Anda di halaman 1dari 30

Standar Proses dan Standar Evaluasi Pembelajaran Tematik Terpadu

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Tematik Terpadu
Dosen Pengampu : Dr. Septinaningrum, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Dyah Ayu FitriArum Kirana (126205211023)
2. Dawam Al Asror (126205212152)
3. Aulia Sifa Putri Anggraini (126205212097)
4. Iga Zulfa Indhadin (126205213204)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2024
Assalamu'alaikum Wr.Wb. Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
berjudul " Standar Proses dan Standar Evaluasi Pembelajaran Tematik Terpadu"
tepat waktu. Sholawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammmad Saw,
yang kita nantikan syafa'atnya di hari akhir nanti. Adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah "Pembelajaran Tematik Terpadu".
Beberapa pihak telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Rasa terima kasih disampaikan pada
pihak-pihak berikut.

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Ibu Dr. Septinaningrum, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran
Tematik Terpadu, yang telah membimbing, memberikan motivasi, dan memberikan
masukan serta ilmu yang bermanfaat kepada kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.
3. Teman-teman PGMI 6B yang telah memberi dukungan atas terselesaikannya
penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membantu
dari pembaca untuk memperbaiki kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan informasi dan manfaat kepada pihak yang membacanya.

Tulungagung, 25 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 1: PENDAHULUAN .................................. Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ......................................... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah.................................... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan ....................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II: PEMBAHASAN......................................... Error! Bookmark not defined.
A. Standar Proses .................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Standar Evaluasi ........................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III: PENUTUP................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ................................................ Error! Bookmark not defined.
B. Penutup....................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA................................................ Error! Bookmark not defined.

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan ialah usaha sadar dan terencanan untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak mulia serta,
keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. 1
Adapun bagian dari pendidikan yaitu pembelajaran yang merupakan proses
para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik
untuk memiliki pengalaman belajar. Selain itu pembelajaran pada hakekatnya
adalah proses interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam proses
pembelajaran guru dan peserta didik saling berinteraksi agar proses
pembelajaran berjalan dengan baik. Perlu adanya inovasi baru dalam
pembelajaran seperti kompetensi guru, strategi pembelajaran, metode yang
bermacam-macam agar memudahkan mengarahkan peserta didik untuk
mendapatkan pengalaman belajar.
Dalam draft sosialisasi Kurikulum 2013 dijelaskan rasionalisasi
perubahan kurikulum didasarkan pada permasalahan yang terdapat dalam
Kurikulum 2006 diantaranya disebutkan bahwa konten kurikulum masih
terlalu padat serta belum sepenuhnya berbasis kompetensi yang sesuai
tuntutan kebutuhan dan pekembangan jaman, kompetensi belum
menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan,
selain itu standar penilaian pun belum mengarahkan pada penilaian berbasis
kompetensi atau penilaian proses dan hasil.2

1
Masruroh, “Pelaksana Penilaian Auntetik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII di
SMP Negeri 1 Mutilan, Magelang, Skripsi (Yogyakarta:UIN Sunan KaliJaga, 2014), hal 1.
2
Iif Khoiru Ahmadi, Pengembangan & Model Pembelajaran Tematik Integratif (Jakarta: PT. Prestasi
Pustaka, 2014), hal 98

1
Dari hasil identifikasi kesenjangan yang terdapat dalam draft
sosialisasi Kurikulum 2013 tersebut diperoleh gambaran bahwa terdapat
masalah dalam aspek kompetensi lulusan, pengelolaan kurikulum, materi,
proses dan penilaian pembelajaran serta kualitas pendidik dan tenaga
kependidikan saat ini. Materi pembelajaran diharapkan memuat materi
esensial yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dan sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.3
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013
mengenai Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI menegaskan
bahwa Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar didesain dengan menggunakan
pembelajaran tematik terpadu. Pendekatan tematik terpadu mengintegrasikan
berbagai materi pembelajaran ke dalam tema-tema tertentu yang relevan dan
menarik bagi siswa. Standar proses mencakup desain pembelajaran yang
terpadu, penggunaan strategi pengajaran yang relevan, kolaborasi antar guru,
serta penerapan teknologi dan sumber daya lainnya.
Sementara itu, standar evaluasi menentukan cara untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan melalui pendekatan
tematik. Ini mungkin melibatkan penilaian formatif dan sumatif, penggunaan
alat evaluasi yang beragam, serta penggunaan data untuk meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran di masa depan. Kedua standar ini penting untuk
memastikan efektivitas pembelajaran tematik terpadu dan untuk memastikan
bahwa siswa memperoleh pemahaman yang mendalam dan holistik tentang
materi pelajaran yang diajarkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Proses?
2. Apa yang dimaksud dengan Standar Evaluasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Standar Proses?

