Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelas D
KEDIRI 2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir jaman yang
sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Dengan ini saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah Pemikiran modern dalam islam dengan
judul “PEMBAHARUAN JAMALUDDIN AL-AFGANI, MUHAMMAD
ABDUH, RASYID RIDHO DAN QOSIM AMIN” sengaja dibahas karena
sangat penting untuk menambah khasanah keilmuan kita tentang tokoh-tokoh
pembaharu dalam islam.
i
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
modern dalam dunia Islam. Nilai-nilai modernisasi Islam mempunyai
pengaruh besar dalam kehidupan umat Islam, sehingga akibat gerakan
pembaruan yang dicetuskan dan diperjuangkan oleh pembaru yang tersiar di
kalangan Negara-negara Islam, maka tumbuhlah rasa kesadaran bagi umat
Islam untuk mengikuti gerakan pembaruan tersebut, sehingga menimbulkan
suatu kebangkitan dunia Islam, baik dalam bidang Ilmu Pengetahuan,
Pendidikan, Politik sekaligus tumbuh gerakan menentang penjajahan.
Dalam makalah kali ini kami akan berusaha memaparkan tentang
pembaharuan yang dilakukan oleh beberapa tokoh diantaranya Jamaluddin al-
afghani, Muhammad abduh, Rasyid Rido, dan Qosim Amin. Semoga dengan
pemaparan kami terhadap pembaharuan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh
tersebut dapat menambah khasanah keilmuan kita tentang pemikiran modern
dalam islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani ?
2. Bagaimana Pembaharuan Syekh Muhammad Abduh ?
3. Bagaiamana Pembaharuan Rasyid Ridho ?
4. Bagaiaman Pembaharuan Qasim Amin ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani.
2. Untuk Mengetahui Pembaharuan Syekh Muhammad Abduh.
3. Untuk Mengetahui Pembaharuan Rasyid Ridho.
4. Untuk Mengetahui Pembaharuan Qosim Amin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Nagara, Ajarah Sejarah dan Pemikiran, Cet.V. (Jakarta, UI
Prees, 1993). Hal 117.
3
adalah sebagai seorang politikus. Karena berbagai ide pembaruan yang
dimunculkannya, maka ia sering mendapat tekanan bahkan dipenjara oleh para
pengusaha yang tidak setuju terhadap ide yang diperjuangkannya. Hal itu
menimbulkan adanya mitos di seputar kematiannya, bahwa ia meninggal akbat
diracuni oleh Sultan. Namun bukti yang terdokumentasi dengan baik
menyatakan bahwa Al-fghani meninggal akibat penyakit kanker di dagunya
dan pernah dioperasi.2
2
Harun Nasution , Pembaharuan Dalam Islam ,Sejarah Pemikiran Dan Gerakannya. (Jakarta:
Bulan bintang, 1996) hal 55.
4
sunnah Nabi Muhammad SAW, secara konsekuen, hidup penuh dengan taklid
dan mengikuti tahyul dan bid’ah.3
5
antara lain memperkuat rasa persaudaraan Islam. membela Islam dan
membawa umat Islam kepada kemajuan. Sebagai sarana untuk menyampaikan
ide-ide dan kegiatannya, Al-Afghani bersama Muhammad Abduh menerbitkan
majalah berkala, yang diberi nama al-‘Urwah al-Wusqa sama dengan nama
organisasi persaudaraan Islam (Ikatan Yang Kuat). Majalah ini hanya berumur
delapan bulan karena dunia barat melarang pengedarannya di negerinegeri
Islam. majalah ini dinilai akan menimbulkan semangat dan persatuan orang-
orang Islam.4
a. Berpegang dengan agama Allah dan tidak bercerai berai (li Imran:103 dan
105)
b. Jangan mengambil orang di luar islam untuk menjadi teman kepercayaan
sendiri. (Ali Imran: 118)
c. Jangan takut mati karena kematian pasti ditemui (Al-Nisa:78)
d. Taatlah kepada llah dan jangan bercerai berai (Al-Anfal :46).
e. Allah tidak mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka berusaha
merubahnya(al-Ra’d:11)
4
Dick Hartono, kamus populer filsafat, (Jakarta: Rajawali Press, 1986). hal 298.
5
Hamka, Said Djamaluddin Al-Afghani, (Jakarta: Bulan bintang, 1996) hal 16.
6
3. Ide Pembaruan Dan Pemikiran Kalam Tentang Takdir Jamaluddin Al
Afghani
7
kemajuan dan mampu bekerja sama dengan pria untuk mewujudkan umat
Islam yang maju dan dinamis.6
8
dapat mengalahkan berbagai rintangan musuh, menguasai beberapa wilayah di
belahan dunia dengan semangat tidak takut mati. Bagi mereka hidup dan mati
sama-sama sangat berharga dalam rangka menegakkan agama Allah. Percaya
kepada takdir adalah pengakuan adanya hukum sebab akibat, adanya
persambungan dengan apa yang ada sekarang dengan yang akan datang.
