran, abad 21 juga erat


kaitannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi digital
pada abad 21 begitu pesat dan sangat berpengaruh dalam berbagai aspek
kehidupan baik sosial, ekonomi, budaya maupun aspek pendidikan. Vockley
(2007) menyatakan pembelajaran pada abad 21 sangat erat kaitannya dengan
teknologi digital. Pengaruh global menuntut dunia pendidikan untuk
3

senantiasa menyesuaikan perkembangan teknologi dengan upaya peningkatan


mutu pendidikan, terutama untuk menyesuaikan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi di bidang pendidikan khususnya dalam proses
pembelajaran. Perkembangan teknologi pendidikan juga memberikan
kemudahan proses pembelajaran terlebih saat masa pandemi Covid 19.

Pada masa pandemi Covid 19 pemerintah Indonesia memberikan kebijakan


untuk melaksanakan pembelajaran secara jarak jauh atau dalam jaringan
(daring) guna mencegah penyebaran virus. Beda halnya dengan
pembelajaran secara luar jaringan (luring), pembelajaran secara daring tidak
mudah untuk dilakukan. Selain fasilitas dan sumber daya yang harus tersedia,
kemandirian belajar juga perlu ditekankan. Sejalan dengan hal tersebut,
diperlukan sebuah alternatif media pembelajaran dimana siswa mampu
belajar secara aktif dan mandiri. Salah satu media pembelajaran alternatif
yang sedang berkembang di era industri 4.0 adalah multimedia interaktif.

Menurut Diefenbach & Butz (2004) multimedia interaktif merupakan sebuah


media pembelajaran berbasis multimedia (bisa berupa gambar, suara, video
atau animasi) dimana pengguna dapat mengontrolnya secara mandiri dan
terjadi respon timbal balik antara pengguna dan alat. Penggunaan multimedia
interaktif dalam pembelajaran dapat memudahkan proses pembelajaran dalam
penyampaian informasi karna dapat diakses dengan mudah, individual, dan
dapat digunakan terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran
(Leow & Neo, 2014). Salah satu bentuk multimedia interaktif yang dapat
digunakan sebagai bahan ajar dalam suatu proses pembelajaran yakni e-
modul.

E-modul merupakan modifikasi dari modul konvensional yang disusun secara


sistematis, berisikan kumpulan materi pelajaran, dilengkapi dengan tugas,
latihan atau bahan evaluasi, serta bahan pendukung lainnya untuk menunjang
proses pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu. Pembuatan e-modul
memanfaatkan teknologi informasi berupa media yang mendukung dalam
pembuatannya yaitu Canva. Canva merupakan sebuah tool yang dapat
4

digunakan dalam pembuatan e-modul dikarenakan memiliki fasilitas


multimedia (gambar, animasi, audio dan video) di dalamnya serta dapat
menambahkan fasilitas tes atau evaluasi interaktif sehingga siswa lebih dapat
berinteraksi dengan sumber belajarnya sehingga e-modul yang dikembangkan
bersifat menarik dan interkatif.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada guru di SMAN 3 Bandarlampung,


SMA 2 Muhammadiyah, SMAN 2 Banjit, SMA Bhakti Baradatu menyatakan
bahwa guru fisika di sekolah masih memiliki kendala terhadap pembelajaran
fisika materi gelombang bunyi. Adapun beberapa faktor yang menjadi
kendala yaitu tekait bahan ajar yang digunakan serta keterbatasan alat untuk
melakukan praktikum. Bahan ajar yang guru gunakan masih berupa buku
cetak dan tidak mengadakan praktikum pada materi gelombang bunyi terlebih
pada masa pandemi. Guru menyatakan bahwa siswa masih kurang dalam
memahami materi gelombang bunyi pada materi pokok cepat rambat
gelombang bunyi serta intensitas dan taraf intensitas bunyi dikarenakan
materi yang abstrak dan bahan ajar yang digunakan belum mengarahkan
kepada fenomena gelombang bunyi pada kehidupan sehari-hari. Kurangnya
representasi secara visual di dalam bahan ajar juga menjadi salah satu faktor
kesulitan dalam membelajarakan gelombang bunyi.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas dari hasil


wawancara mengenai keterbatasan bahan ajar yang digunakan oleh beberapa
guru dalam membelajarkan fisika pada materi gelombang bunyi, maka
peneliti bermaksud untuk mengembangkan bahan ajar berupa e-modul yang
dapat menstimulus kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaborasi
sebagai salah satu solusi pembelajaran melalui penelitian yang berjudul
“Pengembangan E-modul Berbasis Problem Guna Melatihkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Keterampilan Kolaboratif Siswa pada Materi Gelombang
Bunyi”.
5

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini, yaitu:
1. Bagaimana e-modul berbasis problem yang valid untuk melatihkan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif siswa pada
materi gelombang bunyi?
2. Bagaimana kepraktisan e-modul berbasis problem untuk melatihkan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif siswa pada
materi gelombang bunyi?
3. Bagaimana keefektifan e-modul berbasis problem untuk melatihkan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif siswa pada
materi gelombang bunyi?

1.3 Tujuan Penelitian


Tuj uan dari penelitian pengembangan ini, yaitu:
1. Mendeskripsikan e-modul berbasis problem untuk melatihkan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif siswa pada
materi gelombang bunyi yang valid.
2. Mendeskripsikan kepraktisan e-modul berbasis problem untuk
melatihkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif
siswa pada materi gelombang bunyi.
3. Mendeskripsikan keefektifan e-modul berbasis problem untuk
melatihkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif
siswa pada materi gelombang bunyi.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang didapatkan dari penelitian pengembangan ini adalah e-modul
berbasis problem yang dikembangkan dapat menjadi media penunjang
pembelajaran fisika bagi guru pada materi gelombang bunyi untuk melatihkan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif siswa.
6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup dalam penelitian pengembangan ini sebagai berikut:
1. Materi yang digunakan pada dalam e-modul adalah Gelombang Bunyi
terdiri dari materi Cepat Rambat Gelombang Bunyi, Sumber Bunyi
Dawai, Resonansi Bunyi, Pipa Organa Terbuka, Pipa Organa
Tertutup, Efek Doppler, Intensitas Bunyi, Taraf Intensitas Bunyi.
2. Kevalidan produk ditinjau dari aspek desain dan konstruk.
3. Kepraktisan produk dinilai dari dua aspek yakni keterbacaan oleh
siswa dan aspek persepsi guru mengenai kesesuaian aktivitas problem
pada e-modul.
4. Keefektifan produk dinilai dari respon siswa terhadap kemampuan
berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif yang dilatihkan setelah
menggunakan e-modul.
5. Aplikasi yang digunakan dalam mengembangkan e-modul adalah
Canva.
7

II. TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoretis


2.1.1 Multimedia
Penerapan multimedia dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai
pengalaman belajar yang melibatkan lebih dari satu media yang
digunakan untuk menyampaikan, mengatur dan menyajikan kegiatan
pembelajaran. Menurut Sadaghiani (2011) multimedia merupakan
peralatan pembelajaran yang mencakup narasi, animasi, papan tulis,
kertas, dan buku, serta video dan film yang disempurnakan dengan
teknologi yang menyatukan konsep dan disampaikan melalui internet.
Sejalan dengan hal tersebut Amine, Benachaiba, & Guemide (2012)
menyatakan program multimedia merupakan sebuah kombinasi teks,
audio, video, dan grafik animasi dengan cara yang mudah digunakan.
Multimedia menurut Nusir et al., (2012) mengacu pada informasi yang
dimediasi komputer yang disajikan secara bersamaan di lebih dari satu
media. Multimedia terdiri dari beberapa, tetapi tidak harus semua, dari
elemen berikut: teks; gambar diam; grafis gerak; animasi; hypermedia;
foto; video; audio.

Menurut Kamat & Shinde (2008) dengan menggunakan multimedia


interaktif, siswa akan menjadi aktif dalam pengalaman tidak hanya
melihat dan mendengar pesan, tetapi juga berinteraksi dengannya.
Multimedia memungkinkan pembelajaran melalui eksplorasi, penemuan,
dan pengalaman. Dengan multimedia, proses pembelajaran dapat menjadi
lebih berorientasi pada tujuan, lebih partisipatif, fleksibel dalam ruang dan
waktu, tidak terpengaruh oleh jarak, dan disesuaikan dengan gaya belajar
8

individu serta dapat meningkatkan kolaborasi antara guru dan siswa.


Multimedia memiliki beberapa fitur yang dapat memudahkan dan
menarik bagi siswa. Berdasarkan beberapa pendapat diatas multimedia
merupakan media elektronik yang menyajikan materi video, gambar, teks,
animasi dan audio yang tidak hanya dapat dilihat oleh siswa namun juga
dapat didengar dan juga merangsang respon aktif siswa.

Multimedia interaktif yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa


e-modul berbasis problem yang didalamnya memuat berbagai komponen
seperti teks, gambar, video, dan tombol button. Multimedia interaktif ini
dikembangkan menggunakan aplikasi Canva sehingga dapat diakses
dengan mudah dimana dan kapan saja melalui link yang dibagikan.
Penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran di sekolah
diharapkan dapat menstimulus pikiran, perasaan, minat,serta perhatian
siswa sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal. Penggunaan
multimedia dalam bentuk media elektonik dapat digunakan untuk
pembelajaran dalam jaringan maupun pembelajaran luar jaringan.

