Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

‘’KONSEP DASAR PENGERTIAN DAN PRINSIP PRINSIP

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR’’

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan bahan ajar ips

Dosen pengampu : Novita Nurul Islami, M.Pd

Di susun oleh :

1. Risma Dina Fita (202101090017)


2. Viranti Andayani (202101090021)
3. Afiratul Abidah (202101090035)
4. Izzatul Fatimah (202101090036)
5. Ana Sriwahyuningtyas (202101090043)
6. Siti waqi’ah (202101090048)
7. Nova Maharani (205101090002)
8. Harisa Rosayyida (205101090015)

PROGRAM STUDI TADRIS IPS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pengertian dan
prinsip prinsip pengembangan bahan ajar”. Penyusunan makalah ini bertujuan memenuhi salah
satu tugas mata kuliah pengembangan bahan ajar ips.

Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hasil yang dicapai dari makalah
ini, masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami pribadi maupun pembaca sekalian dan mudah-mudahan amal baik kita
mendapat ridho dan magfiroh-Nya. Amin.

Jember, 18 Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................1

a. Latar Belakang........................................................................... 1
b. Rumusan Masalah.......................................................................3
c. Tujuan..........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................4

a. Pengertian Dan Klasifikasi Bahan Ajar........................................4


b. Ragam Bahan Ajar........................................................................6
c. Indikator Bahan Ajar Efektif........................................................9
d. Prosedur Dan Prinsip Pengembangan Bahan Ajar.....................11

BAB III PENUTUP...........................................................................20

a. Kesimpulan.................................................................................20
b. Saran...........................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan bahan ajar digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi,


mengembangkan, dan mengevaluasi isi dan strategi pembelajaran. Pengembangan bahan
ajar sebagai pemahaman tentang desain pernbelajaran. Selain itu, pengembangan bahan ajar
mempertimbangkan sifat materi ajar, jumlah peserta didik, dan ketersediaan materi.
Pengembangan bahan ajar mengunakan prinsip luwes. Prinsip luwes artinya dapat menerima
hal-hal baru yang belum tercakup dalam isi mata pelajaran pada saat
pengimplementasiannya.1 Prinsip luwes siswa mampu menerima hal-hal baru dalam isi mata
pelajaran yang belum tercakup pada bahan ajar yang disampaikan oleh guru.

Pengembangan bahan ajar yang menyenangkan dan menanamkan nilai- nilai moral
untuk peserta didik sangat diperlukan. Hal ini untuk meningkatkan kualitas peserta didik
dalam ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menjadi inti dalam kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 yang berbasis teks, dijadikan pendidik untuk mengembangkan dan
menyusun bahan ajar yang berkualitas, bervariasi, dan tetap mempertahankan aspek-aspek
dasar dalam kurikulum 2013. Berbasis teks, peserta didik dituntut untuk aktif mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari. Teks tersebut digunakan oleh pendidik untuk mengembangkan bahan
ajar yang berkualitas serta mampu menanamkan nilai-nilai moral yang baik.

Bahan ajar sebagai komponen dalam kurikulum yang akan disampaikan kepada
siswa. Komponen yang berperan sebagai materi pembelajaran, ketika proses pembelajaran.
Materi pembelajaran tersebut disusun dalam silabus untuk mempermudah pelaksanaan
pembelajaran. Materi pembelajaran terlebih duhulu dikembangkan, sehingga lengkap dan
siap digunakan sebagai bahan ajar. Guru ketika menyampaikan pembelajaran, terlebih
dahulu menguasai tentang cara menyampaikan materi dengan baik. Supaya materi
pembelajaran dipahami siswa, maka guru melakukan organisasi materi pembelajaran
sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Sebagai pendidik yang profesional, guna

1
Mbulu, J. dan Suhartono. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Malang: Elang Mas.

1
bahan individu mempersiapkan metode, media, dan materi pembelajaran difokuskan untuk
kepentingan proses belajar mengajar. Ketika proses belajar mengajar, Guru mengarahkan
dan membimbing siswa supaya aktif, sehingga tercipta interaksi yang baik antara guru
dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Manfaat arahan dan pembelajaran yang disampaikan oleh guru kepada siswa untuk
menguasai materi, juga memberi pemahaman dan penguasaan kepada siswa tentang tema.
Manfaat bimbingan pembelajaran agar siswa mampu menyelesaikan masalah. Masalah yang
sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, memilih bahan ajar, menentukan
bahan ajar, dan materi pembelajaran yang sesuai dalam rangka membantu siswa mencapai
kompetensi.

Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam mencapai kompetensi, kurikulum
atau silabus dan materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi
pokok. Tugas Guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut, sehingga menjadi bahan ajar
yang lengkap. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh pendidik yang
profesional, input yang baik, dan fasilitas, fasilitas seperti gedung sekolah, alatalat
pengajaran, dan perpustakaan. Pemilihan bahan ajar yang tepat dan berkualitas sangat
penting. Sebagai seorang pendidik memilih bahan ajar yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.

Prinsip-prinsip Pengembangan bahan ajar merupakan upaya penyusunan bahan ajar


baik yang berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis oleh guru untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar dikelas.2 Menurut Nur hamim dan kawan-kawan prinsip-prinsip
pengembangan bahan ajar ada 3 yaitu :

1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Bahan ajar hendakya relevan atau ada kaitan atau
ada hubungan nya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa
menghafal fakta, maka bahan ajar yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
2. Prinsip Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta
didik empat macam maka bahan ajar harus tersedia sebanyak empat macam pula.
2
Sakilah, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, ( Kreasi Edukasi: Pekanbaru, 2015), halaman 122.

