Anda di halaman 1dari 20

MODEL KONSEP KURIKULUM

Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI

HALAMAN JUDUL

Dosen Pembimbing :

Prof. Dr. Agus Pahrudin, M.Pd

Disusun Oleh :

Muhammad Taufik Hidayat 2011010010

Muhammad Akbar Zulkamal 2011010447

Widya Mauluddina 2011010478

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan masalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “Model Konsep Kurikulum”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar-Nya


kepada dosen mata kuliah Model Konsep Kurikulum yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Kami juga ingi berterima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dan makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi setiap orang yang berkepentingan pada umumnya.

Bandar Lampung, 4 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................3

C. Tujuan Masalah .............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4

A. Model Kurikulum Subjek Akademik ............................................................4

B. Kurikulum Humanistik .................................................................................6

C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial ....................................................................9

D. Kurikulum Teknologis ................................................................................11

BAB III KESIMPULAN ......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan


kualitas pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2018 menyebutkan bahwa :
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu” . Melalui definisi tersebut, terdapat dua garis besar mengenai
kurikulum yaitu rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran, dan yang kedua yaitu cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.1
Adapun kurikulum yang digunakan dalam pendidikan di Indonesia
saat ini adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan mengenai
pembelajaran pada ranah pedagogik modern yaitu dengan menggunakan
pendekatan ilmiah atau scientific. 2 Pembelajaran dengan metode ilmiah
dapat dipahami sebagai pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan
penyelesaian. Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan
mencipta. Sebagai salah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatan
kualitas pendidikan Indonesia yaitu dengan melakukan perbaikan-perbaikan
kurikulum yang digunakan. Perubahan kurikulum 2013 yang terjadi dapat
berwujud perubahan pada aspek : kompetensi lulusan, isi, proses dan
penilaian.3

1
Indah Pratiwi, “Efek Program Pisa Terhadap Kurikulum Di Indonesia,” Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan 4, no. 1 (2019): 51, https://doi.org/10.24832/jpnk.v4i1.1157.
2
Samodra, Cystarini Dian, and Ira Paramastri, “DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN
KEKERASAN SEKSUAL MASA ANAK,” Jurnal Psikologi Klinis Indonesia 4, no. 2 (2019): 54,
https://doi.org/10.1016/B978-0-323-60984-5.00062-7.
3
Dahri Hi. Halek, “Kurikulum 2013 Dalam Perspektif Filosafi,” Jurnal Georafflesia : Artikel Ilmiah
Pendidikan Geografi 3, no. 2 (2019): 1, https://doi.org/10.32663/georaf.v3i2.567.

1
Pelaksanaan kurikulum 2013 tertuang dalam acuan standar proses
Permendikbud No.22 Tahun 2016 yang berisikan mengenai kriteria ideal
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah
untuk memenuhi capaian kompetensi lulusan. Kemendikbud (2016)
menjelaskan “Standar proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan”.4 Standar Proses mencakup perencanaan dalam proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Standar proses
merupakan acuan yang sangat tepat digunakan oleh guru dalam melakukan
pembelajarannya karena dengan mengacu pada standar proses mampu
menjadikan pembelajaran yang dilakukan guru menjadi terarah dan efektif.
Sehingga tujuan dari penggunaan acuan standar proses adalah memudahkan
guru dalam merancang pembelajaran, mengimplementasikan serta
melakukan penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan, mengarahkan
pembelajaran yang dilaksanakan mengacu pada tujuan pembelajaran yaitu
Standar Kompetensi Lulusan serta memudahkan para evaluator untuk
memantau keberhasilan pembelajaran yang dilakukan pada satuan
pendidikan. Standar proses sangat tepat dijadikan sebagai acuan dalam
mengevaluasi suatu pembelajaran dikarenakan keseluruhan tahap
pembelajaran sudah terjangkau secara menyeluruh. 5
Berbicara tentang kurikulum berarti guru akan terlibat dalam
masalah pengajaran, karena kurikulum tidak terlepas dari mata pelajaran.
Namun, dala kurikulum tidak sekedar hanya membahas tentang pelajaran
itu saja tetapi juga bagaimana konsep dasar model kurikulum juga harus
dipelajari sejak awal dibentuk. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka
makalah ini akan membahas terkait dengan “Model Konsep Kurikulum”.