2.1.2 E-learning
E-learning adalah sistem pembelajaran yang memanfaatkan media
elektronik sebagai alat untuk membantu kegiatan pembelajaran.
E-learning menurut didefinisikan sebagai instruksi yang disampaikan
melalui perangkat digital seperti komputer, laptop, tablet, atau
smartphone yang dimaksudkan untuk mendukung pembelajaran (Clark &
Mayer, 2016). E-learning menurut Pituch & Lee (2006)adalah suatu
sistem yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan materi instruksional
(melalui audio, video, dan teks), email, sesi obrolan langsung, diskusi
online, forum, kuis dan tugas, dan World Wide Web (WWW).
Pembelajaran menggunakan sistem e-learning dapat dilakukan pada
waktu yang sama (synchronously) atau pada waktu yang berbeda
(asynchronous).
9

E-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk


mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan (Rosenberg, 2001). Menurut Tavangarian (2004)
e-learning adalah bentuk pembelajaran dan pengajaran yang didukung
elektronik, yang bersifat prosedural dan bertujuan untuk mempengaruhi
konstruksi pengetahuan dengan mengacu pada pengalaman individu,
praktik dan pengetahuan siswa. Sistem informasi dan komunikasi, baik
berjejaring maupun tidak, berfungsi sebagai media khusus untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Sistem e-learning menyediakan
berbagai alat bantu instruksional dan metode komunikasi, dan
menawarkan fleksibilitas yang tinggi kepada siswa mengenai waktu dan
tempat pengajaran. Akibatnya, sistem e-learning ini dapat
mengakomodasi dengan lebih baik kebutuhan siswa yang secara geografis
tersebar dan memiliki jadwal yang bertentangan.

Ciri-ciri pembelajaran e-learning secara khusus menurut Clark & Mayer


(2016) adalah sebagai berikut: 1) menyimpan atau mentransmisikan
pelajaran dalam bentuk elektronik di drive eksternal, memori internal atau
eksternal lokal, atau server di internet atau intranet 2) menyertakan konten
yang relevan dengan tujuan pembelajaran 3) menggunakan elemen media
seperti kata dan gambar untuk menyampaikan materi 4) menggunakan
metode instruksional seperti contoh, latihan, dan umpan balik untuk
mempromosikan pembelajaran 5) memungkinkan pembelajaran langsung
berpusat pada guru (synchcronous e-learning) atau didesain untuk
pembelajaran mandiri (asynchronous e-learning) 6) membantu pelajar
membangun pengetahuan dan keterampilan baru yang terkait dengan
individu tujuan pembelajaran atau untuk meningkatkan kinerja organisasi

Proses pembelajaran e-learing biasanya diakukan dari jarak yang jauh


menggunakan koneksi internet dalam pengaplikasianya sehingga guru
tidak harus bertatap muka secara langsung dengan siswanya. E-learning
biasanya menggunakan softwere untuk menghubungkan antara guru dan
siswa melalui sebuah ruang belajar online. Pada penerapanya, proses
10

pembelajaran berbasis e-learning menuntut siswa untuk belajar secara


mandiri mengikuti alur yang telah ditetapkan oleh guru. Hal ini
mempercepat siswa untuk memahami mata pelajaran yang sedang mereka
pelajari di internet dengan e-learning tersebut. Hal ini tentu juga sangat
bermanfaat dalam proses pembelajaran terlebih pada masa pandemi yang
mengharuskan pembelajaran secara daring.

Berdasarkan pemaparan diatas e-learning yang dimaksud dalam


penelitian ini merupakan suatu sistem pembelajaran yang menggunakan
media elektronik berupa e-modul yang memanfaatkan teknologi informasi
dan komputer. E-modul ini dirancang untuk kemudahan pengakses secara
online agar dapat digunakan dalam pembelajaran secara synchronous
maupun asynchronous sehingga menciptakan lingkungan belajar yang
flexible dan distributed. Penggunaan e-learning dapat membantu guru
dalam proses pembelajaran, terlebih saat ini pembelajaran difokuskan
kepada pembelajaran yang bersifat student centered. Pembelajaran
menggunakan e-learning dapat memudahkan siswa dalam mengakses
berbagai pelajaran yang diajarkan oleh guru dengan suasana yang lebih
nyaman dan guru bisa menjadi fasilitator.

2.1.3 Elektronik Modul/E-modul


E-modul merupakan materi pembelajaran yang dirancang secara
sistematis berdasarkan kurikulum tertentu, dikemas dan ditampilkan
menggunakan perangkat elektronik seperti komputer atau android
(Hamzah & Mentari, 2017). Menurut Priatna, Putrama, & Divayana
(2017) modul elektronik atau biasa disebut e-modul merupakan inovasi
terbaru dari modul pencetakan, dimana e-modul tersebut dapat diakses
menggunakan komputer yang berisi software yang mendukung akses
modul elektronik. E-modul menurut Suarsana (2013) merupakan modul
berbasis Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK), dibandingkan
dengan modul pencetakan, keunggulannya terletak pada fitur
interaktifnya, sehingga mudah dinavigasi, memungkinkan gambar, audio,
video dan animasi, serta dilengkapi dengan umpan balik langsung.
11

E-modul yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan media


pembelajaran lain Putra, Wirawan, & Pradnyana (2017) menyampaikan e-
modul memiliki keunggulan karena disajikan secara akurat dan jelas
dalam bentuk teks, gambar, permainan dan animasi sehingga siswa dapat
dengan mudah mempelajari dan memahami materi sistem komputer.
Adapun karakteristik E-modul menurut Wulansari, Katun & Suharsono
(2018) adalalah sebagai berikut. Karaktetristik E-modul sama dengan
karakteristik modul yaitu selfinstruction, selfcontained, standalone,
adaptif dan userfriendly.
Tabel 1. Karakteristik e-modul
Karakteristik e-modul Keterangan
Self instruction instruksi yang jelas agar siswa mudah dalam
menggunakan dan mengetahui tujuan
pembelajaran apa yang harus dicapai
Self contained materi-materi pelajaran yang disajikan dalam
e-modul lengkap sehingga siswa dapat
mempelajari materi secara koprehensip.
Stand alone E-modul pembelajaran yang bersifat mandiri,
dengan kata lain tidak bergantung pada bahan
ajar lain, atau tidak memerlukan alat
pendukung lain saat digunakan.
Adaptif E-modul pembelajaran memiliki daya
adaptasi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi.
Userfriendly menggunakan bahasa sederhana dan mudah
dimengerti serta menggunakan istilah-istilah
yang umum digunakan

Penggunaan e-modul dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013


yang mengamanatkan pembentukan karakter siswa sebagai pribadi
pembelajar, yang mampu menggali sendiri berbagai sumber belajar untuk
menjawab rasa keingin tahuannya. Pada kondisi ini guru diharapkan
memposisikan diri sebagai fasilitator yang berfungsi membantu siswa
dalam proses belajarnya. Peranan guru sebagai fasilitator pada proses
pembelajaran, diharapkan mampu menciptakan suasana proses belajar
dengan memberikan berbagai alternatif media dan sumber belajar siswa.
12

Berdasarkan pemaparan diatas e-modul yang dimaksud dalam penelitian


ini adalah e-modul yang dibuat sebagai media pembelajaran interaktif
dalam bentuk digital yang disusun secara sistematis, memuat materi
pembelajaran yang didalamnya memuat berbagai fitur seperti gambar,
video, audio dan desain yang menarik serta memiliki kemudahan dalam
pengaksesan. Kegiatan pembelajaran dalam e-modul disusun berdasarkan
kegiatan berbasis problem yang disesuaikan dengan indikator kemampuan
berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif.

2.1.4 Teori Konstruktivisme Sosial


Konstruktivistik sosial merupakan pendekatan realistik yang menekankan
aktivitas belajar dalam suatu komunitas yang sangat kontekstual dan
spesifik (Woolfolk Hoy & Murphy, 2001). Pembelajaran dalam
pandangan konstruktivis sosial melibatkan proses pengembangan pribadi
dan sosial. Menurut Rasmussen ( 2001) konstruktivisme sosial dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran kolaboratif, komunitas praktik,
pengajaran timbal balik, meimplentasikan pengetahuan, keahlian yang
terdistribusi di kelas karena hal tersebut merupakan upaya untuk
mendukung pembelajaran siswa melalui lingkungan sosial mereka.
Pemahaman baru dapat terbentuk dari situasi yang ada dalam komunitas
tersebut.

Paham konstruktivis sosial menekankan bahwa pengetahuan tidak dapat


dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya,
bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur
pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.
Relasi yang terbangun adalah guru hanyalah berfungsi sebagai mediator,
fasilitor dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya
konstruksi pengetahuan pada diri siswa. Peran guru dalam pembelajaran
yaitu harus menciptakan banyak kesempatan bagi murid untuk belajar
dengan guru dan teman sebaya dalam mengkonstruksi pengetahuan
bersama.
13

Berdasarkan penjabaran diatas pembelajaran berdasarkan konstruktivis


sosial memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan
penjelasan tentang gagasannya. Pembelajaran konstruktivis sosial juga
memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini
dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi
tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang
tepat. Hal ini dapat membantu guru dalam meningkatkan atau melatihkan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif siswa.

Berdasarkan teori konstruktivisme sosial, pembelajaran dikelas menjadi


lingkungan pembelajaran yang bersifat student centered, dimana siswa
akan lebih aktif dalam pembelajaran dan guru menjadi fasilitator.
Kegiatan yang ada dalam e-modul melibatkan siswa dalam mengamati
dan mengidentifikasi permasalahan dalam fenomena yang ada pada
kehidupan sehari-hari. Selain mengidentifikasi masalah, siswa juga
berdiskusi dalam membuat hipotesis dan rumusan masalah. Kegiatan
selanjutnya yaitu siswa secara berkelompok dalam melakukan percobaan,
menganalisis hasil percobaan dan menyimpulkan hasil. Melalui kegiatan
berbasis masalah dalam e-modul, siswa dapat membangun tingkat
pemahaman dan interaksi sosial siswa sehingga diharapkan dapat
melatihkan kemapuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif siswa.