2
3. Prinsip Kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Kecukupan perlu
diperhatikan. Cukup tidaknya aspek materi dari satu materi pembelajaran akan sangat
membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan.3
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dan klasifikasi bahan ajar!
2. Uraikanlah ragam-ragam dari bahan ajar!
3. Bagaimana indikator dari bahan ajar efektif?
4. Bagaimana prosedur dan prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan klasifikasi dari bahan ajar.
2. Untuk mengetahui ragam-ragam dari bahan ajar.
3. Untuk mengetahui indikator dari bahan ajar efektif.
4. Untuk mengetahui prosedur dan prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar.

3
Nur Hamim,etc, Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sertikikasi Guru/Pengawas dalam Jabatan Kuota
2012 ,(Surabaya: Ftk IAIN, 2012), halaman 25.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan klasifikasi Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa
bahan tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan
ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak
tertulis, sehingga tercipta suatu lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar.4
Menurut Panen mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau
materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran5.
Bahan ajar sendiri dapat di sebut sebagai sesuatu yang unik dan spesifik , Unik dalam
artian bahwa bahan ajar ini di bentuk atau disusun secara khusus untuk audience yang
membutuhkan atau sedang dalam taham pembelajaran . Bahan ajar juga disebut sebagai hal
yang spesifik dalam artian isi bahan ajar ini dirancang dengan baik sesuai dengan kebutuhan
untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran .

Bahan ajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu berdasarkan bentuknya, cara
kerjanya, dan berdasarkan sifatnya. yang pertama mengelompokkan bahan ajar
berdasarkan bentuknya ke dalam 7 jenis, yaitu:

1. Bahan ajar cetak dan duplikatnya, misalnya handouts, lembar kerja siswa, bahan
belajar mandiri, dan bahan belajar kelompok.
2. Bahan ajar display yang tidak diproyeksikan, misalnya flipchart, poster, model, serta
foto.
3. Bahan ajar display diam yang diproyeksikan, misalnya slide, filmstrips, dan lain-lain.
4. Bahan ajar audio, misalnya audiodiscs, audio tapes, dan siaran radio.
5. Bahan ajar audio yang dihubungkan dengan bahan visual diam, misalnya program
slide suara, program filmstrip bersuara, tape model, dan tape realia.

4
Endang dan Noviana, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA,968
5
Panen, P., dan Purwanto. 2004. Penulisan Bahan Ajar.

4
6. Bahan ajar video, misalnya siaran televisi, film, dan rekaman videotape.
7. Bahan ajar komputer, misalnya Computer Assisted Instruction (CAI) dan Computer
Based Tutorial (CBT).6

Yang ke dua yaitu: mengelompokkan jenis bahan ajar berdasarkan cara kerjanya
dalam 5 kelompok besar yaitu:

1. bahan ajar yang tidak diproyeksikan seperti foto, diagram, display, model;
2. bahan ajar yang diproyeksikan, seperti slide, film strips, overhad, trasfarenceis,
proyeksi computer;
3. bahan ajar audio, seperi kaset dan compact disc;
4. bahan ajar video dan film;
5. bahan ajar (media) komputer, misalnya computer mediated instruction, computer
based multimedia atau hypermedia. 7

Yang ketiga adalah berdasarkan sifatnya. mengelompokkan jenis bahan ajar ke dalam empat
kelompok berdasarkan sifatnya, yaitu:8

1. Bahan ajar berbasiskan cetak. Kategori bahan ajar ini termasuk buku, brosur, panduan
siswa, bahan ajar, buku pedoman siswa, peta, diagram, foto, bahan majalah atau koran,
dan sebagainya.
2. Bahan ajar berbasiskan teknologi. Kategori bahan ajar ini mencakup kaset audio,
program radio, slide, strip film, film, video, program televisi, video interaktif, tutorial
berbasis komputer, dan konten multimedia.
3. Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek. Contoh: peralatan ilmiah,
lembar observasi, lembar wawancara, dan lain nya.
4. Bahan ajar yang dibutuhkan untuk interaksi dengan manusia (terutama pembelajaran
jarak jauh). Contoh: telepon, telepon seluler, konferensi video dan sebagainya.9
6
Asri Musandi Waraulia, M. Pd. 2020, Bahan Ajar, UNIPMA Press (Anggota IKAPI) Universitas PGRI Madiun,
hal 6-7?.

7
Risma Sitohang, 2014. Pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di SD.
Jurnal Kewarganegaraan, Volume 23, Nomor 02
8
Asri Musandi Waraulia, M. Pd. 2020, Bahan Ajar, UNIPMA Press (Anggota IKAPI) Universitas PGRI Madiun,
hal 6-7?.
9
Adalah.Co.Id. 2022, Bahan ajar adalah, https://adalah.co.id/bahan-ajar/

5
B. Menguraikan Ragam Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan perangkat mengajar yang digunakan oleh guru/dosen dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Beragam bahan ajar dapat digunakan untuk memfasilitasi proses belajar peserta didik
agar mampu mencapai kemampuan atau kompetensi yang diperlukan. Bahan ajar pada
umumnya dapat diklasifikasikan menjadi bahan ajar cetak dan bahan ajar non-cetak. Contoh
bahan ajar cetak, yaitu buku teks, modul atau buku ajar mandiri, brosur, dan poster.
Sedangkan bahan ajar non-cetak meliputi realia atau benda-benda sesungguhnya, seperti
model, program audio, program video, dan program multimedia.