3
Eliza Barokah, “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SEKOLAH DASAR “
repository.upi.edu (2014). Hal 1.

2
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Standar Evaluasi?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Standar Proses Pembelajaran Tematik Terpadu

Standar proses merupakan Standar Nasional Pendidikan yang paling


membutuhkan perhatian, karena berkenaan dengan kemampuan guru dalam
merencanakan dan mengelola proses pembelajaran. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. 4

Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013 tentang standar proses adalah kriteria


mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Proses pembelajaran yang diharapkan pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi,
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.5

Standar Proses untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah merupakan salah
satu acuan utama bagi satuan pendidikan dalam keseluruhan proses penyelenggaraan
pembelajaran, mulai dari perncanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.
Pemberlakuan Standar proses pada satuan pendidikandiharapkan dapat meningkatkan

4
Undang Undang SISDIKNAS (UU RI NO. 20 TH. 2003).(Jakarta: Sinar Grafika 2011),cet. Ke IV, h.,3
5
Permendikbud RI No. 65 Th. 2013 tentang standar proses

4
mutu lulusan dalam mencapai standar kompetensi lulusan yang pada akhirnya mampu
meningkatkan mutu pendidikan.6

Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 berbasis pendidikan nilai dan moral,


dimana menekankan proses pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan
saintifik yang dilengkapi dengan penilaian bersifat otentik sangat mengharuskan guru
untuk mampu merancang dan mengimplementasikan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) tematik terpadu.

Standar proses dalam konteks tematik mengacu pada pedoman atau kerangka
kerja yang digunakan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran yang berpusat pada tema tertentu. Keterkaitannya adalah bahwa standar
proses membantu dalam menyusun rencana pembelajaran yang koheren dan
terstruktur berdasarkan tema yang dipilih. Ini mencakup langkah-langkah seperti
identifikasi tujuan pembelajaran, pemilihan sumber daya, pengorganisasian aktivitas,
serta penilaian hasil pembelajaran dalam konteks tema yang dipilih. Dengan
mengikuti standar proses, guru dapat memastikan bahwa pembelajaran tematik
dilaksanakan secara efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa

Standar proses merupakan sebuah pedoman atau tahapan langkahlangkah bagi


para guru saat mereka memberikan pembelajaran dalam kelas, dengan harapan proses
pendidikan yang berlangsung bisa efektif, efesien dan inofatif. Sehingga beberapa
target atau kriteria mengenai kompetensi lulusan dapat tercapai dengan sempurna.7

Pada saat inilah keahlian guru sebagai ujung tombak suksesnya proses
pendidikan dituntut memiliki keahlian dan kreativitas yang tinggi sehingga mampu
mengemas proses pembelajaran sesuai dengan yang diamanatkan. Tentu apabila
proses pembelajran mampu menciptakan suasana sebagaimana beberapa tahapan di
atas, maka kualitas pendidikan di Indonesia akan mengalami kemajuan yang sangat

6
Djohar. Pengembangan Pendidikan Menyongsong Masa Depan, ( Yogyakarta: Grafika Indah, 2006)
166.
7
Helvy Eka Ardilasari, “Landasan Pendidikan Pentingnya Standar Proses Pendidikan,model
Pembelajaran dan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”, (Yogyakarta: UNY,2017)

5
pesat. Bahkan bukan tidak mungkin proses pendidikan di Indonesia akan mampu
menyaingi sistem pendidikan di beberapa negara maju lainnya.

Maka dari itu pada proses penerapan atau taktis pelaksanaan pembelajaran setiap
satuan pendidikan dituntut untuk mampu melakukan perencanaan pembelajran
dengan baik, sehingga pelaksanaan proses pembelajaran dapat berjalan semaksimal
mungkin, serta penilaian proses pembelajaran bisa diarahkan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Standar proses meliputi beberapa tahapan untuk terlaksanakannya proses


pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu :

a) Perencanaan Proses Pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) yang memuat Identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi
(SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, penilaian hasil
belajar, tujuan pembelajaran, dan sumber belajar.8

1) Silabus

Sesuai dengan Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang


standar proses, silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata
pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh
satuan pendidikan berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan, serta
panduan penyusunan kurikulum 2013. Silabus digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan RPP. Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan
oleh para guru secara mandiri atau kelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau

8
Fachri, “ Perencanaan Pengajaran Dalam Pembelajaran”, ( Makasar: Widyaiswara Madya BDK
Makasar,2020),

6
beberapa sekolah, kelompok musyawwarah guru mata pelajaran (MGMP) atau pusat
kegiatan guru (PKG), dan dinas pendidikan.9

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu


pertemuan (satu hari). RPP dikembangkan dari silabus dengan memperhatikan buku
peserta didik dan buku guru yang sudah disiapkan oleh Kementerian Peidikan dan
Kebudayaan RPP disusun secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasisecara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.10

komponen RPP terdiri atas :

(a) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan.

(b) Identitas mata pelajaran.

(c) Kelas/semester.

(d) Materi pokok.

(e) Alokasi waktu.

(f) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan sesuai KD.

(g) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.

(h) Materi pembelajaran.

(i) Metode pembelajaran.

9
Sri Rahayu, “Standar Proses Permendikbud No,65 Tahun 2013” ( Bogor: STKIP Muhammadiyah,
2019)
10
I Made Agus Astina Putra, “ Wawasan Pendidikan” (Bali : UPG, 2019)

7
(j) Media pembelajaran.

(k) Sumber belajar.