2.1.5 Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang
menempatkan siswa pada lingkungan belajar yang bermakna yang
menitikberatkan pada pemecahan masalah dalam situasi nyata (Lou et al.,
2011). Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
dapat membantu siswa menemukan masalah dari kejadian nyata,
mengumpulkan informasi melalui strategi yang ditentukan sendiri untuk
membuat keputusan pemecahan masalah, kemudian mengusulkannya
dalam bentuk ekspresi (Afcariono, 2008). Menurut Marra et al., (2014)
14

pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang


mendorong semua pembelajaran melalui pemecahan masalah otentik.

Karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah menurut Newman


(2005) adalah (1) guru sebagai fasilitator (2) menggunakan proses tutorial
dalam memfasilitasi pembelajaran (3) menggunakan masalah kontekstual
untuk menstimulasi pembelajaran (4) belajar pada kelompok kecil.
Pembelajaran berbasis masalah dapat membantu siswa dalam
memperkaya atau meningkatakan kemampuan kognitif dan daya kritis
siswa terutama dalam bidang kemandirian dalam praktek, kemandirian
intelektual, dan kemandirian emosi.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan yang


menggunakan sebuah permasalahan yang terjadi dikehidupan sehari-hari
sebagai titik awal pembelajaran yang diselesaikan dengan pengetahuan
yang di dapat siswa juga pengetahuan baru. Upaya dalam menyelesaikan
masalah tersebut, siswa memerlukan pengetahuan baru agar siswa
akhirnya dapat menemukan konsep matematis secara mandiri. Dalam
pembelajarannya, siswa diharapkan membentuk suatu pengetahuan baru
berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan dibimbing dan
diarahkan guru.

Kegiatan yang digunakan dalam e-modul yang dikembangkan pada


penelitian ini menggunakan karakteristik pembelajaran berbasis masalah
menurut Newman (2005) yakni guru sebagai fasilitator, menggunakan
proses tutorial dalam memfasilitasi pembelajaran, menggunakan masalah
kontekstual untuk menstimulasi pembelajaran, belajar pada kelompok
belajar kecil. Adapun beberapa aktivitas pada pembelajaran berbasis
masalah yaitu: mengedentifikasi dan merepresentasikan permasalahan,
membuat hipotesis dan rumusan maslaah berdasarkan masalah yang telah
diidentifikasi, memilih metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan
masalah, mengimplementasikan strategi berdasarkan metode yang dipilih,
mendiskusikan dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
15

2.1.6 Keterampilan Berpikir Kritis


Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang perlu
dikembangkan siswa berdasarkan pengalaman yang mereka miliki dan
juga pengetahuan yang baru di dapat melalui sebuah permasalahan.
Berpikir kritis menurut Chukwuyenum (2013) merupakan upaya
seseorang untuk mengumpulkan, menafsirkan, menganalisis, dan
mengevaluasi informasi untuk tujuan mencapai kesimpulan yang andal
dan valid. Memerlukan sebuah upaya nyata dari siswa untuk mencapai hal
tersebut. Dalam pencapaian berpikir kritis siswa harus melibatkan
penalaran logis dan mampu untuk memisahkan fakta dari opini,
memeriksa informasi secara kritis dengan bukti sebelum menerima atau
menolak ide dan pertanyaan terkait dengan masalah yang dihadapi.

Berpikir kritis Menurut Nafiah & Suyanto (2014) merupakan proses


merumuskan alasan secara tertib, aktif dan terampil dari upaya
penyusunan konsep, pengaplikasian, analisis, integrasi atau evaluasi
sebuah informasi yang kemudian dikumpulkan melalui proses
pengamatan, pengalaman, refleksi, pemberian alasan atau komunikasi
sebagai dasar dalam menentukan tindakan. Keterampilan berpikir kritis
perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran. Weiler (2005)
berpendapat berpikir kritis sangat penting untuk proses pembelajaran,
perkembangan kognitif, dan pencarian informasi yang efektif. Berpikir
kritis adalah proses metakognitif yang dibutuhakan siswa untuk
merefleksikan proses berpikirnya.

Siswa perlu untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis agar dapat


menghadapi berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupan
bermasyarakat maupun personal. Zetriuslita, Ariawan, & Nufus (2016)
berpendapat dengan berpikir kritis, siswa dapat memahami masalah
dengan baik, membuat rencana pemecahan masalah, dan membuat
alternatif penyelesaian masalah secara lebih praktis, oleh karena itu siswa
yang memiliki keterampilan berpikir kritis diharapkan dapat mencapai
kualitas penyelesaian masalah yang baik. Menurut Facione (2011) siswa
16

dikatakan mampu berpikir kritis ketika siswa dapat mengatur diri sendiri
sehingga menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, serta
penjelasan tentang pertimbangan bukti, konseptual, metodologis, kritis,
atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian itu.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat didefinisikan keterampilan


berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir pada tingkat tinggi secara
jelas dan rasional dengan cara menganalisis, menilai dan mengembangkan
pemikiran untuk memecahkan suatu permasalahan. Oleh karena itu,
hendaknya pembelajaran dikelas ditekankan pada keterampilan berpikir
kritis dengan harapan siswa dapat memeperoleh pengalaman belajar yang
menyenangkan dan bermakna.

Indikator berpikir kritis yang digunakan pada penelitian ini yang


dikemukakan oleh Facione (2011) yaitu interpretation, analysis,
inference, explanation, evaluation dan self regulation.

Tabel 2. Indikator Berpikir Kritis yang Digunakan dalam Penelitian


No Kegiatan Indikator yang dilatihkan
1 Mengamati video mengenai Interpretation, Anaysis dan
fenomena cepat rambat bunyi Explanation.
untuk mengidentifikasi masalah
2 Membuat hipotesis dan rumusan Anaysis dan Inference.
masalah berdasarkan masalah
yang telah diidentifikasi
3 Membuat desain rancangan Inference dan Evaluation.
percobaan, melakukan
percobaan secara berkelompok
dan menulis langkah percobaan.
4 Menganalisis hasil pengamatan Interpretation, Explanation
dan menuliskan data hasil dan Selfregulation
percobaan
5 Membuat kesimpulan Explanation, Evaluation dan
berdasarkan hasil pengamatan Selfregulation

2.1.7 Keterampilan Kolaboratif


Keterampilan kolaborasi merupakan salah satu keterampilan yang harus
dimiliki siswa saat ini. Menurut Laa, Laal & Kermanshasi (2012)
17

kolaborasi merupakan proses interaksi antara siswa untuk mencapai


tujuan bersama, dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan. Kolaborasi melibatkan hubungan baru antara dua atau
lebih untuk mengaitkan, bekerja sama, berkonsultasi, mengoordinasikan,
menempatkan bersama, membangun kelompok dan membuat keputusan
bersama (Lawson, 2004). Kegiatan berkolaborasi dengan orang lain
menurut Redhana (2019) berpendapat meliputi (1) mampu bekerja secara
efektif dan menghargai anggota tim yang berbeda, (2) menunjukkan
fleksibilitas dan keinginan untuk menjadi orang yang berguna dalam
melakukan kompromi untuk mencapai tujuan umum, dan (3) memikul
tanggung jawab dalam pekerjaan kolaboratif dan menghargai kontribusi
dari setiap anggota tim.

Goulet, Krentz, & Christiansen (2003) menyatakan kolaborasi melibatkan


kerjasama orang dan kelompok untuk tujuan yang sama. Kolaborasi
sebagai keterampilan dalam konteks pendidikan mungkin didasarkan pada
pada praktik yang lebih dikenal: dalam tiga C yaitu consultation
(konsultasi), collegiality (kolegialitas), dan cooperation (kerja sama).
Yang dimaksud dengan consultation (konsultasi) adalah menyampaikan
argumentasi, mencari atau memberi informasi atau masukan, atau berbagi
pengalaman. Sedang collegiality (kolegialitas) merupakan menghargai
pegetahuan, pengalaman dan pendapat orang lain. Dan cooperation (kerja
sama) merupakan tindakan menyepakati tujuan bersama dan bekerja sama
untuk mewujudkannya.

Ciri-ciri kolaborasi menurut Greenstein (2012:28) yaitu :1) bekerja secara


produktif bersama teman sekelompok; 2) berpartisipasi dan berkontribusi
secara secara aktif; 3)seimbang dalam mendengar dan berbicara, menjadi
yang utama dan menjadi pengikut dalam kelompok; 4) menunjukkan
fleksibilitas dan berkompromi; 5) bekerja secara kolega dengan berbagai
tipe orang; 6) menghormati ide-ide orang lain; 7) menunjukkan
keterampilan pengambilan satu pandangan atau perspektif; 8) menghargai
kontribusi masing-masing anggota kelompok;9) berpartisipasi secara
18

hormat dalam diskusi, debat, dan perbedaan pendapat; 10) berkomitmen


untuk mendahulukan tujuan kelompok; 11) mempertimbangkan
kepentingan dan kebutuhan kelompok yang lebih besar; 12) bekerja sama
untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan ide-ide dan produk baru;
13) bertanggung jawab bersama untuk menyelesaikan pekerjaan.
berkontribusi dalam kelompok untuk tuntutan konfllik.

Berdasarkan pemaparan diatas keterampilan kolaborasi merupakan


keterampilan yang membuat siswa bekerjasama satu sama lain melalui
suatu pemecahan masalah yang dihadapi secara bersama-sama. Dalam
meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa harus menjadi pendengar
yang aktif, mengutarakan argumen, menghormati satu sama lain. Melalui
berkolaborasi,siswa diharap mampu memiliki keterampilan bekerjasama
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Indikator keterampilan kolaboratif
yang digunakan yaitu research information and sharing, listening
questioning and discussing, dependability and shared responsibility, dan
problem solving.Indikator keterampilan kolaboratif tersebut dilatihkan
pada setiap kegiatan yang ada di e-modul berbasis problem yang
dikembangkan dalam penelitian ini.

