Oleh
Kelompok 12 :
Andre Gustia 2119014
Elfia Rosa 2119033
Abdul Rajab 2119037
Dosen Pembimbing :
Imam Taufiq
Puji Syukur kami Ucapkan kehadirat Allah ﷻ., yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang ditentukan.
Shalawat dan salam kita mohonkan kepada Allah azza Wa Jalla semoga disampaikan kepada
baginda Rasulullah Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam yang telah menuntun manusia
dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran.
Adapun judul makalah ini adalah “pemikiran ilmu kalam modern”. Penulis menyusun
makalah ini guna menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kalam, semoga dengan
adanya makalah ini menjadi salah satu penambatan wawasan keilmuan kita.
Karena keterbatasan kemampuan dari penulis, sudah barang tentu makalah ini masih
terdapat kekurangan disana-sini. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah terselesaikannya makalah ini, kami
ucapkan terimakasih.
i
Daftar isi
Kata pengantar .................................................................................................................. i
Daftar isi............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan masalah ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemikiran ilmu kalam modern Muhamad Abduh ................................................. 2
B. Pemikiran ilmu kalam modern Jamaluddin Al Afgani ......................................... 10
C. Pemikiran ilmu kalam modern Ahmad Khan ....................................................... 12
D. Pemikiran ilmu kalam modern Muhammad Iqbal ......................................................... 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................... 17
Daftar pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai produk pemikiran manusia, wacana-wacana yang dihasilkan oleh aliran kalam,
seperti halnya aliran pemikiran keislaman lainnya memiliki titik kelemahan dan perlu
mendapat kritikan yang memadai dan konstruktif. Diskursus ketuhanan yang tidak
menyentuh persoalan-persoalan riil manusia yang kurang mendapat perhatian dari ilmu kalam
merupakan titik kelemahan yang banyak disorot.
Berbincang kelemahan ilmu kalam paling tidak terdapat tiga hal yang pelu di koreksi,
diantaranya kritik epistemologi yang berkisar pada cara yang digunakan oleh para pemuka
aliran kalam menyelesaikan persoalan kalam, terutama ketika mereka menafsirkan Al Qur’an.
Selain aspek epistemologi, kritikan juga jatuh pada aspek Ontologi ilmu kalam yang
hanya berkisar pada persoalan-persoalan ketuhanan dan yang berkaitan dengannya yang
berkesan “mengawang-awang” dan jauh dari persoalan kehidupan manusia. Sedangkan kritik
aspek Askiologi menyangkut pada kegunaan ilmu itu sendiri dalam menyingkap hakikat
kebenaran yang tidak menyentuh pada ranah empiris.
B. Rumusan masalah :
1. Apa Pemikiran ilmu kalam modern Muhamad Abduh
2. Apa Pemikiran ilmu kalam modern Jamaluddin Al Afgani
3. Apa Pemikiran ilmu kalam modern Ahmad Khan
4. Bagaimana Pemikiran ilmu kalam modern Muhammad Iqbal
C. Tujuan masalah :
1. Agar mengetahui Pemikiran ilmu kalam modern Muhamad Abduh
2. Agar mengetahui Pemikiran ilmu kalam modern Jamaluddin Al Afgani
3. Agar mengetahui Pemikiran ilmu kalam modern Ahmad Khan
4. Agar mengetahui Pemikiran ilmu kalam modern Muhammad Iqbal
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pada tahun 1871, Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897) tiba di Mesir. Saat itu,
Abduh menjadi mahasiswa Al-Azhar. Kehadirannya di sambut Abduh dengan
menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiyahnya. Untuk yang selanjutnya, ia
menjadi murid kesayangan Al-Afghani.