Manusia mempunyai kemauan sendiri atau iradat yang bebas, dengan tidak
melupakan hubungan kebebasan pribadi itu dalam lingkungan kebebasan
Allah SWT. dengan ungkapan lain bahwa takdir kecil yang ada pada manusia
tetap berada dalam lingkup takdir besar pada Allah, pengatur maha besar dan
maha bijaksana. Sebuah contoh tentang pemahaman takdir yang dikemukakan
diatas adalah : apabila seseorang akan dirampas harta bendanya secara paksa,
maka ia tidak dengan serta merta begitu saja menyerahkannya, karena sudah
“takdir”, tetapi berusaha untuk menyelamatkannya. Apabila seseoranga
diancam akan dibunuh maka ia tidak diam menyerah, karena sudah “takdir”,
tetapi berusaha menghindar atau lari sebagai ikhtiar melepaskan diri dari
kematian.30Bagi Al Afghani , Dia menentang keras paham taklid, karena
umat Islam mundur karena tidak menikuti perkembangan zaman, Gaung
pradaban Islam klasik masih melenakan mereka, sehingga tidak menyadari
bahwa pradaban baru timbul dengan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
tehnologi , inilah penyebab utama bagi kemajuan Barat.8
8
Mukti Ali, Alam pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan, 1993) hal 70.
9
Muhammad Abduh lahir disuatu desa di Mesir Hilir tahun 1849.
Bapaknya bernama Abduh Hasan Khaerullah,berasal dari Turki yang telah
lama tinggal di Mesir.Ibunya dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai
Umar bin Khatab.Mereka tinggal dan menetap di Mahallah Nasr.
Muhammad Abduh dibesarkan dilingkungan keluarga yang taat beragama
dan mempunyai jiwa keagamaan yang teguh.
Pendidikan dasar Muhammad Abduh untuk pertama kalinya diterima
dari orang tuanya sendiri melalui pelajaran tulis baca. Kemudian ia belajar
menghafal Alquran di bawah bimbingan seorang hafizh. Pada masa ini,
Muhammad Abduh mulai menunjukkan kemampuannya, Muhammad
Abduh dikirim orangtuanya ke Thantha pada tahun 1863 M untuk
melanjutkan studinya di mesjid Ahmadi. Di mesjid ini, Muhammad Abduh
belajar berbagai pelajaran dengan cara hafalan. Para guru hannya
memberikan tema-tema tata bahasa Arab dan fiqih untuk dihafal, tanpa
menjelaskan arti terma-terma itu. Muhammad Abduh merasa kecewa dengan
sistem pembelajaran seperti ini. Oleh karena itu, dia meninggalkan Thantha
dan kembali ke Mahallat Nashr untuk hidup sebagai petani. Di desa
kelahirannya inilah pada usia 16 tahun (1865 M). Abduh melangsungkan
pernikahannya. Setelah 40 hari pernikahannya, Abduh dipaksa orangtuanya
untuk kembali belajar di Thantha. Namun dalam perjalanan menuju Thantha
ia membelot ke Kanisah Urin, tempat tinggal pamannya, Syaikh Darwisy
Khadhr. Muhammad Abduh di bawah pimpinan pamannya mengalami
perubahan total. Dari yang sebelumnya membenci pelajaran menjadi
mencintainya. Syaikh Darwisy melalui pelajaran-pelajaran tasawufnya
berhasil menumbuhkan rasa cinta Muhammad Abduh terhadap ilmu
pengetahuan. 9
10
Muhammad Abduh berhubungan dengan Jamaluddin al-Afghani, untuk
kemudian menjadi muridnya yang setia. Karena pengaruh gurunya tersebut,
ia terjun ke dalam bidang kewartawanan (surat kabar) pada tahun 1876 M.
Pada tahun 1877 M saat usianya 28 tahun, ia berhasil lulus dengan gelar
alim. Suatu prestasi yang memberikan hak untuk mengajar di Universitas
tersebut. Muhammad Abduh aktif mengajar di al-Azhar mengampu bidang
ilmu kalam dan logika. Disamping itu di rumahnya ia mengajar kitab
Tahdzib al-Aklaq karangan Ibnu Miskawih, mengajarkan sejarah-sejarah
kerajaan Eropa karangan Guizot dan Muqaddimah Ibnu Khaldun. Selain
menjadi itu ia juga mengajar di Universitas Darul Ulum serta mengajar
ilmu-ilmu bahasa Arab di madrasah al-Idrah al-Alsun (sekolah administrasi
dan bahasa-bahasa) pada tahun 1878 M. Pada saat mengampu jabatan
tersebut, ia terus mengadakan perubahan-perubahan sesuai dengan cita-
citanya, yaitu memasukkan udara baru yang segar dalam perguruan tinggi
Islam. Menghidupkan Islam dengan metode-metode baru sesuai dengan
kemajuan zaman. Akan tetapi karena sebab yang tidak diketahuinya, ia
dibebaskan dari jabatannya itu dan dikirim ke kampung halamannya,
sedangkan Jalaluddin sendiri di usir dari Mesir. Pada tahun 1880 M, Syekh
Muhammad Abduh dipanggil oleh kabinet partai Liberal (bebas-Ahrar)
untuk diserahi kepala jabatan surat kabar “al- Waqai’ ul- Misriyah” dan
karena pimpinannya yang baik dalam surat kabar tersebut ia menjadi
perbincangan banyak orang.
11
al- Afghani mendirikan organisasi yang kemudian juga mereka menerbitkan
majalah Al-urabi Wusqa, yang anggotanya adalah orang-orang militant dari
India, mesir Syiria dan Afrika Utara, dan mendorong umat islam mencapai
kemajuan. Perkumpulan urwatul wusqa menerbitkan Al-Urwatul Wusqa
yang berhaluan keras terhadap pemerintah penjajah barat. Akhirnya majalah
itu tidak boleh beredar di Prancis (Munir, 1994). 10Pada tahun 1885, ia pergi
ke Bairut dan mengajar di sana. Di Bairut kegiatannya dialihkan kepada
bidang pendidikan dan ia mulai mengajar serta mendalami ilmu-ilmu
keislaman dan Araban. Diantara hasilnya ialah buku ar-Raddu ‘alad
Dahriyyin (bantahan terhadap orangorang materialistis) pada tahun 1886 M,
terjemahan dari buku berbahasa Persi karangan Jalaluddin al-Afghani, dan
buku Syahrul Balaghah pada tahun 1885 M, kemudian Syarah Manamat
Badi’ az Zaman al-Hamazani pada tahun 1889 M.
10
Indra Satia Pohan, ,”Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh”, WAHANA
INOVASI, Volume 8 No.1(Jan-Juni 2019),84.
12
Muhammad Abduh bukan hanya mengadakan pembaharuan-pembaharuan
tetapi ia juga aktif memberikan pelajaran. Pada musim panas tahun 1903 M,
ia pergi ke Inggris. Kali ini bukan untuk maksud-maksud politik, melainkan
khusus untuk mengadakan tukar pikiran dengan filosof Inggris yang terkenal
yaitu Herbert Spencer (1820-1903). Pertemuan ini tidak berlangsung lama,
karena kesehatan Spencer tidak mengizinkan, namun pertemuan ini telah
meniggalkan kesan yang mendalam pada Syekh Muhammad Abduh. Syekh
Muhammad Abduh meninggal dunia pada tahun 1905.11
2. Pemikiran Pembaharuan Muhammad Abduh
a. Bidang pendidikan
Muhammad Abduh menganggap, pembaharuan dalam bidang
pendidikan, merupakan suatu hal yang sangat esensial bagi kemajuan umat
Islam. Hal ini didasarkan pada pakta sejarah, bahwa kondisi lembaga
pendidikan waktu itu, belum mampu mengantarkan umat Islam kepada
kemajuan yang diinginkan. Nampaknya, apabila diamati terdapat dualisme
dalam pendidikan. Sekolah-sekolah umum yang berkiblat ke Barat, lebih
memfokuskan pendidikannya ke arah pengembangan intelektual,
sedangkan madrasah-madrasah yang berkiblat ke Timur memfokuskan
pendidikannya ke arah pendidikan spiritual dan kurang memperhatikan
aspek intelektual. Menurutnya, pendirian sekolah itu harus mengarah
kepada dua tujuan. Pertama, Mendidik akal dan jiwa anak didik. Kedua,
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dari statemen yang dikemukakan di atas, terlihat bahwa
Muhammad Abduh menginginkan adanya konsep pendidikan terpadu,
yaitu pendidikan bukan hanya mementingkan intelektual semata dan
bukan pula yang hanya menjurus ke arah spiritual, namun kedua-duanya
berjalan seiring, sehingga pendidikan dapat menjawab tantangan zaman,
dan menghantarkan manusia ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat.
Untuk mengaplikasikan pemikirannya, Muhammad Abduh
mengusahakan untuk mengubah sistem pendidikan al-Azhar. Dipilihnya
al-Azhar sebagai sasaran pertama barang kali karena al-Azhar merupakan
11
Ibid 85
13
jantung masyarakat Islam. Dalam hal kurikulum Muhammad Abduh
menghendaki agar dimasukkan mata kuliah filsafat untuk mahasiswa al-
Azhar. Menurut Abduh, filsafat dapat menghidupkan kembali
intelektualisme Islam yang sudah padam. Selain filsafat Abduh juga
menginginkan, agar ilmu pengetahuan modern harus dimasukkan ke dalam
kurikulum al-Azhar, agar ulama-ulama Islam mengerti kebudayaan
modern dan dapat mencari penyelesaian yang baik bagi persoalan-
persoalan yang timbul dalam zaman modern. Di samping ide-ide
Muhammad Abduh untuk memasukkan ilmu modern ke al-Azhar, ia juga
berpendapat untuk memasukan pendidikan agama yang mantap, sejarah
Islam dan sejarah kebudayaan Islam ke dalam sekolah-sekolah yang
didirikan pemerintah untuk mendidik tenaga ahli dalam bidang
administrasi, meliter, kesehatan, perindustrian dan lain sebagainya.
Sementara dalam bidang administrasi pendidikan, Muhammad Abduh
berpendapat untuk memberikan honorium untuk ulama al-Azhar,
mendirikan asrama mahasiswa, beasiswa pendidikan, membangun rektorat
dan mengangkat pegawai-pegawainya dan mengintensifkan kembali
peranan perpustakaan.
Apa yang telah disebutkan di atas, mengenai pembaharuan
kurikulum, metode dan administrasi pendidikan semua itu merupakan
pendidikan formal. Sedangkan dalam pendidikan non-formal, Muhammad
Abduh menyebutkan sebagai islah (usaha perbaikan). Dalam usaha
penyelenggaraan pendidikan ini, Muhammad Abduh melihat, penyaingnya
campur tangan pemerintah, terutama dalam mempersiapkan pendakwah.
Dilihat dari pembaharuan pendidikan yang dicanangkan Muhammad
Abduh, kelihatannya ide-idenya sangat relevan dengan perkembangan
pendidikan modern sekarang ini, terutama yang berhubungan dengan
pemikiran beliau tentang keterpaduan antara pendidikan agama dan umum
dalam sistem pendidikan. Ide beliau ini terlihat jelas ketika ia memasukan
kurikulum pendidikan umum ke Universitas al-Azhar yang notabene saat
sangat anti pada falsafah.12
12
Syamsul Bahri dan Oktariadi, ” Konsep Pembaharuan dalam Perspektif Pemikiran Muhammad
Abduh”, AL-MURSHALAH, Vol. 2, No. 2, (Juli - Desember 2016), 34-35.
14
b. Bidang Teologi
Muhammad Abduh melihat umat Islam pada umumnya menganut
paham fatalis (Jabariah). paham ini tentunya turut mempengaruhi
kemunduran umat, karena orang yang berpaham fatalis tidak mengakui
adanya eksistensi perbuatan manusia. Manusia hanya menerima apa yang
telah ditentukan Tuhan, tanpa mau berusaha. Dengan demikian paham
fatalis, kelihatannya telah menyelewengkan paham qada dan qadar, yang
dianut oleh umat Islam zaman Klasik. Pada zaman klasik qada dan qadar
mengandung unsur dinamis, dan erat kaitannya dengan sunnatullah.
perbuatan. Dengan demikian kata Muhammad Abduh, akan menimbulkan
dinamika umat Islam kembali. Adapun anggapan bahwa pengakuan
terhadap adanya usaha seorang hamba dapat membawa kepada paham
syirik, menurut Muhammad Abduh pengertian syirik yang dimaksudkan
dalam Al-Quran dan Sunnah adalah meyakini bahwa selain Allah
mempunyai pengaruh yang mengungguli sebab-sebab dzahir yang telah
ditetapkan serta meyakini bahwa sesuatu selain Allah mempunyai
kekuasaan terhadap kemampuan semua makhluk dengan meminta
pertolongan kepadanya pada masalah-masalah yang tidak sanggup diatasi
oleh manusia, seperti meminta agar menang dalam peperangan tanpa
adanya kekuatan bala tentara atau meminta agar sembuh dari penyakit
tanpa berobat dan lain sebagainya.13
c. Bidang Sosial
Dalam bidang sosial Muhammad Abduh menekankan arti
pentingnya persatuan. Persatuan adalah merupakan faktor penting bagi
keteguhan masyarakat. Ide persatuan ini erat kaitannya dengan tujuan yang
akan dicapai yaitu menentang atau mendobrak imprialisme barat. Umat
Islam kata Muhammad Abduh akan selalu terhina bila mana tidak ada rasa
persatuan. Muhammad Abduh mengibaratkan persatuan bagaikan buah
dari sebuah pohon yang bercabang, berdaun, berdahan dan berakar. Pohon
itu adalah akhlak yang mulia dengan segala tingkatannya, umat Islam
harus mendidik dirinya dengan pendidikan Islam yang sebenarnya untuk
13
Ibid 36.
15
mendapatkan buah tersebut. Sebab tanpa pendidikan, cita-cita akan sia-sia
dan menjadi mimpi belaka, setiap kebutuhan tidak akan terpenuhi. Namun
demikian, bukan berarti Muhammad Abduh berpaham sosialis ala-
komunis, dia masih tetap mengakui hak milik perorangan, dan dia selalu
menghimbau para hartawan agar mau bekerja sama dan mengorbankan
hartanya untuk memajukan pendidikan masyarakat. Usaha yang nampak
dalam bidang sosial ini juga Muhammad Abduh mendirikan organisasi
sosial yang bernama al-Jami’iyyat al-Khairiyyat al-Islamiyat. Tujuan
organisasi ini adalah menyantuni fakir miskin anak yang tidak mampu
orang tuanya membiayai. Wakaf juga tidak luput dari perhatiannya karena
wakaf merupakan sumber dana yang sangat efektif. Untuk itu, ia
membentuk majelis administrasi wakaf. Salah satu sasarannya ia ingin
memperbaiki masjid, manajemen dan administrasinya.14
d. Bidang Ketatanegaraan
Dalam bidang ketatanegaraan, kelihatannya Muhammad Abduh
berpendapat bahwa kekuasaan negara harus dibatasi. Mesir, pada
zamannya, telah mempunyai konstitusi dan usahanya di waktu itu tertuju
kepada kebangkitan kesadaran rakyat akan hak-hak mereka menurut
pendapatnya, di mana pemerintah wajib bersikap adil terhadap rakyat.
Konsekuensinya, rakyat harus patuh dan mempunyai loyalitas yang tinggi
terhadap pemerintah. Kepala negara adalah manusia biasa, dia bisa berbuat
salah dan dipengaruhi oleh hawa nafsunya dan kesadaran rakyatlah yang
bisa membawa kepala negara yang demikian sifatnya kembali kepada jalan
yang benar. Kesadaran rakyat dapat dibangun melalui pembangunan
sarana-sarana pendidikan, surat kabar dan sebagainya.15
3. Karya-Karya Syekh Muhammad Abduh
14
Ibid 36-37.
15
Ibid 37.
16
b. Risâlah fî Wahdat al-Wujûd. Karya ini memang tidak terbit tetapi
ini karya Muhammad ‘Abduh yang kedua sebagaimana yang
diinformasikannya kepada Rasyid Ridha.
c. Falsafatu al-Ijtimâ’Wa al-Târikh. Buku ini adalah karya
Muhammad ‘Abduh yang ia karang ketika ia mengajar
Mukaddimah Ibn khaldun di madrasah al-Ulum. Buku ini hilang
ketika ketika ia diusir bersama gurunya Sayid Jamaluddin oleh
pemerintah.
d. Hâsyiyat ‘Aqâidi al-Jalâli al-Dawani li al-Aqâidi al-Adudiyah.
Sebuah karya Muhammad ‘Abduh ini mengandung komentar-
komentar dia terhadap pemikiran teologi Asy’ariyah.
e. Syarh Nahji Al-Balâghah. Berisi komentar menyangkut kumpulan
pidato dan ucapan Imam Ali ibn Abi Thalib.
f. Syarah Maqâlati badi’i Al-Zamân Al-Hamzani. Sebuah karya yang
berkaitan dengan bahasa dan sastra Arab. Buku ini terbit di Beirut.
g. Syarh al-Bashâiri al-Nâshiriah. Ini adalah buku Mantiq dengan
pendekatan logika yang tinggi.
h. Nizhâmu al-Tarbiyah bi Mashr. Buku ini berisikan tentang
pendidikan dengan metode praktis yang dilaksanakan di Mesir.
i. Risâlah al-Tauhîd, suatu karya di bidang ilmu kalam. Risalah ini
mampu menyihir akidah kebanyakan manusia Mesir yang semula
salafi menuju perkembangannya yang khalafi.
j. Taqrîru al-Mahâkim al-Syar’iyah.
k. Al-Islâm wa al-Nashrâniyati ma’a al-‘ilmi wa al-Madâniyah.
Sebuah karya yang berusaha menampilkan Islam sebagai agama
yang mampu menaiki tangga peradaban modern dan maju. Buku
ini kumpulan makalah-makalah dari majalah al-Manar yang diedit
dan diterbikan oleh Rasyid Ridha.
l. Tafsîr Surât al-‘Ashr. Tafsir ini disampaikan dalam beberapa
kuliahnya.
17
m. Tafsîr Juz ‘Amma, yang dikarangnya sebagai pegangan para guru
ngaji di Maroko pada tahun 1321 H.16
C. Pembaharuan Rasyid Ridha
1. Biografi Muhammad Rasyid Ridha
Selain belajar dari kedua orang tuanya, Rasyid Ridha juga belaja kepada
sekian banyak guru. Semasa kecil Rasyid Ridha dimasukkan oleh orang
tuanya di madrasah tradisional di kampungnya untuk belajar menulis,
berhitung dan belajar mengenal huruf serta membaca Al-Qur’an. Pada tahun
1882 M, di umur 18 tahun Rasyid Ridha dikirim oleh orang tuanya untuk
meneruskan pelajaran ke Al-Madrasah Al-Watariah Al-Islamiah (Sekolah
Nasional Islam) yang didirikan Syekh Husain al-Jisr. Ketika belajar disini,
Rasyid Ridha diajarkan pelajaran nahwu, sharaf, aqidah, fiqh, mantik,
matematika, filsafat, ilmu bumi. Selain itu juga diajarkan mata pelajaran
bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Perancis, serta termasuk pengetahuan
agama dan pengetahuan modern. Gurunya Syekh Husain al-Jisr, dikenal
sebagai seorang yang banyak berjasa dalam menumbuhkan semangat ilmiah
dan ide pembaharuan dalam diri Rasyid Ridha. Selain mendapat bimbingan
dari gurunya Syekh Husain al-Jisr, ia juga dipengaruhi oleh ide-ide
16
Falasipatul Asifa,”Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh dan Kontribusinya Terhadap
PengembanganTeori Pendidikan Islam” ,92.
17
Abdul Hamid, dkk, Pemikiran Modern dalam Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 235.
18
pembaharuan yang dicetuskan oleh Jamaludin Al-Afghani dan Muhammad
Abduh, melalui majalah Al-‘urwat al-wutsqa’, dari tulisan-tulisan kedia tokoh
ini membuatnya tersadar bahwa Islam tidak hanya agama rohani yang berkutat
pada dimensi batin manusia, namun merupakan agama yang menyeimbangkan
antara aspek duniawi dan ukhrawi, rasional dan sangat concern pada
pengembangan peradaban umatnya. Islam juga merupakan agama yang
diturunkan untuk membawa kesejahteraan dalam duniawi manusia serta
mempersiapkannya menjadi khalifah Allah swt. yang bertanggung jawab
mewujudkan kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat
manusia.
18
Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1998), 64.
19
menghilangkan faham fatalisme, faham-faham salah yang dibawa oleh tarekat
tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap
permainan politik negara Barat.
Rasyid Ridha melihat perlunya diadakan tafsir modern dari Alquran, yang
kemudian tafsiran itu disesuaikan dengan ide-ide yang dicetuskan oleh
Muhammad Abduh. Keterangan-keterangan yang disampaikan Muhammad
Abduh, kemudian dicatat untuk seterusnya disusun dalam bentuk karangan
teratur. Apa yang Rasyid Ridha tulis diserahkan kepada Muhammad Abduh
untuk diperiksa. Setelah mendapat persetujuan tersebut ia siarkan dalam
majalah Al-Manar. Dengan demikian timbullah yang kemudian dikenal
dengan Tafsir Al-Manar. Muhammad Abduh memberikan kuliah-kuliah tafsir
ini sampai ia meninggal di tahun 1905 M. Setelah gurunya meninggal,Rasyid
Ridha meneruskan penulisan sesuai dengan jiwa dan ide yang di cetuskan oleh
Muhammad Abduh. Muhammad Abduh sempat memberikan tafsiran sampai
dengan ayat 125 dari surah An-Nisa’ (Jilid III dari Tafsir Al-Manar) dan yang
selanjutnya adalah tafsiran Rasyid Ridha.
19
Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1998), 66.
20
1. Al-Hikmah Asy-Syar’iyah fi Muhakamat Al-Dadiriyah wa Al-
Rifa’iyah. Buku ini adalah karya pertamanya di waktu ia masih belajar,
isinya tentang bantahan kepada Abdul Haydi Ash-Shayyad yang
mengecilkan tokoh sufi besar Abduln Qadir Al-Jailani, juga
menjelaskan kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan oileh para penganut
tasawuf, tentang busana muslim, sikap meniru non-muslim, Imam
Mahdi, masalah dakwah dan kekeramatan.
2. Al-Azhar dan Al-Manar. Berisikan antara lain, sejarah Al-Azhar,
perkembangan san misinya, serta bantahan terhadap ulama Al-Azhar
yang menentang pendapat-pendapatnya.
3. Tarikh Al-Ustadz Al-Imam, berisikan riwayat hidup Muhammad
Abduh dan perkembangan masyarakat Mesir pada masanya.
4. Nida’li Al-Jins Al-Lathif, berisikan tentang hak dan kewajiban-
kewajiban wanita.
5. Zikra Al-Maulid An-Nabawi, berisikan peringatan kelahiran nabi
Muhammad SAW.
6. Haquq Al-Mar’ah As-Sholihah, berisikan hak-hak wanita muslim.
7. Al-Wahyu Muhammad, berisikan wahyu Allah yang diturunkan kepada
Muhammad SAW. Yusr Al-Islam wa Usul At-Tasyri’ Al-‘Am, berisikan
keindahan agama Islam dan dasar-dasar umum penetapan hukum
Islam.
8. Khilafah wa Al-Imamah Al-Uzma, berisikan kekhalifahan dan imam-
imam besar
9. Al-Sunnah wa Al-Syi’ah.
10. Al-Wahdah Al-Islamiyah.
11. Haqiqah Al-Riba.
12. Majalah Al-Manar.
13. Tafsir Al-Manar.20
4. Pemikiran Pembaharuan Islam Muhammad Rasyid Ridha
Pada tahun 1898 Rasyid Ridha hijrah ke Kairo dengan maksud berguru
dan bergabung dengan Muhammad Abduh. Langkah pertama yang dilakukan
20
Abdul Hamid, dkk, Pemikiran Modern dalam Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 35.
21
Rasyid di Mesir adalah mendesak Abduh untuk menerbitkan sebuah majalah
sebagai corong mereka. Menurut Rasyid, hal ini penting karena cara yang
tepat untuk menyembuhkan penyakit umat ialah pendidikan serta menyiarkan
ide-ide yang pantas untuk menentang kebodohan dan pikiran-pikiran yang
mengedap dalam diri umat seperti fatalistik dan khufarat. Dalam terbitan
perdananya dijelaskan bahwa tujuan al-Manar sama dengan al-‘Urwah al-
Wusqa, yakni sebagai media pembaharuan dalam bidang agama, sosial,
ekonomi, menghilangkan faham-faham yang menyimpang dari agama Islam,
peningkatan mutu pendidikan, dan membela umat Islam dari kebuasan politik
Barat.21 Menurut Rasyid pembaharuan mutlak harus dilakukan, karena tanpa
itu, umat islam senantiasa berada dalama kemunduran dan akan menjadi umat
yang terlantar. Ia melihat bahwa kemunduran umat Islam dan kelemahan
mereka disebabkan karena merekatidak lagi memegang dan menjalankan
ajaran Islam yang sebenarnya. Pemikiran pembaharuan Islam Rasyid Ridha;
21
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam(Jakarta: Kalam Mulia, 1988), 65
22
seperti keadilan, persamaan, pemerintahan syura. Hukum-hukum fiqh
mengenai hidup kemasyarakatan, sungguhpun itu didasarkan atas Alquran
dan hadis. Hukum-hukum itu timbul sesuai dengan situasi tempat dan
zaman. Selanjutnya ia menganjurkan pembaharuan dalam bidang hukum
dan penyatuan mazhab hukum. Selai itu faktor yang membawa umat Islam
mengalami kemunduran adalah sikap fatalisme. Sehingga agar umat Islam
tidak lemah, maka mutlak membuang jauh-jauh faham fatalisme,
kemudian menggantikannya dengan faham dinamisme (progres,
kemajuan).22 Dengan menjunjung tinggi asas kemajuan, secara perlahan
umat Islam akan meyakini bahwa faktor nasib dan keberuntungan
merupakan kehendak sepenuhnya manusia. Dengan katalain, kemajuan
dan perubahan hidup yang dijalani sepeuhnya lebih ditentukan oleh umat
Islam itu sendiri. Oleh karena itu umat Islam harus bersikap aktif.
22
Harun Nasution, Pembaharuaan dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), 73.
23
modern sama saja dengan mengambil kembali ilmu pengetahuan yang
pernah dimiliki umat Islam.23
24
layak menjadi penyelenggara pertemuan akbar Islam seperti itu,tanpa
memberikan uraian lanjut tentang alasannya. Muktamar tersebut
berlangsung pada tahun 1926 M, akan tetapi muktamar tersebut berakhir
dengan kegagalan.karena banyak dan kuatnya pertentangan di antara para
peserta muktamar dan akhirnya tidak dapat tercapai kesepakatan.
25
c) Pendidikan ke sekolah tinggi hukum madrasah al-huquq, dan
memperoleh ijazah lecence tahun 1298 H/1881 M.
d) Bekerja disebuah kantor pengacara milik Mustafa Fahmi di kota
Kairo.
e) Mengenyam pendidikan di Prancis untuk mendalami ilmu di bidang
hukum di Universitas Motpellier dan selesai tahun 1885.26
26
Eliana Siregar, “Pemikiran Qasim Amin Tentang Emansipasi Wanita,” Kafa’ah: Jurnal Ilmiah
Kajian Gender 6, no. 2 (2016): 255.
27
Erasiah, “Tokoh Emansipasi Wanita Islam di Mesir Abad ke 19 M,” Kafa’ah: Jurnal Ilmiah
Kajian Gender 4, no. 2 (2014): 211.
28
Khoirul Mudawinun Nisa’, “Pengaruh Pemikiran Pendidikan Qasim Amin pada Proponen
Feminim,” TA’LIMUNA 3, no. 1 (2014): 3.
26
menimbulkan ledakan besar dala masyarakat yakni “Tahrir al-Mar’ah”
(Emansipasi wanita). Bukunya i ni menimbulkan gejolak di tengah
masyarakat Mesir. Golongan konservatifmenyerang dan menganggap telah
mengajak wanita meninggalkan hijab, akan tetapi golongan lainnya
mendukungnya.
27
memang mendesak ntuk segera dilaksanakan. Anggapan itu diambil setelah
melihat keadaan perempuan Mesir yang menurutnyaa telah dipenjara
mengenai kebebasannya. Kurangnya pendidikan pada perempuan dan masih
terbukanya ruang marginalisasi dan subordinasi tterhadap perempuan dalam
kehidupan keluarga menjadi tema sentral dalam kaaryanya tersebut.31
a. Pendidikan
28
kemampuan sesuai dengan tabiatnya. Tidak ada garis pemisaah antara
perempuan Mesir dengan perempuan Barat dalam hal kiprah di bidal
ilmiah, peradapan, perekonomian, daan peerindustrian, kecuali karena
kebodohannya,
ٍ ار َح َّدثَنَا َح ْفصُ ب ُْن ُسلَ ْي َمانَ َح َّدثَنَا َكثِي ُر ب ُْن ِش ْن ِظ
ير ٍ َح َّدثَنَا ِه َشا ُم ب ُْن َع َّم
ُ صلَّى هَّللا
َ ِ ال َرسُو ُل هَّللا َ َك قَا َل ق ِ يرينَ ع َْن أَن
ٍ َِس ْب ِن َمال ِ ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن ِس
ض ُع ْال ِع ْل ِم ِع ْن َد َغي ِْر
ِ يضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َو َواَ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر
َ ير ْال َجوْ ه ََر َواللُّ ْؤلُؤَ َوال َّذه
َب ِ َازِ أَ ْهلِ ِه َك ُمقَلِّ ِد ْالخَ ن
IBNU MAJAH – 220 : Telah menceritakan kepada kami Hisyam
bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman
berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari
Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban
bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada
ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke
leher babi." (H.R. Ibnu Majah).34
29
wanita Mesir dibiarkan tanpa pendidikan, akan menjadikan mereka seperti
tersimpan dalam kotak yang hanya dapat dilihat sebagai “perhiasan
pajangan” tanpa adanya pengembangan dan serta tidak mendatangkan
manfaat bagi Mesir.
b. Pemakaian Hijab
Hijab (penutup wajah) bukanlah ajaran Islam, akan tetapi hal itu
hanya merupakan kebiasaan yang kemudian dianggap sebagai ajaran
Islam, menurut Qasim Amin. Sebagaiman halnya penutupan wajah,
pemisahan perempuan dalambergaul juga bukanlah ajaran Islam. Kedua
hal ini membewa perempuan kepada kedudukan rendah, menghambat
kebebsan dan pengembangan daya kreatif mereka agar dapat mencapai
kesempurnaan. Terkait masalah hijab, QS. an-Nur/24: 31 menyebutkan
bahwa :
30
perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Qasim amin dalam menafsirkan ayat ini lebih menitik beratkan
pada kondisi sosial setempat, berdasarkan ayat ini, syariat Islam
membolehkan wanita menampakkan sebagian anggota tubuhnya di depan
orang lain, sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Adapun ulama’
sepakat bahwasanya yang boleh tampak ialah wajah dan telapak tangan,
sedangkan kedua siku dan kedua kaki masih diperselisihkan
kebolehannya.35Alasan pemakaian hijab tersebut hanya bertujuan sebagai
pelindung diri wanita dari fitnah laki-laki. Menurut Qasim Amin,
timbulnya fitnah bukan dari fisik (anggota tubuh) wanita yang taampak,
akan tetapi lebih utama ialah gerak tubuh yang bisa menimbulkan bihari.
Meskipun demikian, ia tidak setuju dengan tradisi wanita Barat yang
membuka aurat secara bebas, sehingga bisa menimbulkan syahwat dan
hilangnya rasa malu bagi mereka.Seorang wanita tidak akan mencapai
derajat atau eksistensi yang sempurna, jika selalu berada dalam kalangan
dan mengikuti tradisi Islam. Oleh sebab itulah, wanita perlu diberikan
kebebasan berkarya sesuai dengan fitrah dan petunjuk syariat. Hijab
merupakan tradisi lama, yang merupakan penghalang besar wanita untuk
mencapai kemajuan. Akibatnya uamt Islam secara keseluruhan tetap
berada keterbelakangan dan kemunduran.36
Jika pemikiran Qasim Amin ini dikaitkan dengan kondisi sosial
Indonesia, maka terjadi relevansi dengan hasil diskusi Front Pembela
Islam (FPI) ke-16 yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 28 April 1988
tentang Aurat dan Jilbab. Keputusan hasil diskusi tersebut ialah :
1) Jilbab bukan merupakan pakaian wajib dalam Islam. Namun, jilbab
adalah salah satu bentuk pakaian yang memiliki nilai ke Islaman
dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai ke Indonesiaan ataupun
melanggarnya.
35
Haramain, “Dakwah Pemberdayaan Perempuan: Telaah Pemikiran Qasim Amin Tentang
Kesetaraan Gender,” 227–28.
36
Haramain, 228.
31
2) Rekayasa untuk memikirkan bentuk pakaian penutup aurat yang
sesuai dengan nilai-nilai keIslaman dan ke Indonesiaan, tetap
terbuka sesuai dengankebutuhan dan perkembangan zaman, atau
tahapan pembangunaan masyarakat Indonesia modern
3) Mengingat bahwa:
- Menutup aurat adalah wajib bagi wanita Islam, seperti
halnya yang dijelaskan pada QS. an-Nur/24: 30-31
- Kewajiban itu bukan bersifat esensial tetapi aksidental
- Batas-batas aurat tidak dijelaskan dalam al-Qur’an dan
Hadis secara qath’ily
- Wanita Islam Indonesia harus ikut serta aktif dalam
pembangunan nasional sekarang
- Untuk itu mereka memerlukan pakaian yang mempunyai
nilai praktis, pragmatis dan mengikat gerak., maka pakaian
maksimal memperlibatkan leher ke atas, lengan dari siku ke
ujung jari tangan dan kaki dibawah lutut, dari tubuh wanita
adalah bentuk pakaian yang sesuai dan tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Islam.37
3. Hukum Keluarga
1) Perkawinan
37
Haramain, 229.
32
sama, baik dalam hal makanan, pakaian, harta benda, maupun tempat
tinggal. Qasim Amin, memperkuat argumennya dengan mengutip
beberapa ayat dan hadis yakni al-Baqarah/2:228 :
2) Poligami
33
seorang wanita secara bersamaan). Adapun hukum poligami berdasarkan
QS. an-Nisa/4: 3 .
Artiya dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.
kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Menurut ayat diatas, Qasim Amin berpendapat bahwa meski
poligami diperbolehkan dalam al-Qur’an, akan tetapi pada hakekatnya
yang di anjurkan ialah monogami. Pendapatnya dilandasi karena syarat
utama poligami ialah keaadilan, sementara keadilan itu bersifat relatif dan
sangat sulut diwujudkaan oleh seseorang. Poligami dapat saja dibenarkan
jika istri berada dalam kondisi sakit berkepanjangan yang mengakibatkan
ia tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai istri atau istri dalam
kondisi mandul. Adapun kondisi suami yang hyper sex, tidak dapat
dijadikan alasan untuk poligami, sebab yang demikian itu hanyalah
pertanda kerusakan moral dan adanya keinginan untuk bersenang-senang.41
3) Talak
Dalam permasalahan talak, Qasim Amin tidak setuju jika hak cerai
itu hanya milik laki-laki, menurutnya, sebagai hal dalam pemilihan jodoh,
dalam hal cerai wanita juga mempunyai hak yang sama dengan laki-laki.
Selain itu, ia juga tidak setuju jika proses talak itu dipermudah. Karena hal
tersebutlah ia menetapkan adanya saksi dalam proses terjadinya talak,
saksi tersebut merupakan syarat sahnya perkawinan, untuk dapat
terpenuhinya talak, maka sebaiknya talak dilakukan di pengadilan. Untuk
41
Haramain, “Dakwah Pemberdayaan Perempuan: Telaah Pemikiran Qasim Amin Tentang
Kesetaraan Gender,” 230–32.
34
menjalankan putusantalak, pengadilan haruslah mampu menempuh lima
tahapan yakni :
42
Haramain, 232.
35
BAB III
PENUTUP
36