SEKOLAH
Di susun Oleh
Kelompok 5
- Darma taksiah
- Khusnul Yaqin
- Viana manik
- Humairoh
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................. 1
B. Kebudayaan .......................................................................................... 3
B. Saran ................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menempuh kehidupan manusia di pengaruhi beberapa faktor salah
satunya adalah pendidikan. Dimana pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang dicita- citakan. Pendidikan pun menjadi bagian esensial dari
strategi kebudayaan karena kebudayaan hanya dapat hidup dan berkembang dari
masyarakat.
Dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan orang
dengan berbagai ragam kualitas diri yang tidak berpendidikan sampai
dengan yang berpendidikan. Sementara itu, dilihat dari lingkungan pendidikan,
masyarakat disebut lingkungan nonformal yang memberikan pendidikan secara
sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis.
Hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat bersifat korelatif, bahkan
seperti telur dengan ayam. Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan
yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju. Sekolah juga
berfungsi sebagai lembaga sosial yang melayani anggota-anggota masyarakat
dalam bidang pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masayarakat ?
2. Apa pengertian kebudayaan ?
3. Bagaimana kebudayaan sekolah ?
4. Bagaimana norma nilai dalam belajar ?
5. Bagaimana latar belakang guru ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian masayarakat
2. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan
3. Untuk mengetahui kebudayaan sekolah
4. Untuk mengetahui norma nilai dalam belajar
5. Untuk mengetahui latar belakang guru
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat
Menurut bahasa masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-
luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Seperti
bahasa, Kelompok orang yang merasa memiliki bahasa bersama, yang termasuk
dalam kelompok itu. “Ber, ma, sya, ra, kat” . Merupakan masyarakat makhluk
yang; Bersekutu; bersatu membentuk masyarakat; hidup secara rukun. “Me, ma,
sya, ra, kat; menjadi persoalan masyarakat meluas (menyebar) ke masyarakat.
“me, ma, sya, ra, kat, kan” . Menjadikan sebagai anggota masyarakat ; seperti ;
bekas narapidana, mereka berusaha menjadi anggota masyarakat; . menjadikan di
kenal oleh masyarakat; seperti; usaha gerakan pramuka.1
Dalam bahasa Inggris, masyarakat disebut society, asal katanya socius yang
berarti kawan.. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu Syirk,
artinya bergaul.Adanya saling bergaul ini, tentu karena ada bentuk-bentuk aturan
hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan
oleh unsure-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan
kesatuan. Masyarakat disebut pula kesatuan sosial, karena mempunyai ikatan-
ikatan kasih sayang yang erat.
Sedangkan menurut istilah masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia
yag saling terkait oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum khas,
dan yang hidup bersama. Menurut Filsafat Pendidikan Islam dalam kaitannya
dengan pendidikan didasari oleh lima prinsip yang salah satunya adalah
pandangan terhadap masyarakat.2Prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan
terhadap masyarakat berisikan dua pemikiran bahwa:
1
Tim Penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Depdikbud, Ed. II., (Balai Pustaka: Jakarta) 1994, hal. 635
2
Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: konsep dan Perkembangan
Pemikirannya. (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta), 1994. hal. 22
2
b. Masyarakat Islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip berbeda
dari masyarakat lainnya.3
Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa masyarakat adalah:
1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai
kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi
secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang
secara terbuka dan bekerja pada daerah geografls tertentu,
2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai
turun temurun dan mensosialkan anggota anggotanya melalui pendidikan,
3) suatu ke orang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang
mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keselurühan yang
terorganisasi.
B. Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddhayah yang
merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi dan akal.
Kebudayaan diadakan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.4
Adapun istilah Culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya
dengan kebudayaan, berasal dari bahasa Latin colere Artinya mengolah atau
mengerjakan, yaitu mengolah tanah bertani. Dari asal arti tersebut yaitu colere
kemudianculture iartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk mengubah
dan mengolah alam. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur"
dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social.
Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola
pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola
piker masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari
yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka,
kepercayaan, dan ideology yang mereka anut.
3
Ibid.,hal.24
4
Sztompka, Piotr , Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada, 2007. Hal 22
3
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
C. Kebudayaan Sekolah
Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual,
mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama
oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka
dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di sekolah serta
norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan Kebudayaan Sekolah. 5
Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat luas. Namun mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai suatu
“Subculture”. Sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada
generasi baru dan arena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan
kebudayaan umum. Akan tetapi disekolah itu sendiri timbul pola-pola kelakuan
tertentu. Ini mungkin sekolah mempunyai kedudukan yang agak terpisah dari arus
umum kebudayaan. Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial
lainya sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses
sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak.
Sekolah merupakan suatu system sosial yang mempunyai organisasi dan pola
relasi diantara para anggotanya yang bersifat unik, hal ini dikarenakan tiap-tiap
sekolah memiliki aturan tata tertib, kebiasaan, upacara-upacara, mars/hymne
sekolah,pakaian seragam dan lambang-lambang yang lain yang memberikan corak
5
Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 54.