Pada Perkembangan teknologi informasi yang berlangsung pesat seperti saat ini
mengharuskan kita sebagai calon guru/pendidik untuk menambah satu klasifikasi ragam
bahan ajar, yaitu bahan ajar yang memanfaatkan jaringan internet atau web dan bahan ajar
digital.

Secara umum bahan ajar dapat dibedakan ke dalam bahan ajar cetak dan noncetak.
Bahan ajar cetak dapat berupa, handout, buku, modul, brosur, dan lembar kerja siswa.
Sedangkan bahan ajar noncetak meliputi, bahan ajar audio seperti, kaset, radio, piringan
hitam, dan compact disc audio. Bahan ajar audio visual seperti, CAI (Computer Assisted
Instruction), dan bahan ajar berbasis web (web-based learning materials)10

Bentuk bahan ajar atau materi pembelajaran antara lain adalah bahan cetak (hand out,
buku, modul, LKS, brosur, dan leaflet), audio (radio, kaset, cd audio), visual (foto atau
gambar), audio visual (seperti; video/ film atau VCD) dan multi media (seperti; CD
interaktif, computer based, dan internet).11

10
Ika Lestari. 2013. “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi”. Padang:Akademia Permata.Hal. 5
11
Mulyasa, H.E. 2013”Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013”.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Hal.69

6
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bentuk-bentuk bahan ajar atau
materi pembelajaran,antara lain:12

1. Bahan ajar cetak merupakan bahan ajar yang paling banyak digunakan dalam
aktivitas pembelajaran. Bahan ajar cetak adalah sejumlah bahan yang disiapkan dalam
kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian
informasi.13 Saat ini bahan ajar cetak masih menjadi bahan ajar yang sangat baku
untuk dipergunakan secara luas di sekolahsekolah. Bahan ajar cetak pada umumnya
digunakan baik oleh guru maupun siswa, dan saat ini produksi dan penggandaannya
dapat dilakukan langsung oleh sekolah-sekolah dengan menggunakan mesin cetak,
mesin fotokopi ataupun mesin duplikator. seperti:
a. Hand out adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara. Handout
(bahasa Inggris) berarti 'berita', 'informasi", atau 'surat lembaran'. Dalam KBBI
daring, handout merupakan rangkuman dari berbagai sumber lainnya. Adapun
sebagai bahan ajar, handout merupakan bahan ajar yang berfungsi untuk
mendukung, memperjelas, dan memperkaya bahan ajar utama. Bahan-bahan di
dalamnya bersumber dari berbagai referensi selain dari buku teks (buku utama).
Namun, tetap relevan dengan KD/ indikator yang ditetapkan guru sebelumnya.
Bahan-bahan dalam bandout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain
dengan mengunduh dari internet, menyadur dari sebuah buku, dengan merangkum
dari buku utama atau dari berbagai sumber.14
b. Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari
pengarangnya.
c. Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa dengan bimbingan guru. Dalam dunia pengajaran,
modul diartikan sebagai suatu unit yang lengkap, berdiri sendiri, dan terdiri atas
suatu rangkaian kegiatan belajar dalam mencapai sejumah tujuan yang
dirumuskan secara khusus dan jelas. Dalam sumber lain, dinyatakan bahwa modul
ialah sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana dan didesain oleh guru, guna
membantu peserta didik di dalam mencapai tujuan tertentu. Modul merupakan
12
E. Mulyasa. 2006. Kurikulum yang di sempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
13
Kemp, J.E. & Dayton, D.K. (1985). Planning and Producing Instructional Media. New York: Harper and Row.
14
Kosasih, E. 2020 "Pengembangan Bahan Ajar" Jakarta : Bumi Aksara, Hal. 40

7
paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang
direncanakan untuk peserta didikan, dan dirancang secara sistematis untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Modul merupakan bahan ajar
cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik.15
d. Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan
dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi
lengkap.
2. Bentuk bahan ajar non cetak
a. Audio Visual, Contoh: video/film,Video Compact Disc (VCD). Video merupakan
ragam bahan ajar yang sangat bermanfaat digunakan dalam menjelaskan konsep
yang berkaitan dengan gerakan atau proses. Bahan ajar video dapat
memperlihatkan bagaimana sebuah proses atau prosedur tengah berlangsung.
b. Audio, Contoh: radio, kaset, Compact Disc (CD) audio, piringan hitam.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga,16 audio merupakan alat
peraga yang bersifat dapat didengar.17 audio berasal dari kata audible, yang
artinya suaranya dapat diperdengarkan secara wajar oleh telinga manusia. Bahan
ajar audio merupakan salah satu jenis bahan ajar noncetak yang di dalamnya
mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang
dapat dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna
membantu mereka dalam menguasai kompetensi tertentu.
c. Visual, Bahan ajar visual, yaitu bahan ajar yang penggunaannya dengan indra
penglihatan. Contoh: foto, gambar, model/maket.
d. Multi Media, Contoh: CD interaktif, Computer Based, Internet. Program
multimedia merupakan bahan ajar yang mampu menampilkan semua unsur
tayangan secara komprehensif. Program ini memiliki kemampuan untuk
memperlihatkan kombinasi informasi dan pengetahuan dalam bentuk teks, audio,
gambar, foto, video, dan animasi secara simultan, kemampuan ini dapat

