Anda di halaman 1dari 108

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH

MATERI THAHAROH (WUDHU DAN TAYAMUM)

DENGAN METODE AL- TATHBIQ PADA SISWA

KELAS VII MTs. TARQIYATUL HIMMAH

KECAMATAN PABELAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

DITA ATIKA SARI


111 14 221

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

i
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website : Tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : Tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

NOTA PEMBIMBING
Lamp : -
Hal : Naskah Skripsi
Saudari Dita Atika Sari
Kepada:
Yth. DekanFTIK IAIN
Di Salatiga
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya,
maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Dita Atika Sari
NIM : 111 14221
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi Thaharoh (Wudhu
dan Tayamum) Dengan Metode Al- Tathbiq Pada Siswa
Kelas VII MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan
Tahun Pelajaran 2017/2018
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya
segera dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 6 Juli 2018
Pembimbing

Dr. Winarno, S.Si, M.Pd.


NIP. 19730526 199903 1004

iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website : Tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : Tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI THAHAROH
(WUDHU DAN TAYAMUM) DENGAN METODE AL-TATHBIQ PADA
SISWA KELAS VII MTs. TARQIYATUL HIMMAH KECAMATAN
PABELAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018
DISUSUN OLEH:
DITA ATIKA SARI
NIM: 11114221
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 12 September 2018 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Peni Susapti, M.Si.

Sekretaris Penguji : Dr. Winarno,S.Si, M.Pd.

Penguji I : Mufiq,S.Ag, M.Phill.

Penguji II : Drs. Bahroni, M.Pd.

Salatiga, 29 Agustus 2015


Dekan
FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.
NIP: 19670121 199903 1 002

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN
PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dita Atika Sari

NIM : 111 14 221

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Judul : Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi Thaharoh (Wudhu dan


Tayamum) Dengan Metode Al- Tathbiq Pada Siswa Kelas VII
MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran
2017/2018

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan


hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah. Sripsi ini diperbolehkan dipublikasikan pada e-respository IAIN
Salatiga

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 6 Juli 2018


Penulis

DITA ATIKA SARI


NIM: 111 14221

v
MOTTO

ٌ ‫ فَاِنَّهُ َِليَ ْد ُخ ُل ال َجنَّةَ اِ َِّلنَ ِظي‬,‫ْف فَتَنَ ِظفُوا‬


‫ْف‬ ٌ ‫اَ ِِلس ََْل ُم نَ ِظي‬
“Islam itu suci maka sucikanlah diri, karena sesungguhnya tidak akan
masuk surga kecuali orang yang suci”.

( H.R. Dailami)

vi
PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati skripsi ini penulis persembahkan untuk:

* Ayah dan ibuku tercinta, Bapak Harisno dan Ibu Sulistinah serta

saudaraku satu-satunya Wahyu Arif Dwi Setiawan, yang tak pernah lelah

membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi

dalam kehidupanku.

* Mbahku tersayang, Mbah Supiyah, Mbah Kurmeni, mbah Rusdi, dan

Mbah Rumini serta mas Suroto yang selalu memberi wejangan serta doa

untukku.

* Abah KH. Cholid Ulfi Fatkhurrahman, Abah As‟ad Haris Nasution, Abah

Taufiqurrahman, Ibunda Nyai Fatihah Ulfah Imam Fauzi, Ibunda Nyai

Chusnul Halimah seta segenap keluarga besar Ponpes Al- Manar yang

telah banyak memberikan pelajaran hidup tak terlupakan.

* Sahabat-sahabatku mbak Umay, Uswatun, Wiwik, Ida, dek Fitri, kang ilul

yang selalu menyemangati hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

* Teman hati, sahabat, sekaligus kakak yang telah menemani dan

menyemangati hingga saat ini

* Keluarga besarku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

* Temn-teman KKN posko 66 (bu Athna, Suci, Diah, Yamti, Ambar, Nami,

Elsa, dan mbak Irine)

* Teman- teman PPL SMK Telkom (bu Aziz, bu Alfi, bu Cahyati, Tari,

Yani, Abdin, Rizki, Ihsan, Luqman, Yuli)

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan

kepada Sang Raja alam semesta (Allah „Azza wa Jalla) atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari kata sempurna.

Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada sang

pemimpin hidup manusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya

yaitu Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam

Negri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku kajur PAI Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga.

4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.,selaku dosen pembimbing yang telah

dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

memberikan bimbingan serta pengarahan dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak Juz‟an, M.Hum. sealaku dosen Pembimbing Akademik yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing selama 8 semester.

viii
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Salatiga yang telah memberikan ilmunya sehingga penyusunan skripsi

ini bisa terselesaikan.

7. Bapak Drs. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag. selaku kepala MTs. Tarqiyatul

Himmah beserta seluruh staff pengajarnya yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs. Tarqiyatul

Himmah.

8. Seluruh peserta didik kelas VII A MTs. Tarqiyatul Himmah yang telah

mendukung dan membantu penulis dalam melakukan dan

menyelesaikan penelitian.

9. Teman-teman satu jurusan PAI angkatan 2014 yang saling mmberikan

semangat dan bantuan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan semoga hasil

penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca bagi umumnya.

Salatiga, 6 Juli 2018


Penulis

Dita Atika Sari


111-14-221

ix
ABSTRAK

Sari, Dita Atika, 2018.Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi Thaharoh (Wudhu
dan Tayamum) Dengan Metode Al- Tathbiq Pada Siswa Kelas VII
MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran
2017/2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing:Dr. Winarno, S.Si.,M.Pd.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Wudhu dan Tayamum, Metode Al-Tathbiq

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil


belajar materi fiqih (wudhu dan tayamum) dengan metode al-tathbiq pada siswa
kelas VII MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran
2017/2018.
Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
ditmpuh dalam 2 siklus. Dimana setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penlitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan di MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan tepatnya pada kelas
VII A yang berjumlah 29 anak. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
obesrvasi, tes, dan dokumentasi.
Hasil penelitian Pra siklus menunjukkan siswa yang tuntas pada
pembelajaran fiqih materi thaharoh (wudhu dan tayamum) sebanyak 11 orang dari
jumlah keseluruhan yaitu 29 orang dengan prosentase 38%. Pada siklus I siswa
yang tuntas sebanyak 15 orang dari jumlah keseluruhan 29 orang dengan
prosentase 51%. Sedangkan pada siklus II semuanya tuntas dengan jumlah siswa
29 orang dengan prosentase 100%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
metode al- tathbiq dapat meningkatkan hasil belajar fiqih mteri thaharoh (wudhu
dan Tayamum) pada siswa kelas VII Semester I di MTs. Tarqiyatul Himmah
Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran 2017/2018.

x
DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI.................................................................................i
LOGO .................................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN...........................................................................iv
DEKLARASI.........................................................................................................iv
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ...................................... 5
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
F. Definisi Operasional ................................................................................. 7
G. Metode Penelitian ................................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 16
A. Kajian Teori ............................................................................................ 16
1. Hasil Belajar ....................................................................................... 16
2. Ilmu Fiqih .......................................................................................... 22
3. Materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum) .......................................... 24

xi
4. Metode Al- Tathbiq ............................................................................. 33
B. Kajian Materi Penelitian ......................................................................... 37
1. Thaharoh ............................................................................................. 37
2. Macam-Macam Taharah ..................................................................... 38
3. Macam-Macam Najis .......................................................................... 38
4. Macam-macam Hadas......................................................................... 39
5. Tata Cara Bersuci................................................................................ 40
C. Kajian Pustaka ........................................................................................ 42
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ....................................................... 44
A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 44
1. Pra Siklus ............................................................................................ 44
2. Siklus I ................................................................................................ 44
3. Siklus II ............................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 50
A. Hasil Penelitian....................................................................................... 50
1. Pra Siklus ............................................................................................ 50
2. Siklus I ................................................................................................ 53
3. Siklus II ............................................................................................... 57
B. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................................. 60
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 64
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 64
B. SARAN .................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

xii
Daftar Tabel

Tabel 4. 1 Data Nilai Pra Siklus.............................................................................50


