Anda di halaman 1dari 10

Hakikat Pendidikan Akhlak dan Karakter:Makna, Permasalahan dan

Solusinya Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan

Oleh:
M.Isnando Tamrin
NIM. 2020090011

ABSTRAK

Pendidikan Akhlak dan Karakter, menjadi suatu keharus untuk diberikan pada
peserta didik. Karena tanpa akhlak dan karakter yang baik, niscaya kita akan
menciptakan generasi yang tidak memiliki jati diri yang baik dalam menghadapi
kehidupan ini. Berbagai permasalahan sering ditemui dalam pendidikan akhlak
dan karakter jika dilihat dari perspektif filsafat pendidikan, diantaranya adalah
aspek Ontologi yaitu masalah dasar, fondasi agama dan masalah landasan filosofis
empiris, masalah struktural, dari aspek Epistemologi ada juga permasalahan
seperti Pendidikan Akhlak dan Karakter seringkali dikesankan sebagai pendidikan
yang tradisional dan konservatif, Pendidikan Akhlak dan karakter terasa kurang
concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang
bersifat kognitif menjadi suatu “makna dan nilai, Metodologi pengajaran agama
berjalan secara konvensionaltradisional, serta Pengajaran akhlak dan karakter
yang bersandar pada bentuk metodologi yang bersifat statis indoktrinatif-doktriner
Kemudian dari sudut aksiologi maka masalah yang tampak adalah Tujuan
pendidikan akhlak dan karakter kurang berorientasi pada nilai-nilai kehidupan
masa yang akan datang, Pendidik dan tenaga pendidikannya mulai memudar
dengan doktrin awal pendidikan Islam tentang konsep nilai ibadah dan dakwah
syiar Islam, Di kalangan peserta didikpun dalam menuntut ilmu cenderung
mengesampingkan nilai-nilai ihsan, kerahmatan dan amanah dalam mengharap
ridha Allah.
Kata Kunci: Pendidikan, Akhlak, Karakter, Filsafat Pendidikan

A. Pendahuluan menghadapi tantangan masa depan,


baik internal maupun eksternal
Berdasarkan UU No.20 (global) seperti kondisi saat ini..
Tahun 2003 tentang Sistem Akan tetapi dalam
Pendidikan Nasional, secara inplisit pelaksanaannya konsep pendidikan
tersirat makna bahwa tujuan di Indonesia masih bermuara pada
penyelenggaraan pendidikan bagi pencapai nilai akademik, Sebagai
seluruh warga negara Indonesia contoh, seorang murid/siswa yang
pada hakikatnya untuk membentuk memiliki nilai akedemiknya tinggi
sumber daya manusia (SDM) dapat dipastikan ia akan naik kelas
Indonesia yang memiliki karakter, meskipun apek moralnya (akhlak) di
watak serta berkepribadian yang bawah standar. Sebaliknya seorang
baik, tangguh, ulet dan berwawasan murid/siswa yang memiliki perilaku
kebangsaan. Hal ini dimaksudkan yang baik, sopan, (akhlak), namun
agar generasi bangsa Indonesia siap nilai pengetahuannya rendah (di
2