15
Kosasih, E. 2020 "Pengembangan Bahan Ajar" Jakarta : Bumi Aksara, Hal. 18
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2017. Edisi Ketiga. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka.
Hal.76
17
Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Java Media. Hal.78

8
digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep yang harus dipelajari oleh peserta
didik secara komprehensif. Bahan ajar multimedia dapat dipelajari melalui
penggunaan perangkat keras atau hardware komputer. Selain itu, bentuk tayangan
digital ini dapat diunggah (upload) ke dalam situs web atau website.
3. Bentuk bahan ajar yang berbentuk fasilitas, Contoh: perpustakaan, ruang belajar,
studio, lapangan olah raga.
4. Bentuk bahan ajar berupa kegiatan, Contoh: wawancara, kerja kelompok, observai,
simulasi, permainan.
5. Bentuk bahan ajar berupa lingkungan masyarakat, Contoh: Teman, terminal pasar,
toko, pabrik, museum

C. Indikator Bahan Ajar Efektif

Pemanfaatan bahan ajar, apa pun bentuknya harus mampu memfasilitasi


berlangsungnya proses belajar dalam diri peserta didik. Dengan kata lain,bahan ajar yang
digunakan dalam aktivitas pembelajaran harus merupakan bahan ajar yang efektif dan
efisien. Heinich dan kawan-kawan. mengemukakan empat indikator yang dapat dijadikan
sebagai rujukan untuk menilai efektivitas dan efisiensi penggunaan bahan ajar, yaitu:
1. Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Mampu memotivasi peserta didik untuk melakukan proses belajar secara
berkesinambungan.
3. Mampu meningkatkan daya ingat atau retensi peserta didik terhadap isi atau materi
yang telah dipelajari.
4. Mampu membuat peserta didik berperan aktif dalam mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilan yang dipelajari.18
1. Meningkatkan Hasil Belajar atau Kompetensi
Bahan ajar, cetak dan non-cetak, yang sengaja dirancang dan dikembangkan untuk
mendukung sebuah aktivitas pembelajaran perlu diselaraskan dengan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. Bahan ajar yang
digunakan perlu dirancang agar memuat isi atau materi yang akurat dan dapat
disampaikan secara sistematik. Bahan ajar yang digunakan harus dapat membuat peserta

18
Dick, W. Carey, L. & Carey, J.O. (2009). The Systematic Design of Instruction. New York: Pearson.

9
didik memiliki kemampuan spesifik setelah mempelajari isinya. Peserta didik akan
memiliki kemampuan baru yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotor.19

2. Meningkatkan Motivasi Belajar

Bahan ajar yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran harus memuat ilustrasi
gambar yang dapat mendukung penguasaan kompetensi atau kemampuan yang sedang
dipelajari oleh peserta didik. Penggunaan gambar, grafik dan chart, serta tabel dalam
sebuah bahan ajar akan memudahkan peserta didik dalam memahami isi atau materi
pelajaran yang termuat di dalam sebuah bahan ajar. Selain itu, bahan ajar tersebut
perlu dikembangkan agar memiliki daya tarik sehingga membuat peserta didik tidak
merasa bosan untuk mempelajari isi dan pengetahuan yang terdapat di dalamnya.
Bahan ajar yang memiliki kemampuan seperti di atas akan dapat memfasilitasi
berlangsungnya proses belajar dalam diri peserta didik.

Bahan ajar yang memadukan unsur teks dan unsur ilustrasi gambar secara harmonis
akan menjadi bahan ajar yang mampu menarik perhatian penggunanya. Unsur teks
dan unsur gambar yang dipadukan secara harmonis sekaligus akan mampu
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.20

3. Meningkatkan Daya Ingat atau Retensi

Bahan ajar yang dirancang dengan memadukan unsur substansi atau isi materi pelajaran
dengan tata letak dan penggunaan ilustrasi gambar yang tepat, biasanya akan dapat
meningkatkan daya ingat peserta didik terhadap isi atau materi yang sedang dipelajari.
Peserta didik akan termotivasi untuk melakukan proses belajar apabila isi atau materi
yang terdapat dalam bahan ajar disusun secara sistematik dan dilengkapi dengan gambar-
gambar atau unsur visual yang menarik. Daya ingat atau retensi adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang dalam mengingat isi atau materi yang telah dipelajari setelah

19
Remillard, J. T. & Heck, D. (2014). Conceptualizing The Curriculum Enactment Process in Mathematics Education.
ZDM The Internationa Journal on Mathematics Education, 46(5), 705-718.
20
Hannafin, M.J (2016). A Design Framework for Enhancing Engagement in Student-Centered Learning: Own It,
Learn It, and Share It. Educational Technology Research and Development, Volume 64, Issue 4, 1 August 2016,
Pages 707-734.

10
melewati kurun waktu tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwyer
menunjukkan bahwa unsur visual atau gambar sangat efektif untuk digunakan dalam
meningkatkan daya ingat peserta didik terhadap isi atau materi pelajaran.