4
Halim Simatupang and Dirga Purnama, “Analisis Pelaksanaan Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Standar Proses Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Vii Smp Al-Ulum Kota Medan,” Jurnal Biolokus 2,
no. 1 (2019): 135, https://doi.org/10.30821/biolokus.v2i1.438.
5
Devi Febriyanti, Sjaifuddin Sjaifuddin, and Lulu Tunjung Biru, “Analisis Proses Pembelajaran
IPA Terpadu Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Di SMP Kecamatan Sumur,” PENDIPA Journal
of Science Education 6, no. 1 (2021): 218–25, https://doi.org/10.33369/pendipa.6.1.218-225.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah sebagai


berikut :
1. Bagaimana konsep model kurikulum subjek akademis ?
2. Bagaimana konsep kurikulum humanistik ?
3. Bagaimana konsep kurikulum rekonstruksi sosial ?
4. Bagaimana konsep kurikulum teknologi / KBK ?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusanmasalah, maka tujuan penulisan sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui konsep model kurikulum subjek akademis.
2. Untuk mengetahui konsep kurikulum humanistik.
3. Untuk mengetahui konsep kurikulum rekonstruksi sosial.
4. Untuk mengetahui konsep kurikulum teknologi / KBK.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Kurikulum Subjek Akademik

Menurut Sukmadinata, model kurikulum subjek akademik adalah


tipe kurikulum tertua yang bersumber dari pendidikan klasik berorientasi
pada masa lalu dimana kurikulum dipandang sebagai proses untuk
memperdalam ilmu pengetahuan, proses belajar yang dilakukan oleh peserta
didik tergantung kepada segi apa yang dipentingkan dalam materi pelajaran
tersebut. Kurikulum subyek akademis lebih mengutamakan isi pendidikan,
isi pendidikan diambil dari disiplin-disiplin ilmu. Karena kurikulum sangat
mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya menjadi lebih bersifat
intelektual.6
Jadi, kurikulum subjek akademis adalah kurikulum yang
berorientasi pada masa lalu dan peserta didiknya tergantung kepada segi apa
yang diajarkan oleh pendidiknya dikarenakan kurikulum ini sangat
mengutamakan pengetahuan.
Terdapat tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek
akademis yaitu :7
a. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan, yaitu murid-murid
belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan
sekedar mengingatmya
b. Studi yang bersifat intergatif, pendekatan ini merupakan respons
terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model
pengetahuan yang lebih komperhensif–terpadu. Mereka
mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi. Ada
beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan yaitu:

6
Mahrus Mahrus, “Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,” Jurnal
Pendidikan Islam 7, no. 1 (2021): 81–100, https://doi.org/10.37286/ojs.v7i1.93.
7
Lola Fadilah and Tasman Hamami, “Pendekatan Subjek Akademis Dan Humanistik Dalam
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,” Geneologi PAI: Jurnal Pendidikan … 8, no.
02 (2021): 344–55,
http://www.jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/geneologi/article/view/4947%0Ahttp://www.jurnal.ui
nbanten.ac.id/index.php/geneologi/article/download/4947/3323.

4
1) Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying
theme) yang dapat terdiri atas suatu proses kerja ilmu, fenomena
alam, atau masalah social yang membutuhkan pemecahan secara
ilmiah
2) Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa proses ilmu
3) Menyatukan berbagai cara/metode belajar.
4) Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Mereka tetap mengajar berdasarkan mata pelajaran dengan
menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-
masalah matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman,
ilmu social dan lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan
kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam kehidupan.
Tujuan dari kurikulum subjek akademik adalah memberikan
pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan
proses penelitian dengan menjadikan para siswa berpengetahuan di dalam
berbagai disiplin ilmu, diharapkan para siswa memiliki konsep dan cara-
cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat. Sekolah harus
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merealisasikan
kemampuan menguasai warisan budaya. 8
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek
akademis adalah pameran (eksposisi) dan inkuiri. Ide-ide yang diberikan
oleh guru lalu dielaborasi oleh peserta didik sehingga dapat mereka kuasai.
Dalam disiplin ilmu yang diberikan dicari berbagai masalah yang penting,
kemudian dirumuskan dan dicari pemecahannya.
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek
akademis. Pola-pola organisasi yang terpenting diantaranya :
1) Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang
dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.