(l) Penilaian hasil pembelajaran

b) Pelaksanaan proses pembelajaran

berikut adalah beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran :

1) Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran

(a) Alokasi waktu jam tatap muka pelajaran.

(b) Rombongan Belajar

(c) Beban Kerja Minimal Guru

(d) Buku teks pelajaran.

(e) Pengelolaan kelas dan Laboratorium11

2) Prinsip pelaksanaan pembelajaran

Secara prinsip, kegiatan belajar merupakan proses pendidikan yang memberikan


kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi
kemampuan yang semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa serta
berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena ituu,
pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi
kompetensi yang diharapkan.

3) Pelaksanaan proses pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan


pendahuluan, inti dan penutup. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran peserta
didiklah yang menjadi fokus perhatian. Pendidik harus kreatif dalam mengelola
11
Happy Puspitasari, “Standar Proses Pembelajaran Sebagai penjaminan mutu Internal d Sekolah”,
(Ponorogo IAIN Ponorogo, 2018)

8
pembelajaran dengan memilih dan menetapkan berbagai pendekatan, metode dan
media pembelajaran yang relevan dengan kondisi peserta didik dan pencapaian
kompetensi.12

c) Penilaian hasil dan proses pembelajaran

Penilain proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik yang


menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian
ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan
belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional pada aspek
pengetahuan dan penggiring pada aspek sikap.

d.) Pengawasan proses pembelajaran

Pengawasan Proses Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan,


supervisi, evaluasi, serta tindak lanjut secara berkala dan berkelamjutan. Pengawasan
proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas.

B. Standar Evaluasi Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik adalah model kegiatan belajar mengajar terpadu. Model


pembelajaran tematik merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa
dengan cara kelompok maupun individual, aktif menemukan dan menggali prinsip-
prinsip dan konsep keilmuan secara autentik, holistik, dan bermakna.13 Pembelajaran
tematik merupakan model pembelajaran terpadu dengan pendekatan tematik yang
mengaitkan beberapa bidang studi untuk memberi pengalaman berarti terhadap
peserta didik.14Pemerintah tahun 2006 sudah memberlakukan aturan dalam bentuk
Permendiknas RI Tahun 2006 Nomor 22 mengenai standar isi pada unit pendidikan
dasar dan menengah. Pada standar isi untuk tingkat SD/MI mencakup pokok

12
Lampiran Peraturan Mentri pendidikan dan Kebudayaan (Perpendikbud) Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses Untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
13
Prastiwi Pujiastuti, "Evaluasi Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar", Jurnal Pendidikan, 2017, Vol.
1, No. 2, hal. 187-199
14
Rohyani, dkk, Evaluasi Program Pembelajaran Tematik, Jurnal Teknologi Informasi Komunikasi
Pendidikan, (2015), 6, 3-6.

9
pembelajaran yang dilalui pada suatu tingkat pendidikan selama 6 tahun dimulai
kelas.Selain itu, perubahan bagian kurikulum yang dinamakan k-13 memperkuat
kebijakan penerapan pembelajaran tematik di jenjang SD yang mewajibkan
penerapannya di kelas rendah maupun tinggi.15 Pembelajaran tematik termasuk
program dikarenakan termasuk aktivitas berkelanjutan pada pelaksanaan kebijakan.
Program merupakan kesatuan atau unit aktivitas yang menjadi penerapan atau
realisasi berdasarkan suatu peraturan.16 Seberapa jauh informasi yang diperoleh,
tingkat pencapaian program pembelajaran tematik sesuai dengan aturan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 belum diperoleh. Dengan demikian,
pengevaluasian program pembelajaran tematik secara menyeluruh memungkinkan
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian konsep dasar pengelolaan pembelajaran
tematik. Evaluasi yang biasa dilakukan hanya sebatas pada penilaian hasil
pembelajaran peserta didik melalui penerapan pembelajaran tematik. Evaluasi pada
program pembelajaran tematik menjadi salah satu upaya untuk mengetahui tingkat
ketercapaian pelaksanaan pembelajaran dari kebijakan Permendiknas Nomor 22
Tahun 2006 secara detail dengan mengetahui keefektifan setiap komponen.17
Komponen-komponen tersebut mengacu pada Standar Proses Pendidikan mengenai
pengelolaan pembelajaran yang mencakup tahap. Pembelajaran tematik sebagai
model pembelajaran terpadu tipe integrated.18 Pembelajaran tematik merupakan
model pada kegiatan belajar mengajar terpadu. Model pembelajaran tematik
merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara berkelompok
maupun individual, aktif menemukan dan menggali prinsip-prinsip dan konsep
keilmuan secara autentik, holistik, dan bermakna. Menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan, pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang

15
Rini Kristiantari, " Analisis Kesiapan Guru Sekolah Dasar dalam Mengimplementasikan
Pembelajaran Tematik Integratif Menyongsong Kurikulum 2013", Jurnal Indonesia, (2015)
16
Wuriyani, dkk, "Gaya Belajar Siswa Kelas III A Dalam Pembelajaran Tematik di MIN 3 Bantul
Yogyakarta. Primary," Jurnal Keilmuan Dan Kependidikan Dasar, (2021),13(01), 43-58.
17
Setia Armawati dan Herpratiwi, “Evaluasi Program Pembelajaran Tematik Integratif Kelas 1 Sekolah
Dasar Pelita Bangsa”, (2014), 5-24.
18
Hanum dan Suprayekti, "Pengembangan Rencana Pelaksanaan. Pembelajaran (Rpp) Tematik
Berbasis Karakter", Perspektif Ilmu Pendidikan, 2020, 34(1), 29-42.