Tabel 3. Indikator Kolaboratif yang Digunakan dalam Penelitian


No Kegiatan Indikator yang dilatihkan
1 Mengamati video mengenai Dependability and Shared
fenomena cepat rambat bunyi Responsibility dan Listening
untuk mengidentifikasi masalah Questioning and Discussing.
2 Membuat hipotesis dan Dependability and Shared
rumusan masalah berdasarkan Responsibility dan Listening
masalah yang telah Questioning and Discussing.
diidentifikasi
3 Membuat desain rancangan Dependability and Shared
percobaan, melakukan Responsibility, Reseacrh and
percobaan secara berkelompok Information Sharing dan
dan menulis langkah percobaan Problem Solving.
4 Menganalisis hasil pengamatan Dependability and Shared
dan menuliskan data hasil Responsibility, Listening
percobaan Questioning and Discussing
dan Problem Solving
5 Membuat kesimpulan Dependability and Shared
berdasarkan hasil pengamatan Responsibility.
19

2.1.8 Gelombang Bunyi


Gelombang bunyi merupakan salah satu materi dalam ilmu fisika. Fisika
cenderung dinilai sulit oleh siswa dikarenakan sifatnya yang abtrak dan
sulit dipahami. Terlebih pada materi yang tak bisa diindra secara langsung
seperti gelombang bunyi. Kurangnya motivasi guru dalam menggunakan
beberapa metode pembelajaran dan juga bahan ajar atau alat peraga dalam
pembelajaran fisika menjadi salah satu faktor kurang maksimalnya tujuan
yang dicapai dalam pembelajaran.

Terdapat penelitian yang menyatakan faktor-faktor yang membuat materi


gelombang bunyi dianggap sulit bagi siswa. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Imiati, Purwaningsih & Sulur (2016) menyatakan salah
satu penyebabnya dikarenakan beberapa siswa merasa kesulitan
memahami buku gelombang yang digunakan. Siswa menyatakan buku
yang digunakan kurang menyajikan fenomena atau demonstrasi di awal
materi dan kurang menyajikan praktikum serta pertanyaan yang menggali.
Kemudian 100% siswa menyatakan buku yang digunakan belum
menyajikan animasi dan video yang terkait dengan topik gelombang 50%
siswa menyatakan soal konseptual dalam buku kurang menggali
pemahamannya.

Berdasarkan penjelasan mengenai faktor kesulitan gelombang bunyi baik


berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan ataupun hasil penelitian
yang dilihat dari penelitian lain terdapat beberapa faktor kesulitan dalam
membelajarkan fisika materi gelombang bunyi. Faktor-faktor kesulitan
pada materi gelombang bunyi yang telah dipaparkan pada dijadikan
sebagai acuan untuk membuat e-modul untuk menutupi kekurangan dalam
membelajarkan materi gelombang bunyi. Seperti faktor kurangnya
representasi secara visual, kurangnya contoh pada kehidupan sehari-hari,
minimnya alat untuk melakukan praktikum dan sebagainya. Sehingga
dalam e-modul yang dikembangkan, dibuat e-modul yang memuat
gambar, video, percobaan sederhana, dan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menggali pemahaman siswa
20

2.2 Penelitian yang Relevan


Adapun beberapa penelitian yang relevan terhadap penelitian ini adalah
sebagai berikut.

Tabel 4. Penelitian yang Relevan

No Nama Peneliti /
Judul / Nama Metode Hasil Penelitian
Jurnal / Sumber
1 Nikita P. M., Jenis penelitian Produk yang dihasilkan
Leksmono, A. D yang digunakan dalam penelitian ini
& Harijanto A., / adalah penelitian berupa E-Modul Fluida
Pengembangan E- pengembangan. Dinamis pada pokok
modul Materi Penelitian metode bahasan fluidadinamis
Fluida Dinamis campuran termasuk layak digunakan. Emodul
untuk kuantitatif dan data Fluida Dinamis
Meningkatkan kualitatif dikategorikan sangat
Keterampilan positif sebesar 91,81%
Berpikir Kritis yang artinya siswa
Siswa SMA Kelas merespon sangat positif
XI/ Jurnal terhadap e-modul fluida
Pembelajaran dinamis. Selain itu,
Fisika, keteramppilan berfikir
Universitas kritis siswa meningkat
Jember Vol 7 No setelah adanya produk
2, Hal 175-180. pengembangan E-Modul
(2018) Fluida Dinamis
dikategorikan meningkat
yaitu 0,81.
2 Sari, d. s. & & Metode penelitian Hasil penelitian ini
Sugiyarto, K. H / yang digunakan menunjukkan bahwa
Pengembangan yaitu penelitian dan multimedia berbasis
Multimedia pengembangan masalah yang
Berbasis Masalah atau research and dikembangkan untuk
untuk development aspek pembelajran, materi,
Meningkatkan (R&D) tampilan media dan
Motivasi Belajar pemrogaman terkategori
dan Keterampilan baik. Penggunaan
Berpikir Kritis multimedia berbasis
Siswa / Jurnal masalah dalam
Inovasi pembelajaran mampu
Pendidikan IPA, meningkatkan motivasi
Universitas Negri dan keterampilan berpikir
Yogyakarta Vol 1 kristis siswa
No 2 Hal 153-166
(2015)
21

No Nama Peneliti /
Judul / Nama Metode Hasil Penelitian
Jurnal / Sumber
3. Nurhayati D. I. Metode Hasil penelitian ini adalah
Yulianti, D., & penelitian yang pengembangan bahan ajar
Mindyarto, B. N. digunakan adalah berbasis problem based
/ Bahan Ajar metode learning. Bahan ajar yang
Berbasis Problem penelitian dan dikembangkan terdiri dari
Based Learning pengembangan tiga bagian yakni bagian
pada Materi (Research and pendahuluan, terdiri atas
Gerak Lurus Development). halaman depan, kata
untuk Penelitian ini pengantar, daftar isi,
Meningkatkan menggunakan petunjuk penggunaan
Keterampilan desain yang bahan ajar, peta konsep,
Komunikasi dan dikemukakan oleh kompetensi dasar dan
Kolaborasi Siswa Thiagarajan dengan indikator. Bagian isi berisi
/ Unnes Physic 4 tahapan yaitu tujuan pembelajaran,
Education Journal define, design, apersepsi materi yang
Vol 8 No 2 Hal development dan berkaitan dengan kegiatan
209-218 dissemination. sehari-hari dan simulasi
untuk menemukan konsep.
Bagian penutup bahan ajar
terdiri dari rangkuman,
evaluasi, dan daftar
pustaka.

Beberapa penelitian diatas merupakan penelitian yang relevan dengan


penelitian pengembangan yang dilakukan oleh peneliti. Adapun kebaruan
dari penelitian ini adalah penelitian ini mengembangkan e-modul berbasis
problem dimana penelitian ini menggunakan aktivitas pembelajaran berbasis
masalah yang disesuaikan dengan indikator keterampilan berpikir kritis siswa
sekaligus indikator keterampilan kolaboratif siswa. Pembuatan e-modul ini
menggunakan media Canva yang memiliki banyak fitur seperti gambar,
video, animasi, dan lain sebagainya. Desain penelitian pengembangan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Desugn and Development
Research (DDR). E-modul berbasis problem yang dikembangkan ini juga
diharapkan dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis sekaligus
keterampilan kolaboratif siswa.
22

2.3 Kerangka Pemikiran


Kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif sangat perlu
dilatihkan dalam proses pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan kolaboratif dapat dilatihkan melalui kegiatan pembelajaran
yang aktif salah satunya yakni kegiatan pembelajaran berbasis masalah yang
menyajikan berbagai kesempatan untuk menstimulus berpikir kritis dan
kolaboratif antar siswa. Kegiatan pembelajaran berbasis masalah yang ada di
e-modul menekankan pada pembelajaran yang berfokus pada siswa, dimana
siswa terutama bertanggung jawab untuk menentukan masalah dan
menyelesaikan permasalahannya. Kegiatan pembelajaran berbasis masalah
juga dapat mengajarkan siswa dalam bekerja secara berkelompok.

E-modul berbasis problem pada materi gelombang bunyi yang dikembangkan


diduga dapat melatihkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan
kolaboratif. Kegiatan dalam e-modul membangun pengetahuan siswa secara
sosial dengan belajar dalam kelompok kecil. Kegiatan pertama dalam e-
modul adalah mengamati video mengenai fenomena cepat rambat bunyi
untuk mengidentifikasi masalah. Pada kegiatan ini indikator berpikir kritis
yang dilatihkan adalah interpretation, anaysis dan explanation.Adapaun
keterampilan kolaboratif yang dilatihkan yakni dependability and shared
responsibility dan listening questioning and discussing.

Kegiatan kedua siswa dibimbing oleh guru untuk membuat hipotesis dan
rumusan masalah berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi secara
berkelompok. Pada kegiatan membuat hipotesis dan rumusan masalah
indikator berpikir kritis yang dilatihkan adalah anaysis dan inference.
Adapaun keterampilan kolaboratif yang dilatihkan yakni dependability and
shared responsibility dan listening questioning and discussing. Kegiatan
belajar yang ketiga yaitu membuat desain rancangan percobaan, melakukan
percobaan secara berkelompok dan menulis langkah percobaan. Pada
kegiatan ini indikator berpikir kritis yang dilatihkan adalah inference dan
evaluation. Adapaun keterampilan kolaboratif yang dilatihkan yakni
23

dependability and shared responsibility, reseacrh and information sharing


dan problem solving.

