Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“MODEL-MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR”

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Kajian Bahan Ajar IPS dan PKn di Pendidikan Dasar

Dosen Pengampuh Mata Kuliah:


Prof. Dr. SUDARMIATIN, M.Si. dan Dr. YUNIASTUTI, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 6:


1. AHMAD RIZAL (202103852891)
2. WIDODO HERLAMBANG (202103852893)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN DASAR
KOTA MALANG
MARET 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan kasih sayangnya, sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Model-Model Pengembangan Bahan Ajar” dengan tepat waktu. Makalah ini
ditujukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Bahan Ajar IPS dan PKn Pendidikan Dasar.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat mengetahui dan memahami tentang
model-model pengembangan bahan ajar,dan dapat mengaplikasikannya dalam proses belajar
mengajar.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Sudarmiatin, M.Sidan Dr.
Yuniastuti, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta harap memaklumi apabila ada
segala kekurangandalam penulisan maupun penyampaian materi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis selaku penyusun dan bagi semua
pihak yang akan mendapatkan informasi serta memperluas wawasan setelah membaca
makalahini.

Malang, 23 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 4
1.4 Manfaat.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................5
2.1. Faktor yang Dipertimbangkan Dalam Pengembangan Bahan Ajar...................................5
2.2. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar…………………………………………………………….10
2.3. Tujuan dan Manfaat Pengembangan Bahan Ajar………………….................................14
2.3.1 Tujuan Pengembangan Bahan Ajar…………………………………………….....14
2.3.2 Manfaat Pengembangan Bahan Ajar………………………………………….......14
2.4. Pengembangan Bahan Ajar Menurut Gagne & Briggs………...……………………...…15
2.5. Pengembangan Bahan Ajar Menurut Kemp......................................................................16
2.6 Pengembangan Bahan Ajar Menurut Borg & Gall…………………………………….....18
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..20
3.1. Kesimpulan ………………………………………………………………….……….…..20
3.2. Saran……………………………………………………………………….………….….20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...……………21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan
kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang beragam, ada yang bebentuk
fakta, konsep, prinsip, atau kaidah prosedur, problema dan sebagainya. Komponen ini
berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajaran.
Skop dan sekuen materi pembelajaran telah tersusun secara sistematis dalam struktur
organisasi kurikulum pendidikan dan pelatihan.
Sifat materi kurikulum yang tersusun dalam silabus hanya bersifat pokok-pokok materi,
maka untuk kelancaran dalam pelaksanaan pembelajaran, materi pembelajaran perlu
dikembangkan terlebih dahulu dengan cara melengkapinya dalam bentuk bahan
pembelajaran yang utuh. Sebagai pendamping oleh guru dalam menyampaikan
pembelajaran perlu namanya bahan pembelajaran.
Salah satu masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
adalah memilih atau menentukan bahan ajar atau materi pembelajaran yang tepat dalam
rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam
bentuk materi pokok. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut
sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan
bahan ajar juga merupakan masalah. Pemanfaatan yang dimaksud adalah bagaimana cara
mengajarkannya ditinjau dari pihak guru dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak
siswa.
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Menurut pengertian sumber belajar
dari AECT dan Banks dalam Komalasari (2010:108) dinyatakan bahwa salah satu
komponen sumber belajar adalah bahan. Bahan merupakan perangkat lunak (software)
yang mengandung pesan-pesan belajar, yang biasanya disajikan menggunakan peralatan
tertentu. Contoh bahan ajar tersebut misalnya buku teks, modul, film, transparansi (OHT),
program kaset audio, dan program video. Bahan ajar disamakan dengan materi ajar
sebagaimana berdasar pada makna harfiah bahan dan materi dalam bahasa Inggris. Bahan
dalam bahasa Inggris berarti material. Begitu pula materi dalam bahasa Inggris juga berarti
material. Sebagaimana dikutip dari Kim bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran

1
(instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan
sikap, yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Sedangkan dalam permendiknas no. 41 tahun 2007 dinyatakan materi ajar
memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro¬sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-
butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe¬tensi. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan bagian dari sumber belajar dimana terdiri
dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau perangkat lunak yang mengandung pesan
pembelajaran yang disajikan menggunakan peralatan tertentu.

Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri
dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan
penting dalam membantu siswa mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan menerapkan bahan ajar yang telah
dikembangkan tersebut, diharapkan diperoleh alternatif bagi guru dalam menyampaikan
suatu materi pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan berjalan lebih optimal
dan bervariasi dan pada akhirnya hasil belajar maupun aktivitas peserta didik diharapkan
juga meningkat. Perolehan bahan ajar seharusnya tidak hanya didapatkan dari satu
sumber saja karena dengan diperolehnya bahan ajar hanya dari satu sumber tidak
akan dapat memaksimalkan hasil belajar. Siswa tidak akan mendapatkan ilmu lebih,
mereka hanya menghafal sebuah ilmu dan akan melupakannya. Oleh karena itu,
diperlukan pengembangan bahan ajar yang seharusnya dapat ditemukan oleh guru dari
berbagai sumber atau bahkan dari siswa itu sendiri. Pengembangan bahan ajar yang
tidak hanya terpaku pada satu sumber bahan ajar guru dapat mengembangkan
kecerdasan siswa dan dapat pula memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.
Guru sebagai pengembang bahan ajar hendaknya mengetahui tentang apa dan
bagaimana bahan ajar itu, sehingga guru dapat mengembangkan bahan ajar. Oleh
karena itu, pada makalah ini kami mengbahas tentang pengembangan bahan ajar
supaya dapat menjadi panduan pengetahuan mahasiswa calon guru untuk menghadapi
tugasnya kelak sebagai guru dan pengembang bahan ajar.

2
Bahan ajar berdasarkan kecanggihan teknologi yang digunakan dibagi menjadi 4 jenis.
Bahan ajar tersebut meliputi: bahan ajar cetak, audio, audio visual, multimedia interaktif,
dan bahan ajar berbasis web. Bahan ajar cetak meliputi bahan ajar yang dicetak pada
lembaran seperti buku teks/ buku ajar, modul, handout, LKS, brosur, leaflet, dll. bahan ajar
audio berupa kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar audio visual
meliputi video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif meliputi CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD), multimedia pembelajaran interaktif,
dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Berdasarkan jenis bahan ajar di atas, buku teks atau buku ajar merupakan bagian dari
bahan ajar berbentuk cetak atau tertulis. Sugiarto (2011) menyatakan buku ajar adalah
buku yang disusun untuk kepentingan proses pembelajaran baik yang bersumber dari hasil-
hasil penelitian atau hasil dari sebuah pemikiran tentang sesuatu atau kajian bidang tertentu
yang kemudian dirumuskan menjadi bahan pembelajaran. Tarigan (1986:13) menyatakan
buku teks sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang disusun oleh para pakar
dalam bidang tersebut yang digunakan untuk menunjang pembelajaran. Akbar (2010:183)
menyatakan buku ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada
materi pelajaran tertentu.
Bahan pembelajaran dalam konteks pembelajaran merupakan salah satu komponen yang
harus ada, karena bahan pembelajaran merupakan suatu komponen yang harus dikaji,
dicermati, dipelajari dan dijadikan bahan materi yang akan dikuasai oleh siswa dan
sekaligus dapat memberikan pedoman untuk mempelajarinya. Tanpa bahan pembelajaran
maka pembelajaran tidak akan menghasilkan apa-apa.
Bahan pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berperan sebagai bahan belajar mandiri, apabila
bahan pembelajaran didesain secara lengkap. Bahan pembelajaran ini dilengkapi dengan
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai, materi pembelajaran yang
diuraikan dalam kegiatan belajar, ilustrasi media, prosedur pembelajaran, latihan yang
harus dikerjkan dilengkapi rambu jawaban, tes formatif dilengkapi dengan kunci jawaban,
umpan balik, daftar pustaka.

3
1.2 RumusanMasalah
1.2.1 Apa saja faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar?
1.2.2 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar?
1.2.3 Apa tujuan dan manfaat pengembangan bahan ajar?
1.2.4 Bagaimana pengembangan bahan ajar menurut Gagne & Briggs?
1.2.5 Bagaimana pengembangan bahan ajar menurut Kemp?
1.2.6 Bagaimana pengembangan bahan ajar menurut Borg & Gall?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar.
1.3.2 Mengetahui prosedur pengembangan bahan ajar.
1.3.3 Mengetahui tujuan dan manfaat pengembangan bahan ajar
1.3.4 Mengetahui manfaat pengembangan bahan ajar menurut Gagne & Briggs.
1.3.5 Mengetahui pengembangan bahan ajar menurut Kemp.
1.3.6 Mengetahui pengembangan bahan ajar menurut Borg & Gall.
1.4 Manfaat
1.4.1 Menjadi salah satusumber informasi yang dapat digunakan sebagai referensi dalam
pemahaman pengembangan bahan ajar.
1.4.2 Dapat memahami kajian bahan ajar secara lebih mendalam.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar


Menurut Husni (2010) Bahan ajar mempunyai peran penting dalam proses
pembelajaran, yaitu acuan yang digunakan oleh penatar atau petatar. Bagi petatar bahan
ajar menjadi acuan yang diserap isinya sehingga dapat menjadi pengetahuan dan bagi
penatar bahan ajar ini menjadi acuan dalam menyampaikan keilmuannya.
Pengembangan bahan ajar oleh penatar membutuhkan kreativitas untuk membuat
sesuatu yang lain, unik, juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya
agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan ketersediaan bahan/materi di
sekitarnya.
Di samping itu penatar juga harus memiliki pengetahuan tentang beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar seperti kecermatan isi, ketepatan
cakupan, ketercernaan, penggunaan bahasa, ilustrasi, perwajahan/pengemasan serta
kelengkapan komponen bahan ajar.
1. Kecermatan Isi
Menurut Husni (2010) kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran
ini secara keilmuan, dan keselarasan isi. Kebenaran isinya berdasarkan sistem nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa.
Validitas isi menunjukkan bahwa isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep
dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan kemutakhiran
perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang
ilmu tersebut. Dengan demikian isi bahan ajar dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah, benar dari segi keilmuan.
2. Ketepatan Cakupan
Menurut Husni (2010) kecermatan isi berfokus pada kebenaran isi secara keilmuan
dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Maka ketepatan cakupan berhubungan
dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau materi serta keutuhan
konsep berdasarkan bidang ilmu.

5
Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan keutuhan konsep
berdasarkan bidang ilmu. Dalam bidang ilmu tersebut yang paling utama adalah tujuan
pembelajaran. Setiap penatar pasti mempunyai tujuan pembelajaran dari mata tatarnya.
Dari tujuan tersebut, dapat menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang akan
disajikan kepada petatar. Kemudian bahan ajar dikembangkan sesuai dengan materi
pokok dan komponennya berdasarkan pada materi yang telah ditentukan tersebut.
3. Ketercernaan Bahan Ajar
Menurut Husni (2010) bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki
tingkat ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat
dimengerti oleh peserta dengan mudah. Menurut Husni (2010) ada enam hal yang
mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar, sebagai berikut.
a. Pemaparan yang Logis
Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum ke yang
khusus atau sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah ke yang sukar, atau
dari yang inti ke yang pendukung. Dengan demikian, peserta dapat dengan mudah
mengikuti pemaparan, dan dapat segera mengkaitkan pemaparan tersebut dengan
informasi sebelumnya yang sudah dimilikinya. Bahan ajar yang dipaparkan secara
tidak logis akan menyulitkan peserta belajar. Dengan demikian, informasi yang
diterima oleh peserta akan saling terkait, bahkan dapat dikaitkan dengan informasi
yang sudah dimiliki sebelumnya.
b. Penyajian Materi yang Runtut
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. Keterkaitan antar
materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan secara
sistematis dengan 3 strategi yaitu, 1) penyajian uraian, contoh dan latihan, 2) contoh,
latihan, penyajian uraian, 3) penyajian uraian, latihan, contoh (PCL – CLP – PLC).
Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak membosankan,
namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai sehingga tidak
membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar mempermudah peserta
dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk terbiasa berpikir runtut.
c. Contoh dan Ilustrasi yang Memudahkan Pemahaman
Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan
diperlukan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah
pemahaman peserta. (Rinaldy, dalam Husni:2010).

6
Contoh dan ilustrasi dapat dikembangkan dalam beragam bentuk, tercetak-
narasi sebagai bagian dari penyajian isi bahan ajar dalam materi pokok yang
berbentuk cetak, poster, kartu-kartu (flipchart), atau dalam bentuk non cetak seperti
video, audio, simulasi berbantuan atau juga dalam bentuk realita seperti model, atau
bahan sesungguhnya untuk didemonstrasikan kepada peserta. Prinsip utama dalam
pemilihan contoh dan ilustrasi adalah ketepatan contoh dan ilustrasi untuk
memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan (bukan malah membuat peserta
semakin bingung), serta menarik dan bermanfaat bagi peserta. Dapat diperoleh
melalui sumber-sumber mutakhir seperti majalah, Koran, ataupun dari situs-situs di
internet.
d. Alat Bantu yang Memudahkan
Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah peserta dalam
mempelajari bahan ajar tersebut Dalam bahan ajar cetak, alat bantu dapat berupa
rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-tanda
khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan pertanyaan.
Dalam bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa rangkuman, petunjuk
belajar bagi peserta, serta tanda-tanda khusus yang dapat diberlakukan serta dapat
membantu peserta belajar, misalnya nada suara yang berbeda dalam kaset audio, atau
caption dalam program video.
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat bantu bahan ajar adalah
prinsip konsistensi, artinya alat Bantu yang simbol atau bentuknya sama harus
digunakan dengan arti yang sama di semua isi bahan ajar untuk mata pelajaran
tertentu. Jadi, alat bantu yang simbolnya atau bentuknya sama hendaknya tidak
digunakan untuk arti yang berbeda-beda dalam satu bahan ajar yang sama. Misalnya,
gambar “tangan yang sedang menulis” digunakan untuk arti “Latihan” yang harus
dikerjakan oleh peserta secara tertulis. Hendaknya gambar yang sama jangan
digunakan untuk arti yang lain,
e. Format yang Tertib dan Konsisten
Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah dikenali,
diingat, dan dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru menggunakan kertas merah
untuk lembar kerja peserta, maka seterusnya gunakanlah warna kertas merah untuk
LKS, jangan gunakan warna merah untuk komponen lain dalam bahan ajar. Dengan