10
menggunakan tema untuk menghubungkan beberapa bidang studi, dengan demikian
bisa memberi pengalaman kepada siswa.19

Sebagaimana diketahui, pembelajaran tematik diterapkan di sekolah dasar


khususnya kelas bawah berdasarkan Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 dengan
berbagai alasan. Karakteristik perkembangan anak kelas 1, 2, dan 3 SD umumnya
perkembangan fisik yang sudah matang, mereka sudah dapat mengendalikan
keseimbangan dan tubuh.20. Mereka bisa melompat bergantian menggunakan kaki,
bisa menangkap bola, bisa menggunakan sepeda roda dua, dan sudah meningkat
koordinasi mata dan tangan ketika memegang gunting ataupun memegang pensil. Di
samping hal tersebut, perkembangan sosial anak yang ada di usia kelas awal SD
yakni sudah bisa memperlihatkan keakuannya terkait jenis kelamin masing-masing,
sudah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mandiri, sudah dapat berbagi, dan
memiliki sahabat.21

Pembelajaran tematik termasuk pada program karena merupakan kegiatan


berkesinambungan dalam melaksanakan suatu kebijakan. Program adalah suatu unit
atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan. Sejauh informasi yang didapatkan, tingkat ketercapaian program
pembelajaran tematik berdasarkan kebijakan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
belum diperoleh. Oleh karena itu, evaluasi program pembelajaran tematik secara
menyeluruh memungkinkan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian konsep dasar
pengelolaan pembelajaran tematik.karena keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik
tersebut diperoleh setelah proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan proses
pembelajaran akan mempengaruhi baik buruknya terhadap hasil belajar peserta didik.
Apabila proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik maka akan sangat

19
Permendikbud RI, 1 (2016).
20
Latifa, "Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar: Masalah dan Perkembangannyatle. Aspek
Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar: Masalah Dan Perkembangannya, 1(faktor yang
mempengaruhi perkembangan), 2017,191.
21
Farhana, "Analisis Perkembangan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Di Sdn Teluk Pucung I Bekasi",
Jurnal JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 2020,7(1), 29-43.

11
berpengaruh terhadap pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran. Sedangkan salah
satu faktor penting untuk efektifitas pembelajaran adalah faktor evaluasi, baik
terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Evaluasi menempati posisi yang sangat
strategis dalam proses pembelajaran. Sedemikian penting evaluasi ini sehingga tidak
ada satu pun usaha untuk memperbaiki mutu pembelajaran yang dapat dilakukan
dengan baik tanpa disertai langkah evaluasi. Ada 3 manfaat evaluasi yaitu:

a. Memahami suatu proses pembelajaran


b. Membuat keputusan
c. Meningkatkan kualitas pembelajaran

Evaluasi sangat diperlukan dalam setiap pembelajaran, karena dengan


adanya evaluasi dapat mendorong peserta didik, guru, bahkan pihak sekolah
untuk menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Sebagai contoh, dengan
adanya evaluasi dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara
terus menerus. Evaluasi dapat mendorong guru untuk lebih meningkatkan
kualitas proses pembelajaran, sehingga pembelajaran tersebut dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Evaluasi juga dapat mendorong sekolah
untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah, sehingga
bisa meningkatkan taraf pendidikan.

Evaluasi berasal dari kata “evaluation” yang artinya suatu upaya untuk
menentukan nilai atau jumlah. Kata-kata yang terkandung di dalam definisi
tersebut pun menunjukan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara
hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat
dipertangungjawabkan. Evaluasi dilaksanakan untuk menyediakan informasi
tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan. Evaluasi lebih luas
ruang lingkupnya dari pada penilaian, sedangkan penilaian lebih terfokus
pada aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari lingkup tersebut. Secara
umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Penyususnan instrument
evaluasi hasil belajar di awal, dan bukan setelah proses pembelajaran selesai,

12
akan dapat berfungsi untuk memperjelas arah pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran,
baik tujuan umum maupun khusus, baik aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotorik22

Menurut Brinkerhoff evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh


mana tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam pelaksanaan evaluasi ada tujuh
elemen yang harus dilakukan, yaitu:

a. Penentuan fokus yang akan di evaluasi (focusing the evaluation)


b. Penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation)
c. Pengumpulan informasi (collection information)
d. Analisis dan interpretasi informasi ( analyzing and interpreting)
e. Pembuatan laporan (reporting information)
f. Pengelolaan evaluasi (managing evaluation)
g. Evaluasi untuk evaluasi (evaluating evaluation)23