Kegiatan keempat dalam e-modul yakni siswa berdiskusi dalam menganalisis


hasil pengamatan dan menuliskan data hasil percobaan. Pada kegiatan ini
indikator berpikir kritis yang dilatihkan yaitu interpretation, explanation dan
selfregulation. Adapaun keterampilan kolaboratif yang dilatihkan yakni
dependability and shared responsibility, listening questioning and discussing
dan problem solving. Pada kegiatan kelima yakni siswa membuat kesimpulan
berdasarkan hasil pengamatan. Pada kegiatan ini indikator berpikir kritis
yang dilatihkan yaitu explanation, evaluation dan selfregulation. Adapaun
keterampilan kolaboratif yang dilatihkan yakni dependability and shared
responsibility.

Berdasarkan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi yang


dilakukan peneliti, diduga rendahnya kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan kolaboratif siswa karena tidak adanya suplemen ajar berupa
e-modul berbasis problem pada materi gelombang bunyi. Oleh karena itu,
e-modul berbasis problem yang dikembangkan diharapkan menjadi salah satu
penunjang pembelajaran yang dapat melatihkan kemampuan berpikir kritis
dan keterampilan kolaboratif bagi siswa. Berdasarkan uraian pemikiran,
diagram yang dapat menggambarkan lebih jelas mengenai kerangka
pemikiran disajikan pada Gambar 1.
24

1. Tuntutan abad 21 untuk melatihkan kemampuan berpikir kristis dan 1. Kemampuan berpikir kritis dan kolaboratif merupakan keterampilan yang perlu dicapai
kolaboratif. pada pembelajaran abad 21(Campbell, 2015).
2. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor terhambatnya proses 2. Kegiatan pembelajaran pada masa pandemi Covid 19 dapat diatasi dengan pembelajaran
pembelajaran secara online dengan memanfaat kan teknologi digital (Hafeez, Ajmal, & Kazmi, 2021)
3. Penggunaan bahan ajar fisika masih menggunakan media cetak 3. Multimedia pembelajaran yang bersifat interktif membuat instruksi pembelajaran lebih
4. Pembelajaran fisika di kelas masih berpusat pada guru efektif (Leo & Neo, 2014)
5. Bahan ajar yang digunakan belum cukup merepresentasikan secara audio dan 4. Pembelajaran yang bersifat student centered, menjadikan lingkungan belajar lebih efektif
visual terkait materi gelombang bunyi dalam mencapai tujuan pembelajaran(Wright, 2011)
6. Tidak melaksanan praktikum atau aktivitas lain untuk melatihkan kolaborasi 5. Penggunaan multimedia yang dilengkapi dengan audio dan video dapat membantu siswa
siswa dalam memahami instruksi dan informasi dari guru (Pun, 2013)
7. Belum tersedianya bahan ajar gelombang bunyi dengan kegiatan model yang 6. Pembelajaran pemecahan masalah secara berkelompok dapat menstimulus kemampuan
menstimulus kemampuan berikir kritis dan kolaboratif berpikir kritis dan kolaboratif serta membuat pembelajaran bersifat aktif (Yin, et al 2011)

Pengembangan e-modul berbasis problem untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis dan kolaboratif siswa pada materi gelombang bunyi

Kegiatan berbasis problem Keterampilan kolaboratif Kemampuan berpikir kritis Hasil


Aktivitas 1:
siswa mengamati video mengenai fenomena cepat
Dependability and Shared Interpretation
rambat bunyi untuk mengidentifikasi masalah
Responbility Hasil
Aktivitas 2: Kemampuan
Ill structured problem

siswa membuat rumusan masalah dan hipotesis Analysis


berdasarkan identifikasi masalah
berpikir kritis
Listening Questioning
dan
Aktivitas 3: and Discussing Infrerence
siswa membuat desain dan melakukan percobaan
keterampilan
sederhana mengenai pipa organa kolaboratif
Research and Information Explanation
Aktivitas 4:
terlatihkan
Sharing
siswa mendiskusikan hasil pengamatan pemecahan
masalah
Evaluation

Aktivitas 5: Problem solving


siswa menyimpulkan hasil percobaan yang Self-Regulation
dilakukan secara berkelompok

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

24
25

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian Pengembangan


Metode perancangan dan penelitian pengembangan atau Design and
Development Research (DDR) merupakan kajian sistematis dari suatu proses
berupa aktivitas merancang, mengembangkan dan mengevaluasi dengan
tujuan membangun dasar empiris untuk membuat produk, alat-alat dan model
yang dapat digunakan dalam pembelajaran ataupun non pembelajaran.
Pengembangan ini ditujukan untuk mengembangkan sebuah produk berupa
media pembelajaran yakni electronik modul (e-modul).

Pengembangan yang dilakukan yaitu pengembangan e-modul berbasis


problem berbantuan media Canva pada materi gelombang bunyi.
Pengembangan media pembelajaran yang dilakukan mengacu pada model
pengembangan yang dikembangkan oleh Richey & Klein (2014) dengan 4
tahapan. Tahapan multimedia tersebut meliputi: (1) tahap analysis/analisis;
(2) design/desain; dan (3) development /pengembangan; dan (4) evaluation
/evaluasi

3.2 Prosedur Pengembangan Produk


Pada tahapan dalam pengembangan multimedia memiliki 4 tahapan yakni
tahap analysis, tahap design, tahap development dan tahap evaluation .
Adapun bagan prosedur pengembangan produk adalah sebagai berikut:
26

Tahap 1: Analysis

1.Tuntutan abad 21 untuk meningkatkan 1. Kemampuan berpikir kritis dan kolaboratif merupakan
kemampuan berpikir kritis dan kolaboratif keterampilan yang perlu dicapai pada pembelajaran abad
2.Pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor 21 adalah (Campbell, 2015).
terhambatnya proses pembelajaran 2. Kegiatan pembelajaran pada masa pandemi Covid 19
3.Pembelajaran fisika masih berpusat pada guru dapat diatasi dengan pembelajaran secara online dengan
4.Materi gelomang bunyi umumnya diajarkan memanfaat kan teknologi digital (Hafeez, Ajmal, &
dengan metode ceramah dan menggunakan buku Kazmi, 2021)
cetak yang belum melatihkan kemampuan 3. Pembelajaran yang bersifat student centered, menjadikan
berpikir kritis dan kolaboratif siswa
1. Analysis lingkungan belajar lebih efektif dalam mencapai tujuan
5.Pembelajaran disekolah tidak melakukan pembelajaran (Wright, 2011)
praktikum pada materi gelombang bunyi sehingga 4. Multimedia pembelajaran yang bersifat interktif membuat
siswa belum terlatih berkolaborasi untuk
instruksi pembelajaran lebih efektif (Leo & Neo, 2014)
memecahkan masalah
6.Bahan ajar yang digunakan belum cukup 5. Penggunaan multimedia yang dilengkapi dengan audio
dan video dapat membantu siswa dalam memahami
merepresentasikan secara audio dan visual terkait
materi gelombang bunyi instruksi dan informasi dari guru (Pun, 2013)
7.Belum tersedianya bahan ajar gelombang bunyi 6. Pembelajaran berbasis masalah secara berkelompok dapat
dengan kegiatan model yang menstimulus menstimulus kemampuan berpikir kritis & kolaboratif
kemampuan berikir kritis dan kolaboratif membuat pembelajaran bersifat aktif (Yin, et al 2011)

Pengembangan E-Modul Berbasis Problem pada Materi Gelombang Bunyi

Tahap 2: Design

Tahap 3: Development

Valid Tidak

Ya

Uji Coba Kelompok Kecil

Kepraktisan Keefektifan

Keterbacaan Persepsi Guru Respon Siswa Soal

Tidak Tidak
Praktis Efektif

Tahap 4: Evaluation
Ya Ya

Produk Valid, Praktis dan Efektif

Gambar 2 Diagram Alur Penelitian


27

Keterangan:

: Kegiatan : Urutan

: Hasil : Siklus

: Pilihan

3.2.1 Analysis
Tahap awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis masalah dan
juga analisis kebutuhan. Analisis masalah merupakan tahapan yang sangat
penting untuk dilakukan. Pada tahapan menganalisis masalah diperlukan
ketelitian dalam mengamati dan mengidentifikasi berbagai penyebab
masalah agar dapat membuat alternatif solusi terhadap permasalahan
tersebut. Analisis yang dilakukan yaitu mengenai faktor-faktor kesulitan
dalam pembelajaran fisika pada materi gelombang bunyi dan juga
keterbatasan terkait bahan ajar atau alat yang digunakan selama proses
pembelajaran fisika. Analisis masalah didapat dengan melakukan
wawancara dengan guru mata pelajaran fisika dan juga hasil respon dari
angket yang dibagikan kepada siswa.

Setelah menganalasis berbagai faktor permasalahan dalam pembelajaran


tahapan selanjutnya yaitu analisis kebutuhan. Adapun analisis kebutuhan
merupakan tahapan yang diperlukan untuk mencari alternatif solusi yang
terbaik dan dapat digunakan sehingga menutupi keterbatasan terebut.
Solusi ini yang akan menentukan produk apa yang akan dikembangkan
sebagai bentuk implementasi penyelesaian masalah pembelajaran. Sama
halnya dengan analisis masalah, analisis kebutuhan didapat dengan
melakukan wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran fisika di
Provinsi lampung dan juga hasil respon dari angket kebutuhan yang
dibagikan kepada siswa kelas XII IPA.
28

3.2.2 Design
Setelah melakukan tahap analisis masalah dan juga analisis kebutuhan,
tahap selanjutnya adalah tahap design. Tahap design merupakan tahap
perancangan konsep terhadap produk yang akan dikembangkan yang
didasarkan dengan analisis yang telah dilakukan.. Tahap pertama yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan referensi untuk pembuatan
e-modul. Referensi ini berupa material yang dikumpulkan yang akan
digunakan untuk mengembangkan produk. Selanjutnya adalah tahap
mendesain konten e-modul, desain ini didasarkan pada analisis
karakteristik siswa dan karakteristik materi dengan mengembangkan
flowchart. Desain konten ini penting dilakukan agar pada tahap flowchart
dan storyboard konten multimedia yang dikembangkan lebih terorganisir
secara sistematis dan tepat.