7
demikian, setiap kali peserta melihat warna kertas merah, maka peserta akan
menandai sebagai LKS.
f. Penjelasan tentang Relevansi dan Manfaat Bahan Ajar
Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan bahan
ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan
digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta belajar
mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat bantu
peserta belajar dalam kelompok. Peran ini perlu dijelaskan kepada peserta dengan
cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan ajar dengan jelas.
Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan antara topik yang
dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik dalam mata pelajaran lainnya. Dengan
demikian, peserta dapat melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik lain, dan
tidak terkesan bahwa masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.
4. Penggunaan Bahasa
Menurut Husni (2010) dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa
menjadi salah satu faktor yang penting. Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan
ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf
yang bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan
ajar Anda sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan
menarik, namun jika bahasa yang Anda gunakan tidak dimengerti oleh peserta, maka
bahan ajar tidak akan bermakna apa-apa. Penggunaan bahasa menjadi faktor penting,
bukan hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar
kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar non cetak, seperti kaset audio,
video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain.
Dengan demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam
bahasa nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes. Dalam bahasa
komunikatif, pembaca diajak untuk berdialog secara intelektual melalui sapaan,
pertanyaan, ajakan, dan penjelasan, seolah-olah dialog dengan orang kedua itu benar-
benar terjadi. Penggunaan bahasa komunikatif akan membuat peserta merasa seolah-
olah berinteraksi dengan gurunya sendiri melalui tulisan-tulisan yang disampaikan
dalam bahan ajar.
5. Perwajahan/Pengemasan

8
Menurut Husni (2010) Perwajahan dan atau pengemasan berperan dalam perancangan
atau penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam paket
bahan ajar multimedia. Penataan letak informasi untuk satu halaman cetak dalam bahan
ajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut:
a. Narasi atau teks yang terlalu padat dalam satu halaman membuat peserta lelah
membacanya.
b. Bagian kosong (white space) dari satu halaman sangat diperlukan untuk mendorong
peserta mencoret-coret bagian kosong tersebut dengan rangkuman atau catatan yang
dibuat peserta sendiri. Sediakan bagian kosong secara konsisten dalam halaman-
halaman bahan ajar.
Menurut Husni (2010) perwajahan dan pengemasan bahan ajar juga meliputi
penyediaan alat bantu belajar dalam bahan ajar, sehingga bahan ajar dapat dipelajari
peserta secara mandiri (sendiri, atau dengan teman-teman dalam kelompok). Dalam
kasus bahan ajar cetak, alat bantu belajar terdiri dari tiga kategori, yaitu alat bantu
belajar pada bagian pendahuluan, alat bantu belajar pada uraian informasi per topik,
dan alat bantu belajar pada bagian akhir bahan ajar cetak, sebagai berikut:
Pendahuluan:
v Judul
v Daftar isi
v Peta konsep, diagram, pemandu awal
v Tujuan pembelajaran
v Tes awal
Uraian:
v Ringkasan awal
v Pengacuan pada bagian bahan ajar lain
v Judul bagian
v Perintah/instruksi
v Signposts (tanda verbal atau visual di bagian samping teks)
v Rangkuman
Akhir:
v Senarai (daftar kata sukar)
v Tes akhir
v Indeks

9
Tidak semua alat bantu belajar tersebut harus ada dalam satu bahan ajar, artinya
dapat memilih alat bantu belajar yang paling tepat dan paling dibutuhkan untuk
melengkapi bahan ajar.