bawah standar), biasanya ia akan tertulis baik tercetak maupun


tinggal kelas. elektronik lainnya.1
Fenomena seperti itu kerap Studi kepusatkaan memuat
terjadi di sekolah-sekolah kita saat uraian sistematis tentang kajian
ini, dan sayangnya peserta didik literature dan hasil penelitian yang
yang nilai pengetahuannya rendah sebelumnya yang ada hubungannya
bahkan dianggap/divonis sebagai dengan penelitan yang dilakukan
anak bodoh meskipun mereka dan diusahakan menunjukan kondisi
cerdas secara moral (akhlak). mukhtahir dari bidang ilmu tersebut.
Padahal nilai-nilai akhlak
(moral) sangat penting untuk
C. PEMBAHASAN
menjamin kejujuran, ketertiban,
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
keamanan, kedisiplinan, keadilan
Istilah pendidikan dari
dan keharmonisan dalam hubungan
segi bahasa (etimologi) berasal
sosial serta interaksi dalam
dari terjemahan bahasa Yunani
lingkungan sekolah maupun luar
paedagogie yang berarti
sekolah (masyarakat). Apalah
pendidikan dan paedagogia yang
artinya seseorang memiliki
berarti pergaulan dengan anak-
kecerdasan intelektual tetapi
anak. Sementara itu, orang yang
mempunyai akhlak yang buruk.
tugasnya membimbing atau
Banyak pejabat di negeri ini yang
mendidik dalam
terjerat kasus korupsi, bukan karena
pertumbuhannya agar dapat
mereka bodoh (intelektulitas rendah)
berdiri sendiri disebut
tetapi karena moralnya rusak
paedagogos. Paedagogos berasal
dari kata paedos (anak) dan
B. Metode Penelitian agoge (saya membimbing,
memimpin).2
Jenis penelitian yang penulis Sedangkan menurut
gunakan adalah jenis penelitian istilah (terminologi) pendidikan
studi pustaka (Library Research). A. Malik Fajar mengatakan
Studi pustaka merupakan suatu bahwa pendidikan adalah salah
survey studi deskriptif yang satu proses dalam rangka
dilakukan oleh peneliti untuk mempengaruhi peserta didik
menghimpun informasi yang relevan supaya mampu menyesuaikan
dengan topic dan masalah yang akan diri sebaik mungkin dengan
atau sedang diteliti dengan lingkungannya, dengan
kepustakaan sebagai sumber demikian akan menimbulkan
informasi itu dapat diperoleh dari perubahan dalam dirinya yang
buku-buku ilmiah, laporan memungkinkan berfungsinya
penelitian, karangan ilmiah, tesis
dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan,
ensiklopedi dan sumber-sumber
1
I Made Indra dan Ika Cahyanigrum,
Cara Mudah Memahami Metologi Penelitian,
(Jakarta: CV. Budi Utama 2019), h. 26
2
Armai Arief,  Reformulasi Pendidikan
Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), h. 15
3

secara kuat dalam kehidupan Menurut Ali Abdul


bermasyarakat.3 Halim Mahmud dalam kitabnya
Kemudian dalam UU pendidikan akhlak dalam islam
No. 20 Tahun 2003 tentang adalah pendidikan yang
Sistem Pendidikan Nasional mengakui bahwa dalam
disebutkan bahwa: kehidupan manusia menghadapi
“Pendidikan adalah usaha sadar hal baik dan hal buruk,
dan terencana untuk kebenaran dan kebatilan,
mewujudkan suasana belajar dan keadilan dan ke dzaliman, serta
proses pembelajaran agar peserta perdamaian dan peperangan.
didik secara aktif Untuk menghadapi hal-hal yang
mengembangkan potensi dirinya serba kontra tersebut, islam telah
untuk memiliki kekuatan menetapkan nilai-nilai dan
spiritual, keagamaan, prinsip- prinsip yang membuat
pengendalian diri, kepribadian, manusia mampu hidup didunia.
kecerdasan, akhlak mulia serta Dengan demikian manusia
keterampilan yang diperlukan mampu mewujudkan kebaikan
dirinya, masyarakat Bangsa dan didunia dan diakhirat, serta
Negara” 4 mampu berinteraksi dengan
Sedangkan pengertian orang-orang yang baik dan
dari pendidikan akhlak adalah jahat.5
pendidikan mengenai dasar- 2. Pengertian Pendidikan
dasar akhlak dan keutamaan Karakter
perangai, tabiat yang harus Secara etimologi, kata
dimiliki dan dijadikan kebiasaan karakter berasal dari bahasa
oleh anak sejak masa analisa Inggris (character) dan Yunani
sampai ia menjadi seorang (character) yang berarti
mukallaf, seseorang yang telah membuat tajam, membuat
siap mengarungi lautan dalam.6 Menurut Kamus Besar
kehidupan. Ia tumbuh dan Bahasa Indonesia karakter
berkembang dengan berpijak diartikan sebagai sifat-sifat
pada landasan iman kepada kejiwaan, etika atau budi pekerti
Allah dan terdidik untuk selalu yang membedakan individu
kuat, ingat bersandar, meminta dengan yang lain. Karakter bisa
pertolongan dan berserah diri diartikan tabiat, perangai atau
kepada-Nya, maka ia akan perbuatan yang selalu dilakukan
memiliki potensi dan respon (kebiasaan). Karakter juga
yang instingtif di dalam diartikan watak atau sifat batin
menerima setiap keutamaan dan manusia yang mempengaruhi
kemuliaan. Di samping terbiasa segenap pikiran dan tingkah
melakukan akhlak mulia. laku.7