Setelah tahap tersebut tahap selanjutnya adalah menentukan software


pengembangan. Tahap ini dimulai dengan mengidentifiasi berbagai jenis
software dengan mengetahui berbagai kelebihan dan kekurangannya.
Kemudian, mempertimbangkan kompatibilitas serta fitur yang dibawa
oleh software terkait. Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan
kemudahan dan kesesuaian dalam penggunaan aplikasi untuk
mengembangkan produk dan dilanjutkan pembuatan instrumen berupa
angket untuk menilai kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dari produk
yang dikembangkan. . Rancangan desain e-modul yang dikembangkan ini
meiliki 3 bagian yaitu bagian awal, isi dan bagian akhir. Adapun bagan
desain e-modul dapat dilihat pada Gambar 3 .
29

Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi
Bagian awal
Peta Konsep

Kompetensi Inti dan


Kompetensi Dasar

Indikator dan Tujuan


Tujuan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran
E-modul

Uraian Materi

Isi
Contoh Soal

Latihan Soal

Refleksi Diri

Penutup
Daftar Pustaka

Gambar 3 Bagan Desain E-modul


30

Tabel 5. Storyboard E-modul

Bagian Deskripsi
Bagian Awal Cover Berisi judul E-modul, gambar
(Pendahuluan) fenomena Gelombang Bunyi, dan
identitas penyususn E-modul

Menu Utama Berisikan tombol Button untuk


memudahkan pembaca jika ingin
membuka halaman tertentu

Kata Berisikan rasa syukur penulis kepada


Pengantar Allah SWT
31

Bagian Deskripsi
Daftar Isi Berisikan daftar isi yang terdapat pada
E-modul

Kompetensi Berisikan Kompetensi Inti dan


Inti dan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
Komptensi di E-modul
Dasar

Indikator dan Berisikan indikator dan tujuan yang


Tujuan akan dicapai oleh peserta didik
Pembelajaran
32

Bagian Deskripsi
Peta Konsep Berisikan bagan sederhana dari materi
yang akan disajikan dalam E-modul

Isi Kegiatan Berisikan kegiatan pembelajaran


Pembelajaran berbasis problem dengan menyajikan
fenomena terkait materi Gelombang
Bunyi. Adapun kegiatan pembelajaran
terdiri dari mengidentifikasi masalah,
memprediksi masalah, membuat
rumusan masalah dan hipotesis,
mendesain rancangan percobaan,
melakukan percobaan, menganalisis
data hasil percobaan dan membuat
kesimpulan.
33

Bagian Deskripsi

Uraian Berisikan penjelasan materi yang


Materi berkaitan dengan materi Gelombang
Bunyi

Contoh Soal Berisikan contoh soal HOTS terkait


materi Gelombang Bunyi untuk
melatihkan kemampuan berpikir kritis
siswa
34

Bagian Deskripsi

Latihan Soal Berisikan soal terkait materi


Gelombang Bunyi

Penutup Refleksi Diri Berisikan pertanyaan untuk merefleksi


terkait kegiatan pembelajaran pada E-
modul
35

Bagian Deskripsi
Daftar Berisikan daftar rujukan dalam
Pustaka pembuatan E-modul Gelombang Bunyi

Form Berisikan link formulir untuk


Pengumpulan pengumpulan tugas secara online

Tabel 6. Rancangan Kegiatan Pembelajaran dalam E-modul

Learning Outcome
Aktivitas Indikator Indikator
Kegiatan Pembelajaran
Berbasis PBL Berpikir Kolaboratif
Kritis
Orientasi Disajikan gambar dan video Interpretation Dependability
mengenai fenomena resonansi Anaysis and Shared
bunyi dan pipa organa melalui Explanation Responsibility
link: Listening
https://youtub.be/PV8mqLfs_F Questioning and
o Discussing.
Mengorganisasi Melalui gambar dan video Analysis Dependability
kan Siswa fenomena yang ditampilkan , Inference and Shared
siswa menemukan masalah Responsibility
dengan pertanyaan seperti Listening
berikut: Questioning and
“Setelah mengamati video, Discussing
ketika pemain klarinet
memindahkan jarinya pada
36

Learning Outcome
Aktivitas Indikator Indikator
Kegiatan Pembelajaran
Berbasis PBL Berpikir Kolaboratif
Kritis
setiap secara berurutan apakah
terdapat perbedaan nada yang
dihasilkan? Menurutmu apakah
setiap lubang yang ditutup
berpengaruh terhadap nada
rendahnya yang dihasilkan?”

Pertanyaan :
“Menurutmu bagaimanakah
nada yang dihasilkan pemain
klarinet meniup ketika menutup
lubang klarinet secara berurutan
dari atas atau dari 1 sampai
lubang 7? Tulis prediksimu!”

Pertanyaan:
“Berdasarkan prediksi yang
telah dikemukakan pada
fenomena resonansi bunyi,
maka buatlah rumusan
masalah!”

Berdasarkan rumusan masalah


yang telah dibuat siswa
menentukan hipotesis:
“Setelah membuat rumusan
masalah, buatlah hipotesis
berdasarkan rumusan masalah
yang telah kamu buat!”
Membimbing Disajikan video demonstrasi Inference Dependability
Penyelidikan tentang percobaan sederhana Evaluation and Shared
resonansi bunyi melalui link Responbility
https://youtu.be/4ck0QOKnCR0 Reseacrh and
Disajikan tabel alat dan bahan Information
yang akan digunakan untuk Sharing
percobaan sederhana resonansi Problem Solving
bunyi
Setelah siswa mengamati video
demonstrasi percobaan
sederhana siswa membuat
rancangan desain percobaan
sederhana resonansi bunyi
“Buatlah rancangan sketsa
percobaan resonansi sederhana
dengan alat dan bahan pada
Tabel 1”

Siswa melakukan percobaan


resonansi bunyi secara
berkelompok

Setelah melakukan percobaan


siswa menulis langkah
percobaan
37

Learning Outcome
Aktivitas Indikator Indikator
Kegiatan Pembelajaran
Berbasis PBL Berpikir Kolaboratif
Kritis
“Tulislah langkah-langkah
percobaan resonansi secara
sederhana secara berurutan di
bawah ini!”
Mengembangka Setelah melakukan percobaan, Interpretation Dependability
n dan siswa melakukan diskusi Explanation and Shared
Menyajikan kelompok hasil percobaan Self-regulation Responbility,
Hasil Listening
Pemecahan Siswa menuliskan hasil Questioning and
Masalah percobaan ke dalam tabel hasil Discussing dan
percobaan yang telah disajikan Problem
Solving.
Menganalisis Siswa menganalisis hasil Interpretation Problem
dan percobaan berdasarkan Evaluation Solving.
mengevaluasi pertanyaan: Self-regulation Dependability
proses 1. Berdasarkan tabel and Shared
pemecahan percobaan, buatlah grafik Responbility
masalah hubungan antara frekuensi
(f) terhadap panjang kolom
udara (L).
2. Bagaimana hubungan antara
frekuensi (f) dan panjang
kolom udara (L)
berdasarkan grafik yang
telah dibuat?
3. Tentukan nilai panjang
gelombang (λ) dari masing-
masing data yang diperoleh
menggunakan persamaan
resonansi bunyi!
4. Hitung nilai cepat rambat
gelombang bunyi pada
masing-masing frekuensi!
Mengarahkan siswa untuk
membuat hasil kesimpulan
“Buatlah kesimpulan dari
hasil dan analisis percobaan
yang telah dilakukan!”

Siswa membuat kesimpulan


berdasarkan hasil analisis
percobaan yang telah dilakukan
“Buatlah kesimpulan dari hasil
dan analisis percobaan yang
telah dilakukan!”

3.2.3 Development
Pada tahap pengembangan dilakukan pembuatan bahan ajar berupa e-
modul yang terdiri dari tiga bagian diantaranya bagian awal, isi dan
penutup. Pada bagian awal terdiri dari cover, kata pengantar, KI/KD,
38

indikator pencapaian, tujuan pembelajaran. Sedangakan pada bagian isi


terdiri dari kegiatan orientasi, pemahaman materi, kegiatan penyelidikan,
menarik kesimpulan serta kegiatan diskusi. Pada bagian akhir terdiri dari
soal evaluasi, daftar pustaka dan profil penulis. Bahan ajar e-modul
berbasis problem berupa modul yang berisi materi tentang gelombang
bunyi. Selanjutnya, dilakukan penilaian kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifam dari produk yang dikembangkan.

3.2.4 Evaluation
Tahap evaluasi pada penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu evaluasi
sumatif dan formatif. Evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai atau
menguji seberapa tinggi produk yang telah dikembangkan dalam
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Sedangkan evaluasi formatif
dilakukan pada tiap tahapan prosedur pengembangan, yaitu pada tahap
analisis, desain, dan pengembangan untuk mengetahui apakah prosedur
yang dijalankan sesuai atau tidak. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan data
yang diperoleh dari validator, guru, dan siswa dari hasil uji coba yang
dilakukan.

3.3 Instrumen Penelitian


Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan yaitu dengan
menggunakan beberapa metode, antara lain.

3.3.1 Wawancara
Wawancara merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara tanya jawab dengan narasumber untuk mendapatkan i nfor masi yang
dibutuhkan. Peneliti melakukan wawancara yang ber tujuan untuk
mengetahui proses pembelajaran dan bahan ajar yang di gunakan selama
kegiatan pembelajaran di SMAN 3 Bandarlampung, SMAN 2 Banjit, SMA
2 Muhammadiyah Bandarlampung dan SMA Bhakti Baradatu.

