MAKALAH
DI SUSUN OLEH :
Alhamdulillah, puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
nikmat yang tak terhingga kepada tiap manusia. Dia lah yang memberikan batasan atas
setiap usaha yang manusia lakukan. Dan atas izin-Nya lah makalah ini terselesaikan.
Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Fazuan.SE.ME selaku dosen pengajar untuk mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa
hanya Allah lah yang memiliki segala kesempurnaan, dan segala pengetahuan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan sekali kritik dan saran serta pertanyaan dari teman – teman
dan segenap pembaca makalah ini agar dapat dijadikan pembelajaran bagi kita semua.
Wassalam
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring dengan kian pesatnya perkembangan zaman, menjadikan manusia mudah sekali
melupakan hal – hal penting yang terjadi di masa lampau. Sebut saja sejarah. Hal ini
merupakan fenomena yang sangat fatal adanya jikalau tidak ditindaklanjuti. Melupakan
sejarah ataupun terlupakannya sejarah adalah salah satu faktor pendukung kehancuran suatu
agama ataupun negara. Dalam menanggulangi fenomena ini, pemberian muatan sejarah
kepada masyarakat merupakan suatu langkah yang tepat. Termasuk pemberiannya kepada
para mahasiswa di perguruan tinggi. Pentingnya mengingat dan mempelajari Sejarah,
terutama Sejarah Peradaban Islam adalah agar para Mahasiswa dapat mengambil contoh
perjuangan – perjuangan yang telah terjadi di masa lampau. Dan juga sebagai tindakan
pencegahan dari kehilangan identitas kaum Muslimin.
Pembahasan mengenai dinasti – dinasti Islam yang berjaya merupakan salah satu dari
banyak bagian sejarah yang dapat dipelajari. Dengan mengetahui sejarah mengenai dinasti –
dinasti tersebut, dapat diambil pelajaran dari banyak aspek. Dimulai dari awal berdirinya,
kejayaan dan prestasi yang dicapai, dan tak lupa peristiwa kemundurannya.
Dinasti Safawiyah bermula dari gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di
Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Safawiyah karena pendirinya bernama Syech Safuyudin
Ishaq (1252-1334) seorang guru agama yang lahir dari sebuah keluaraga Kurdi di Iran Utara.
Beliau merupakan anak murid seorang imam Sufi yiaitu Sheikh Zahed Gilani (1216–1301, dari
Lahijan.) Safi Al-Din kemudiannya menukar Ajaran Sufi ini kepada Ajaran Safawiyah sebagai
tindak balas kepada pencerobohan tentera Mongol di wilayah Azerbaijan
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaan, Dinasti Safawiyah di
Persia masih baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini dapat berkembang dengan
cepat. Nama safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat Sfawiyah menjadi gerakan politik dan
menjadi sebuah kerajaan yang disebut Dinasti Safawiyah. Dalam perkembangannya, Dinasti
Safawiyah sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani.
Dinasti Safawiyah mempunyai perbedaan dari dua kerjaan besar Islam lainnya seperti kerajan
Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syi’ah dan dijadikan
madzhab Negara. Oleh karena itu, Dinasti Safawiyah dianggap sebagai peletak dasar pertama
terbentuknya Negara Iran dewasa ini.
Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-
ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan
berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syi’ah).
Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik
dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah. Bermula dari
perajurit akhirnya mereka memasuki dunia perpolitikan pada masa kepemimpinan syah al junaid.
Dinasti safawi memperluas geraknya dengan menumbuhkan kegiatan politik di dalam kegiatan
kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik dengan penguasaan kara
koyunlu(domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang akhirnya menyebabkan kelompok
junaid kalah dan di asingkan kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapatkan perlindungan
dari penguasa Diyar bakr, AK –Koyunlu juga suku bangsa Turki. Ia tinggal diistana Uzun hasan,
yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Tahun 1459 M, Junaid mencoba merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460 M. Ia mencoba
merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh
dalam pertempuran tersebut. Penggantinya diserahkan kepada anaknya Haidar pada tahun 1470
M, lalu Haidar kawin dengan seorang cucu Uzun Haisan dan lahirlah ismail dan kemudian hari
menjadi pendiri Dinasti Safawiyah dan mengatakan bahwa Syi’ahlah yang resmi dijaadikan
mazhab kerajaan ini. Kerajaan inilah dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran.
Gerakan Militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar di pandang sebagai rival politik oleh AK
Koyunlu setelah ia menang dari Kara Koyunlu (1476 M). Karena itu, ketika Safawi menyerang
wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada
Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan ia terbunuh.
Ali, putera dan pengganti Haidar, didesak bala tentaranya untuk menuntut balas atas kematian
ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Akan tetapi Ya’kub pemimpin AK Koyunlu
menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim, Ismail dan ibunya di Fars
(1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putera mahkota AK Koyunlu dengan syarat
mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah dapatdikalahkan, Ali bersaudara
kembali ke Ardabil. Namun, tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang
Ali bersaudara dan Ali terbunuh (1494 M)
Periode selanjutnya, kepemimpinan gerakan Safawi di serahkan pada Ismail. Selama 5 tahun,
Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan untuk menyiapkan pasukan dan kekuatan.