Menurut Rapl Tyler menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses


pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian
24
mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Evaluasi memberikan manfaat bagi
peserta didik, guru maupun lembaga pendidikan. Dengan adanya evaluasi,
peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai
selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi dimana peserta didik mendapat
nilai yang memuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus,
motivator agar peserta didik dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi
dimana hasil yang dicapai tidak memuaskan maka peserta didik akan berusaha
memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian
stimulus positif dari guru agar peserta didik tidak putus asa. Dari sisi guru,

22
Hendra Bagus, Skripsi: “Evaluasi Pelakasanaan Pembelajaran Tematik Pada Tema
Indahnya Kebersamaan Kelas IV SD Negeri Wedarijaksa 02”, (Semarang: UNS, 2014), hal. 12
23
Widoyoko dan Eko Putro, “Teknologi Pmebelajaran Landasan & Aplikasinya”, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), hal. 4
24
Arikunto, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 3

13
hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik dan tolak ukur
keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Untuk lembaga pendidikan,
hasil evaluasi dapat digunakan untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan
disekolah.

Dalam proses pembelajaran, evaluasi merupakan bagian yang amat


penting. Evaluasi dapat memberikan gambaran tentang tingkat penguasaan
siswa terhadap satu materi, memberikan gambaran tentang kesulitan belajar
siswa, dan memberikan tentang posisi siswa diantara kawan-kawanya.25
Evaluasi adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang
berguna untuk menetapkan alternatif. Alternatif evaluasi bisa mencakup arti
pengukuran dan penilaian dalam pembelajaran. Dengan demikian, evaluasi
pembelajaran merupakan kegiatan yang lebih kompleks dibandingkan dengan
pengukuran dan penilaian. Hasil evaluasi pembelajaran dapat memberi
keputusan yang profesional. Artinya, evaluasi pembelajaran merupakan satu
kompetensi profesional seorang pendidik. Kompetensi tersebut sejalan dengan
instrument penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah
melakukan evaluasi pembelajaran.26

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk


mengukur tingkat kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan terprogram dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan
produk, portofolio, dan penilaian diri. Pada hakekatnya evaluasi merupakan
suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Pada
tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat untuk mengukur ketercapaian
tujuan, maka tolak ukur perencaan dan pengembanganya adalah tujuan

25
Ina Magdanela,dkk, “Analisis Evaluasi Pembelajaran Tematik Di Kelas Rendah SDN Batu
Jaya Belendung”, Jurnal Edukasi dan Sains, Juni 2020, Vol. 1, hal. 178
26
Asrul, dkk, “ Evaluasi Pembelajaran”, (Bandung: Citapustaka, 2015)

14
pembelajaran.27 Dalam evaluasi atau penilaian hasil pembelajaram peserta
didik, seorang guru harus memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran


b. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda
c. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid
d. Mampu memeriksa jawaban
e. Mampu mengklasifikasikan hasil-hasil pembelajaran
f. Mampu mengolah hasil pembelajaran
g. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penelitian
h. Mampu menentukan korelasi antara soal berdasarkan hasil penilaian
i. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penialain
j. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis 28
Dalam evaluasi pembelajaran hendaknya guru merencanakan dengan baik
penilaian apa saja yang dapat digunakan dengan tepat dan dapat memenuhi
kriteria penilaian otentik sesuai dengan standar kurikulum 2013 dan penilain
hendaknya dilakukan sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
agar tidak menumpuk dan data yang diperoleh lebih konkrit. Sedangkan
standar evaluasi dalam konteks pembelajaran tematik adalah pedoman atau
kriteria yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran yang
berkaitan dengan tema tertentu. Keterkaitannya dengan pembelajaran tematik
adalah bahwa standar evaluasi membantu dalam mengukur sejauh mana siswa
telah memahami konsep-konsep yang terkait dengan tema tersebut serta
kemampuan mereka dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
telah dipelajari dalam konteks situasi yang relevan. Dengan mengikuti standar
evaluasi, guru dapat menilai efektivitas pembelajaran tematik,

27
Hendra bagus, op.cit, hal. 26
28
Abdul Majid, “Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru”,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hal. 7

15
mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki, dan memberikan umpan balik
yang berguna untuk meningkatkan pembelajaran siswa di masa depan.29
Sejalan dengan penjelasan Kunandar, penilaian autentik adalah kegiatam
siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses
maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan
tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi atau Kompetensi Inti
(KI dan Kompetensi Dasar). jadi siswa dinilai kemampuanya dengan berbagai
cara, tidak hanya dari hasil ulangan tertulis. Prinsip utama assesement dalam
pembelajaran tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa, tapi juga menilai
apa yang dapat dilakukan siswa. Penilaian ini juga mengutamakan penilaian
kualitas hasil kerja siswa dalam menyelesaikan suatu tugas. 30
Indikator dalam penilaian autentik ada 8, meliputi:
1) Sasaran penilaianya mengarah pada kompetensi yang ingin dicapai
2) Penilaian yang melibatkan siswa pada tugas-tugas atau kegiatan yang
bermanfaat, penting, dan bermakna
3) Penialaian pada situasi yang mampu menantang siswa menerapkan
informasi atau keterampilan akademik baru pada situasi nyata dan
maksud yang jelas
4) Penialaian mampu mengukur penampilan dan perbuatan yang sebenarnya
atas kompetensi pada suatu mata pelajaran
5) Penilaian mampu mengukur penguasaan siswa terhadap kompetensi mata
pelajaran tertentu dengan cara yang akurat.
6) Penilaian yang mampu menguji atau memeriksa kemampuan kolektif
siswa dalam rangka mengevaluasi secara tepat apa yang telah
dipelajarinya.
7) Penilaian yang menguji atau memeriksa secara langsung perbuatan atau
prestasi siswa berkaitan dengan tugas intelektual yang layak

