Aliran Salafiyah
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Ilmu Kalam
Oleh Kelompok XI :
Zulkifli (2119008)
Dosen Pengampu:
IMAN TAUFIQ
IAIN BUKITTINGGI
TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami Ucapkan kehadirat Allah ﷻ., yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang ditentukan.
Shalawat dan salam kita mohonkan kepada Allah ﷻsemoga disampaikan kepada baginda
Rasulullah Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam yang telah menuntun manusia dari jalan
kesesatan menuju jalan kebenaran.
Adapun judul makalah ini adalah “Aliran Salafiyah”. Penulis menyusun makalah ini guna
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kalam, semoga dengan adanya makalah ini
menjadi salah satu penambatan wawasan keilmuan kita.
Karena keterbatasan kemampuan dari penulis, sudah barang tentu makalah ini masih
terdapat kekurangan disana-sini. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami.Akhirnya kepada semua pihak yang telah
terselesaikannya makalah ini, kami ucapkan terimakasih.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A.Kesimpulan ............................................................................................ 12
B.Saran ...................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada berbagai macam aliran dalam islam, salah satunya adalah salafiyah. Salaf
adalah ulama-ulama terdahulu, dan biasa digunakan untuk merujuk generasi sahabat,
tabi‟in, dan tabi‟it tabi‟in. untuk perkembangan selanjutnya muncullah gerakan salafiyah
yang termotivasi oleh keinginan untuk pemurnian islam, dengan menghidupkan kembali
praktek-praktek ajaran yang telah dilakukakn oleh tiga generasi awal terseut. Gerakan
salafiyah mulai berkembang dengan adanya gairah menggeu-gebu yang diwarnai
fanatisme kalangan kaum Hanbali.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan bagaimana sejarah salfiyah?
2. Siapa pendiri dan tokoh-tokoh salafiyah?
3. Apa saja ajaran pokok dan doktrin salafiyah?
4. Bagaimana perkembangan salafiyah sekarang ini?
C. Tujuan penulisan
1. untuk mengetahui sejarah salafiyah.
2. untuk mengetahui pendiri dan tokoh-tokoh salafiyah.
3. untuk mengetahui ajaran pokok dan doktrin salafiyah.
4. untuk mengetahui perkembangan aliran salafiyah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Salafiyah
Kata salafiyah berasal dari kata kerja salafa, yaslufu, salafan yang berarti sudah
berlalu, sudah lewat, atau yang terdahulu. Masa salaf adalah masa yang paling murni
dalam perkembangan Islam. Pengertian murni di sini adalah pemikiran Islam yang belum
dimasuki oleh interprestasi-interprestasi filosofis. Masa salaf adalah masa Nabi, Sahabat
dan Tabi‟in, yakni tiga angkatan pertama Islam yang di istilahkan dengan Al-Tsalatsah
al-Ula.[1]
Istilah salaf dikenal pertama kali untuk memberi nama gerakan hanabilah yang
muncul pada abad keempat hijriah dengan mempertalikan dirinya kepada pendapat-
pendapat Imam Ahmad bin Hanbal yang dipandang telah menghidupkan dan
mempertahankan pendirian Ulama salaf. Karena pemikiran keagamaan ulama-ulama
salaf menjadi motivasi gerakannya, maka orang-orang hanabilah itu menamakan
gerakannya sebagai paham atau aliran salaf dan karena pemikirannya tersebut mereka
menentang secara mental dan fisik terhadap alairan Al-Asy‟ariyah.
Dalam perkembangannya, di abad ke-7 Hijriah, gerakan salaf memperoleh
kekuatan baru dengan munculnya Ibnu Taimiyah (661-728 H) di Syria dan gerakan
Wahabi (1115-1201 H) di Saudi Arabia. Di tangan IbnuTaimiyah salafiyah mendapat
semangat yang lebih besar, Ibnu Taimiyah tampil menggalang kekuatan dan kesatuan
umat di saat kota Damaskus diserang dan dikepung oleh tentara Mongol pada tahun 700
Hijriyah. Ia bangkitkan semangat penguasa Damaskus dan rakyat untuk berjuang angkat
senjata melawan tentara Mongol. Bahkan ia sendiri ikut terjun ke medan perang
memanggul senjata sebagai seorang pejuang bersama dengan umat Islam lainnya.