4
khas kepada sekolah yang bersangkutan. Penelitian oleh Wilson(1959) pada
beberapa sekolah menengah menunjukan bahwa ethos suatu sekolah memiliki
pengaruh prestasi akademik dan aspirasi pada siswa mengenai pekerjaan.
6
Ibid.h.55
5
keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan
mampu mewujudkan manusia yang berbudaya. Dalam hal ini
Karakteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan
menjadi tiga yakni :7
a. Bernilai Strategis
Adalah kultur yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis.
Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien,
disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik
perorangan, sehingga budaya sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan
oleh semua warga sekolah.
b. Memiliki Daya Ungkit
Kultur yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah untuk
berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh
bilamana dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki
daya ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika
disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi
tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat
belajarnya, bila mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan yang
prima, serta didukung dengan sarana yang memadai.
c. Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya gerak
yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan
dan rasa mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya
gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong
mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka
pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin
banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua
ini dapat berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/ kualitas
yang akan menentukan keberhasilan seseorang.
Dengan berpijak pada karakteristik diatas, maka didapatkan peran kultur
sekolah adalah untuk memperbaiki kinerja sekolah, membangun komitmen warga
7
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hal. 60
6
sekolah, serta membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar,
semangat terus maju, dorongan bekerja keras dan tidak mudah mengeluh dan
suasana batin yang menyenangkan di antara warga sekolah.
Sekolah yang berorentasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut
Community school atau sekolah masyarakat. Sekolah ini berorentasi pada
masalah-masalah kehidupan dalam masyarakat seperti masalah usaha manusia
melestarikan alam, memanfaatkan sumber-suber alam dan manusia, masalah
kesehatan, kewarganegaraan, penggunaan waktu senggang, komunikasi, transport,
dan sebagainya. Dalam kurikulum ini anak dididik agar turut serta dalam
kegiatan masyarakat. Pelajaran mengutamakan kerja kelompok. Dengan
sendirinya kurikulum itu fleksibel, berbeda dari sekolah ke sekolah, dari tahun ke
tahun dan tidak dapat ditentukan secara uniform. Murid-murid mempelajari
lingkungan sosialnya untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat
dijadikan pokok bagi suatu unit pelajaran. Khususnya yang memberi kesempatan
kepada murid-murid untuk meningkatkan mutu kehidupan dalam masyarakat
sekitarnya.8
Bayak kesulitan yang dihadapi bila kita ingin menjalankan sekolah seperti
itu. Meminta waktu dan tenaga tokoh-tokoh masyarakat dalam suatu proyek
pelajaran sekolah akan banyak menemui rintangan. Demikian pula bila anak ingin
mengunjungi berbagai kantor, Pabrik, Perusahaan dan sebagainya. Kurikulum
sekolah sepenuhnya di dasarkan atas masalah-masalah masyarakat yang mendapat
kencaman yang pedas dari golongan yang menginginkan kurikulum akademis
berdasarkan disiplin ilmu. Setelah peluncuran sputnik kurikulum yang subject-
8
Fuad Ikhsan, 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.h. 122
7
centered berupa mata pelajaran atau bidang studi kembali mendapat peranan
utama.
9
Sahabudin, Tinjauan Umum tentang Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
H. 122
8
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku
dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan
berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-
perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan
norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma
disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung
tertib sebagaimana yang diharapkan.
3. Pengertian Situasi/Kondisi Belajar
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses
dan hasil belajar siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu
keadaan yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui
berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai
suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Gagne dalam bukunya “Condition of learning” (1977) menyatakan “The
occurence of learningis inferred from a difference in human being’s performance
before and after being placed in a learning situation”. Terjadinya belajar pada
manusia dapat disimpulkan bila terdapat perbedaan dalam penampilan/ kinerja
manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan pada situasi belajar. Dengan kata
lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning
situation) yang dapat mengahasilkan perubahan perilaku (performance) pada
seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut.10
4. Norma-norma Sosial dalam Situasi Belajar
Interaksi yang terus-menerus antara guru dengan murid mengharuskan
masing-masing memahami norma-norma kelakuan serta isyarat-isyarat yang
melambangkan norma-norma tertentu. Tanpa disiplin kegiatan tak dapat berjalan
baik. Pelanggaran akan terjadi bila isyarat-isyarat itu tidak dipahami atau tidak
diterima baik oleh sebab komunilasi antara kedua belah pihak tidak serasi.
Contoh penerapan norma-norma dalam situasi belajar :
10
Ibid.h.125
9
a. Norma Agama : agama adalah suatu petunjuk hidup yang berasal dari tuhan
bagi penganutnya agar mereka mematuhi segala perintah dan larangannya.