Lalu, Afghani yang mendorong Abduh aktif menulis dalam bidang sosial dan
politik. Artikel-artikel pembaruannya banyak dimuat di surat kabar Al-Ahram di
Kairo.[5]
Setelah menyelesaikan studinya di Al-Azhar pada pada tahun 1877 dengan gelar
“alim”, Abduh mulai mengajar di Al-Azhar, kemudian da Dar Ulum dan di
rumanhya. Tak lama kemudian Al-Afghani diusir dari Mesir pada tahun 1879
karena dituduh mengadakan gerakan penenyangan terhadap Khadewi Taufiq,
Abduh juga di pandang ikut campur di dalamnya, di buang di Kairo. Pada tahun
1880 ia di peroleh kembali ke ibu kota kemudian di angkat menjadi redaktur surat
kabar resmi pemerintahan Mesir, Al-Waqa’i Al-Mishriyah. Pada waktu
bersamaan, kesadaran nasional Mesir mulai tampak. Di bawah pimpinan Abduh,
surat kabar resmi itu membuat artikel-artikel tentang ugernes nasionl Mesir di
samping berita-berita resmi.[6]
Setelah revolusi Urabi 1882 (yang berakhir dengan kegagalan), Abduh ketika itu
masih memimpin surat kaar Al-Waqa’i dituduh terlibat dalam revolusi besar
tersebut, sehingga pemerintah Mesir memutuskan untuk mengasingkannya
selama tiga tahun dengan memberi hak kepadanya untuk memilih tempat
pengasingannya, Ia pun memilih Suriah. Dia menetap selama satu tahun.
Kemudian ia menyusul gurunya, Al-Afghani yang ketika itu berada di Paris.
5
Pada Tahun 1885, Abduh diutus oleh surat kabar terseut ke inggris untuk
menemui tokoh-tokoh negara itu yang bersimpati kepada rakyat Mesir.[8] Tahun
1899, Abduh di angkat menjadi multi Mesir. Kedudukan tinggi iu di pegangnya ia
meniggal dunia tahun 1905.
Ada dua persoalan pokok yang menjadi fokus pemikiran Abduh, sebagai
mana yang diakuinya, yaitu:[9]
6
Atas dasar kedua pikirannya itu, Muhammad Abduh memberikan peranan
yang sangat besar pada akal. Begitu besarnya peranan yang diberikan
olehnya, sehingga Harun Nasution menyimpulkan bahwa Muhammad
Abduh memberi kekuatan yang lebih tinggi pada akal dari pada
Mu’tazilah.[11] Menurut Abduh , akal dapat hal-hal berikut ini antara lain :
7
menjelaskan fungsi wahyu bagi akal manusia. Wahyu menolong akal
untuk mengetahui sifat dan keadaan kehidupan alam akhirat dan
mengetahui cara beribadah kepada tuhan.[14]
8
manusia mempunyai kebebasan mutlak sebagai orang yang
angkuh.[17]
c. Sifat-sifat Tuhan
e. Keadilan Tuhan
F. Antropomorfisme
9
Karena itu Tuhan termasuk dalam alam rohani, rasio tidak dapat
menerima paham bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifatjasmani. Abduh
memberi kekuatan besar pada akal, berpendapat bahwa tidak mungkin
esensi dan sifat-sifat Tuhan mengambil bentuk tubuh atau roh makhluk
di alam ini. Kata-kata wajah,tangan dan sebagainya harus di pahami
sesuai dengan pengertian yang diberikan orang Arab kepadanya.