Kemudian pada abad ke-12 Hijriah pemikiran salaf dibangkitkan kembali oleh
seorang tokoh pemikir dan pergerakan dari Hijaz yang bernama Syekh Muhammad bin
Abdul Wahab, ia menyerukan ajaran Isalam kembali ke ajaran Islam yang murni yang
bersumber dari Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah SAW, gerakan ini dinamakan dengan
1 Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam: dari Khawarij ke Buya Hamka hingga Hasan Hanafi,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hlm. 181-182.
2
gerakan Wahabiyah. Pada masa kini muncul salafiyah yang memperlihatkan
kecenderungan untuk kembali ke masa murni Islam, dengan meneladani kehidupan
Rasulullah SAW. Dalam meneladani kehidupan Rasulullah saw tersebut bukan hanya
pada ajaran yang dibawanya, tetapi juga perilaku sehari-hari yang diperbuat oleh
Rasulullah SAW.[2]
2 Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam: dari Khawarij ke Buya Hamka hingga Hasan Hanafi,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hlm. 184.
3
Pemikiran Teologi Imam Ahmad Ibn Hanbal
4
tentang status Al-Qur‟an dapat dilihat dari dialognya dengan Ishaq bin Ibrahim,
Gubernur Irak: tidak mau membahas lebih lanjut tentang status Al-Qur‟an. Ia
hanya mengatakan bahwa Al-Qur‟an tidak diciptakan. Hal ini sejalan dengan pola
pikirnya yang menyerahkan ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat Allah
kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagi Ahmad bin Hanbal, iman adalah perkataan dan
perbuatan yang dapat berkurang dan bertambah, dengan kata lain iman itu
meliputi perkataan dan perbuatan, iman bertambah dengan melakukan perbuatan
yang baik dan akan berkurang bila mengerjakan kemakiatan.
2) Ibn Taimiyah
a. Riwayat singkat Ibn Taimiyah
Nama lengkapnya Ahmad Taqiyudin Abu Abbas bin Syihabuddin Abdul
Mahasin Abdul Halim bin Abdissalam bin Abdillah bin Abi Qasim Al Khadar bin
Muhammad bin Al-Khadar bin Ali bin Abdillah. Nama Taimiyah dinisbatkan
kepadanya karena moyangnya yang bernama Muhammad bin Al-Khadar
melakukan perjalanan haji melalui jalan Taima‟. Sekembalinya dari haji, ia
mendapati isterinya melahirkan seorang anak wanita yang kemudian diberi nama
Taimiyah. Sejak saat itu keturunannya dinamai Ibnu Taimiyyah sebagai
peringatan perjalanan haji moyangnya itu.
Ibnu Taimiyah dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10
Rabi‟ulAwwal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam senin tanggal
20 DzulQa‟dah tahun 729 H. Ibnu Taimiyah merupakan tokoh salaf yang ekstrim
karena kurang memberikan ruang gerak pada akal. Ia adalah murid yang muttaqi,
wara, dan zuhudserta seorang panglima dan penentang bangsa Tartar yang
pemberani. Ia dikenal sebagai seorang muhaddits mufassir (Ahli tafsir Al-Quran
berdasarkan hadits), faqih, teolog, bahkan memiliki pengetahuan yang luas
tentang filsafat.