Pasukan yang di persiapkan itu diberi nama Qizilbash (baret merah).
Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash dibawah pimpinan Ismail menyerang dan mengalahkan
AK Koyunlu (domba putih) di sharur dekat Nakh Chivan. Qizilbash terus berusaha memasuki
dan menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota AK Koyunlu dan akhirnya berhasil dan mendudukinya.
Di kota Tabriz Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ia disebut
juga Ismail I
Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun antara 1501-1524 M. Pada sepuluh tahun pertama ia
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya ia dapat menghancurkan sisa-sisa
kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai propinsi Kaspia di Nazandaran,
Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507 M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia
(1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan. Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah
kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur .
Isma’il memberlakukan faham Syi’ah sebagai madzhab resmi negara. Untuk menerapkan
keinginannya ini ia kerap mendapat tantangan dari Ulama’ Sunni. Pertentangan ideologi muncul
akibat penerapan faham Syi’ah ini. Syah Isma’l tidak segan segan menerapkan faham ini dengan
tindakan kekerasan. Di Baghdad dan Herat, misalnya, Syah Isma’il membunuh secara kejam
para Ulama’ dan sastrawan sunni yang menolak ideologi Syi;ah. Akibatnya hinga beberapa
dekade kemudian para penganut Sunni di Kurasan, misalnya, harus menyembunyikan identitas
Sunni mereka atau mempraktekkan tradisi Sunninya secara sembunyi-sembunyi.
Kekalahan akibat perang dengan Turki Usmani ini membuat Isma’il frustasi. Ia lebih senang
menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadan itu berdampak negatif bagi
Dinasti Safawiyah dan pada akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat
memimpin Dinasti Safawiyah antara suku-suku Turki, pejabat keturunan Persia dan Qizibash.
Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail I, peperangan
antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada masa pemerintahan Tahmasp` I
(1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1567M). Pada
masa tiga raja tersebut Dinasti Safawiyah mengalami kelemahan. Hal ini di karenakan sering
terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang lebih kuat, juga sering terjadi
pertentangan antara kelompok dari dalam Dinasti Safawiyah sendiri. Perkembangan
Dinasti Safawiyah.
Berikut urutan penguasa Dinasti Safawiyah:
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
Kondisi Dinasti Safawiyah yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi
ke lima, Abbas 1 naik tahta(1588-1628). Popularitas Abbas 1 ditopang oleh sikap
keagamaannya. Ia terkenal sebagai seorang Syi’ah yang shaleh. Sebagai bukti atas kesalehannya
adalah bahwa dia sering berziarah ketempat suci Qum dan Masyhad . Disamping itu Ia pun
melakukan perubahan struktur birokasi dalam lembaga politik keagamaaan.
Lembaga sadarat secara berangsur-angsur dagantikan oleh lembaga Ulama yang dipimpin oleh
seorang syichul Islam. Dalam tradisi Sunni lembaga tersebut menunjukkan pemisahan struktur
kekuasaan politik antara Ulama dan Umara. Abbas1 telah berhasil menciptakan kemajuan pesat
dalam bidang keagamaan, yang membuat ideologi Syi’ah semakin dikukuhkan.
Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas l dalam rangka memulihkan Dinasti Safawiyah
adalah:
Kunci dari program administrasi dan ekonomi Syah Abbas adalah pembentukan ibukota
baru yang besar Isfahan. Isfahan merupakan kota yang sangat penting bagi tujuan politik dan
ekonomi bagi negara Iran yang memusat dan bagi legitimasi dinasti Safawiyah. Safawiyah
membangun kota baru terdebut mengitari Mydani-Syah,yakni sebuah alun-alun yang besar yang
luasnya sekitar 160×500 meter. Alun-alun tersebut berfungsi sebagai pasar tempat perayaan dan
sebagai lapangan permainan polo. Ia dikelilingi oleh sederetan toko bertingkat dua, dan sejumlah
gedung utama pada setiap sisinya. Pada sisi bagian timur terdapat Masjid Saikh Lutfallah.
mulai dibangun pada 1603 dan selesai pada 1618, merupakan sebuah oratorium yang disediakan
sebagai tempat peristirahatan pribadi Syah.
Strategi Dan Kebijakan Pemerintahan Kerajaan Syafawi Kondisi kerajaan Syafawi yang
memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Syafawi kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628
M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Syafawi
adalah:
2. Mengadakann perjanjian damai dengan turki usmani dengn jalan menyerahkan wilayah
Azerbaijan dan Georgia. Disamping itu abbas bejanji tidak akan menghina khalifah pertama
dalam islam ( Abu bakar, Umar, dan usman ) dalam khutbah jumat. Sebagai jaminan atas syarat
itu, abbas menyerahkan sepupunya haidar mirza sebagai sandra di istanbul. Masa kekuasaan
Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan syafawi . ia berhasil mengatasi gejolak politik
dalam negeri yang menggangu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa
wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang
sebelumnya lepas direbut oleh usmani.