29
30
Kunandar, “Penilaian Autentik (Penilaian Berbasis Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013: Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh”, (Jakarta: Raja
Grafindo, Persada, 2013), hal. 42.

16
8) Penilaian melibatkan siswa untuk mendemonstrasikan apa yang mereka
ketahui dalam suatu konteks kehidupan nyata.31

Dari berbagai indikator tersebut, menurut Kunandar subtansi penialain


autentik meliputi tiga hal utama, yaitu:

1) Autentik dari instrument yang digunakan. Artinya, dalam melakukan


penilaian autentik guru perlu menggunakan instrument yang bervariasi
(tidak hanya satu instrument) yang disesuaikan dengan karakteristik atau
tuntutan kompetensi yang ada di kurikulum.
2) Anutentik dari aspek yang di ukur. Artinya, dalam melakukan penilaian
autentik guru perlu meniali aspek-aspek hasil belajar secara komprehensif
yang meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan.
3) Autentik dari aspek kondisi peserta didik. artinya, dalam melakukan
penilaian autentik guru perlu menilai input (kondisi awal) peserta didik,
proses (kinerja dan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar),
dan ouput (hasil pencapaian kompetensi, baik sikap, pengetahuan maupun
keterampilan yang dikuasai atau ditampilkan peserta didik setelah
mengikuti proses belajar mengajar).

Penilaian auntentik memperhatikan keseimbangan antara penilain kompetensi


sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini sejalan dengan orientasi
Kurikulum 2013 yakni terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara
kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan
(knowledge).32 Dimana pada jenjang SD/MI penilain autentik hendaknya
lebih menekankan pada komepetensi sikap. Hal ini karena pada jenjang
pendidikan rendah penanaman kompetensi sikap harus benar-benar menjadi
penekanan dan perhatian, sehingga ketika peserta didik melanjutkan ke

31
Masnur Muslich, “Autehentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi”
(Bandung: Refika Aditama, 2011), hal. 2-3
32
Sholeh Hidayat, “Pengembangan Kurikulum Baru”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hal. 113

17
jenjang pendidikan yang lebih tinggi sudah memiliki fondasi sikap yang kuat
dan di jenjang yan lebih tinggi lagi tinggal memperdalam kompetensi
pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian, dalam pemilihan teknik
penilaian, hendaknya para pendidik pada jenjang SD/MI lebih banyak
porsinya menggunakan teknik penilaian terkait soft skill (misalnya
kemampuan yang yang perlu dilatih dan di ukur anattar lain: mengamati,
motivasi berprestasi, kemauan bekerja keras, disiplin, berkomunikasi
mengajukan idek kepada teman, tata karma dan lain hal terkait pendidikan
karakter) dari pada peialain hard skill (pengukurab penguasaan pengetahuan
dan keterampilan).33

Pengemabangan penilaian auntentik dalam pembelajaran tematik terpadu


pada Kurikulum 2013 SD/MI harus memeperhatikan sejumlah prinsip dan
pendekatan penialaian yang diatur dalam Standar Penilaian Pendidikan.
Dijelaskan dalam Permendikbud RI No. 22/2016 bahwa prinsip-prinsip itu
terdiri dari:

1. Shahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan


kemampuan yang di ukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektifitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak mmenguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilam keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

33
Kunandar, op.cit, hal. 38

18
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau dan menialai perkembangan kemampuan peserta
didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan betahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran perncapaian
kompetensi yang ditetapkan
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

Hasil penilaian autentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki


proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi
proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan
menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman, catatan
anekdot, dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan
alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari
gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran.34 Penilaian
autentik pada Kurikulum 2013 SD/MI dilihat dari segi kompetensi yang
dinilai dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu penilaian kompetensi sikap
(meng- gunakan teknik observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat oleh
peserta didik, dan jurnal), penilaian kompetensi pengetahuan (menggunakan
tes tulis, tes lisan, dan penugasan), sedangkan penilaian kompetensi
keterampilan (menggunakan penilaian kinerja yang menggunakan tes praktik,
proyek, dan penilaian portofolio). Penilaian ini harus dilakukan pada awal
pembelajaran (penilaian input), selama pembelajaran (penilaian proses) dan
setelah pembelajaran (penilaian output). Penilaian harian merupakan bagian

34
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, “Standar Penilaian Pendidikan”
Peraturan Menteri Pendidikan daan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016, Ditetapkan pada 6 Juni 2016.

19
tak terpisahkan dari penilaian autentik, yakni merupakan bagian dari
penilaian keluaran atau output,

Kunandar menjelaskan ketiga jenis penilaian tersebut sebagai berikut.


Penilaian input adalah penilaian yang dilakukan sebelum proses belajar
mengajar dilakukan. Penilaian input bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal peserta didik terhadap materi atau kompetensi yang akan dipelajari.
Penilaian input biasanya dilakukan melalui pre tes. Dengan demikian,
kompetensi peserta didik dapat dipetakan. Hasil Penilaian awal peserta didik
dapat di jadikan acuan guru dalam proses belajar mengajar sekaligus dapat di
bandingkan dengan penilaian proses dan hasil atau output. Perbandingan hasil
penilaian awal (input) dengan penilaian proses dan hasil atau output
menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi peserta didik
dengan KKM sebagai acuan. Penilaian proses adalah penilaian yang
dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian proses
bertujuan untuk mengecek tingkat pencapaian kompetensi peserta didik
ketika proses belajar mengajar berlangsung. Teknik penilaiannya bisa
dilakukan dengan memberikan soal latihan, pengamatan waktu diskusi
kelompok pekerjaan rumah mengerjakan lembar kerja dan berbagai teknik
lainnya yang relevan.

Dalam melakukan penilaian proses, guru perlu membuat instrumen


seperti lembar observasi atau pengamatan. Penilaian output adalah penilaian
yang dilakukan setelah proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian output
bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dari peserta didik
setelah mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Hasil penilaian output
dibandingkan dengan KKM yang telah ditentukan sebelumnya dan dianalisis
Berapa peserta didik yang tuntas atau melampaui KKM serta berapa peserta
didik yang belum tuntas atau di bawah KKM. Penilaian output bisa
dilaksanakan dengan penilaian formatif atau ulangan harian (mengukur satu
KD), ujian tengah semester (mengukur beberapa KD atau SK), ujian akhir

20
semester (mengukur keseluruhan KD dan SK) dalam semester ganjil dan
ujian kenaikan kelas (mengukur seluruh KD dan SK) dalam semester genap.
Adapun macam-macam teknik penilaian yang dapat digunakan di dalam
penilaian autentik, baik untuk menilai kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan dijelaskan dalam permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 sebagai
berikut:

1. Penilaian kompetensi sikap. Penilaian sikap merupakan kegiatan yang


dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif
mengenai perilaku peserta didik. Guru melakukan penilaian kompetensi
sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat atau peer
evaluation oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk
observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar
cek atau skala penilaian atau rating scale yang disertai rubrik, sedangkan
pada jurnal berupa catatan pendidik.
a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi
yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b. Penilaian guru merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya dengan konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan
pencapaian kompetensi. Instrumen yang dipakai berupa lembar
penilaian antar peserta didik.
d. Jurnal merupakan catatan pendidik dalam dan di luar kelas yang
berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan
peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

21
2. Penilaian kompetensi pengetahuan. Penilaian pengetahuan merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan
peserta didik didik guru menilai kompetensi pengetahuan melalui tes
tulis, tes lisan, dan penugasan.
a. Informasi tes tulis berupa soal pilihan ganda isian jawaban singkat,
benar salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran.
b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan
c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan Project yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas.
3. Penilaian kompetensi keterampilan. Penilaian keterampilan merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik
menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu. Guru menilai
kompetensi keterampilan melalui penilaian kerja, yaitu penilaian yang
menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen
yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian rating scale yang
dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan
tuntutan kompetensi.
b. Project adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi
kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu.
c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu
yang bersifat reflektif integratif untuk mengetahui minat
perkembangan, prestasi atau kreativitas peserta didik dalam kurun
waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang

22
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Instrumen penilaian harus memenuhi prasyarat yang pertama
substansi yang mempresentasikan kompetensi yang dinilai yang
kedua konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai yang
dengan bentuk instrumen yang digunakan yang ketiga penggunaan
bahasa yang baik dan benar serta komunikasi sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.35

35
Andi Prastowo, “Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu”, (Jakarta: Kencana, 2019), hal.
298-281

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Standar proses membantu guru dalam merancang dan mengimplementasikan
kurikulum tematik yang terintegrasi dengan baik, termasuk pengembangan
materi pembelajaran, perencanaan kegiatan, dan pengorganisasian sumber daya.
Proses ini juga mencakup kolaborasi antara guru untuk memastikan keterpaduan
antar mata pelajaran dan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
2. Standar evaluasi membantu dalam menilai pemahaman dan pencapaian siswa
terhadap tujuan pembelajaran tematik. Evaluasi ini dapat mencakup berbagai
metode, seperti penilaian formatif dan sumatif, tugas proyek, observasi, dan
penilaian portofolio. Tujuannya adalah untuk memberikan umpan balik yang
berguna kepada guru dan siswa, serta untuk mengevaluasi efektivitas
pembelajaran tematik secara keseluruhan.
Dengan mengikuti standar proses dan standar evaluasi yang baik dalam
pembelajaran tematik terpadu, guru dapat memastikan bahwa pengalaman belajar
siswa menjadi menyeluruh, terintegrasi, dan relevan dengan kehidupan sehari-
hari, sementara juga memastikan bahwa siswa mencapai pencapaian yang
diharapkan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
B. SARAN
Demikianlah pokok bahasan yang bisa kami sampaikan, besar harapan. kami
makalah ini dapat bermanfaat. Tentunya terhadap penulis sudah. menyadari jika
penyusunan makalah diatas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata
sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan

24
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari parapembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Masruroh, (2014) “Pelaksana Penilaian Auntetik dalam Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMP Negeri 1 Mutilan, Magelang, Skripsi
(Yogyakarta:UIN Sunan KaliJaga)
Iif Khoiru Ahmadi, (2014) “Pengembangan & Model Pembelajaran Tematik
Integratif “
Eliza Barokah, (2014) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
DI SEKOLAH DASAR, 2014
Undang Undang SISDIKNAS (UU RI NO. 20 TH. 2003).(Jakarta: Sinar Grafika
2011)
Permendikbud RI No. 65 Th. 2013 tentang standar proses
Djohar. (2006) Pengembangan Pendidikan Menyongsong Masa Depan, (
Yogyakarta: Grafika Indah.
Helvy Eka Ardilasari, (2017) “Landasan Pendidikan Pentingnya Standar
Proses Pendidikan,model Pembelajaran dan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”,
(Yogyakarta: UNY)
Fachri,(2020) “ Perencanaan Pengajaran Dalam Pembelajaran”, ( Makasar:
Widyaiswara Madya BDK Makasar),
Sri Rahayu, (2019) “Standar Proses Permendikbud No,65 Tahun 2013” (
Bogor: STKIP Muhammadiyah)
Made Agus Astina Putra (2019), “ Wawasan Pendidikan
Happy Puspitasari,(2009) “Standar Proses Pembelajaran Sebagai
penjaminan mutu Internal d Sekolah”, (Ponorogo IAIN Ponorogo)

25
Lampiran Peraturan Mentri pendidikan dan Kebudayaan (Perpendikbud)
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Untuk Satuan pendidikan Dasar dan
Menengah.
Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Asrul, dkk. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka
Bagus Hendra. 2014. Skripsi: Evaluasi Pelakasanaan Pembelajaran Tematik
Pada Tema Indahnya Kebersamaan Kelas IV SD Negeri Wedarijaksa 02. Semarang:
UNS
Latifa, U. (2017). Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar: Masalah dan
Perkembangannyatle. Aspek Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar: Masalah Dan
Perkembangannya, 1(faktor yang mempengaruhi perkembangan), 191.
Hidayat Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Hanum, F. F., & Suprayekti, S. (2020). Pengembangan Rencana Pelaksanaan.
Pembelajaran (Rpp) Tematik Berbasis Karakter. Perspektif Ilmu Pendidikan, 34(1),
29-42.
Permendikbud RI, 1 (2016).
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Berbasis Hasil Belajar Peserta
Didik Berdasarkan Kurikulum 2013: Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan
Contoh. Jakarta: Raja Grafindo, Persada
Farhana, H. (2020). Analisis Perkembangan Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Di Sdn Teluk Pucung I Bekasi, Jurnal JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 7(1),
29-43.
Pujiastuti Pratiwi. 2017. Evaluasi Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan. Vol. 1. No. 2
Magdanela Ina, dkk. 2020. Analisis Evaluasi Pembelajaran Tematik Di Kelas
Rendah SDN Batu Jaya Belendung. Jurnal Edukasi dan Sains. Vol. 2. No. 1
Majid Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

26
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, “Standar Penilaian
Pendidikan” Peraturan Menteri Pendidikan daan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016,
Muslich Masnur. 2011. Autehentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan
Kompetensi. Bandung:
Refika Aditama Prastowo Andi. 2019. Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu.
Jakarta: Kencana.
Widoyoko dan Eko Putro. 2011. Teknologi Pmebelajaran Landasan &
Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Rohyani, R., Herpratiwi, H., & Djasmi, S. (2015). Evaluasi Program
Pembelajaran Tematik. Jurnal Teknologi Informasi Komunikasi Pendidikan, 6, 3-6
Rini Kristiantari, M. (2015). Analisis Kesiapan Guru Sekolah Dasar dalam
Mengimplementasikan Pembelajaran Tematik Integratif Menyongsong Kurikulum
2013. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia), 3(2), 460-470.
Wuriyani, Samsudin, Muhamad Asrofi, A. S. 1. (2021). Gaya Belajar Siswa
Kelas III A Dalam Pembelajaran Tematik di MIN 3 Bantul Yogyakarta. Primary,
Jurnal Keilmuan Dan Kependidikan Dasar, 13(01), 43-58.
Setia Armawati, Herpratiwi, E. P. (2014). Evaluasi Program Pembelajaran
Tematik Integratif Kelas 1 Sekolah Dasar Pelita Bangsa. Gastronomia Ecuatoriana
Turismo Local.

27

Anda mungkin juga menyukai