4. Menerapkan Pengetahuan dan Keterampilan yang Telah Dipelajari

Bahan ajar yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran harus dapat membuat peserta
didik mampu mengaplikasikan atau menerapkan konsepkonsep dan keterampilan yang
dipelajari dalam situasi yang nyata. Bahan ajar, apa pun ragamnya perlu dirancang dan
dikembangkan secara cermat sehingga dapat membuat penggunanya mampu menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari. Hal di atas sesuai dengan pandangan
tentang pembelajaran bermakna atau meaningful learning yang mengaitkan antara
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari oleh peserta didik dengan situasi dan
kondisi tempat pengetahuan dan keterampilan tersebut digunakan.21

D. Menguraikan Prosedur dan Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar, tidak dapat dilakukan kecuali dengan langkah/prosedur


yang benar. Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan berdasarkan suatu proses yang
sistematik, untuk menjamin tingkat kesahihan dan keterpercayaannya. Menurut Pannen,
minimal ada lima langkah prosedural dalam pengembangan bahan ajar yang baik, yaitu:
analisis, perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan revisi.22

Prosedur pengembangan bahan ajar – sebagaimana dikemukakan Pannen di atas –


dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Tahap analisis, merupakan tahap mencari informasi mengenai perilaku dan karakteristik awal
yang dimiliki siswa.

2. Tahap perancangan, yaitu tahap perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan hasil analisis,
pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dan sumber, serta pemilihan strategi
pembelajaran.

21
Smaldino, S. E, Russell, J. D. Heinich, R. & Molenda, M. (2005). Instructional Technology and Media for Learning.
New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall Inc.
22
Pannen dan Susy, “Faktor dan Prosedur Pengembangan Bahan Ajar”, dalam Dian Belawaty, Pengembangan
Bahan Ajar. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), 2.17.

11
3. Tahap pengembangan, adalah tahap penulisan bahan ajar secara utuh sesuai kebutuhan.

4. Tahap evaluasi, adalah tahap pengumpulan informasi mengenai kinerja bahan ajar yang telah
dikembangkan, sebagai masukan penyempurnaannya. Tahap ini dilakukan melalui empat
cara, yaitu: 1). telaah ahli materi, 2) uji coba satusatu, 3). uji coba kelompok kecil, dan 3) uji
coba lapangan.

5. Tahap revisi, adalah tahap perbaikan dan penyempurnaan bahan ajar berdasarkan masukan
yang diperoleh pada tahap evaluasi.

Penting ditekankan, dari kelima tahap di atas, tahap yang paling krusial adalah tahap
kedua dan ketiga; tahap perancangan dan pengembangan. Pada tahap perancangan, bahan
ajar didesain sedemikian rupa agar menghasilkan bahan ajar yang berkualitas. Selanjutnya,
berdasarkan rancangan yang telah didesain, dikembangkan lebih lanjut pada tahap ketiga
(tahap pengembangan).

1. Tahap Analisis
Pada tahap ini, karakteristik dan kebutuhan siswa merupakan fokus utama yang perlu
mendapat perhatian. Karakteristik dan kebutuhan siswa perlu diidentifikasi untuk
menentukan jenis dan substansi bahan ajar yang dikembangkan. Bahan ajar yang baik
adalah bahan ajar yang sesuai karakteristik siswa dan kebutuhan mereka terhadap bahan
ajar itu.
1. Tahap Perancangan
Pada tahap ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan, yaitu:
perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dan
sumber, serta pemilihan strategi pembelajaran.23 Pemilihan strategi pembelajaran
menyangkut dua hal penting, yaitu: urutan penyajian dan penentuan aktivitas pembelajaran.
Beberapa hal menyangkut kedua hal tersebut adalah sebagai berikut:

a. Urutan Penyajian
Penentuan urutan penyajian, berarti pengaturan urutan tema, konsep, teori, prinsip
atau prosedur utama (chierf teaching points) yang harus disajikan. Pengaturan urutan

23
Ibid., 2.18-2.23

12
logis semua itu, tentunya tidak sukar dilakukan, jika sebelumnya telah dibuat peta
konsep ketika menentapkan topik pelajaran. Pengaturan urutan penyajiannya, dapat
dipilih beberapa alternatif berikut, yaitu:
1) kronologis (chronological), berdasarkan kronologis kejadian;
2) geografis (place-to-place), berdasarkan lokasi/tempat;
3) alur berputar (concentric circles), berdasarkan prinsip pengulangan kembali topik
sebelumnya untuk kemudian dikaitkan dengan informasi baru.
4) sebab akibat (causal sequence), berdasarkan prinsip-prinsip sebab-akibat (sebab
mendahului akibat).
5) logika terstruktur (structural logic/hierarchical), berdasarkan informasi awal untuk
memahami informasi berikutnya;
6) pemecahan masalah (problem-centred), berdasarkan masalah dan kemungkinan
solusinya’;
7) langkah mundur (backward chaining), berdasarkan isu yang paling akhir kemudian
mundur sampai ke isu yang paling awal.
Namun demikian, penentuan urutan pembelajaran diharapkan dapat
mengakomodasikan keragaman urutan penyajian itu, dan mengkombinasikannya
dengan latihan dan contoh. Jadi, penyajian tidak harus selalu didahulukan, sebab
dalam proses pembelajaran, latihan/tugas dapat pula dilakukan terlebih dahulu oleh
siswa sebelum penyajian dan contoh diberikan; atau contoh diberikan terlebih dahulu
sebelum penyajian dan latihan atau tugas. Dengan demikian, urutan pembelajaran
dapat menjadi PLC(penyajian, latihan, contoh), LPC (latihan, penyajian, cotoh), atau
CPL (contoh, penyajian, latihan).
b. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran yang bermakna, adalah aktivitas pembelajaran yang
berfokus pada siswa (student-learning centered). Dalam aktivitas pembelajaran
bermakna, siswa dituntut belajar lebih aktif. Mereka harus melakukan banyak hal,
seperti mengerjakan latihan, tugas, dan beragam aktivitas yang dapat membentuk
pengalaman belajarnya. Selain itu, agar pembelajaran menjadi menarik dan tidak
membosankan, selain didukung oleh keragaman bentuk aktivitas pembelajaran, juga
perlu ada umpan balik yang diberikan oleh guru atau siswa. Bentuk aktivitas yang