g. Melihat Tuhan
h. Perbuatan Tuhan
10
yang lain demi menyebarkan pemikiran-pemikiran revolusinya, demi mengangkat
posisi dan martabat Islam yang jauh ketinggalan dari dunia barat. Sayid
Jamaluddin al-Afghani adalah seorang yang suka mengembara. Beliau telah
mengembara ke beberapa tempat seperti Najaf, India, Makkah, Tehran dan
Khurasan. Ketika baru berusia dua puluh dua tahun, ia telah menjadi pembantu
bagi Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi
penasihat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian, ia diangkat oleh Muhammad
A’zam Khan menjadi perdana menteri. Dalam pada itu, Inggris mulai mencampuri
soal politik dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi Al-
Afgani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak
pertama kalah dan Al-Afgani merasa lebih aman meninggalkan tanah tempat
lahirnya dan pergi ke India di tahun 1869. Beliau meninggal dunia pada tahun 1897
Masihi bersamaan 1314 Hijrah ketika berusia 60 tahun dan beliau dikebumikan di
Istanbul. Pada tahun 1944, jenazah Sayid Jamaluddin al-Afghani dibawa ke
Afghanistan atas permintaan kerajaan Afghanistan. Jenazahnya dikebumikan di
Kabul di dalam Universiti Kabul. Sebuah mousoleum telah dirikan untuknya.
2. Pemikirannya
Beberapa pemikiran Jamaludin Al-Afgani tentang pembaruan Islam adalah
sebagai berikut
a. Kemunduran umat Islam tidak disebabkan karena Islam tidak sesuai dengan
perkembangan zaman dan perubahan kondisi. Kemunduran itu disebabkan oleh
berbagai faktor.
b. Untuk mengembalikan kejayaan pada masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia
modern, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang murni dan Islam
harus dipahami dengan akal serta kebebasan.
c. Corak pemerintahan otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan
demokratis. Kepala negara harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang
berpengalaman.
d. Tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas
antarumat Islam harus dihidupkan kembali.
11
C. Pemikiran ilmu kalam modern Ahmad Khan
1. Riwayat Hidup
Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1812. Ia berasal dari
keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali. Kakeknya,
Sayyid Hadi adalah pembesar istana (1754-1759).Semangat pembaharuan Islam
dari sisi teologis, sebelumnya telah berkembang di India. Sayyid Ahmad Khan,
adalah salah satu tokoh yang sangat bepengaruh bagi kemajuan India ketika itu.
Keberadaannya sangat diperhitungkan, apalagi ia juga dikenal sebagai bagian dari
istana kerajaan Mughal pada masa pemerintahan Akbar Syah II (1806-1837 M).
Keyakinan, kekuatan dan kebebasan akal menjadikan Khan percaya bahwa
manusia bebas menentukan kehendak dan perbuatan. Ini berarti bahwa ia
mempunyai faham yang sama dengan faham Qadariyah. Menurutnya manusia telah
dianugerahi Tuhan bermacam-macam daya, di antaranya adalah daya berfikir
berupa akal dan fisik untuk merealisasikan kehendaknya. Sayyid Ahmad Khan
mempunyai kesamaan pemikiran dengan Muhammad Abduh di Mesir setelah
berpisah dengan Jamaludin Al-Afaghani dan sekembalinya dari pengasingan. Hal
ini dapat dilihat dari beberapa ide yang dikemukakannya, terutama tentang akal
yang mendapat penghargaan yang tinggi dalam pandangannya.1
Meskipun demikian, sebagai penganut ajaran Islam yang patuh dan taat
percaya akaan kebenaran wahyu, ia berpendapat bahwa akal bukan segalanya dan
kekuatan akal terbatas.Berdasarkan ide-ide dan aksi-aksi konkrit-nya inilah,
muncul bibit-bibit ide pendirian Negara Pakistan pada abad ke-20.
2. Riwayat Ilmu Pendidikan
Pendidikan yang dilalui Sayyid Ahmad Khan hanya merupakan pendidikan
klasik dan tradisional. Selain mempelajari agama Islam ia juga mempelajari bahasa
Arab, Persia, Matematika, Astronomi dan mekanika. Di antara cabang ilmu
pengetahuan yang paling disenanginya adalah Mekanika, ilmu ukur dan buku
Euclides. Di masa mudanya ia sering mengunjungi tempat-tempat hiburan, ia
sangat senang dengan tari-tarian dan nyanyi-nyanyian. Ini berarti Sayyid Ahmad
Khan adalah orang yang cinta atau berjiwa seni.