Ibid., h.121
5

3
A. Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan 6
Lorens Bagus, Kamus Filsafat. (Jakarta :
Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), h. 27 Gramedia, 2000), h. 392
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 7
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa
(Jakarta : Kalam Mulia, 2013), h. 32 Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 1997), h. 20
4

Karakater adalah kumpulan tata yang memberikan kemampuan kepada


nilai yang menuju pada suatu sistem, populasi manusia untuk hidup bersama
yang melandasi pemikiran, sikap, dan dalam kedamaian serta membentuk
perilaku yang ditampilkan. dunia yang dipenuhi dengan kebaikan
Sebagaimana menurut Zubaedi dan kebajikan, yang bebas dari
menyatakan bahwa “Pengertian karakter kekerasan dan tindakan-tindakan tidak
adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, bermoral.
budi pekerti, perilaku, personalitas, Dalam istilah psikologi, yang
sifat, tabiat, temperamen, dan watak.8 disebut karakter adalah watak
Istilah karakter memiliki dua pengertian perangai sifat dasar yang khas satu
yaitu: Pertama, ia menunjukkan sifat atau kualitas yang tetap terus
bagaimana seseorang bertingkah laku. menerus dan kekal yang dapat
Kedua, istilah karakter erat kaitannya dijadikan ciri untuk
dengan “personality”. Seseorang baru mengidentifikasi seorang pribadi.12
bisa disebut orang yang berkarakter Kemudian Pendidikan
(a person of character) apabila tingkah karakter dapat diartikan sebuah
lakunya sesuai kaidah moral”.9 sistem yang menanamkan nilai-
Karakter juga dapat dimaknai nilai karakter pada peserta didik,
sebagai nilai dasar yang membangun mengandung komponen
pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengetahuan, kesadaran individu,
pengaruh hereditas maupun pengaruh tekat, serta adanya kemauan dan
lingkungan, yang membedakannya tindakan untuk melaksanakan
dengan orang lain, serta diwujudkan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan
dalam sikap dan perilakunya dalam Yang Maha Esa, diri sendiri,
kehidupan sehari-hari.10 sesama manusia, lingkungan
“Karakter tidak diwariskan, maupun bangsa, sehingga akan
tetapi sesuatu yang dibangun secara terwujud insan kamil”.13
berkesinambungan hari demi hari Pendidikan karakter adalah
melalui pikiran dan perbuatan, pikiran usaha sengaja (sadar) untuk
demi pikiran, tindakan demi tindakan. mewujudkan kebajikan yaitu
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir kualitas kemanusiaan yang baik
dan berperilaku yang khas tiap individu secara objektif, bukan hanya baik
untuk hidup dan bekerja sama, baik untuk individu perseorangan,
dalam lingkup keluarga, masyarakat, tetapi juga baik untuk masyarakat
bangsa, dan Negara”.11 Karakter yang secara keseluruhan.14 Kemudian
kuat adalah sandangan fundamental menurut Dafid Elkind dan Freddy
Sweet Ph.D, pendidikan karakter
8
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter, adalah usaha sengaja (sadar) untuk
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 6. mambantu manusia memahami,
9
Andayani Dian dan Abdul Majid. peduli tentang, dan melaksanakan
Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 2.
10
Muchlas Samani & Hariyanto,
Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. 12
Ramayulis, Op.Cit. h. 510
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 4 13
Nurla Isna Aunillah, Panduan
11
Rusdianto, (ed.), Buku Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,
Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Laksana, 2013), h. 19
(Jogjakarta: DIVA Press, 2012), Cet. IV, h. 38 14
Zubaidi, Op.Cit., h.15
5

nilai- nilai etika inti.15 Pendidikan royong, nasionalis, kosmopolit,


karakter menurut Burke semata- mengutamakan kepentingan
mata merupakan bagian dari umum, bangga menggunakan
pembelajaran yang baik dan bahasa dan produk Indonesia,
merupakan bagian yang dinamis, kerja keras, dan
fundamental dari pendidikan yang beretos kerja.17
baik.16 Lebih lanjut,
Dalam pelaksanaan Kemendiknas melansir bahwa
dilapangan atau penerapan berdasarkan kajian nilai-nilai
disekolah, pendidikan karakter agama, norma-norma sosial,
dilaksanakan dengan totalitas peraturan atau hukum, etika
psikologis yang mencakup seluruh akademik, dan prinsipprinsip
potensi individu manusia HAM, telah teridentifikasi 80
(kognitif, afektif, psikomotorik) butir nilai karakter yang
dan fungsi totalitas sosiokultural dikelompokkan menjadi
pada konteks interaksi dalam delapan, yaitu:
keluarga, satuan pendidikan serta 1. Religius. Sikap dan perilaku
masyarakat. Dari totalitas yang patuh dalam
psikologis dan sosiokultural melaksanakan ajaran agama
tersebut terbentuklah ruang yang dianutnya, toleran
lingkup pendidikan karakter, terhadap pelaksanaan ibadah
yaitu: agama lain, dan hidup rukun
a. Olah pikir yang meliputi dengan pemeluk agama lain.
cerdas, kritis, kretif, inovatif, 2. Jujur.
ingin tahu, berpikir terbuka, 3. Toleransi..
produktif, berorientasi ipteks, 4. Disiplin..
dan reflektif. 5. Kerja Keras.
b. Olah raga yang meliputi bersih 6. Kreatif.
dan sehat, disiplin, sportif, 7. Mandiri.
tangguh, andal, berdaya tahan, 8. Demokratis.
bersahabat, kooperatif,
determinatif, kompetitif, ceria, 3. Permasalahan dalam
dan gigih. Pendidikan Akhlak dan
c. Olah hati yang meliputi Karakter
beriman dan bertakwa, jujur, a. Permasalahan dari aspek
amanah, adil, bertanggung Ontologi
jawab, berempati, berani Secara garis besar dari
mengambil resioko, pantang sudut ontologi, berbagai
menyerah, rela berkorban, dan permasalahan yang dihadapi
berjiwa patriotik. dalam pendidikan akhlak dan
d. Olah rasa/karsa meliputi ramah, karakter dapat dirumuskan pada
saling menghargai, toleran, tiga hal pokok yaitu:
peduli, suka menolong, gotong
17
Kementrian Pendidikan Nasional,
15
Ibid Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
16
Muchlas Samani. Hariyanto, Op.Cit., (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional,
h.43. 2011), h 9.
6

1) berbagai komponen
terdiri dari atas religious pendidikan Islam, misalnya
foundation and philosophic hubungan interaktif lima faktor
foundational problems, pendidikan yaitu tujuan
empiric fondational problems pendidikan, pendidik dan
(masalah dasar, fondasi agama tenaga kependidikan, peserta
dan masalah landasan filosofis didik dan alat-alat pendidikan
empiris) yang didalamnya Islam (kurikulum, metodologi,
menyangkut dimensi-dimensi manajemen, administrasi,
dan kajian tentang konsep sarana dan prasarana, media,
pendidikan yang bersifat sumber dan evaluasi) dan
universal, seperti hakikat lingkungan atau konteks
manusia, masyarakat, akhlak, pendidikan. Atau bisa bertolak
hidup, ilmu pengetahuan, dari hubungan input, proses
iman, ulul albab dan lain dan output. Sedangkan secara
sebagainya. Yang semuanya makro, menyangkut
bersumber dari kajian keterkaitan pendidikan Islam
fenomena qauliyah dan dengan sistem sosial, politik,
fenomena kauniyah yang ekonomi, budaya dan agama
membutuhkan pendekatan baik yang bersifat Nasional
filosofis. dan Internasional.18
2) b. Permasalahan dari aspek
struktural). Ditinjau dari Epistemologi
struktur demografis dan Dari beberapa literatur
geografis bisa dikategorikan dapat disebutkan bahwa
ke dalam kota, pinggiran kota, epistemologi adalah teori
desa dan desa terpencil. Dari pengetahuan, yaitu membahas
struktur perkembangan jiwa tentang bagaimana cara
manusia bisa dikategorikan ke mendapatkan pengetahuan dari
dalam masa kanak-kanak, objek yang ingin dipikirkan.19
remaja, dewasa dan manula. D.W. Hamlyn mendefinisikan
Dari struktur ekonomi epistemologi sebagai cabang
dikategorikan ke dalam filsafat yang berurusan dengan
masyarakat kaya, menengah hakikat dan lingkup pengetahuan
dan miskin. Dari struktur dan pengandaipengandaiannya
rumah tangga, terdapat rumah serta secara umum hal itu dapat
tangga karier dan non karier. diandalkannya sebagai
Dari struktur jenjang penegasan bahwa orang
pendidikan bisa dikategorikan memiliki pengetahuan.
ke dalam pendidikan anak usia Selanjutnya, pengertian
dini, pendidikan dasar, epistemologi yang lebih jelas,
menengah dan pendidikan
tinggi. 18
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi
3) Pengembangan Pendidikan Islam (Jakarta:
operasional). Secara mikro Rajawali Pers, 2011), h. 45
akan berhubungan dengan
19
Ihsan Hamdani, Filsafat Pendidikan
Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h. 16
7

diungkapkan oleh Azyumardi masalah kebenaran, etika


Azra bahwa epistemologi bersangkutan dengan masalah
sebagai ilmu yang membahas kebaikan, dan estetika bersangkutan
tentang keaslian, pengertian, dengan masalah keindahan.22
struktur, metode, dan validitas Maka terdapat permasalahan
20
ilmu pengetahuan. pendidikan akhlak dan karakter dari
Secara garis besar dari sudut aspek Aksiologi terdiri dari:
epistemologi, berbagai 1) Tujuan pendidikan akhlak dan
permasalahan yang dihadapi dalam karakter kurang berorientasi
pendidikan akhlak dan karakter pada nilai-nilai kehidupan masa
dapat dirumuskan pada: yang akan datang.
1) Pendidikan Akhlak dan Karakter 2) Pendidik dan tenaga
seringkali dikesankan sebagai pendidikannya mulai memudar
pendidikan yang tradisional dan dengan doktrin awal pendidikan
konservatif. Islam tentang konsep nilai
2) Pendidikan Akhlak dan karakter ibadah dan dakwah syiar Islam.
terasa kurang concern terhadap 3) Di kalangan peserta didikpun
persoalan bagaimana mengubah dalam menuntut ilmu cenderung
pengetahuan agama yang mengesampingkan nilai-nilai
bersifat kognitif menjadi suatu ihsan, kerahmatan dan amanah
“makna dan nilai”. dalam mengharap ridha Allah.
3) Metodologi pengajaran agama 3. Solusinya dalam Perspektif
berjalan secara Filsafat Pendidikan Islam
konvensionaltradisional. Setelah diuraikan tentang
4) Pengajaran akhlak dan karakter permasalahan yang terjadi dalam
yang bersandar pada bentuk pendidikan akhlak dan karakter
metodologi yang bersifat statis maka pada bagian akhir ini
21
indoktrinatif-doktriner. diuraikan bagaimana mengatasi
c. Permasalahan dari aspek permasalahan tersebut dari sudut
Aksiologi ontologi pendidikan Islam,
Aksiologi ialah ilmu Epistemologi, dan aksiologi
pengetahuan yang menyelidiki pendidikan Islam.
hakikat nilai, pada umumnya a. Solusi dari permasalahan
ditinjau dari sudut pandangan Ontologi Pendidikan Islam
kefilsafatan. Di dunia ini terdapat Ontologi merupakan
banyak cabang pengetahuan yang cabang ilmu filsafat yang
bersangkutan dengan masalah- berhubungan dengan hakikat
masalah nilai yang khusus seperti hidup. Ontologi diartikan juga
epistemologis, etika dan estetika. dengan hakikat apa yang terjadi.
Epistemologi bersangkutan dengan Masalah-masalah pendidikan
Islam yang menjadi perhatian
20
Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip
Dasar Konsepsi Pendidikan Islam (Jakarta:
ontologi menurut Muhaimin
Kalam Mulia, 1986), h. 4 adalah dalam penyelenggaraan
21
Mujtahid, Reformulasi Pendidikan
Islam; Meretas Mindset Baru, Meraih 22
Louis O. Kattsoff, Pengantar
Paradigma Unggul (Malang: UIN-Maliki Press, Filsafat, terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta.
2011), hlm. 37. Penerbit Tiara Wacana, 1996), h. 327.
8