6. Ilustrasi
Menurut Krisma (2014) penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki ragam
manfaat, antara lain untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan,
membuat bahan ajar menjadi lebih menarik melalui variasi penampilan.
Ilustrasi dapat dibuat sendiri sebagai pengembang bahan ajar, jika mempunyai
keterampilan menggambar yang baik. Namun, ilustrasi juga dapat dibuatkan oleh
perancang grafis atau pelukis, yang menerjemahkan gambar-gambar yang diinginkan ke
dalam ilustrasi yang baik dan tepat. Selain itu, ilustrasi juga dapat diambil dari sumber
langsung (misalnya foto), sumber atau buku lain (misalnya majalah atau ensiklopedia).
Jika ilustrasi diperoleh dari sumber atau buku lain, berkewajiban memberi penjelasan
tentang hal itu dalam bahan ajar yang tulis.
Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar, antara lain daftar atau tabel,
diagram, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa, simbol, dan skema.
7. Kelengkapan Komponen
Menurut Krisma (2014) idealnya, bahan ajar merupakan paket multikomponen
dalam bentuk multimedia. Paket tersebut mempunyai sistematika penyampaian dan
urutan materi yang baik, meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi bimbingan
tentang strategi belajar, menyediakan latihan yang cukup banyak, memberi saran-saran
untuk belajar kepada peserta (pertanyaan kunci, soal, tugas, kegiatan), serta memberikan
soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta sebagai cara untuk mengukur
kemampuan diri sendiri dan umpan baliknya. Paket bahan ajar dapat bersifat lengkap
dalam satu paket, atau dapat juga dilengkapi dengan sumber informasi lain (dari
internet, atau buku lain), panduan belajar/peserta, serta panduan guru.

2.2 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar


Menurut Depdiknas dalam Krisma (2014) merinci prosedur/ langkah-langkah
pengembangan bahan ajar, yaitu diantaranya sebagai berikut :

10
1. Pertama, menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan mengidentifikasi
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini dikarenakan setiap aspek
dalam SK dan KD jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
2. Kedua, mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi pembelajaran dibedakan
menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan prosedur), aspek afektif
(pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian) serta aspek psikomotorik
(gerakan awal, semi rutin, dan rutin).
3. Ketiga, mengembangkan bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK-KD yang
telah teridentifikasi tadi.Dan yang keempat, mengembangkan sumber bahan ajar.
Menurut Krisma (2014) pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis
kebutuhan siswa. Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan
ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas sebagai
berikut:
1. Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang
dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum
2. Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan
karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial,
budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa
3. Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau
kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan
karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya
partisipasi dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Pengembangan lembar
kegiatan siswa menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat bagi siswa
menguasai kompetensi tertentu, karena lembar kegiatan siswa dapat membantu siswa
menambah informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara
sistematis.
Menurut Krisma (2014) pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik
berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang
bermanfaat.
Penatar seringkali mengabaikan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik ini
karena berasumsi, jika sudah dibuat dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan,
maka bahan ajar dapat digunakan dengan efektif dalam proses pembelajaran. Padahal

11
Menurut Husni (2010) ada beberapa langkah yang harus dilakukan penatar sebelum sampai
pada kesimpulan bahwa bahan ajar sudah dikembangkan dengan baik, serta bahan ajar
yang digunakan memang baik. Paling tidak ada empat langkah utama dalam prosedur
pengembangan bahan ajar yang baik, sebagai berikut:

1. Analisis
Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta diklat, dengan perilaku awal
dan karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan
kemampuan bidang ilmu atau mata tataran yang sudah dimiliki peserta. Seberapa jauh
peserta sudah menguasai mata tataran itu? Sementara itu karakteristik awal memberikan
informasi tentang ciri-ciri peserta.
Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka implikasi terhadap
rancangan bahan ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera dikembangkan.
Pengenalan yang baik terhadap perilaku awal dan karakteristik awal peserta sangat
diperlukan untuk menentukan kebutuhan peserta dan kemudian merancang bahan ajar
yang bermanfaat bagi peserta.
2. Perancangan
Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau
diperhatikan yaitu:
a. Perumusan Tujuan Pembelajaran berdasarkan Analisis
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau diagram
tentang kompetensi yang akan dicapai peserta baik kompetensi umum maupun
kompetensi khusus. Kompetensi umum dan kompetensi khusus, jika dirumuskan
kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran
umum dan tujuan pembelajaran khusus. Adapun kaidah yang berlaku, antara lain
dengan melengkapi komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience, Behavior,
Condition, Degree.
b. Pemilihan Topik Mata Tataran
Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah dilakukan,
maka peserta sudah mempunyai gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai
oleh peserta melalui proses belajar. Dengan demikian petatar juga dapat segera
menetapkan topik mata tataran dan isinya. Apa saja topik, tema isu yang tepat untuk
disajikan dalam bahan ajar, sehingga peserta dapat belajar dan mencapai kompetensi