3.3.2 Angket
Pada penelitian ini penyusunan angket dilakukan untuk beberapa tahapan
seperti pada tahap analisis dan pengembangan. Adapun penyususnan
39

angket meliputi angket analisis kebutuhan, angket kevalidan, angket


keterbacaan, angket persepsi guru mengenai aktivitas berbasis problem
pada e-modul, dan angket respon pengguna dilakukan pada saat uji coba
produk dan uji coba pemakaian.

a. Angket Analisis Kebutuhan


Berupa daftar pertanyaan yang dilakukan pada studi pendahuluan
mendapatkan informasi dari responden mengenai suatu permasalahan.
Daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui fakta-fakta
terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran. Mendata mengenai faktor
faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam mempelajari materi
gelombang bunyi. Angket analisis kebutuhan juga digunakan untuk
mengetahui pemakaian bahan ajar yang digunakan guru, dan bahan
ajar yang diharapkan guru dan siswa kedepannya.

b. Angket Kevalidan Produk


Kevalidan produk dilakukan oleh tiga ahli yaitu dua ahli dari guru
SMA dan satu ahli dari dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung
dengan tujuan untuk mengetahui data informasi terkait kevalidan
produk yang telah dikembangkan . Angket kevalidan berisi lembar uji
ahli desain dan lembar uji ahli materi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Sistem penskoran menggunakan skala Likert yang diadaptasi dari
Ratumanan& Laurent (2011: 131) dengan menggunakan empat buah
pilihan yang disajikan pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Skala Likert pada Angket Kevalidan E-modul


Pilihan Jawaban Skor
Sangat Valid 4
Valid 3
Kurang Valid 2
Tidak Valid 1

c. Angket Kepraktisan Produk


Penilaian kepraktisan produk terdiri dari dua angket, yaitu angket
keterbacaan siswa dan angket persepsi guru mengenai kesesuaian
40

aktivitas berbasis problem pada e-modul. Angket keterbacaan


digunakan untuk mengetahui tingkat kemudahan peserta didik untuk
memahami isi dari bahan ajar. Angket persepsi guru digunakan untuk
mengetahui kesesuaian aktivitas berbasis problem pada e-modul.
Sistem penskoran kepraktisan produk yakni menggunakan skala Likert
yang diadaptasi Ratumanan & Laurent (2011) sebagai berikut.
Tabel 8.Skala Likert pada Angket Kepraktisan E-modul
Presentase Skor
Sangat Praktis 4
Praktis 3
Kurang Praktis 2
Tidak Praktis 1

d. Angket Keefektifan produk


Keefektifan produk dinilai menggunakan angket respon siswa untuk
melihat keefektifan e-modul berbasis problem dalam melatihkan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif siswa. Adapun
sistem penskoran untuk uji keefektifan produk yakni menggunakan
skala Likert yang diadaptasi Ratumanan & Laurent (2011).
Tabel 9 Skala Likert pada Angket Keefektifan E-modul
Presentase Skor
Sangat Efektif 4
Efektif 3
Kurang Efektif 2
Tidak Efektif 1

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta yang ada dilapangan dari
sumber data. Berikut merupakan teknik pengumpulan data saat penelitian
dilakukan dapat dilihat dalam Tabel 10.
41

Tabel 10. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen
Variabel Subjek yang
yang Analisis Data
Penelitian Dituju
Digunakan
Kevalidan Lembar uji Satu dosen a. Membuat rekapitulasi hasil
E-modul kevalidan ahli penilaian penilaian uji
produk Pendidikan kevalidan produk dari
Fisika validator
Universitas b. Menghitung ratarata hasil
Lampung dan penilaian uji kevalidan
dua guru produk dari validator
Fisika SMA c. Menentukan kategori
kevalidan masing-masing aspek
mengacu pada kategori yang
dikemukakan Ratumanan &
Laurens (2011)
Kepraktisan Keterbacaan 10 siswa/i a. Membuat rekapitulasi hasil
siswa SMA penilaian keterbacaan produk
dari siswa.
b. Menghitung skor hasil
penilaian uji keterbacaan
siswa.
c. Menentukan kategori
keterbacaan siswa terhadap
produk, mengadaptasi
kategori yang dikemukakan
oleh Riduwan (2004)
Persepsi Memberikan a. Membuat rekapitulasi hasil
Guru lembar penilaian penggunaan produk
mengenai angket dari siswa.
kesesuaian kepada 10 b. Menghitung skor hasil
aktivitas guru Fisika penilaian penggunaan produk
berbasis SMA c. Menentukan kategori
problem peggunaan mengadaptasi
pada e- kategori yang dikemukakan
modul oleh Riduwan (2004)
Keefektifan Angket Memberikan a. Membuat rekapitulasi hasil
Respon angket penilaian uji respon dari
Siswa kepada 10 siswa.
siswa/i SMA b. Menghitung skor hasil
yang telah penilaian uji respon siswa.
mempelajari c. Menentukan kategori respon
e-modul. siswa, mengadaptasi kategori
yang dikemukakan oleh
Riduwan (2004)
42

3.5 Teknik Analisis Data


Teknis analisis pengolahan data menggunakan metode campuran (mixed
method), yaitu kualitatif dan kuantitatif. Adapun teknik analisis data yang
diguankan adalah sebagai berikut.

3.5.1 Data untuk Kevalidan Produk


Data kevalidan diperoleh dari pengisian angket kevalidan yang dinilai
oleh validator produk. Angket kevalidan dibagi menjadi dua kriteria yakni
uji materi dan uji desain. Hasil dari angket tersebut dianalisis
menggunakan perhitungan berdasarkan persamaan berikut:

Hasil yang dihitung kemudian ditafsirkan sehingga mendapatkan kualitas


dari produk yang dikembangkan. Penafsiran skor mengadaptasi dari
Ratumanan & Laurens (2011)seperti yang terlihat pada Tabel 10.

Tabel 11. Konversi Skor Penilaian Kevalidan


Interval Skor Hasil Penilaian Kriteria
3,25< skor <4,00 Sangat Valid
2,50< skor <3,25 Valid
1,75< skor <2,50 Kurang Valid
1,00< skor <1,75 Tidak Valid

3.5.2 Data untuk Kepraktisan Produk


Data yang digunakan untuk mengetahui nilai kepraktisan produk
diperoleh berdasarkan pengisian angket uji keterbacaan oleh siswa dan
pengisian angket persepsi guru Fisika SMA. Hasil pengisian angket
kepraktisan dianalisis menggunakan persamaan sebagai berikut.


Hasil skor yang diperoleh ditafsirkan sehingga mendapatkan kualitas dari


produk yang dikembangkan. Pengonversian skor mengadaptasi dari
Riduwan (2004) yang dapat dilihat dalam Tabel 12.
43

Tabel 12. Konversi Skor Penilaian Kepraktisan


Presentase Kriteria
75,01%-100% Sangat Praktis
50,01%-75,00% Praktis
25,01%-50,00% Kurang Praktis
0,00-25,00% Sangat Kurang Praktis

3.5.3 Data untuk Keefektifan Produk


Data yang digunakan untuk mengetahui nilai keefektifaan produk
diperoleh berdasarkan pengisian angket respon oleh siswa terhadap
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kolaboratif yang dilatihkan
setelah menggunakan e-modul. Hasil pengisian angket kepraktisan
dianalisis menggunakan persamaan sebagai berikut.


Pengonversian skor mengadaptasi dari Riduwan (2004) dapat dilihat


dalam tabel berikut.

Tabel 13. Konversi Skor Penilaian Keefektifan


Presentase Kriteria
75,01%-100% Sangat Efektif
50,01%-75,00% Efektif
25,01%-50,00% Kurang Efektif
0,00-25,00% Tidak Efekif

.
81

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagai
berikut.

1. E-modul berbasis problem untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis


dan keterampilan kolaboratif siswa pada materi gelombang bunyi
dinyatakan valid dengan skor rata-rata sebesar 3,56 dengan kategori
valid.
2. E-modul berbasis problem untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis
dan keterampilan kolaboratif siswa pada materi gelombang bunyi
dinyatakan praktis. Berdasarkan penilaian yang didapat dari uji
keterbacaan dan persepsi guru mengenai kesesuaian aktivitas berbasis
problem pada e-modul dengan persentase rata-rata 85% dengan kategori
praktis.
3. E-modul berbasis problem untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis
dan keterampilan kolaboratif siswa pada materi gelombang bunyi
dinyatakan efektif untuk digunakan. Berdasarkan penilaian yang didapat
dari respon siswa dengan persentase rata-rata 75% dengan kategori
efektif.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan yang dilakukan, maka saran
yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Menggunakan aplikasi Canva premium untuk mendapatkan fitur editing


yang lengkap agar e-modul yang dikembangkan lebih interaktif.
82

2. Pada manajemen waktu pembelajaran pada saat uji coba pengembangan


perlu diperhatikan dengan baik agar pembelajaran dapat berjalan dengan
maksimal.
3. Pemilihan materi yang lengkap, sistematis dan terinci agar siswa dapat
lebih mudah memahami materi saat belajar mandiri.
83

DAFTAR PUSTAKA

Afcariono, M. (2008). Penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk


meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran biologi.
Jurnal Pendidikan Inovatif, 3(2), 65–68.
Amine, B. M., Benachaiba, C., & Guemide, B. (2012). Using Multimedia to
Motivate Students in EFL Classrooms: A Case Study of English Master’s
Students at Jijel University, Algeria. Malaysian Journal of Distance
Education, 14(2), 63−81.
Argaw, A. S., Haile, B. B., Ayalew, B. T., & Kuma, S. G. (2017). The effect of
problem based learning (PBL) instruction on students’ motivation and
problem solving skills of physics. Eurasia Journal of Mathematics, Science
and Technology Education, 13(3), 857–871.
https://doi.org/10.12973/eurasia.2017.00647a
Chen, Z., Stelzer, T., & Gladding, G. (2010). Using multimedia modules to better
prepare students for introductory physics lecture. Physical Review Special
Topics-Physics Education Research, 6(1), 1–5.
Chu, J., Rittle‐Johnson, B., & Fyfe, E. R. (2017). Diagrams benefit symbolic
problem‐solving. British Journal of Educational Psychology, 87(2), 273–
287.
Chukwuyenum, A. N. (2013). Impact of critical thinking on performance in
mathematics among senior secondary school students in Lagos State. IOSR
Journal of Research & Method in Education, 3(5), 18–25.
Clark, R. C., & Mayer, R. E. (2016). E-learning and the science of instruction:
Proven guidelines for consumers and designers of multimedia learning. john
Wiley & sons.
Diefenbach, M. A., & Butz, B. P. (2004). A multimedia interactive education
system for prostate cancer patients: development and preliminary evaluation.
Journal of Medical Internet Research, 6(1), 1–19.
Docktor, J. L., Dornfeld, J., Frodermann, E., Heller, K., Hsu, L., Jackson, K. A.,
Mason, A., Ryan, Q. X., & Yang, J. (2016). Assessing student written
problem solutions: A problem-solving rubric with application to introductory
physics. Physical Review Physics Education Research, 12(1), 10130.
84

Facione, P. A. (2011). Critical thinking: What it is and why it counts. Insight


Assessment, 2007(1), 1–23.
Gorghiu, G., Drăghicescu, L. M., Cristea, S., Petrescu, A.-M., & Gorghiu, L. M.
(2015). Problem-based learning-an efficient learning strategy in the science
lessons context. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 191, 1865–1870.
Goulet, L., Krentz, C., & Christiansen, H. (2003). Collaboration in education: The
phenomenon and process of working together. Alberta Journal of
Educational Research, 49(4), 325–340.
Greenstein, L. M. (2012). Assessing 21st century skills: A guide to evaluating
mastery and authentic learning. Corwin Press.
Gurcay, D., & Ferah, H. O. (2018). High School Students’ Critical Thinking
Related to Their Metacognitive Self-Regulation and Physics Self-Efficacy
Beliefs. Journal of Education and Training Studies, 6(4), 125–130.
Hamzah, I., & Mentari, S. (2017). Development of Accounting E-Module to
Support the Scientific Approach of Students Grade X Vocational High
School. Journal of Accounting and Business Education, 2(1), 78–88.
Hmelo-Silver, C. E., & Barrows, H. S. (2006). Goals and strategies of a problem-
based learning facilitator. Interdisciplinary Journal of Problem-Based
Learning, 1(1), 1–4.
Jonassen, D. H., & Kim, B. (2010). Arguing to learn and learning to argue:
Design justifications and guidelines. Educational Technology Research and
Development, 58(4), 439–457.
Kamat, V., & Shinde, J. (2008). Enrichment of learning experience of rural
children through Interactive Multimedia.
Kay, K., & Greenhill, V. (2011). Twenty-first century students need 21st century
skills. In Bringing schools into the 21st century (pp. 41–65). Springer.
Laal, M., Laal, M., & Kermanshahi, Z. K. (2012). 21st century learning; learning
in collaboration. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 47, 1696–1701.
Lawson, H. A. (2004). The logic of collaboration in education and the human
services. Journal of Interprofessional Care, 18(3), 225–237.
Leow, F.-T., & Neo, M. (2014). Interactive multimedia learning: Innovating
classroom education in a Malaysian university. Turkish Online Journal of
Educational Technology-TOJET, 13(2), 99–110.
Lin, M.-H., & Chen, H. (2017). A study of the effects of digital learning on
learning motivation and learning outcome. Eurasia Journal of Mathematics,
Science and Technology Education, 13(7), 3553–3564.
85

Lou, S.-J., Shih, R.-C., Ray Diez, C., & Tseng, K.-H. (2011). The impact of
problem-based learning strategies on STEM knowledge integration and
attitudes: an exploratory study among female Taiwanese senior high school
students. International Journal of Technology and Design Education, 21(2),
195–215.
Marra, R. M., Jonassen, D. H., Palmer, B., & Luft, S. (2014). Why problem-based
learning works: Theoretical foundations. Journal on Excellence in College
Teaching, 25(3), 221–238.
Nafiah, Y. N., & Suyanto, W. (2014). Penerapan model problem-based learning
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Jurnal Pendidikan Vokasi, 4(1), 125–143.
Newman, M. J. (2005). Problem based learning: an introduction and overview of
the key features of the approach. Journal of Veterinary Medical Education,
32(1), 12–20.
Nikita, P. M., Lesmono, A. D., & Harijanto, A. (2018). Pengembangan e-modul
materi fluida dinamis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
SMA kelas XI. Jurnal Pembelajaran Fisika, 7(2), 175–180.
Nurhayati, D. I., Yulianti, D., & Mindyarto, B. N. (2019). Bahan ajar berbasis
problem based learning pada materi gerak lurus untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi dan kolaborasi siswa. UPEJ Unnes Physics
Education Journal, 8(2), 208–218.
Nusir, S., Alsmadi, I., Al-Kabi, M., & Sharadgah, F. (2012). Studying the Impact
of Using Multimedia Interactive Programs at Children Ability to Learn Basic
Math Skills. Acta Didactica Napocensia, 5(2), 17–32.
Pituch, K. A., & Lee, Y. (2006). The influence of system characteristics on e-
learning use. Computers & Education, 47(2), 222–244.
Priatna, I. K., Putrama, I. M., & Divayana, D. G. H. (2017). Pengembangan e-
modul berbasis model pembelajaran project based learning pada mata
pelajaran videografi untuk siswa kelas X Desain Komunikasi Visual di SMK
Negeri 1 Sukasada. Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika:
JANAPATI, 6(1), 70–78.
Putra, K. W. B., Wirawan, I. M. A., & Pradnyana, G. A. (2017). Pengembangan e-
modul berbasis model pembelajaran discovery learning pada mata pelajaran
“sistem komputer” untuk siswa kelas x multimedia smk negeri 3 singaraja.
Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 14(1), 40–49.
Rasmussen, J. (2001). The importance of communication in teaching: A systems-
theory approach to the scaffolding metaphor. Journal of Curriculum Studies,
33(5), 569–582.
Ratumanan, T. G., & Laurens, T. (2011). Penilaian hasil belajar pada tingkat
satuan pendidikan. Surabaya: Unesa.
86

Redhana, I. W. (2019). Mengembangkan keterampilan abad ke-21 dalam


pembelajaran kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13(1), 2239–2253.
Richey, R. C., & Klein, J. D. (2014). Design and development research: Methods,
strategies, and issues. Routledge.
Sadaghiani, H. R. (2011). Using multimedia learning modules in a hybrid-online
course in electricity and magnetism. Physical Review Special Topics-Physics
Education Research, 7(1), 1–7.
Sari, D. S., & Sugiyarto, K. H. (2015). Pengembangan multimedia berbasis
masalah untuk meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis
siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(2), 153–166.
Savery, J. R. (2015). Overview of problem-based learning: Definitions and
distinctions. Essential Readings in Problem-Based Learning: Exploring and
Extending the Legacy of Howard S. Barrows, 9(2), 5–15.
Shabani, K. (2012). Dynamic assessment of L2 learners’ reading comprehension
processes: A Vygotskian perspective. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 32, 321–328.
So, H.-J., & Brush, T. A. (2008). Student perceptions of collaborative learning,
social presence and satisfaction in a blended learning environment:
Relationships and critical factors. Computers & Education, 51(1), 318–336.
Suarsana, I. M. (2013). Pengembangan e-modul berorientasi pemecahan masalah
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. JPI (Jurnal
Pendidikan Indonesia), 2(2), 264–275.
Tavangarian, D. (2004). Is e‑Learning the Solution for Individual Learning?
Electronic Journal of E-Learning, 2(2), 265–272.
Thompson, C. (2011). Critical thinking across the curriculum: Process over
output. International Journal of Humanities and Social Science, 1(9), 1–7.
Urbani, J. M., Roshandel, S., Michaels, R., & Truesdell, E. (2017). Developing
and modeling 21st-century skills with preservice teachers. Teacher
Education Quarterly, 44(4), 27–50.
Vockley, M. (2007). Maximizing the Impact: The Pivotal Role of Technology in a
21st Century Education System. Partnership for 21st Century Skills.
Weiler, A. (2005). Information-seeking behavior in generation Y students:
Motivation, critical thinking, and learning theory. The Journal of Academic
Librarianship, 31(1), 46–53.
Woolfolk Hoy, A., & Murphy, P. K. (2001). Teaching educational psychology to
the implicit mind.
87

Wulansari, E. W., Kantun, S., & Suharso, P. (2018). Pengembangan e-modul


pembelajaran ekonomi materi pasar modal untuk siswa kelas XI IPS MAN 1
Jember tahun ajaran 2016/2017. JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 12(1), 1–7.
Yin, K. Y., Abdullah, A. G. K., & Alazidiyeen, N. J. (2011). Collaborative
problem solving methods towards critical thinking. International Education
Studies, 4(2), 58–62.
Zabit, M. N. M. (2010). Problem-based learning on students critical thinking skills
in teaching business education in Malaysia: A literature review. American
Journal of Business Education (AJBE), 3(6), 19–32.
Zetriuslita, H. J., Ariawan, R., & Nufus, H. (2016). Students’ Critical Thinking
Ability: Description Based on Academic Level and Gender. Journal of
Education and Practice, 7(12), 154–164.

Anda mungkin juga menyukai