13
beragam dapat mempermudah siswa belajar, karena suasana pembelajaran menjadi
kondusif, menarik, dan tidak membosankan. Sementara itu, umpan balik sangat
diperlukan karena memungkinkan siswa melakukan konfirmasi atau mengukur
pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajarinya. Aktivitas dan umpan balik,
merupakan dua faktor yang amat berperan dalam proses belajar.
Bentuk aktivitas pembelajaran terkait erat dengan tujuan pembelajaran dan
topik/materi pelajaran yang disampaikan. Wardani (2000) menyatakan bahwa jika
materi yang disajikan adalah materi baru, adalah wajar jika aktivitas belajar dimulai
dengan penyajian informasi. Penyajian informasi dapat dilakukan melalui beragam cara,
selain berbentuk teks deskriptif yang harus dibaca siswa, juga dapat berbentuk
permainan, peragaan model, pemutaran video, dan bentuk lain yang variatif. Sementara
itu, jika materi merupakan lanjutan dari yang sudah pernah dibahas sebelumnya, maka
aktivitas pendalaman dalam bentuk diskusi kelompok atau penggunaan LKS (lembar
kerja siswa) merupakan pilihan yang tepat. Tujuan utama dari aktivitas lanjutan ini
adalah memantapkan kemampuan siswa dalam penguasaan materi.
2. Tahap Pengembangan
Setelah tahap perancangan tersebut di atas, tahap paling penting lainnya adalah
melakukan pengembangan bahan ajar itu sendiri. Tahap pengembangan ini merupakan inti
(core) dari tahap-tahap lainnya. Tahap sebelumnya merupakan prasyarat, sementara tahap
berikutnya adalah tahap finalisasi. Jadi semua tahap itu memiliki signifikansi dan urgensinya
masing-masing. Karena merupakan kegiatan inti, pada tahap pengembangan diperlukan
kerja keras dan perhatian lebih. Kerja keras dan perhatian lebih itu diharapkan dapat
menghasilkan produk pengembangan yang optimal, menarik, efisien dan efektif.
Selain kerja keras dan perhatian lebih, ada beberapa saran yang dapat membantu dalam
melakukan pengembangan bahan ajar, di antaranya:
a. Penulisan bahan ajar dapat dilakukan dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS), bagian dari
buku pelajaran, atau panduan praktek.
b. Memulai penulisannya tidak harus secara berurutan, dari bab 1 atau topik 1, tetapi dapat
dimulai dari bagian mana saja yang dapat dilakukan.

14
c. Ketika menulis dan mengembangkan bahan ajar, bayangkan seolah-olah sedang mengajar
siswa tertentu yang paling dikenal, dan berikan karya terbaik kepadanya dia memperoleh
pengalaman belajar yang menarik, bermanfaat, dan efektif.
d. Hendaknya disadari bahwa bahan ajar yang sedang dikembangkan harus dapat
memberikan pengalaman belajar kepada siswa, bukan bahan ajar yang justru
membebaninya tanpa makna, apalagi kemudian membuatnya berhenti belajar karena
frustasi.
e. Sebagaimana keragaman media, sumber belajar, aktivitas, dan umpan balik, keragaman
contoh, alat bantu belajar, ilustrasi, serta pengemasan bahan ajar merupakan komponen
penting untuk memperoleh bahan ajar yang manarik, bermanfaat, dan efektif.
f. Gaya penulisan pada bagian teks, narasi, eksplanasi, deskripsi, argumentasi, atau ketika
memberi perintah, memiliki pengaruh penting dalam membantu siswa memahami bahan
ajar dengan baik.
Tentunya, dengan mengikuti beberapa saran di atas, belum tentu merupakan jaminan
untuk menghasilkan sebuah produk bahan ajar yang baik. Namun demikian, bagaimana pun
kualitas bahan ajar yang dapat dihasilkan, adalah sebuah prestasi. Bahan ajar yang
berkualitas, menurut pengalaman, tidak dapat dihasilkan seorang diri, apalagi sekali untuk
selamanya. Karena itu, evaluasi dan revisi adalah sebuah keniscayaan.

3. Tahap Evaluasi dan Revisi


Evaluasi dan revisi dimaksudkan untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai
pihak. Reaksi yang diberikan pihak lain merupakan masukan berharga untuk memperbaiki
bahan ajar. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, ada empat tahapan yang harus
dilalui dalam mengevaluasi bahan ajar, yaitu: 1) telaah ahli materi, 1) uji coba satu-satu, 3)
uji kelompok kecil, dan 4) uji lapangan.
Masukan pada setiap tahap evaluasi diakomodasi sedemikian rupa, untuk kemudian
diintegrasikan dalam proses perbaikan bahan ajar. Dalam hal ini, perbaikan boleh jadi
berbentuk 1) menghilangkan bagian tertentu, 2) memperluas penjelasan atas suatu topik, 3)
memilih yang lebih mudah, 4) merubah gaya bahasa, 5) memperbaiki kalimat, 6) menambah
latihan, contoh, analogi, ilustrasi, contoh kasus, atau 7) menambah penggunaan media lain
yang dianggap dapat memperjelas dan membantu siswa dalam proses belajarnya.

15
Dalam konteks perbaikan itu, ada satu hal penting yang tidak boleh dilupakan, yaitu
ketika satu komponen mendapat perbaikan, maka komponen lainnya perlu segera
disesuaikan. Dengan demikian, semua bagian diharapkan tetap utuh dan padu (integral).
Lebih dari itu, bahan ajar yang telah dibuat diharapkan pula memperoleh sambutan yang
baik dan bermanfaat secara optimal.24
Menurut Noviarni prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar adalah:
a. Prinsip relevansi (keterkaitan). Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada
kaitannya dengan kompetensi dasar dan indikator yang diinginkan.
b. Prinsip konsistensi. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik empat
macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
c. Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh
terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak.25

Menurut Mardia Hayati prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar, yaitu :


a. Relevansi artinya kesesuaian.
Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan
pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik
berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta,
bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.
b. Konsistensi artinya keajegan.
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik beberapa macam, maka
materi yang harus diajarkan juga harus meliputi macam tersebut.
c. Adequacy artinya kecukupan.
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan
tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang mampu membantu
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak
maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum
(pencapaian keseluruhan SK dan KD).
24
https://digilib.uinsa.ac.id/10435/5/Bab%203.pdf .diakses pada tgl 16-02-2023.
25
Noviarni, Perencanaan Pembelajaran Matematika, (Pekanbaru: Benteng Media,2014),

16
d. Aktivitas
Pembelajaran yang memberikan hasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik
aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah tatkala peserta didik giat dengan
anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk
mendengarkan materi guru dengan pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah jika daya
jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pembelajaran.
Keativan psikis akan nampak dikala peserta didik mengamati, meneliti, bertanya,
mengambil keputusan dan sebagainya.
Kedua keaktivan ini harus dipandang sebagai hubungan erat. Seorang guru yang
menyajikan materi pembelajaran, maka peserta didiklah yang akan mencernanya
sendiri sesuai dengan kemampuannya, ibarat seekor kuda, dibimbing oleh seseorang
untuk kepinggir sungai, tetapi ketika kuda tersebut mau minum, maka ia sendirilah
yang akan meneguknya.
Implementasi prinsip ini dalam pembelajaran, guru harus melakukan kegiatan
seperti mengajukan pertanyaan, memberikan tugas untuk memecahkan masalah,
menyelenggarakan berbagai bentuk keterampilan dan juga dapat dilakukan dengan
menerapkan metode karya wisata.
e. Motivasi
Suatu usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan semangat dari
peserta didik yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Implikasi dari prinsip ini
dalam pembelajaran bisa dilakukan oleh guru dengan memberikan nasehat,
memberikan reinforcement seperti memberikan pujian ataupun dalam bentuk hadiah,
sehingga dengan pemberian motivasi akan dapat mempercepat pencapaian tujuan
pembelajaran.
f. Individualitas
Proses pembelajaran atau penyajian materi sebagiannya memperhatikan perbedaan
individual peserta didik sehingga dapat memberikan kemudahan pencapaian tujuan
pembelajaran. Pembelajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan
gagal memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik. Karena itu seorang guru perlu

17
memahami latar belakang, emosi, serta kemampuan individu dan menyesuaikan materi
pembelajaran dan tugas-tugas belajar sesuai dengan aspek-aspek tersebut.
g. Lingkungan
Pembelajaran hendaknya jangan terfokus dikelas saja, karena pengalaman
membuktikan bahwa pemberian materi yang hanya dikelas membuat peserta didik
bosan dan melelahkan, oleh sebab itu lingkungan dijadikan sumber pembelajaran.
Dengan cara demikian yang diperoleh peserta didik bukan hanya terbatas apa yang
disampaikan guru saja, tetapi juga belajar dari penelitian dan pengamatan terhadap
suatu objek yang ada dilingkungan sekitar.
h. Konsentrasi
Menjadi sebuah keharusan bagi peserta didik agar konsentrasi terhadap pembelajran
yang diberikan guru, sebaiknya menjadi tugas guru berupaya agar mendorong peserta
didik untuk konsentrasi atau memusatkan perhatian dan melakukan sesuatu
penyelidikan serta menemukan suatu yang dapat digunakan kelak untuk hidup di
masyarakat.26
Menurut Hasan prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar, yaitu :
a. Validitas (validity) atau tingkat ketepatan materi. Sebelum memberikan materi
pembelajaran seorang guru harus yakin bahwa materi yang diberikan telah teruji
kebenarannya. Artinya guru harus menghindari memberikan materi (data, dalil, teori,
konsep dan sebagainya) yang sebenarnya masih dipertanyakan atau masih
diperdebatkan. Hal ini untuk menghindarkan salah konsep, salah tafsir atau salah
pemakaian.
b. Keberartian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan kebutuhan dan
kemampuan peserta didik. Materi standar yang diberikan harus relevan dengan keadaan
dan kebutuhan peserta didik, sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. Kebermanfaatan
tersebut diukur dari keterpakaian dalam pengembangan kemampuan akademis pada
jenjang selanjutnya dan keterpakaiannya sebagai bekal untuk hidup sehari-hari sehingga
dalam mempelajari materi tersebut peserta didik memiliki kepercayaan bahwa ia akan
mendapat penghargaan nantinya.