pendidikan Islam diperlukan partisipatif antara guru dan


pendirian mengenai pandangan murid..25
manusia, masyarakat dan Menutu Moh. Uzer
dunia.23 Usman, adanya upaya untuk
Maka dalam hal ini peningkatan profesionalisme
dalam pengembangan kurikulum tenaga pendidik yang meliputi
agar lebih banyak memberi kompetensi personal,
peserta didik untuk berhubungan kompetensi pedagogik,
langsung dengan fisik objek- kompetensi, profesional dan
objek, serta berkaitan dengan kompetensi sosial 26
pelajaran yang memanipulasi Zuhairini juga
benda-benda dan materi-materi menambahkan guna menopang
kerja. dan mendasari pendekatan
Di samping itu, perlu epistemologi ini, maka perlu
juga ditanamkan pengetahuan dilakukan rekonstruksi
tentang hukum dan sistem kurikulum yang masih sekuler
kesemestaan yang melahirkan dan bebas nilai spiritual ini,
perwujudan harmoni dalam alam menjadi kurikulum yang
semesta yang menentukan berbasis tauhid. Sebab segala
kehidupan manusia di masa ilmu pengetahuan yang
depan. bersumber pada hasil penelitian
b. Solusi dari permasalahan pada alam semesta (ayat
Epistemologi Pendidikan Islam kauniyah) maupun penelitian
Permasalahan dalam terhadap ayat qauliyah atau
pendidikan akhlak dan karakter naqliyah (al-Qur’an dan al-
dari sudut pandang Sunnah) merupakan ilmu Allah
epestemologi, menurut Sutrisno SWT. 27
dapat diatasi dengan upaya c. Solusi dari permasalahan Aksiologi
untuk menghilangkan paradigma Pendidikan Islam
dikotomi antara ilmu agama dan Aksiologis membahas
ilmu umum, ilmu tidak bebas tentang hakikat nilai, yang
nilai, tetapi bebas untuk dinilai. didalamnya meliputi baik dan buruk
Itulah sebabnya diperlukan (good and bad), benar dan salah
adanya pencerahan dalam (right and wrong), serta tentang cara
mengupayakan integralisasi dan tujuan (means and ends). Cara
keilmuan.24. memandangnya dari sudut baik dan
Menurut Syahminan tidak baik, etika merupakan filsafat
Zain adalah dengan merubah tentang perilaku manusia.
pola pendidikan Islam pendidikan Islam diorientasikan
indoktrinasi menjadi pola 25
Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip
23
Muhaimin dan Abdul Mujib, Dasar Konsepsi Pendidikan Islam,
Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis (Jakarta:Kalam Mulia, 1986), h. 4
dan Kerangka Operasionalnya (Bandung: 26
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru
Trigenda karya, 1993), h. 115. Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
24
Sutrisno, Pembaharuan Dan 2010), h. 16
Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta: 27
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam.
Fadilatama, 2011), h. 105. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 152.
9

pada upaya menciptakan suatu Maka kemudian, jika landasan


kepribadian yang mantap dan ini senantiasa menjadi pegangan
dinamis, mandiri dan kreatif. Tidak hidup dalam lingkup pendidikan
hanya pada siswa melainkan pada Islam, maka unsur aksiologis
seluruh komponen yang terlibat pendidikan Islam tetap abadi dan
dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan harapan dan
Islam. kebutuhan masyarakat.
Terwujudnya kondisi D. PENUTUP
mental-moral dan spiritual religius Agar Ilmu Pendidikan Islam,
menjadi target arah pengembangan terutama dalam upaya pendidikan
sistem pendidikan Islam. Oleh sebab akhlak dan karakter tidak kehilangan
itu, berdasarkan pada pendekatan daya tarik, kaitannya dengan
etik moral pendidikan Islam harus kelembagaan dan fungsionalnya,
berbentuk proses pengarahan diperlukan adanya perubahan
perkembangan kehidupan dan paradigma, bangunan dan kerangka
keberagamaan pada peserta didik ke berfikir yang memadai dalam
arah idealitas kehidupan Islami, penyelenggaraan pendidikan Islam.
dengan tetap memperhatikan dan Pendidikan akhlak yang orientasinya
memperlakukan peserta didik sesuai memiliki standar ukur pada nilai-
dengan potensi dasar yang dimiliki nilai agama yang berasal dari Allah
serta latar belakang sosio budaya SWT, sedangkan pendidikan
masing-masing.28 karakter orientasinya standarnya
Selain konteks etika adalah pada nilai-nilai yang berlaku
profetik, aksiologis dalam pada lingkungkan kehidupan
pendidikan Islam meliputi manusia.
estetika yang merupakan nilai-
nilai yang berkaitan dengan DAFTAR PUSTAKA
kreasi yang berhubungan dengan Arief, Armai,  Reformulasi Pendidikan
Namun, lebih jauh dari Islam, Jakarta: CRSD Press,
itu, maka dalam dunia 2005
pendidikan hendaklah nilai Aunillah, Nurla Isna, Panduan
estetika menjadi patokan penting Menerapkan Pendidikan
dalam proses pengembangan Karakter di Sekolah, Jogjakarta:
pendidikan yakni dengan Laksana, 2013
menggunakan pendekatanBagus, Lorens, Kamus Filsafat.
estetis-moral, di mana setiap Jakarta : Gramedia, 2000
persoalan pendidikan Islam Dian, Andayani dan Abdul Majid.
dilihat dari perspektif yang Pendidikan Karakter Perspektif
mengikutsertakan kepentingan Islam, Bandung: PT Remaja
masing-masing pihak, baik itu Rosdakarya, 2011
siswa, guru, Fajar, A. Malik, Reorientasi Pendidikan
pemerintah,
pendidik serta masyarakat luas. Islam, Jakarta: Fajar Dunia,
1999
28
A. Munir Mulkhan, Paradigma Hamdani. Ihsan, Filsafat Pendidikan
Intelektual Muslim : Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV Pustaka
Pendidikan Islam & Dakwah (Yogyakarta : Setia, 1998
SIPress, 1994), h. 25.
10