b. Pemikiran Teologi Ibnu Taimiyah
Pemikiran Ibnu Taimiyah seperti dikatakan Ibrahim Madzkur, adalah
sebagai berikut:
1) Sangat berpegang teguh pada nash (Al-Quran dan Al-Hadits)
5
2) Tidak memberikan ruang gerak kepada akal/
3) Berpendapat bahwa Al-Quran mengandung semua ilmu agama
4) Di dalam Islam yang diteladani hanya tiga generasi saja (Sahabat, Tabi‟in dan
Tabi‟tabi‟in)
5) Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap
mentanzihkan-Nya.Ibnu Taimiyah mengkritik Imam Hanbali yang mengatakan
bahwa kalamullah itu qadim,menurut Ibnu Taimiyah jika kalamullah qadim
maka kalamnya juga qadim. Ibnu Taimiyah adalah seorang tekstualis oleh
sebab itu pandangannya oleh Al-Khatib Al-Jauzi sebagai pandangan tajsim
Allah, yakni menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Oleh karena itu, Al-
Jauzi berpendapat bahwa pengakuan Ibn Taimiyah sebagai Salaf perlu ditinjau
kembali.
Berikut ini merupakan pandangan Ibnu Taimiyah tentang sifat-sifat Allah:.
1) Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang disampaikan oleh Allah
sendiri atau oleh Rasul-Nya. Sifat-sifat dimaksud adalah:
a. Sifat Salabiyyah, yaitu qidam, baqa, mukhalafatul lil hawaditsi, qiyamuhu
binafsihi dan wahdaniyyah
b. Sifat Ma‟ani, yaitu : qudrah, iradah, ilmu, hayat, sama‟, bashar dan kalam.
c. Sifat khabariah (sifat yang diterangkan Al-Quran dan Al-Hadits walaupun
akal bertanya-tanya tentang maknanya), seperti keterangan yang
menyatakan bahwa Allah ada di langit; Allah di Arasy; Allah turun ke langit
dunia; Allah dilihat oleh orang yang beriman di surga kelak; wajah, tangan,
dan mata Allah.
d. Sifat Idhafiah yaitu sifat Allah yang disandarkan (di-Idhafat-kan) kepada
makhluk seperti rabbul „alamin, khaliqul kaun dan lain-lain.
2) Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah dan Rasul-Nya
sebutkan seperti Al-Awwal, Al-Akhir dan lain-lain.
3) Menerima sepenuhnya sifat dan nama Allah tersebut dengan:
a. Tidak mengubah maknanya kepada makna yang tidak dikehendaki lafad
(min ghoiri tashrif/ tekstual)
b. Tidak menghilangkan pengertian lafaz (min ghoiri ta‟thil)
6
c. Tidak mengingkarinya (min ghoiri ilhad)
d. Tidak menggambar-gambarkan bentuk Tuhan, baik dalam pikiran atau
hati,bapalagi dengan indera (min ghairi takyif at-takyif)
e. Tidak menyerupakan (apalagi mempersamakan) sifat-sifat-Nya dengan sifat
makhluk-Nya (min ghairi tamtsili rabb „alal „alamin).
2) Manusia adalah pelaku perbuatan yang sebenarnya dan mempunyai kemauan serta
kehendak secara sempurna, sehingga manusia bertanggung jawab atas perbuatannya.
Dikatakan oleh Watt bahwa pemikiran Ibn Taimiyah mencapai klimaksnya dalam
sosiologi politik yang mempunyai dasar teologi. Masalah pokoknya terletak pada
upayanya membedakan manusia dengan Tuhan yang mutlak. Oleh sebab itu masalah
Tuhan tidak dapat diperoleh dengan metode rasional, baik metode filsafat maupun
teologi. Begitu juga keinginan mistis manusia untuk menyatu dengan Tuhan adalah suatu
hal yang mustahil.
7
Aliran Salaf mengakui keesaan Tuhan, mereka berusaha untuk mensucikan Tuhan
dari segala sesuatu yang menyerupaiNya tanpa menhilangkan sifat-sifat yang
dimilikiNya. Tuhan tetap mempunyai beberapa sifat dan Nama tanpa
mempermasalahkan lebih jauh. Begitu pula tentang keyakinan sepenuhnya terhadap
kerasulan Muhammad saw dan syafa‟atnya bagi orang-orang yang beriman
dikemudian hari.