8
Deviyanti Pangestu, Tegar Pambudhi, and Maman Surahman, “Studi Evaluatif Relevansi Model
Pengembangan Kurikulum PGSD Dengan Kurikulum SD Di Bandar Lampung,” Jurnal Inovatif
Ilmu Pendidikan 1, no. 2 (2021): 88–100, https://doi.org/10.23960/jiip.v1i2.18027.

5
2) Concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan pelajaran
tersusun dala tema-tema pelajaran tertentu yang mencakup materi dari
berbagai pelajaran.
3) Integrated curriculum adalah pola yang bahan ajar diintegrasikan dalam
suatu persoalan, kegiatan dan segi kehidupan tertentu.
4) Problem solving curriculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik
pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan
Kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan mata pelajaran. Pelajaran tersebut
membutuhkan jawaban-jawaban yang merefleksikan logika, koherensi, dan
integrasi yang menyeluruh. Evaluasi yang dilakukan dalam waktu yang
singkat tidak akan memberiakan gambaran yang benar tentang
perkembangan dan penguasaan peserta didik.
para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan
penyusunan bahan secara logis dan sistematis dari pada menyelaraskan
urutan bahan dengan kemampuan berfikir anak. Mereka umunya kurang
memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih mengutamakan susunan
isi yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa sama
pentingnya dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
Untuk mengatasi kelemahan diatas dalam perkembangan selanjutnya
dilakukan bebrapa penyempurnaan, pertama untuk mengimbangi
penekanannya pada proses berfikir, kedua adnya upaya-upaya untuk
menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan kebutuhan
setempat, ketiga pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada
masyarakat.

B. Kurikulum Humanistik

Kurikulum humanistik menekankan bahwa dalam diri manusia


terdapat potensi dan potensi itulah yang akan dikembangkan melalui
pendidikan atau memanusiakan manusia. Aliran humanistik bertentangan
dengan nativistik yang menyebutkan manusia atau individu tak ubahnya
gelas kosong yang siap diisi oleh guru. Dalam pandangan humanistik,

6
kurikulum adalah sesuatu yang dapat menunjang perkembangan anak dalam
aspek kepribadiannya. Pengikut aliran ini meliputi pendidikan konfiuen,
kritis radikal, dan mistisi baru. 9

Kurikulum humanistik berpusat pada siswa (student-centered) dan


mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai
bagian integral dari proses belajar. Berdasarkan kurikulum humanistik,
fungsi kurikulum adalah menyiapkan peserta didik dengan berbagai
pengalaman naluriah dan gagasan yang sangat berperan dalam
perkembangan individu. Bagi para pendukung kurikulum humanistik,
tujuan pendidikan adalah suatu proses atas diri individu yang dinamis, yang
berkaitan dengan pemikiran, integritas, dan otonominya. Kurikulum
humanistik didasarkan atas apa yang kadang-kadang disebut psikologi
humanistik yang erat hubungannya dengan psikologi lapangan (field
psychology) dan teori kepribadian.10
Tujuan kurikulum humanistik yaitu untuk perkembangan pribadi
yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian,
sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar. Selain itu,
untuk mengembangkan pribadi siswa yang utuh, yang serasi baik di dalam
dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh.
Guru-guru humanistik memotivasi siswanya melalui rasa saling
percaya. Mengikutsertakan dalam penyelenggaraan kelas dan keputusan
instruksional, turut serta dalam pembuatan, pelaksanaan, dan pengawasan
peraturan sekolah. Memperbolehkan memilih kegiatan belajar dan boleh
membuktikan hasil belajarnya melalui berbagai macam karya atau kegiatan,
dan mereka juga harus turut bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan
bersama. Selain itu guru humanistik tidak boleh memaksa siswanya untuk
melakukan sesuatu yang mereka tidak mau mengerjakan.

9
Reka Miswanto, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dalam Perspektif Kurikulum Huistik
(Studi Kasus Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Karangbendo Bantul),” Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Dasar 2, no. 1 (2015): 205–24.
10
Dwi Setiyadi, “Kurikulum Humanistik Dan Pendidikan Karakter: Sebuah Gagasan
Pengembangan Kurikulum Masa Depan,” Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar Dan
Pembelajaran 1, no. 01 (2016): 26–39, https://doi.org/10.25273/pe.v1i01.33.