12
yang telah ditetapkan? Apa saja teori, prinsip atau prosedur yang perlu didiskusikan
dalan bahan ajar?
Acuan utama pemilihan topik mata tataran adalah silabus dan analisis
instruksional yang telah penatar miliki. Selanjutnya penatar juga dapat
menggunakan berbagai buku dan sumber belajar serta melakukan penelusuran
pustaka, yaitu mengkaji buku-buku tentang mata tataran termasuk encyclopedia,
majalah, dan buku yang ada di perpustakaan.
c. Pemilihan Media dan Sumber
Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah penatar
memiliki analisis instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran. Penatar
diharapkan tidak memilih media hanya karena media tersebut tersedia bagi penatar,
disamping itu penetar diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh kesediaan
beragam media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti
komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh
peserta dalam proses belajar. Jadi pilihlah media yang dibutuhkan untuk
menyampaikan topik mata tataran, yang memudahkan peserta belajar, serta yang
menarik dan disukai peserta. Kata kuncinya adalah: Media yang dapat
membelajarkan peserta. Media itulah yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih
d. Pemilihan Strategi Pembelajaran
Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika merancang
aktivitas belajar. Dalam merancang urutan penyajian harus berhubungan dengan
penentuan tema/ isu/ konsep/ teori/ prinsip/ prosedur utama yang harus disajikan
dalam topik mata tataran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta
konsep dari apa yang ingin dibelajarkan. Jika sudah mengetahuinya maka
bagaimana materi itu disajikan, secara umum dapat dikatakan bagaimana struktuk
bahan ajarnya.
Berbagai urutan penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian atau
kronologis, berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat dan lain sebagainya.
3. Pengembangan
Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk
mengembangkan bahan ajar dengan baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk
memulai pengenbangan bahan ajar yaitu:

13
a. Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku
atau panduan praktik
b. Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan
c. Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal
d. Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memeberikan pengalaman belajar
kepada peserta
e. Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen
penting dalam memperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi
peserta
f. Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan
dalam membuat bahan ajar
g. Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif
dan perintah sangat penting agar peserta dapat memahami maksud penatar.
4. Evaluasi dan Revisi
Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai
pihak terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai
masukan untuk memperbaiki bahan ajar dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas.
Evaluasi sangat diperlukan untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan.
Apakah bahan ajar yang dikembangkan memang dapat dimengerti, dibaca dengan baik
dan dapat membelajarkan peserta. Di samping itu evaluasi diperlukan untuk
memperbaiki bahan ajar sehingga menjadi bahan ajar yang baik.
Secara umum ada 4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar yaitu
a. Telaan oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan serta ketepatan
cakupan)
b. Uji coba satu-satu (Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar, kemudian diminta
untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan
tingkat kesukaran)
c. Uji coba kelompok kecil (Satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar, kemudian
diminta untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi,
perwjahan dan tingkat kesukaran)
d. Uji coba lapangan ( Untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar dapat mencapai
tujuan?. Apakah bahan ajar dianggap memadai dan seterusnya.

14
2.3 Tujuan Dan Manfaat Pengembangan Bahan Ajar
2.3.1 Tujuan Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun dengan tujuan antar lain sebagai berikut
a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
denganmempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang
sesuaidengankarakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.

b. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku
buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
2.3.2 Manfaat Pengembangan Bahan Ajar
Manfaat bagi guru antara lain sebagai berikut:
a. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan
belajar peserta didik
b. Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh
c. Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi
d. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar
e. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta
didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
f. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
Manfaat bagi Peserta Didik antara lain sebagai berikut:
a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
b. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan
terhadap kehadiran guru.
c. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus
dikuasainya

2.4 Pengembangan Bahan Ajar Menurut Gagne & Briggs


Gagne & Briggs (dalam Efendi, 2012) menyatakan bahwa pengembangan bahan ajar
berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang
atau desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya
meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang
intruksional. Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip

15
keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c)
evaluasi keberhasilannya. Gagne dan Briggs (1974: 212-213) mengemukakan 12 langkah
dalam pengembangan desain intruksional, langkah pengembangan dimaksud dirumuskan
sebagai berikut:
a. Analisis dan identifikasi kebutuhan
b. Penetapan tujuan umum dan khusus
c. Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
d. Merancang komponen dari sistem
e. Analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c)
kendala-kendala.
f. Kegiatan untuk mengatasi kendala
g. Memilih atau mengembangkan mater ipelajaran
h. Merancang prosedur penelitian murid
i. Ujicoba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru.
j. Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
k. Evaluasi sumatif, dan
l. Pelaksanaanoperasional

Model Gagne & Briggs di atas merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan
bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir.
Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif
baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan pengembangan
kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat sekolah (KTSP). Kemudian guru diberikan
kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi
dasar yang dituangkan secara eksplisit dalam silabus dan RPP.