Yang berisikan peraturan hidup yang diterima sebagai perintah, larangan,
anjuran yang berasal dari Tuhan. Contohnya adalah berdoa sebelum dan
sesudah pembelajaran.
b. Norma Kesopanan : adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan
segolongan manusia dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari – hari
sekelompok masyarakat. Contohnya sikap saling menghargai baik ketika guru
menerangkan ataupun ada siswa lain yang memberikan pendapat.
c. Norma Kelaziman : kelaziman adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan
yang umumnya dilakukan tanpa pikir panjang karena kebiasaan itu dianggap
baik, patut, sopan dan sesuai dengan tata krama. Contohnya memberikan
salam kepada guru
d. Norma Kesusilaan : kesusilaan adalah pedoman yang mengandung makna
dan dianggap penting bagi kesejahteraan masyarakat dan dianggap sebagai
aturan yang datang dari suara hati sanubari manusia. Contohnya menghargai
perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan beserta perannya.
e. Norma Hukum : aturan tertulis maupun tidak yang berisi perintah atau
larangan yang memaksa dan yang akan memberikan sanksi yang tegas bagi
setiap orang yang melanggarnya. Contohnya peraturan didalam kelas ketika
sedang belajar tidak boleh mengobrol atau pun tidur.
Norma-norma di sekolah juga harus memperhatikan apa yang diharapkan
oleh masyarakat. Guru harus memanfaatkan harapan-harapan orang tua dan
menerapkannya dalam kelasnya dalam bentuk norma-norma. Sedapat mungkin
norma-norma yang dijalankan di sekolah jangan bertentangan dengan norma yang
berlaku dalam keluarga anak didik. Dalam hal ini pribadi guru dan latar
belakangnya turut menentukan cara menginterpretasikan norma-norma
masyarakat ke dalam situasi kelas.11
11
Ibid.h.126
10
harian, dan hanya sebagian kecil saja yang ayahnya dari golongan profesional atau
golongan tinggi. Guru-guru kebanyakan berasal dari daerah pedesaan atau kota
kecil. Latar belakang guru yakni berasal dari golongan petani dan kaum buruh
perlu dipertimbangkan dalam pola kebudayaan di sekolah yang banyak
dipengaruhi oleh guru itu.
Guru akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang diperolehnya
melalui pendidikan dari orang tuanya ke dalam kelas yang diajarnya. Walaupun
guru itu sendiri berkat pendidikannya dapat mempertinggi tingkat kulturalnya,
namun ia akan tetap terikat oleh latar belakangnya, yakni nilai-nilai pedesaan
golongan menengah-rendah yang mungkin sekali berbeda dengan norma murid-
murid, khususnya di kota-kota. Banyak orang tua murid, antara lain di sekolah
menengah yang golongan sosialnya lebih tinggi dari guru sendiri. 12
Dalam kelas gurulah merupakan daya utama yang menentukan norma-norma
di dalam kelasnya dan otoritas guru sukar dibantah. Dialah menentukan apa yang
harus dilakukan oleh murid agar ia belajar. Ia menuntut agar anak-anak
menghadiri setiap pelajaran agar mereka berlaku jujur dalam ulangan, datang pada
waktunya ke sekolah, melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
Juga dalam kelakuan anak sehari-hari, tentang berpakaian, cara bergaul, cara
mengatasi konflik dan hal-hal moral, pergaulan antar-gender, soal kejujuran sikap
terhadap agama, terhadap atasan orangtua, dan pemerintah guru itu akan
dipengaruhi norma-norma golongan dari mana ia berasal. Tentang peraturan-
peraturan sekolah telah ada yang ditentukan oleh pemerintah ada pula oleh kepala
sekolah dan staf guru, misalnya mengenai kehadiran di sekolah, larangan
merokok, pembayaran iuran sekolah, dan sebagainya yang harus dipatuhi oleh
semua anak, lepas dari status sosial orang tua anak.
12
Ibid.h.126
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat memiliki pengertian hubungan yang terjalin antar beberapa
kelompok orang untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan
masyarakat sekolah berarti hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok orang
yang ada di dalam lingkungan sekolah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
bersama.
Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual,
mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama
oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka
dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.
Interaksi yang terus-menerus antara guru dengan murid dalam situasi belajar
mengharuskan masing-masing memahami norma-norma kelakuan serta isyarat-
isyarat yang melambangkan norma-norma tertentu. Norma-norma sosial yang
terdapat dalam situasi belajar diantaranya adalah norma agama, norma kesopanan,
norma kelaziman, norma kesusilaan, dan norma hukum.
B. Saran
Masyarakat dan kebudayaan sekolah memiliki hubungan yang saling
berkaitan dengan erat, dimana sekolah berperan sebagai saluran untuk
mewariskan nilai-nilai kebudayaan masyarakat dari generasi ke generasi. Oleh
karena itu guru harus sedapat mungkin menciptakan interaksi di kelas baik antara
guru dengan murid atau murid dengan murid yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya setempat dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, guru juga harus
mampu menegakkan norma-norma sosial dalam belajar agar tujuan belajar dapat
tercapai secara efektif dan efisien.
12
DAFTAR PUSTAKA
13