26
Mardia Hayati, Op.Cit., h. 65-70

18
c. Relevensi (relevance) dengan tingkat kemampuan peserta didik, artinya tidak terlalu
sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan dengan variasi lingkungan setempat dan
kebutuhan dilapangan pekerjaan serta masyarakat pengguna saat ini dan yang akan
datang.
d. Kemenarikan (interes), pengertian menarik disini bukan hanya sekedar menarik
perhatian peserta didik pada saat mempelajari suatu materi pelajaran. Lebih dari itu
materi yang diberikan hendaknya mampu memotivasi peserta didik sehingga peserta
didik mempunyai minat untuk mengenali dan mengembangkan keterampilan lebih
lanjut dan lebih mendalam dari apa yang diberikan melalui proses belajar mengajar
disekolah.
e. Kepuasan (satisfocation) kepuasan yang dimaksud merupakan hasil pembelajaran yang
diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaan bagi kehidupannya, dan peserta didik
benar-benar dapat bekerja dengan menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut.
Dengan memperoleh nilai atau intensig yang sangat berarti bagi kehidupannya dimasa
depan.27
Menurut beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
pengembangan bahan ajar harus memiliki prinsip seperti relevensi, konsistensi, kecukupan
sertaadequecy, aktivitas, motivasi, individualitas.

27
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 139-140

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa
bahan tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan
ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak
tertulis, sehingga tercipta suatu lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar.

Bahan ajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu berdasarkan bentuknya, cara
kerjanya, dan berdasarkan sifatnya. Ragam bahan ajar dibedakan menjadi 5 bentuk, yaitu
bentuk bahan ajar cetak, bentuk bahan ajar non cetak, bentuk bahan ajar yang berbentuk
fasilitas, bentuk bahan ajar berupa kegiatan, serta bentuk bahan ajar berupa lingkungan
masyarakat.

Heinich dan kawan-kawan. mengemukakan empat indikator yang dapat dijadikan


sebagai rujukan untuk menilai efektivitas dan efisiensi penggunaan bahan ajar, yaitu:

1. Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.


2. Mampu memotivasi peserta didik untuk melakukan proses belajar secara
berkesinambungan.
3. Mampu meningkatkan daya ingat atau retensi peserta didik terhadap isi atau materi yang
telah dipelajari.
4. Mampu membuat peserta didik berperan aktif dalam mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari.

Menurut Pannen, minimal ada lima langkah prosedural dalam pengembangan bahan
ajar yang baik, yaitu: analisis, perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan revisi. prinsip-
prinsip pengembangan bahan ajar harus memiliki prinsip seperti relevensi, konsistensi,
kecukupan sertaadequecy, aktivitas, motivasi, individualitas.

20
B. Saran

Sebagai penulis, saya merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan agar
penyusunan makalah ini bisa mencapai kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun
isinya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Endang dan Noviana, “Pengembangan Bahan Ajar Strategi Belajar Mengajar untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa”. Halaman 968.

Panen, P., dan Purwanto. 2004. “Penulisan Bahan Ajar”. Halaman 78.

Waraulia, Asri Musandi, M.Pd. 2020, “ Bahan Ajar”. UNIPMA Press (Anggota IKAPI)
Universitas PGRI Madiun, halaman 6-7.

Sitohang, Risma. 2014. “ Pengembangan Bahan Ajar dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial di SD”. Jurnal Kewarganegaraan, Volume 23, Nomor 02.

Adalah.Co.Id. 2022, “Bahan Ajar”. https://adalah.co.id/bahan-ajar/

Dick, W. Carey, L. & Carey, J.O. (2009). “The Systematic Design of Instruction”. New York:
Pearson.

Remillard, J. T. & Heck, D. (2014). “Conceptualizing The Curriculum Enactment Process in


Mathematics Education”. ZDM The Internationa Journal on Mathematics Education,
46(5), 705-718.

Hannafin, M.J (2016). “A Design Framework for Enhancing Engagement in Student-Centered


Learning: Own It, Learn It, and Share It”. Educational Technology Research and
Development, Volume 64, Issue 4, 1 August 2016, Pages 707-734.

Smaldino, S. E, Russell, J. D. Heinich, R. & Molenda, M. (2005). Instructional Technology and


Media for Learning. New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall Inc.

Ika Lestari. 2013. “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi”. Padang:Akademia


Permata. Halaman 5.

Mulyasa, H.E. 2013”Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013”.Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.Halaman 69.

22
Mulyasa, H.E. 2006.” Kurikulum yang di sempurnakan”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kemp, J.E. & Dayton, D.K. (1985). “Planning and Producing Instructional Media”. New York:
Harper and Row.

Kosasih, E. 2020 "Pengembangan Bahan Ajar" Jakarta : Bumi Aksara, Halaman 40.

Kosasih, E. 2020 "Pengembangan Bahan Ajar" Jakarta : Bumi Aksara, Halaman 18.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2017. Edisi Ketiga. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.
Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 76.

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Java Media. Halaman 78.

Pannen dan Susy. “Faktor dan Prosedur Pengembangan Bahan Ajar, dalam Dian Belawaty,
Pengembangan Bahan Ajar”. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), 2.17.

https://digilib.uinsa.ac.id/10435/5/Bab%203.pdf. diakses pada tgl 16-02-2023.

Noviarni. “Perencanaan Pembelajaran Matematika”. (Pekanbaru: Benteng Media,2014).


Halaman 72.

Mulyasa. “Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru”. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
halaman 139-140.

23

Anda mungkin juga menyukai