2.5 Pengembangan Bahan Ajar Menurut Kemp


Model desain sistem instruksional yang dikembangkan oleh Kemp (1994) merupakan
model yang membentuk siklus. Dalam model ini pengembangan desain sistem
pembelajaran terdiri atas komponen-komponen yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, tujuan, dan berbagai kendala yang timbul. Menurut Kemp pengembangan
perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinyu. Tiap- tiap langkah pengembangan
berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari
titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut. Model Kemp ini tidak menentukan dari

16
komponen mana seharusnya proses pengembangan itu dimulai. Dalam mengembangkan
sistem instruksional bisa dimulai dari komponen mana saja, asal tidak mengubah urutan
komponennya, dan setiap komponen itu memerlukan revisi demi mencapai hasil yang
maksimal. Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para
pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun sebaiknya proses
pengembangan itu dimulai dari tujuan. Secara umum model pengembangan model Kemp
ditunjukkan pada gambar berikut:

Beberapa langkah dalam penyusunan bahan ajar (dalam Kemp et al, 1994), yaitu.
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)
Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan dalam kurikulum yang berlaku
dengan fakta yang terjadi dilapangan.
2. Analisis Karakteristik Siswa (Leaner Characteristics)
Mengetahui karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik
individual maupun berkelompok.
3. Analisis Tugas (Task Analysis)
Merinci isi mata pelajaran dalam bentuk garis besar untuk menguasai isi bahan kajian
atau mempelajari keterampilan yang mencakup keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotor, dan keterampilan sosial. 
4. Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)
Mendesain kegiatan pembelajaran, kerangka kerja dalam mengevaluasi hasil belajar
siswa dan panduan siswa dalam belajar.
5. Menyusun Materi Pembelajaran (Content Squencing)
Mengurutkan isi pokok bahasan berdasarkan pengetahuan prasyarat, familiaritas,
kesukaran, minat serta perkembangan siswa.
6. Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)
Memilih strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan.
7. Strategi Pembelajaran (Instructional Delivery)
Tujuan dari langkah ini adalah untuk memilih media atau sumber pembelajaran

17
sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran sangat
tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran dan media yang dipilih.
8. Instrumen Penilaian (Evaluation Instrument)
Menyusun instrumen penilaian untuk menilai hasil belajar yang disusun berdasarkan
tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan sehingga kriteria yang digunakan
adalah penilain acuan patokan.
9. Sumber Pembelajaran (Instructional Resources)
Melihat ketersediaan secara komersial, biaya pengadaan, waktu untuk
menyediakannya serta menyenangkan bagi siswa dalam membuat media atau  sumber
pembelajaran.
10. Pelayanan Pendukung (Support Services)
Menentukan keberhasilan pengembangan bahan ajar dengan memperhatikan
ketersediaan anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, kemampuan staf, pengajar,
perancang pembelajaran, pakar, dan lain sebagainya
11. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)
Penilaian yang dilakukan setiap selesai satu unit proses pembelajaran untuk memberi
informasi kepada pengajar atau tim pengembang seberapa baik program ini mencapai
sasaran.
12. Penilaian Sumatif (Summative Evaluation)
Penilaian yang digunakan untuk menilai sejauhmana tujuan instruksional telah
dicapai di akhir program pembelajaran.
13. Revisi Perangkat Pembelajaran (Revision)
Mengevaluasi dan memperbaiki perangkat pembelajaran yang dikembangkan. secara
terus menerus pada setiap langkah pengembangannya.

2.6 Pengembangan Bahan Ajar Menurut Brog & Gall


Borg & Gall mendefinisikan penelitian dan pengembangan sebagai suatu usaha untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam penelitian. Borg
& Gall dalam model penelitian yang dikembangkan menetapkan 10 langkah prosedural
dalam pengembangan bahan ajar (Borg&Gall 1983:772), langkah-langkah tersebut adalah:

1. Research and Information Collecting (melakukan penelitian dan pengumpulan


informasi)

18
Penelitian dan pengumpulan data yang meliputi: mengumpulkan sumber
rujukan/kajian pustaka, observasi/pengamatan kelas, dan identifikasi permasalahan yang
dijumpai dalam pembelajaran dan merangkum permasalahan.

2. Planning (melakukan perencanaan)


Melakukan perencanaan, yang meliputi: identifikasi dan definisi keterampilan,
penetapan tujuan, penentuan urutan, dan uji coba pada skala kecil.

3. Develop Preliminary Form of Product (mengembangkan bentuk awal produk)


Mengembangkan jenis/bentuk produk awal, yang meliputi: penyiapan materi
pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi.