Selanjutnya mereka juga meyakini adanya hari kebangkitan sebagaimana yang
diberitahukan oleh Al Qur‟an dan hadis-hadis Nabi tanpa mempertanyakan lebih
jauh. Begitu pula terhadap rukun Iman yang lain, mereka yakini sepenuhnya.
Aliran salaf hanya percaya kepada masalah aqidah yang ditunjukkan dan
dikuatkan oleh nash Al Quran dan Hadits sebagai penjelasnya. Hal itu harus diterima
tanpa ragu-ragu dan pantang untuk ditolak. Dengan keseaan yang mutlak terhadap
Tuhan maka aliran ini berpendapat:
a) Melarang mengangkat manusia, wali atau imam, hidup maupun yang sudah
matisebagai perantara (wasilah) kepada Tuhan.
b) Melarang ziarah kepada kuburan orang-orang shaleh.
c) Melarang bernadzar kepada kuburan,penjaga atau penghuni kuburan.
Aqidah salaf mengenal dengan keesaan yang mutlak terhadap tuhan, yaitu Esa
dalam dzat, sifat, penciptaan dan keesaan ibadah.
2) Masalah Muamalat
Hukum mengenai masyarakat yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw.
berdasarkan pada:
a. Al Qur‟an dan Sunnah mewajibkan permusyawaratan dalam menetapkan hukum
b. Al Qur‟an memerintahkan berbuat adil, kebajikan, menciptakan rasa persamaan
dan persaudaraan dengan memperhatikan prikemanusiaan.
c. Al Qur‟an dan Sunnah mencegah peperangan yang bersifat permusuhan antara
satu golongan dengan yang lain
d. Al Qur‟an dan Sunnah berusaha memperbaiki nasib kaum wanita dan orang-orang
yang miskin
e. Al Qur‟an dan Sunnah sudah menjelaskan perbedaan hak dalam masyarakat.
8
f. Adapun praktek dasar tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah, sahabat-sahabat
dan tabi‟in serta tabi‟ tabi‟in, dan dapat disesuaikan dengan perkembangan
masyarakat tanpa menyalahi prinsip tersebut di atas.
3) Masalah Ilmu
Orang-orang Salaf hanya mempelajari dan mengamalkan ilmu yang bermanfaat.
Mereka menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan yang memberi mudharat yang tidak
ada sumbernya dari Al Qur‟an dan Sunnah, selain iru mereka hanya menunjukkan
ilmu yang bersumber dari al Qur‟an dan Hadis, serta mereka menghindari tentang hal
mempersoalkan masalah qadar.
Oleh karena itu, menurut mereka hanya ada tiga macam ilmu yaitu: Al Qur‟an,
hadis dan apa yang telah disepakati oleh orang-orang Islam.[3]
D. Perkembangan Salafiyah
a) Perkembangan Salafi Puritan
Gerakan salafi menyebar luas di berbagai belahan dunia sebetulnya relatif baru.
Awal dekade 1980-an adalah titik penting awal mula sebaran ajaran salafi puritan.
Mulai dikenalnya ajaran ini didorong oleh konstelasi dalam negeri Arab Saudi serta
perang Afganistan. Dua peristiwa tersebut menandai awal mula lahirnya gerakan
salafi puritan pada level international.
Dalam pola salafi puritan, model jaringan organisasi sebetulnya tidak dikenal.
Sebagai gantinya gerakan ini berkembang biak melalui jaringan guru-murid. Di sini
tokoh penting yang perlu disebut adalah Nashiruddin Al-Bani dan Sheyh Mugbil
Yaman. Dua maha guru salafi ini sekarang mempunyai institusi semi-formal yang
menjadi pusat perkembangan gerakan salafi.