1
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1982),h.165.
12
Sayyid Ahmad Khan tidak pernah mengalami penderitaan dan
kesengsaraan, karena ia hidup di kalangan orang-orang besar istana. Setelah
ayahnya meninggal dunia tahun 1838 M, barulah ia berusaha mencari pekerjaan.
Berkat usahanya ia dapat diterima bekerja di E.I.C.(East Indian Company) kongsi
perdagangan Inggris yang terkenal di India pada masa pemerintahan Inggris. Di
samping bekerja di E.I.C. ia juga memegang jabatan kepamongprajaan dan pertama
sekali diangkat sebagai hakim adalah tanggal 21 Desember 1841 di Mainpuri.
Kemudian dipindahkan ke daerah Bignaur dan pada tahun 1846 ia kembali pulang
ke Delhi untuk melanjutkan studinya.
Di kota inilah dia gunakan waktunya dan kesempatannya untuk menimba
ilmu serta bergaul dengan tokoh – tokoh , pemuka Agama dan sekaligus
mempelajari serta melihat peninggalan – peninggalan kejayaan Islam, seperti
Nawab Ahmad Baksh, Nawab Mustafa Khan,Hakim Mahmud Khan, dan Nawab
Aminuddin. Selama di Delhi Sayyid Ahmad Khan memulai untuk mengarang yang
mana karyanya yang pertama adalah Asar As – Sanadid. Dan pada tahun 1855 dia
pindah ( hijrah ) ke Bijnore, di tempat ini pula dia tetap mengarang buku – buku
penting mengenai Islam di India. Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan dan
kekacauan di akibatkan politik di Delhi yang menyebabkan timbulnya kekerasan (
anarkis ) terhadap penduduk India. Ketika dia melihat keadaan masyarakat India
kususnya Delhi, ia berfikir untuk meninggalkan India menuju Mesir, tetapi dia
sadar dan terketuk hatinya harus memperjuangkan umat Islam India agar memjadi
maju, maka ia berusaha mencegah terjadinya kekerasan dan konflik, seta mejadi
penolong orang Ingrish dari pembunuha, hingga di beri gelar Sir, tetapi ia
menolaknya atas gelar yang di berikan tersebut. Pada tahun 1861 ia mendirikan
sekolah Inggris di Muradabad, dan pada tahun 1878 ia juga mendirikan sekolah
Mohammedan Angio Oriental College ( MAOC ) di Aligarh yang merupakan
karya yamg paling bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan perkembangan
dan kemajuan Islam di India.2
2
Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 63-78].
13
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan mempunyai kesamaan dengan Muhammad
Abduh di mesir , setelah Abduh berpisah dengan Jamaluddin Al- Afghani dan
setelah sekembalinya dari pengasingan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ide yang
dikemukakannya, terutama akal yang mendapat penghargaan tinggi dalam
pandangannya. Meskipun dia sebagai penganut ajaran Islam yang taat dan
mempercayai adanya kebenaran dari Tuhan adalah wahyu, tetapi di berpendapat
bahwa akal bukan segalanya bagi manusia dan kekuatan akal hanyalah terbatas
yang sifatnya relative.
Dan menurut Ahmad Khan bahwasannya keyakinan, kekuatan dan
kebebasan akal yang menjadikan manusia menjadi bebas untuk menentukan
kehendak dan melakukan perbuatab sesuai yang dia inginkan. Jadi pemikirannya
itu mempunyai kesamaan dengan pemikiran Qodariyah, Contohnya manusia telah
di anugrai oleh Allah berbagai macam daya, di antaranya adalah daya fakir yang
berupa akal, dan daya fikir untuk merealisasikan kehendak yang di inginkannya.
Dan barang siapa yang percaya terhadap hukum alam dan kuatnya
mempertahankan konsep hukum alam ia di anggap sebagai orang yang kafir.
Umat Islam yang berdomisili di India mengalami kemerosotan dan
kemunduran sebagai mana yangdi kemukakan oleh Ahmad Kahn yaitu di
karenakan mereka tidak mengikuti perkembangan zaman yang sedang berlangsung
mereka cenderung mengikuti pendahulu mereka, tetapi bahwasanya ia menentang
keras dengan faham Taklid, sebagaimana yang dianut dalam faham Qodariyah.
Dan juga sebab kemunduran Islam di India dikarenakan mereka terlena dengan
gaung peradapan Islam klasik sehingga mereka tidak menyadari bahwa peradapan
baru telah tumbuh dan bermunculan di Barat. Timbulnya peradapan serta kemajuan
ini di dasari oleh Ilmu pengetahuan dan teknologi pada orang-orang Barat tersebut.
Khan mengemukakan bahwa Tuhan telah menentukan tabiat dan Nature
(sunnatullah) bagi setiap mahkluk-Nya yangtetap dan tidak berubah. Menurutnya
Islam adalah agama yang paling sesuai dengan hukum alam dan Al-quran adalah
firman-Nya. Maka sudah barang tentu sejalan dan tidak ada pertentangan. Dia tidak
mau dalam suatu pemikirannya terganggu dan terbatasi oleh orentasi Hadist dan
Fiqih, di karenakan segala sesuatu diukur dengan kritik rasional, serta menolak
segala yang bertentangan dengan logika dan hukum alam. Ia hanya mau
mengambil Al-qur’an sebagai landasan dan pedoman Islam, sedang yang lainnya
hanyalah membantu dan kurang begitu penting. Contohnya, atas penolakan Hadist
14
dikarenakan berisi moralitas Masyarakat Islam pada abad pertama ataupun pada
abad ke dua sewaktu Hadist dikumpulkan dan dikodifikasikan. Sedangkan hukum
Fiqih menurutnya berisi tentang moralitas masyarakat sampai saat timbulnya
mazhab – mazhab dan menolak taqlid. Sebagai konskuensi dari penolakan taqlid
tersebut Khan memandang perlu sekali untuk di adakannya ijtihad – ijtihat baru
untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran – ajaran Islam dengansituasi dan kondisi
masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan.3
3
Ibid Hal 63-78
15
perbatasan Punjab Barat dan Kashmir. Muhammad Iqbal datang dari keluarga miskin,
tetapi dengan bantuan beasiswa yang diperoleh di sekolah menengah dan perguruan
tinggi, ia mendapatkan pendidikan yang bagus. Setelah pendidikan dasarnya di
Sialkot ia masuk Government College (Sekolah Tinggi Pemerintah) Lahore. Ia
menjadi mahasiswa kesayangan Sir Thomas Arnold yang meninggalkan Aligarh dan
pindah bekerja di Government College Lahore. Iqbal lulus pada tahun 1897 dan
memperoleh beasiswa serta dua medali emas karena baiknya bahasa Inggris dan Arab.
Ia akhirnya memperoleh gelar M.A. dalam filsafat pada tahun 1899.
16
yang membahas konstitusi baru bagi India. Pada Oktober tahun 1933, ia diundang ke
Afganistan untuk membicarakan pembentukan Universal Kabul. Pada tahun 1935, ia
jatuh sakit dan bertambah parah setelah istrinya meninggal dunia pada tahun itu pula,
dan ia meninggal pada tanggal 20 April 1935.4
Islam dalam pandangan Iqbal menolak konsep lama yang mengatakan bahwa
alam bersifat statis. Islam, katanya, mempertahankan konsep dinamis dan mengakui
adanya gerak perubahan dalam kehidupn sosial manusia. Oleh karena itu, manusia
dengan kemampuan khudi-nya harus menciptakan perubahan. Besarnya penghargaan
Iqbal terhadap gerak dan perubahan ini membawa pemahaman yang dinamis tentang
Al-Qur’an dan hukum Islam. Tujuan diturunkannya AlQur’an, menurutnya adalah
membangkitkan kesadaran manusia sehingga mampu menerjemahkan dan
4
R. Mansur, sajarah dan pemikiran teologis muhammda iqbal, http/ core.ac.uk.com
17
menjabarkan nas-nas Al-Qur’an yang masih global dalam realita kehidupan dengan
kemampuan nalar manusia dan dinamika masyarakat yang selalu berubah. Inilah yang
dalam rumusan fiqh disebut ijtihad yang oleh Iqbal disebutnya sebagai gerak dalam
struktur Islam.