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak , Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,


Yogyakarta: LPPI, 2005 Jakarta : Kalam Mulia, 2013
Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, Rusdianto, (ed.), Buku Panduan
terj. Soejono Soemargono, Internalisasi Pendidikan
Yogyakarta. Penerbit Tiara Karakter di Sekolah, Jogjakarta:
Wacana, 1996 DIVA Press, 2012, Cet. IV
Kementrian Pendidikan Nasional, Samani, Muchlas & Hariyanto, Pendidikan
Panduan Pelaksanaan Karakter: Konsep dan Model.
Pendidikan Karakter, Jakarta: Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
Kementerian Pendidikan 2013
Nasional, 2011 Sutrisno, Pembaharuan Dan
Kesuma, Dharma, et. all., Pendidikan Pengembangan Pendidikan
Karakter “Kajian Teori dan Islam, Yogyakarta: Fadilatama,
Praktik di Sekolah”, Bandung: 2011
PT Remaja Rosdakarya, 2011 Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip
Mahbubi, M., Pendidikan Karakter : Dasar Konsepsi Pendidikan
Implementasi Aswaja sebagai Islam, Jakarta:Kalam Mulia,
Nilai Pendidikan Karakter. 1986
Yogyakarta : Pustaka Ilmu Syarif, Ulil Amri, Pendidikan Karakter
Yogyakarta, 2012 Berbasis Al-Qur’an, Jakarta :
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Press, 2012
Kalam Mulia, 2009 Tim Perumus, Kurikulum Berbasis
Mahmud, Ali Abdul Halim, Tarbiyah al- Kompetensi, Pengelolaan
khuluqiyah, Gema Insani: Jakarta, Kurikulum Berbasis Madrasah
2004 (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Untuk Madrasah Tsanawiyah),
Pendidikan Islam, Kajian Jakarta: Kementerian Agama RI,
Filosofis dan Kerangka 2003
Operasionalnya, Bandung: Usman Moh. Uzer, Menjadi Guru
Trigenda karya, 1993 Profesional, (Bandung: PT
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Remaja Rosdakarya, 2010
Pengembangan Pendidikan Zahruddin A R dan Hasanudin Sinaga,
Islam, Jakarta: Rajawali Pers, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta:
2011 PT Raja Grafindo Persada, 2004
Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Zaini, Syahminan, Prinsip-prinsip
Islam; Meretas Mindset Baru, Dasar Konsepsi Pendidikan
Meraih Paradigma Unggul Islam, Jakarta: Kalam Mulia,
Malang: UIN-Maliki Press, 2011 1986
Mulkhan, A. Munir, Paradigma Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter,
Intelektual Muslim : Pengantar Jakarta: Kencana, 2011
Filsafat Pendidikan Islam & Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam,
Dakwah, Yogyakarta : SIPress, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
1994
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka,
1997

Anda mungkin juga menyukai