7
Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ini adalah beberapa acuan
dalam kurikulum humanistik:11
1) Integrasi sesuai domain afeksi peserta didik, yaitu emosi, sikap, dan
nilai-nilai dengan domain kognisi, yaitu kemampuan dan pengetahuan.
Agar integrasi tersebut dapat terjadi, menurut Shapiro kurikulum harus
terdiri atas berbagai elemen berikut:
a) Partisipasi.
b) Integrasi, interaksi, perasaan, dan kegiatan.
c) Relevan dengan kebutuhan hidup.
d) Pribadi
e) Tujuan sosial untuk membangun keutuhan pribadi dan lingkungan
masyarakat.
2) Kesadaran dan kepentingan.
3) Respon terhadap ukuran tertentu, seperti kedalaman suatu keterampilan.
Oleh karena itu, kurikulum humanistik perlu mempertimbangkan
motivasi untuk pencapaian hasil dan minat peserta didik,
Evaluasi kurikulum humanistik lebih mengutamakan proses
dibandingkan hasil, tidak ada kriteria pencapaian, bersifat subjektif. Selain
itu, kurikulum humanistik juga lebih memberi penekanan pada proses yang
dilakukan. Maksudnya, kurikulum humanistik lebih tertarik dalam
pertumbuhan atau prosesnya tanpa memperhatikan tentang bagaimana
pertumbuhan itu ditentukan.
Ahli humanis lebih mengutamakan proses daripada hasil sehingga
kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta di
masa depan. Mereka menghargai kelas yang memberikan pengalaman untuk
membantu siswa menjadi lebih menyadari diri mereka sendiri dan orang lain
dan mengembangkan potensi mereka sendiri secara unik. Guru humanistik
merasa bangga tahu bagaimana siswa akan menanggapi kegiatan, baik
dengan mengamati tindakan siswa atau dengan mencari umpan balik setelah
latihan diberikan.

11
Achmad Junaedi Sitika, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis
Humanistik Dan Teknologis Di Perguruan Tinggi Umum,” Jurnal Wahana Karya
Ilmiah_Pascasarjana (S2) PAI Unsika 3, no. 2 (2019): 364–84.

8
Kegunaan kurikulum humanistik bagi siswa sebagai berikut : 12
1) Siswa mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam
aspek-aspek perkembangannya.
2) Siswa lebih rajin dalam belajar
3) Siswa memiliki sikap yang sehat terhadap diri sendiri dan orang lain
4) Siswa dapat mengembangkan proses-proses pembelajaran yang akan
dilakukan, sehingga mencapai tujuan proses pembelajaran yang
ditentukan
5) Siswa mempunyai wawasan yang luas, karena dapat mengembangkan
ide yang dipikirkan
6) Siswa lebih aktif dalam melakukan proses belajar mengajar

C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model


kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada
problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini
bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan, interaksi, kerja sama.
Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru,
tetapi juga antara siswa dengan siswa , siswa dengan orang-orang di
lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan
kerja sama ini siswa berusaha memecahkan problem-problema yang
dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang
lebih baik.13

Para rekontruksionis sosial tidak mau terlalu menekankan


kebebasan individu. Mereka ingin meyakinkan murid-murid bagaimana

12
Orsy Andhara, Mustiningsih, and Kingkin Zuhrotul Karimah, “Implementasi Model Dan Desain
Kurikulum Di Indonesia,” Seminar Nasional - Arah Manajemen Pada Masa Dan Pasca Pandemi
Covid-19, 2020, 229–36.
13
Syahrul Mubaroq, “Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial Dalam Menghadapi Pembelajaran Di
Era Modern,” BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia 3, no. 1 (2018): 93–102,
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/BB/article/view/1112.

9
masyarakat membuat warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana
masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui konsensus
sosial. Bramel juga ingin memberikan keyakinan tentang pentingnya
perubahan sosial. Perubahan sosial tersebut harus dicapai melalui prosedur
demokrasi. Para rekontruksionis sosial menentang intimidasi,menakut-
nakuti dan kompromi semu. Mereka mendorong agar para siswa
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang
mendesak (crucial) dan kerja sama atau bergotong royong untuk
memecahkannya.