4. Preliminary Field Testing (melakukan uji lapangan awal)


Melakukan uji coba tahap awal, dilakukan pada 1-3 sekolah menggunakan 6-12
subjek ahli. Pengumpulan informasi/data dengan menggunakan observasi, wawancara,
kuesioner, dan dilanjutkan dengan analisis data.

5. Main Product Revision (melakukan revisi produk utama)


Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran dari hasil
uji coba lapangan awal.

6. Main Field Testing (merlakukan uji lapangan untuk produk utama)


Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 5-15 sekolah, dengan 30-300
subjek. Tes/penilaian tentang prestasi belajar pebelajar dilakukan sebelum dan sesudah
proses pembelajaran.

7. Operational Product Revision (melakukan revisi produk operasional)


Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan saran dan masukan hasil
uji coba lapangan utama.

8. Operational Field Testing (melakukan uji lapangan terhadap produk final)


Melakukan uji coba lapangan operasional, dilakukan sampai 10-30 sekolah,
melibatkan 40-200 subjek, dan data dikumpulkan melalui wawancara, observasi,
kuesioner, dan analisis data.
9. Final product revision (melakukan revisi prduk final)

19
Revisi ini dilakukan berdasarkan hasil dari uji lapangan. Hasil uji yang diperoleh
dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan dan penyempurnaan produk yang
dikembangkan
10. Dissemination and implementation (diseminasi dan implementasi)
Penyampaian hasil pengembangan (proses, program, produk) kepada para pengguna
yang professional melalui forum pertemuan atau menuliskan dalam jurnal atau dalam
bentuk buku atau handbook. Sementara itu, produk dari penelitian yang telah
dilakukan dapat didistribusikan melalui perpustakaan, dinas-dinas terkait ataupun
melalui toko buku. Yang terpenting dalam mendistribusikan produk ini adalah produk
harus dilakukan setelah melalui quality control.

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
a. Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan sebagai pendukung dalam proses
pendidikan dan latihan yang dilaksanakan secara sistematis. Dalam
pengembangannya, perlu memperhatikan faktor-faktor yang berlaku dan prosedur/
langkah-langkah pengembangannya.
b. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain: Kecermatan Isi, Ketepatan
Cakupan, Ketercernaan Bahan Ajar, Penggunaan Bahasa, Perwajahan/Pengemasan,
Ilustrasi, dan Kelengkapan Komponen. Sedangkan prosedurnya terdiri dari empat
langkah utama, yaitu: Analisis, Perancangan, Pengembangan, Evaluasi dan Revisi.
c. Semua acuan tersebut dibutuhkan demi mendapat manfaat dari pengembangan bahan
ajar sebagai pendukung yang penting untuk mengajar guru dan belajar siswa.
d. Model-model pengembangan memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing.
Untuk itu kita bisa memanfaatkan langkah-langkah teoritis model-model tersebut
atau memodifikasilangkah-langkah yang terdapat pada model tersebut yang
disesuaikan dengan kebutuhan kita untuk mengembangkan bahan ajar kita sendiri.
3.2 SARAN

20
Guru dalam mengembangkan bahan ajar, sebaiknya jangan melewatkan
prosedur yang berlaku. Karena meskipun materi sudah tersedia dan sesuai. Tetapi
jika tidak mengikuti prosedur maka bahan ajar yang akan dikembangkan jadi
kurang efisien. Faktor-faktor yang sekiranya kurang dipandang dalam
pengembangan bahan ajar juga sebaiknya dipelajari, karena hal-hal kecil terkadang
dapat berpengaruh besar pada pengembangan bahan ajar apabila dilewatkan/ tidak
diperhatikan dengan seksama.DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Sa’dun. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (Edisi Revisi). Yogyakarta: Cipta Media.

Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. (1983). Educational Research: An Introduction, Fifth
Edition. New York: Longman.

Gagne, R.M. & Briggs, L.J. (1974). Principles of Instructional Design. New York: Holt
Renehart and Winston Inc.

Guntur Tarigan, Henry. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa
Bandung.

Kemp, J. E, Morrison, G. R & Ross, S. M. 1994. Designing Effective Instruction. New


York: Macmillan College Publishing Company.

Krisma, Richa. 2014. Pengembangan Bahan Ajar : Macam-macam Bahan Ajar.


http://pengembanganbahanjar/2014/07/macammacam-bahan-ajar.html (diakses 20
Maret 2021)

Panen, P & Purwanto, 1997. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud
Gafur A. 2004. Pedoman Penyusunan Materi Pembelajaran (Instructional Material.
Jakarta:Depdiknas

Komalasari, Kokom. 2010. “Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi”. Bandung:


Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai