HALAMAN JUDUL
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan masalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “Model Konsep Kurikulum”.
Makalah ini jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi setiap orang yang berkepentingan pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Indah Pratiwi, “Efek Program Pisa Terhadap Kurikulum Di Indonesia,” Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan 4, no. 1 (2019): 51, https://doi.org/10.24832/jpnk.v4i1.1157.
2
Samodra, Cystarini Dian, and Ira Paramastri, “DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN
KEKERASAN SEKSUAL MASA ANAK,” Jurnal Psikologi Klinis Indonesia 4, no. 2 (2019): 54,
https://doi.org/10.1016/B978-0-323-60984-5.00062-7.
3
Dahri Hi. Halek, “Kurikulum 2013 Dalam Perspektif Filosafi,” Jurnal Georafflesia : Artikel Ilmiah
Pendidikan Geografi 3, no. 2 (2019): 1, https://doi.org/10.32663/georaf.v3i2.567.
1
Pelaksanaan kurikulum 2013 tertuang dalam acuan standar proses
Permendikbud No.22 Tahun 2016 yang berisikan mengenai kriteria ideal
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah
untuk memenuhi capaian kompetensi lulusan. Kemendikbud (2016)
menjelaskan “Standar proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan”.4 Standar Proses mencakup perencanaan dalam proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Standar proses
merupakan acuan yang sangat tepat digunakan oleh guru dalam melakukan
pembelajarannya karena dengan mengacu pada standar proses mampu
menjadikan pembelajaran yang dilakukan guru menjadi terarah dan efektif.
Sehingga tujuan dari penggunaan acuan standar proses adalah memudahkan
guru dalam merancang pembelajaran, mengimplementasikan serta
melakukan penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan, mengarahkan
pembelajaran yang dilaksanakan mengacu pada tujuan pembelajaran yaitu
Standar Kompetensi Lulusan serta memudahkan para evaluator untuk
memantau keberhasilan pembelajaran yang dilakukan pada satuan
pendidikan. Standar proses sangat tepat dijadikan sebagai acuan dalam
mengevaluasi suatu pembelajaran dikarenakan keseluruhan tahap
pembelajaran sudah terjangkau secara menyeluruh. 5
Berbicara tentang kurikulum berarti guru akan terlibat dalam
masalah pengajaran, karena kurikulum tidak terlepas dari mata pelajaran.
Namun, dala kurikulum tidak sekedar hanya membahas tentang pelajaran
itu saja tetapi juga bagaimana konsep dasar model kurikulum juga harus
dipelajari sejak awal dibentuk. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka
makalah ini akan membahas terkait dengan “Model Konsep Kurikulum”.
4
Halim Simatupang and Dirga Purnama, “Analisis Pelaksanaan Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Standar Proses Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Vii Smp Al-Ulum Kota Medan,” Jurnal Biolokus 2,
no. 1 (2019): 135, https://doi.org/10.30821/biolokus.v2i1.438.
5
Devi Febriyanti, Sjaifuddin Sjaifuddin, and Lulu Tunjung Biru, “Analisis Proses Pembelajaran
IPA Terpadu Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Di SMP Kecamatan Sumur,” PENDIPA Journal
of Science Education 6, no. 1 (2021): 218–25, https://doi.org/10.33369/pendipa.6.1.218-225.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
6
Mahrus Mahrus, “Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,” Jurnal
Pendidikan Islam 7, no. 1 (2021): 81–100, https://doi.org/10.37286/ojs.v7i1.93.
7
Lola Fadilah and Tasman Hamami, “Pendekatan Subjek Akademis Dan Humanistik Dalam
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,” Geneologi PAI: Jurnal Pendidikan … 8, no.
02 (2021): 344–55,
http://www.jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/geneologi/article/view/4947%0Ahttp://www.jurnal.ui
nbanten.ac.id/index.php/geneologi/article/download/4947/3323.
4
1) Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying
theme) yang dapat terdiri atas suatu proses kerja ilmu, fenomena
alam, atau masalah social yang membutuhkan pemecahan secara
ilmiah
2) Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa proses ilmu
3) Menyatukan berbagai cara/metode belajar.
4) Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Mereka tetap mengajar berdasarkan mata pelajaran dengan
menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-
masalah matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman,
ilmu social dan lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan
kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam kehidupan.
Tujuan dari kurikulum subjek akademik adalah memberikan
pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan
proses penelitian dengan menjadikan para siswa berpengetahuan di dalam
berbagai disiplin ilmu, diharapkan para siswa memiliki konsep dan cara-
cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat. Sekolah harus
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merealisasikan
kemampuan menguasai warisan budaya. 8
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek
akademis adalah pameran (eksposisi) dan inkuiri. Ide-ide yang diberikan
oleh guru lalu dielaborasi oleh peserta didik sehingga dapat mereka kuasai.
Dalam disiplin ilmu yang diberikan dicari berbagai masalah yang penting,
kemudian dirumuskan dan dicari pemecahannya.
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek
akademis. Pola-pola organisasi yang terpenting diantaranya :
1) Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang
dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
8
Deviyanti Pangestu, Tegar Pambudhi, and Maman Surahman, “Studi Evaluatif Relevansi Model
Pengembangan Kurikulum PGSD Dengan Kurikulum SD Di Bandar Lampung,” Jurnal Inovatif
Ilmu Pendidikan 1, no. 2 (2021): 88–100, https://doi.org/10.23960/jiip.v1i2.18027.
5
2) Concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan pelajaran
tersusun dala tema-tema pelajaran tertentu yang mencakup materi dari
berbagai pelajaran.
3) Integrated curriculum adalah pola yang bahan ajar diintegrasikan dalam
suatu persoalan, kegiatan dan segi kehidupan tertentu.
4) Problem solving curriculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik
pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan
Kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan mata pelajaran. Pelajaran tersebut
membutuhkan jawaban-jawaban yang merefleksikan logika, koherensi, dan
integrasi yang menyeluruh. Evaluasi yang dilakukan dalam waktu yang
singkat tidak akan memberiakan gambaran yang benar tentang
perkembangan dan penguasaan peserta didik.
para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan
penyusunan bahan secara logis dan sistematis dari pada menyelaraskan
urutan bahan dengan kemampuan berfikir anak. Mereka umunya kurang
memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih mengutamakan susunan
isi yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa sama
pentingnya dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
Untuk mengatasi kelemahan diatas dalam perkembangan selanjutnya
dilakukan bebrapa penyempurnaan, pertama untuk mengimbangi
penekanannya pada proses berfikir, kedua adnya upaya-upaya untuk
menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan kebutuhan
setempat, ketiga pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada
masyarakat.
B. Kurikulum Humanistik
6
kurikulum adalah sesuatu yang dapat menunjang perkembangan anak dalam
aspek kepribadiannya. Pengikut aliran ini meliputi pendidikan konfiuen,
kritis radikal, dan mistisi baru. 9
9
Reka Miswanto, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dalam Perspektif Kurikulum Huistik
(Studi Kasus Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Karangbendo Bantul),” Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Dasar 2, no. 1 (2015): 205–24.
10
Dwi Setiyadi, “Kurikulum Humanistik Dan Pendidikan Karakter: Sebuah Gagasan
Pengembangan Kurikulum Masa Depan,” Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar Dan
Pembelajaran 1, no. 01 (2016): 26–39, https://doi.org/10.25273/pe.v1i01.33.
7
Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ini adalah beberapa acuan
dalam kurikulum humanistik:11
1) Integrasi sesuai domain afeksi peserta didik, yaitu emosi, sikap, dan
nilai-nilai dengan domain kognisi, yaitu kemampuan dan pengetahuan.
Agar integrasi tersebut dapat terjadi, menurut Shapiro kurikulum harus
terdiri atas berbagai elemen berikut:
a) Partisipasi.
b) Integrasi, interaksi, perasaan, dan kegiatan.
c) Relevan dengan kebutuhan hidup.
d) Pribadi
e) Tujuan sosial untuk membangun keutuhan pribadi dan lingkungan
masyarakat.
2) Kesadaran dan kepentingan.
3) Respon terhadap ukuran tertentu, seperti kedalaman suatu keterampilan.
Oleh karena itu, kurikulum humanistik perlu mempertimbangkan
motivasi untuk pencapaian hasil dan minat peserta didik,
Evaluasi kurikulum humanistik lebih mengutamakan proses
dibandingkan hasil, tidak ada kriteria pencapaian, bersifat subjektif. Selain
itu, kurikulum humanistik juga lebih memberi penekanan pada proses yang
dilakukan. Maksudnya, kurikulum humanistik lebih tertarik dalam
pertumbuhan atau prosesnya tanpa memperhatikan tentang bagaimana
pertumbuhan itu ditentukan.
Ahli humanis lebih mengutamakan proses daripada hasil sehingga
kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta di
masa depan. Mereka menghargai kelas yang memberikan pengalaman untuk
membantu siswa menjadi lebih menyadari diri mereka sendiri dan orang lain
dan mengembangkan potensi mereka sendiri secara unik. Guru humanistik
merasa bangga tahu bagaimana siswa akan menanggapi kegiatan, baik
dengan mengamati tindakan siswa atau dengan mencari umpan balik setelah
latihan diberikan.
11
Achmad Junaedi Sitika, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis
Humanistik Dan Teknologis Di Perguruan Tinggi Umum,” Jurnal Wahana Karya
Ilmiah_Pascasarjana (S2) PAI Unsika 3, no. 2 (2019): 364–84.
8
Kegunaan kurikulum humanistik bagi siswa sebagai berikut : 12
1) Siswa mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam
aspek-aspek perkembangannya.
2) Siswa lebih rajin dalam belajar
3) Siswa memiliki sikap yang sehat terhadap diri sendiri dan orang lain
4) Siswa dapat mengembangkan proses-proses pembelajaran yang akan
dilakukan, sehingga mencapai tujuan proses pembelajaran yang
ditentukan
5) Siswa mempunyai wawasan yang luas, karena dapat mengembangkan
ide yang dipikirkan
6) Siswa lebih aktif dalam melakukan proses belajar mengajar
12
Orsy Andhara, Mustiningsih, and Kingkin Zuhrotul Karimah, “Implementasi Model Dan Desain
Kurikulum Di Indonesia,” Seminar Nasional - Arah Manajemen Pada Masa Dan Pasca Pandemi
Covid-19, 2020, 229–36.
13
Syahrul Mubaroq, “Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial Dalam Menghadapi Pembelajaran Di
Era Modern,” BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia 3, no. 1 (2018): 93–102,
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/BB/article/view/1112.
9
masyarakat membuat warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana
masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui konsensus
sosial. Bramel juga ingin memberikan keyakinan tentang pentingnya
perubahan sosial. Perubahan sosial tersebut harus dicapai melalui prosedur
demokrasi. Para rekontruksionis sosial menentang intimidasi,menakut-
nakuti dan kompromi semu. Mereka mendorong agar para siswa
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang
mendesak (crucial) dan kerja sama atau bergotong royong untuk
memecahkannya.
14
Khairunnisyah Khairunnisyah, Sukino Sukino, and Imron Muttaqien, “Pendekatan Rekonstruksi
Sosial Dalam Pembelajara Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri
6 Pontianak,” Arfannur 1, no. 1 (2020): 55–74, https://doi.org/10.24260/arfannur.v1i1.138.
10
Pada tingkat sekolah menengah,pola organisasi kurikulum disusun
seperti sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu
masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.Dari tema
utama dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi
kelompok, latihan-latihan,kunjungan dan lain-lain.Topik-topik dengan
berbagai kegiatan kelompok ini merupakan jari-jari.Semua kegiatan jari-jari
tersebut dirangkum mmenjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.
D. Kurikulum Teknologis
15
Salsabila Rera Arta M and Silvi Diah Savitri, “Pengembangan Model Kurikulum Rekontruksi
Sosial Dan Implementasinya Pada Jenjang Pendidikan Menengah,” Seminar Nasional Arah
Manajemen Sekolah Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19, 2020, 285–91,
http://conference.um.ac.id/index.php/apfip/article/view/427.
11
diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi
sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak
dan grip, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya
yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video casssette,
overhead projector, film slide, dan motion film, mesin pengajaran,
komputer, CD-rom dan internet. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, di bidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan.16
16
Zainur Roziqin, “Menggagas Perencanaan Kurikulum Sekolah Unggul,” As-Sabiqun 1, no. 1
(2019): 44–56, https://doi.org/10.36088/assabiqun.v1i1.161.
12
dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum
yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut
objektif atau tujuan instruksional. Objektif ini menggambarkan perilaku,
perbuatan atau kecakapan-keterampilan yang dapat diamati atau diukur.
Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai
proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan
apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
Tujuan-tujuan pengajaran telah ditentukan sebelumnya. Pengajaran bersifat
individual, tiap siswa menghadapi serentetan tugas yang harus
dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.17
17
Herlinda Herlinda, Happy Fitria, and Yenny Puspita, “Implementasi Teknologi Informasi Dan
Komunikasi Dalam Proses Pembelajaran Kurikulum 2013,” Journal of Education Research 1, no. 2
(2020): 125–33, https://doi.org/10.37985/joe.v1i2.11.
13
Para siswa belajar secara individual melalui media buku-buku
ataupun media elektronik. Dalam kegiatan belajarnya mereka dapat
menguasai keterampilan-keterampilan dasar ataupun perilaku-perilaku
yang dinyatakan dalam tujuan program. Mereka belajar dengan cara
memberikan respons secara cepat terhadap persoalan- persoalan yang
diberikan.
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu
pelajaran, suatu unit ataupun semester. Fungsi evaluasi ini
bermacammacam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan
penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi
siswa pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif). Juga dapat
menjadi umpan balik bagi guru dan pengembang kurikulum untuk
penyempurnaan kurikulum. Evaluasi yang mereka gunakan umumnya
berbentuk tes objektif. Sesuai dengan landasan pemikiran mereka, bahwa
model pengajarannya menekankan sifat ilmiah, bentuk ini tes dipandang
yang paling cocok.
Program pengajaran teknologis sangat menekankan efisiensi dan
efektivitas. Program dikembangkan melalui beberapa kegiatan uji coba
dengan sampel-sampel dari suatu populasi yang sesuai, direvisi beberapa
kali sampai standar yang diharapkan dapat dicapai. Dengan model
pengajaran ini tingkat penguasaan siswa dalam standar konvensional jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan model-model lain. Apalagi kalau
digunakan program-program yang lebih berstruktur seperti pengajaran
berprogram, pengajaran modul atau pengajaran dengan bantuan video dan
komputer, yang dilengkapi dengan sistem umpan balik dan bimbingan yang
teratur dan dapat mempercepat serta meningkatkan penguasaan siswa.
Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan, kurikulum teknologis
tidak terlepas dari beberapa keterbatasan atau kelemahan. Model ini terbatas
kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang kompleks atau
membutuhkan penguasaan tingkat tinggi (analisis, sintetis, evaluasi) juga
bahan-bahan ajar yang bersifat afektif. Beberapa percobaan menunjukkan
kemampuan siswa untuk mentransfer hasil belajar cukup rendah.
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Febriyanti, Devi, Sjaifuddin Sjaifuddin, AND Lulu Tunjung Biru. “Analisis Proses
Pembelajaran Ipa Terpadu Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Di Smp
Kecamatan Sumur.” Pendipa Journal OF Science Education 6, NO. 1 (2021):
218–25
M, Salsabila Rera Arta, AND Silvi Diah Savitri. “Pengembangan Model Kurikulum
Rekontruksi Sosial Dan Implementasinya Pada Jenjang Pendidikan
Menengah.” Seminar Nasional Arah Manajemen Sekolah Pada Masa Dan
Pasca Pandemi Covid-19, 2020, 285–91.
16
(2015): 205–24.
17