Kurikulum rekonstruksi sosial berharap dengan adanya kerja sama


dan interaksi, siswa atau peserta didik dapat berusaha memecahkan
masalah, baik masalah yang ada pada dirinya sendiri atau masalah-masalah
sosial yang sehingga dapat membentuk dan menciptakan masyarakat yang
baik. Ada 3 macam sumber kurikulum yaitu pengetahuan, masyarakat, serta
individu yang dididik. Jika keberadaan masyarakat dianggap sebagai salah
satu sumber kurikulum, hendaknya tidak berlebihan adanya sekolah
merupakan salah astu agen atau pusat amsyarakat dalam meneruskan
warisan - warisan kebudayaan, dan sekolah juga berfungsi sebagai wahana
dan tempat untuk memecahkan masalah-masalah masyarakat. Dengan
adanya implementasi kurikulum rekonstruksi sosial, siswa dapat belajar
untuk memecahkan masalah yang ada dimasyarakat dengan tidak
menghilangkan sikap kerja sama dan hubungan yang baik antar sesama.14

Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan agar dapat merubah


pandangan dan perilaku yang ada dimasyarakat menjadi lebih baik dan juga
sebagai wahana belajar dalam berusaha mengatasi masalah – masalah yang
ada di msyarakat. Keberadaan teknologi yang semakin maju merupakan hal
yang sangat menggembirakan, tetapi perlu diingat bahwa segala sesuatu
perubahan menimbulkan efek positif dan negatif.

14
Khairunnisyah Khairunnisyah, Sukino Sukino, and Imron Muttaqien, “Pendekatan Rekonstruksi
Sosial Dalam Pembelajara Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri
6 Pontianak,” Arfannur 1, no. 1 (2020): 55–74, https://doi.org/10.24260/arfannur.v1i1.138.

10
Pada tingkat sekolah menengah,pola organisasi kurikulum disusun
seperti sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu
masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.Dari tema
utama dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi
kelompok, latihan-latihan,kunjungan dan lain-lain.Topik-topik dengan
berbagai kegiatan kelompok ini merupakan jari-jari.Semua kegiatan jari-jari
tersebut dirangkum mmenjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dari penerapan


kurikulum tersebut dalam proses belajar mengajar. Evaluasi tidak hanya
menilai apa saja yang telah dikuasai dan dipahami siswa, tetapi juga menilai
pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat. Dalam kegiatan evaluasi
para siswa juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam memilih,
menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan
diujikan dinilai lebih dulu baik ketepatan maupun keluasan isinya, juga
keampuhan menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan masyarakat
yang sifatnya kualitatif.15

Adapun kegunaan kurikulum rekontruksi sosial bagi siswa adalah


menghadapkan para siswa pada tantangan,ancaman,hambatan-hambatan
atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia tantangan-tantangan
tersebut merupakan bidang garapan studi sosial, yang perlu didekati dari
bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, estetika, bahkan
pengetahuan alam, dan matematika.masalah-masalah masyarakatbersifat
universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.

D. Kurikulum Teknologis

Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan teknologi yang


sangat pesat. Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan
aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah

15
Salsabila Rera Arta M and Silvi Diah Savitri, “Pengembangan Model Kurikulum Rekontruksi
Sosial Dan Implementasinya Pada Jenjang Pendidikan Menengah,” Seminar Nasional Arah
Manajemen Sekolah Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19, 2020, 285–91,
http://conference.um.ac.id/index.php/apfip/article/view/427.

11
diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi
sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak
dan grip, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya
yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video casssette,
overhead projector, film slide, dan motion film, mesin pengajaran,
komputer, CD-rom dan internet. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, di bidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan.16

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum


adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan
perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam
pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan
penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system
technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan
kepada penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan
efektivitas pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan
berbagai alat dan media juga model-model pengajaran yang banyak
melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut
adalah pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram,
mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan komputer,
dan lain-lain.
Dalam arti teknologi sistem, teknologi pendidikan menekankan
kepada penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan
menggunakan pendekatan sistem. Program pengajaran ini bisa semata-mata
program sistem, bisa program sistem yang ditunjang dengan alat dan media,
dan bisa juga program sistem yang dipadukan dengan alat dan media
pengajaran.

Kurikulum teknologis dikembangkan dari konsep teknologi


pendidikan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang

16
Zainur Roziqin, “Menggagas Perencanaan Kurikulum Sekolah Unggul,” As-Sabiqun 1, no. 1
(2019): 44–56, https://doi.org/10.36088/assabiqun.v1i1.161.

12
dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum
yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut
objektif atau tujuan instruksional. Objektif ini menggambarkan perilaku,
perbuatan atau kecakapan-keterampilan yang dapat diamati atau diukur.
Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai
proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan
apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
Tujuan-tujuan pengajaran telah ditentukan sebelumnya. Pengajaran bersifat
individual, tiap siswa menghadapi serentetan tugas yang harus
dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.17

Pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara


kelompok. Setiap siswa harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan
program pengajaran. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Penegasan tujuan. Para siswa diberi penjelasan tentang pentingnya
bahan yang harus dipelajari.
2) Sebagai tanda menguasai bahan mereka harus menguasai seara tuntas
tujuan-tujuan dari suatu program.
3) Pelaksanaan pengajaran. Para siswa belajar secara individual melalui
media buku-buku ataupun media elektronik. Dalam kegiatan belajarnya
mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar ataupun
perilaku-perilaku yang dinyatakan dalam tujuan program. Mereka
belajar dengan cara memberikan respons secara cepat terhadap
persoalan-persoalan yang diberikan.
4) Pengetahuan tentang hasil. Kemajuan siswa dapat segera diketahui oleh
siswa sendiri, sebab dalam model kurikulum ini umpan balik selalu
diberikan. Para siswa dapat segera mengetahui apa yang telah mereka
kuasai dan apa yang masih harus dipelajari lebih serius.

17
Herlinda Herlinda, Happy Fitria, and Yenny Puspita, “Implementasi Teknologi Informasi Dan
Komunikasi Dalam Proses Pembelajaran Kurikulum 2013,” Journal of Education Research 1, no. 2
(2020): 125–33, https://doi.org/10.37985/joe.v1i2.11.

13
Para siswa belajar secara individual melalui media buku-buku
ataupun media elektronik. Dalam kegiatan belajarnya mereka dapat
menguasai keterampilan-keterampilan dasar ataupun perilaku-perilaku
yang dinyatakan dalam tujuan program. Mereka belajar dengan cara
memberikan respons secara cepat terhadap persoalan- persoalan yang
diberikan.
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu
pelajaran, suatu unit ataupun semester. Fungsi evaluasi ini
bermacammacam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan
penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi
siswa pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif). Juga dapat
menjadi umpan balik bagi guru dan pengembang kurikulum untuk
penyempurnaan kurikulum. Evaluasi yang mereka gunakan umumnya
berbentuk tes objektif. Sesuai dengan landasan pemikiran mereka, bahwa
model pengajarannya menekankan sifat ilmiah, bentuk ini tes dipandang
yang paling cocok.
Program pengajaran teknologis sangat menekankan efisiensi dan
efektivitas. Program dikembangkan melalui beberapa kegiatan uji coba
dengan sampel-sampel dari suatu populasi yang sesuai, direvisi beberapa
kali sampai standar yang diharapkan dapat dicapai. Dengan model
pengajaran ini tingkat penguasaan siswa dalam standar konvensional jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan model-model lain. Apalagi kalau
digunakan program-program yang lebih berstruktur seperti pengajaran
berprogram, pengajaran modul atau pengajaran dengan bantuan video dan
komputer, yang dilengkapi dengan sistem umpan balik dan bimbingan yang
teratur dan dapat mempercepat serta meningkatkan penguasaan siswa.
Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan, kurikulum teknologis
tidak terlepas dari beberapa keterbatasan atau kelemahan. Model ini terbatas
kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang kompleks atau
membutuhkan penguasaan tingkat tinggi (analisis, sintetis, evaluasi) juga
bahan-bahan ajar yang bersifat afektif. Beberapa percobaan menunjukkan
kemampuan siswa untuk mentransfer hasil belajar cukup rendah.

14
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab 2, maka dapat disimpulkan :


1. Model konsep kurikulum akademis sangat mengutamakan pengetahuan maka
pendidikannya menjadi lebih bersifat intelektual. Tujuan kurikulum subjek
akademik adalah melatih siswa dalam menggunakan gagasan yang paling
bermanfaat dan proses menyelidiki masalah riset khusus. Metode yang paling
banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah pameran
(eksposisi) dan inkuiri.
2. Kurikulum humanistik menekankan bahwa dalam diri manusia terdapat potensi
dan potensi itulah yang akan dikembangkan melalui pendidikan atau
memanusiakan manusia.
3. Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum
lainnya . Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema
yang dihadapinya dalam masyarakat . Kurikulum ini bersumber pada aliran
pendidikan interaksional .
4. Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada
penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektivitas
pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat
dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan
alat. Tujuan kurikulum teknologis diarahkan pada penguasaan kompetensi,
yang dirumuskan dalam bentuk perilaku.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andhara, Orsy, Mustiningsih, AND Kingkin Zuhrotul Karimah. “Implementasi


Model Dan Desain Kurikulum Di Indonesia.” Seminar Nasional - Arah
Manajemen Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19, 2020, 229–36.