a. Hakikat Teologi
Secara umum ia melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi keimanan,
mendasarkan kepada esensi tauhid (universal dan inklusivistik). Di dalamnya
terdapat jiwa yang bergerak berupa “persamaan, kesetiakawanan dan
kebebasmerdekaan.” Pandangannya tentang ontologi teologi membuatnya berhasil
melihat anomali (penyimpangan) yang melekat pada literatur ilmu kalam klasik.
Teologi Asy’ariyah, umpamanya, menggunakan cara dan pola pikir ortodoksi
Islam. Mu’tazilah sebaliknya, terlalu jauh bersandar pada akal, yang akibatnya
mereka tidak menyadari bahwa dalam wilayah pengetahuan agama, pemisahan
antara pemikiran keagamaan dari pengalaman kongkrit merupakan kesalahan
besar.
b. Pembuktian Tuhan
Dalam pembuktian eksistensi Tuhan, Iqbal menolak argumen kosmologis
ataupun ontologis. Ia juga menolak argumen teleologis yang berusaha
membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari sebelah luar.
Walaupun demikian, ia menerima landasan teteologis yang imanen (tetap ada).
Untuk menopang hal ini, Iqbal menolak pandngan yang statis tentang matterserta
menerima pandangan Whitehead tentangnya sebagai struktur kejadian dalam aliran
dinamis yang tidak berhenti. Karakter nyata konsep tersebut ditemukan Iqbal
5
Ibid R, mansur
18
dalam “jangka waktu murni”-nya Bregson, yang tidak terjangkau oleh serial waktu.
Dalam “jangka waktu murni”, ada perubahan, tetapi tidak ada suksesi (pergantian).
Kesatuannya seperti kesatuan kuman yang di dalamnya terdapat
pengalamanpengalaman nenek moyang para individu, bukan sebagai suatu
kumpulan, tetapi sebagai suatu kesatuan yang di dalamnya mendorong setiap
pengalaman untuk menyerap keseluruhannya. Dan dari individu, “jangka waktu
murni” ini kemudian ditransfer ke alam semesta dan membenarkan ego mutlak.
Gagasan inilah yang “dibicarakan” Iqbal ke alam Al-Qur’an. Jadi, Iqbal telah
menafsirkan Tuhan yang imanen bagi alam.
d. Dosa
muhammad Iqbal menjelaskan secara tegas bahwa dalam setiap kuliahnya
bahwa Al-qur’an menampilkan ajaran tentang kebebasan ego manusia yang
bersifat kreatif. Dalam hubungan ini, ia mengembangkan cerita tentang kejatuhan
Adam (karena memakan buah terlarang) sebagai kisah yang berisi pelajaran
tentang “kebangkitan manusia dari kondisi primitif yang dikuasai hawa nafsu
naluriah kepada pemilikan kepribadian bebas yang diperolehnya secara sadar,
sehingga mampu mengatasi kebimbangan dan kecenderungan untuk
membangkang” dan “timbullah ego terbatas yang memiliki kemampuan untuk
memilih”. Alloh telah menyerahkan tanggung jawab yang penuh resiko ini,
menunjukkan kepercayaan-Nya yang besar kepada manusia. Maka kewajiban
19
manusia adalah membenarkan adanya kepercayaan ini. Namun, pengakuan
terhadap kemandirian (manusia) itu melibatkan pengakuan terhadap semua
ketidaksempurnaan yang timbul dari keterbatasan kemandirian itu.