Pusat utama perkembangan tentu saja Arab Saudi. Universitas-universitas
kembali menjadi basis kaderisasi salafi. Akan tetapi, tidak semua alumni universitas
Arab Saudi menjadi agen penting penyebaran ajaran salafi puritan. Bagaimanapun
jejak ajaran Ikhwanul Muslimin masih terasa di sana. Hal ini nantinya terlihat pada
9
alumninya di mana sebagian di antaranya justru menjadi aktivis ikhwanul muslim di
berbagai negara.
Di luar universitas, tempat yang berperan penting adalah halaqoh-halaqoh yang
diadakan ulama Wahabi secara informal. Halaqoh inilah yang nantinya menjadi titik
penting kaderisasi serta melahirkan jaringan guru-murid. Sayangnya, perkembangan
halaqoh salafi di Arab Saudi justru tidak sepesat di Jordan maupun Yaman.
Perkembangan salafi puritan makin menemukan momentumnya tatkala
pemerintah Arab Saudi secara tidak resmi memberikan bantuan dana bagi operasi
dakwah salafi puritan di berbagai penjuru dunia. Bantuan ini umumnya mengalir
lewat individual, yayasan ataupun lembaga islam internasional seperti Rabithah dan
IIRO. Untuk Robithoh dan IIRO, aliran bantuannya memang tidak membedakan
friksi dalam salafi. Kedua lembaga ini hanya concern terhadap perkembangan Islam
terutama yang mengusung ideologi Salafi. Orientasi ke salafi ini sangat kuat karena
sebagian besar organisasi Islam sunni moderat di Indonesia umpamanya, kurang
mendapatkan bantuan dari organisasi Islam internasional tersebut.
10
pedagang. Dengan hal tersebut akhirnya Salafi mau disebut sebagai kelompok. Salafi
merupakan kelompok yang memberikan tentang paham Islam yang agak berbeda di
Indonesia. Adapun persebarannya di daerah-daerah Indonesia yaitu:
a. Gerakan Salafi di Kec. Lembar Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat
(Pasca Orde baru)
Apabila yang dimaksud salafi adalah orang-orang yang berusaha sekuat tenaga
mengamalkan al-Qur'an dan as-Sunnah serta beragama seperti beragamanya para sahabat
Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para imam dari 3 generasi pertama Islam maka apa
yang mereka lakukan adalah benar.
Namun apabila ada sekelompok orang menamakan diri sebagai salafi tapi
perbuatan mereka ternyata menyelisihi petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan
sengaja maka penamaan ini tidaklah bermakna atau salah.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada awalnya salaf merupakan aliran ingin menghidupkan atau memurnikan
kembali ajaran islam. Dalam perkembangannya, sejarah mencatat bawa salafiyah tumbuh
dan berkembang menjadi aliran (madzhab) atau paham golongan, sebagaimana golongan
khawarij, mu‟tazilah, maturidiyah dan kelompok-kelompok lainnya. Salafiyah bahkan
sering dilekatkan dengan ahlussunnah waal jama‟ah diluar kelompok syi‟ah. Tokoh-
tokoh aliran salaf yaitu ibnu Hanbal, Ibn Taimiyah dan Muhammad Ibn Abdul Wahab.
Gerakan salafiyah adalah gerakan yang berusaha menghidupkan kembali ajaran
kaum salaf. Kemudian, banyak aliran islam garis keras mengatas namakan dirinya
sebagai golongan salaf juga. Padahal dalam tujuan pemurnian islam tidak harus
menggunakan kekerasan, apalagi pada saat sekarang ini, kondisi budaya dan
intelektualitas masyarakat mulai meningkat.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat dengan sebenar-benrnya dan di harapkan
makalah ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya serta juga dapat membawa manfaat
dan menambah ilmu pengetahuan bagi orang yag membaca terutama kami yang menulis.
12
Daftar Pustaka
1. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam: dari Khawarij ke Buya Hamka
hingga Hasan Hanafi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014)
2. Muhammaddin, aliran kalam salafiyah.
13