Fadilah, Lola, AND Tasman Hamami. “Pendekatan Subjek Akademis Dan


Humanistik Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.”
Geneologi Pai: Jurnal Pendidikan … 8, NO. 02 (2021): 344–55.

Febriyanti, Devi, Sjaifuddin Sjaifuddin, AND Lulu Tunjung Biru. “Analisis Proses
Pembelajaran Ipa Terpadu Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Di Smp
Kecamatan Sumur.” Pendipa Journal OF Science Education 6, NO. 1 (2021):
218–25

Halek, Dahri Hi. “Kurikulum 2013 Dalam Perspektif Filosafi.” Jurnal


Georafflesia : Artikel Ilmiah Pendidikan Geografi 3, NO. 2 (2019): 1.

Herlinda, Herlinda, Happy Fitria, AND Yenny Puspita. “Implementasi Teknologi


Informasi Dan Komunikasi Dalam Proses Pembelajaran Kurikulum 2013.”
Journal OF Education Research 1, NO. 2 (2020): 125–33.

Khairunnisyah, Khairunnisyah, Sukino Sukino, AND Imron Muttaqien.


“Pendekatan Rekonstruksi Sosial Dalam Pembelajara Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) Negeri 6 Pontianak.” Arfannur
1, NO. 1 (2020): 55–74.

M, Salsabila Rera Arta, AND Silvi Diah Savitri. “Pengembangan Model Kurikulum
Rekontruksi Sosial Dan Implementasinya Pada Jenjang Pendidikan
Menengah.” Seminar Nasional Arah Manajemen Sekolah Pada Masa Dan
Pasca Pandemi Covid-19, 2020, 285–91.

Mahrus, Mahrus. “Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.”


Jurnal Pendidikan Islam 7, NO. 1 (2021): 81–100.

Miswanto, Reka. “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dalam Perspektif


Kurikulum Huistik (Studi Kasus Di Sekolah Dasar Muhammadiyah
Karangbendo Bantul).” Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar 2, NO. 1

16
(2015): 205–24.

Mubaroq, Syahrul. “Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial Dalam Menghadapi


Pembelajaran Di Era Modern.” Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah Program Studi
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia 3, NO. 1 (2018): 93–102.

Pangestu, Deviyanti, Tegar Pambudhi, AND Maman Surahman. “Studi Evaluatif


Relevansi Model Pengembangan Kurikulum Pgsd Dengan Kurikulum Sd Di
Bandar Lampung.” Jurnal Inovatif Ilmu Pendidikan 1, NO. 2 (2021): 88–100.

Pratiwi, Indah. “Efek Program Pisa Terhadap Kurikulum Di Indonesia.” Jurnal


Pendidikan Dan Kebudayaan 4, NO. 1 (2019): 51.

Roziqin, Zainur. “Menggagas Perencanaan Kurikulum Sekolah Unggul.” As-


Sabiqun 1, NO. 1 (2019): 44–56.

Samodra, Cystarini Dian, AND Ira Paramastri. “Dinamika Psikologis Korban


Kekerasan Seksual Masa Anak.” Jurnal Psikologi Klinis Indonesia 4, NO. 2
(2019): 54

Setiyadi, Dwi. “Kurikulum Humanistik Dan Pendidikan Karakter: Sebuah Gagasan


Pengembangan Kurikulum Masa Depan.” Premiere Educandum : Jurnal
Pendidikan Dasar Dan Pembelajaran 1, NO. 01 (2016): 26–39.

Simatupang, Halim, AND Dirga Purnama. “Analisis Pelaksanaan Kurikulum 2013


Ditinjau Dari Standar Proses Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Vii Smp Al-Ulum
Kota Medan.” Jurnal Biolokus 2, NO. 1 (2019): 135.

Sitika, Achmad Junaedi. “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam


Berbasis Humanistik Dan Teknologis Di Perguruan Tinggi Umum.” Jurnal
Wahana Karya Ilmiah_Pascasarjana (S2) Pai Unsika 3, NO. 2 (2019): 364–
84.

17

Anda mungkin juga menyukai