E. Tanggapan pemakalah
Menurut kami Muhammad iqbal memiliki kekeliruan pada posisi surga dan
neraka dimana ia mengatakan Surga dan neraka, adalah keadaan, bukan tempat.
Gambaran-gambaran tentang keduanya di dalam Al-Qur’an adalah penampilan-
penampilan batin secara visual, yaitu sifatnya. Jadi disini ia menyatakan banhwa
surga dan neraka itu bukan tempat tapi gambaran-gambaran yang ada didalam al-
qur’an. Akan tetapi surga dan neraka itu adalah tempat yang disediakan oleh Allah
setelah kehidupan di dunia, dimana surga bagi orang yang beriman dan neraka bagi
orang yang kafir (menolak perintah Allah subhanahu wa ta’ala).
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam peradaban Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW terjadi berbagai
macam paham dalam ajaran Islam di mana umat Islam terpecah-pecah dan pemikir
kalam yang bermacam-macam dalam berpaham ajaran Agama Islam. Di antaranya
pemikiran kalam yang terkenal pada masa sekarang adalah :
1. Syehk Muhammad Abduh
2. Jamaluddin Al Afgani
3. Muhammad Iqbal
3. Sayyid Ahmad Khan
Bahwasanya faham dan pemikiran yang dianut Oleh Sayyid Ahmad Khan ada
kesamaan dengan faham yamg dianut oleh Qodariyah, misalnya manusia di anugrahi
Tuhan berbagai macam daya diantaranya fikiran yang berupa akal dan daya fisik
untuk merealisasikan kehendak.
Adapun penolakan taqlid oleh Ahmad Khan dikarenakan dapat mengurangi relevansi
Qur’ an dengan masyarakat baru pada zaman tersebut, maka ia memandang perlu
diadakannya ijtihat – ijtihat baru (tajdid) untuk menyesuaikan dalam peraksis ajaran –
ajaran agama Islam dengan situasi, kondisi dan perkembangan masyarakat yang terus
menerus mengalami perubahan ataupun tajdid dalam kehidupan mereka
Dan ia mengedepankan rasio ataupun pemikiran-pemikiran, dan menolak semua
yang bertentangan dengan logika dan hukum alam, misalnya Hadist dan Fiqih di
karenakan itu semua adalah esensinya moralitas – moralitas masyarakat pada zaman
abad pertama dalam pengumpulan Hadist tersebut dan adapun Fiqih yang esensinya
tentang moralitas masyarakat berikutnya sampai timbulnya mazhab – mazhab. Tetapi
Sayyid Ahmad Khan tetap mengambil Al-qur’ an sebagai pedoman, rujukan dan
landasan atas ajaran – ajaran agama Islam.
Dari ketiga tokoh ulama ini kita dapat mengambil pelajaran di mana para ulama
tersebut rela berkorban dalam menyebarluaskan pemikiran-pemikirannya di dunia
Islam yang mana umat Islam pada masa hidup para ulama ini sampai sekarang sudah
lalai dengan kenikmatan dunia. Oleh sebab itu ketiga tokoh ulama ini mengajak umat
Islam untuk kembali pada ajaran Islam yang sebenarnya.
21
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerenaterbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang adahubungannya dengan judul makalah ini.kami banyak berharap para
pembacayang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepadakami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah
dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami,dan
khususnya juga kepada para pembaca.
22
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag, ; Prof. Dr. H. Rosihon Anwar,M.Ag. 2012,Ilmu Kalam,
Bandung: CV Pustaka Setia.
http://ainin-ushri.blogspot.com/2009/07/tokoh ilmu kalam.html.
23