1.Bidang Ekonomi
Kemajuan ekonomi dicapai terutama setelah kepulauan Hurmua dikuasai dan pelabuhan
Gumrun diubah menjadi bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini maka salah satu jalur
dagang laut antara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis
sepenuhnya jadi milik Kerajaan. Sektor pertanian juga mengalami kemajuan terutama didaerah
bulan sabit subur.
Letak Geografis Persia yang setrategis dan sebagian wilahnya yang subur sehingga
disebut sebagai daerah bulan sabit subur , membuat mata dunia internasional pada saat itu
memusatkan perhatiannya ke Persia. Portugal, Inggris, Belanda, dan Prancis berlomba-lomba
menarik simpati istana Safawiyah. Bahkan Inggris telah mengirim duta khusus dan ahli pembuat
senjata modern guna membantu memperkuat militer Safawiyah.
Sepanjang sejarah Persia dikenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan
berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir
di majlis istana yaitu Baha al-Din al-Sayrazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-
Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir ibn Muhammad Damad,filosof,ahli sejarah, teolog
dan seorang yang pernah mengadakan obdervasi tentang kehidupan lebah. Selain itu ada juga
Bahauddin al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog dan sufi, tapi ia juga ahli matematika,
arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia menghidupkan kembali studi matematika dan menulis
naskah tentang matematika dan astronomiuntuk menyimpulkan ahli-ahli terdahulu.Ia ahli agama
terhir dalam idlam yang juga ahli matematika ternama. Dalam bidang ilmu pengetahuan ,
kerajaaan Safawi dapat dikatakan lebih maju dibanding Mughal dan Usmani.
Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah
yang memperindah Isfahan sebagai ibukota kerajaan. Sejumlah Masjid, sekolah, rumah sakit,
jembatan yang memenjang diatas Zende Rud dan isana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga
diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik.
Sejumlah kekurangan yang menyertai keberhasilan Syah Abbas yaitu, Abbas tidak
pernah berhasil dalam menegakkan sebuah rezim yang benar-benar memusat. Beberapa
kebijakannya dalam bidang administratif dan kemiliteran yang mengurangi tokoh-tokoh Turki
tidak pernah berhasil menggeser kedudukan mereka. Kebijakannya dalam pergdagangan hanya
berhasil dalam sesaat; beberapa progam keagamaan dan artistiknya mestilah disesuaikan dengan
kebijakan yang lain . Akhirnya para elite perkotaan dan tuan tanah perkampungan juga terlalu
lemah untuk mendukung sebuah negara yang memusat.
Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali pada tahun 1709 M ,dibawah
pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di
Heart, suku Ardabil di Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir
mahmud dan ia dapat memperasatukan pasukan Ardabil, sehimgga ia mampu merebut negri-
negri Afghan dari kekuasaan Safawi.
Karna desakan dan ancaman Mir Mahmud,Syah Husain akhirnya mengakui kekuasaan
Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi gubernur di Qandahar dengan gelar Husai Quli Khan
(budak husain).dengan pengakuan ini,Mir mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721
M, ia dapat merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Syah
Husain menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25
oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan.
Selain hal tersebut di atas,pada abad 17 beberapa kalangan Ulama Syiah tidak lagi mau
mengakui bahwa Safawiyah telah mewakili pemerintahan sang imam tersembunyi.
Pertama,Ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun tersebut
sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran islam Syiah. Kedua, selaras dengan keyakinan
Syiah,bahkan semenjak masa keghaiban besar tahun 941 sang imam tersembunyi tidak lagi
terwakili di muka bumi oleh Ulama.Selanjutnya Ulama menegaskan bahwasannya Mujtahid
menduduki otoritas keagamaan yang tertinggi.
Kehancuran rezim ini juga di sebabkan sejumlah perubahan yang luar biasa dalam hal
hubungan negara dan agama.Safawiyah semula merupakan sebuah gerakan, tetapi setelah
berkuasa rezim ini justru menekan bentuk bentuk millenarian islam sufi seraya cenderung kepada
pembentukan lembaga ulama negara. Safawiyah menjadikan Syiisme sebagai agama resmi Iran,
dan mengeliminir pengikut sufi mereka sebagai mana yang dilakukanya terhadap ulama sunni.
3.1. Kesimpulan
Kerajaan Safawiyah merupakan kerajaan Islam yang menganut paham Syi’ah. Merupakan
kerajaan yang cepat berkembang. Kerajaan ini sempat mengalami perkembangan yang pesat pada masa
Abbas I. Sepeninggal Abbas I, raja-raja selanjutnya tidak mempunyai visi yang serupa dengan Abbas I
sehingga mulai terjadi kemunduran. Selain itu, kekalahan atas kerajaan Turki Usmani juga memberikan
dampak yang besar pada runtuhnya Kerajaan Safawiyah.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi
penulisan maupun cara penyampaiannya, karena itu penulis sangat mengharapkan sekali kritik dan Saran
yang bersifat membangun, khususnya dari Dosen dan umumnya dari para pembaca, demi penyempurnaan
makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Saepudin, Didin. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007
http://kerajaansafawiyah.blogspot.com/
Ensiklopedia mini sejarah dan kebudayaan islam, logos wacana ilmu, jakarta, 2004, hal.