Tabel 4. 2 Rekapitulasi Nilai Pra Siklus ................................................................52
Tabel 4. 3 Data Nilai Siklus I.................................................................................53
Tabel 4. 4 Rekapitulasi Nilai Siklus I ....................................................................56
Tabel 4. 5 Data Nilai Siklus II ...............................................................................57
Tabel 4. 6 Rekapitulasi Nilai Siklus II ...................................................................59
Tabel 4. 7 Rekapitulasi Nilai Rata- rata Kelas .......................................................62

xiii
Daftar Gambar

Gambar 1.1 Rancangan Pelaksanaan PTK............................................................11


Gambar 4. 1 Grafik Peningkatan Rata- Rata Nilai Hasil Belajar Siswa................63

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 3 : Pedoman Pengamatan Guru Siklus I

Lampiran 4 : Pedoman Pengamatan Guru Siklus II

Lampiran 5 : Pedoman Pengamatan Siswa Siklus I

Lampiran 6 : Pedoman Pengamatan Siswa Siklus II

Lampiran 7 : Soal Evaluasi Siswa

Lampiran 8 : Daftar Hasil Belajar Siswa

Lampiran 9 : Gambar Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran

Lampiran 10 : Lembar Konsultsi

Lampiran 11 : Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran 12 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 13 : Surat Balasan Sekolah

Lampiran 14 : Daftar SKK

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, sebagaimana yang telah dirumuskan dalam UU

Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kastolani, 2014:1).

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

didik supaya mampu menyesuaikan dengan lingkungannya dan dengan

demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang dimungkinkan

untuk berfungsi secara dekat dengan kehidupan masyarakat (Hamalik,

2009:3).

ٍ ‫َذ يِن اَ منُوا ِم ْن ُكم وا لَّ ِذ ين اُ وا تُوا لَعِلْم َد ر جا‬


‫ت َوا هللُ بِ َما تَ ْع َملُو َن َخبِْي ٌر‬ ِ
َ َ َ َْ َ ْ َ َ ‫يَ ْر فَ ِع ا هللُ ا ل‬

Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu


dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadillah:11)

1
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa pendidikan memegang peranan

penting yang menyangkut kemajuan dan masa depan bangsa. Barang siapa

yang berilmu maka akan ditinggikan derajatnya. Tanpa pendidikan yang baik

mustahil pendidikan akan maju. Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan

dalam suatu negara salah satunya adalah karena guru, yang mempunyai

peranan sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan anak didiknya.

Dari sinilah guru dituntut untuk dapat menjalankan tugas dengan sebaik-

baiknya supaya berhasil dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang diharapkan

dapat memberikan peranan dalam upaya menumbuh kembangkan sikap

beragama siswa. Sikap dan kemampuan siswa dalam beragama merupakan

cerminan dari keberhasilan guru agama disekolah dalam menyalurkan ajaran

gama melalui usaha pendidikannya.

Pendidikan agama diwujudkan melalui proses belajar mengajar di

dalam kelas maupun di luar kelas. Proses ini berlangsung melalui interaksi

antara guru dengan peserta didik, mereka adalah satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan yang saling melengkapi. Pendidik harus mampu memberi

penguat pada peserta didik untuk menciptakan proses pembelajaran yang

baik. Maka dari itu, metode merupakan bagian terpenting dalam kegiatan

pembelajaran, sehingga guru harus mampu menguasai beberapa metode

pembelajaran serta dapat memilih metode yang tepat sesuai dengan kondisi

dan perkembangan peserta didik. Permasalahan yang sering dihadapi oleh

guru adalah belum mampu memberikan atau menyajikan materi kepada siswa

2
secara baik sehingga tidak diperoleh hasil yang efektif dan efisien (Kastolani,

2014:3).

Pemilihan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran,

seorang guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor faktor yang

mendukung pemilihan metode tersebut. Pembelajaran yang berkualitas akan

tercapai apabila guru menguasai teknik- teknik penyajian materi atau metode

pembelajaran yang tepat. (Roestiyah, 1998:1).

Ilmu fiqih merupakan suatu ilmu yang mempelajari bermacam-macam

syariat atau hukum islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia,

baik yang bersifat individu maupun yang berbentuk masyarakat sosial.

(Syafii, 2006:18). Mempelajari ilmu fiqh wajib hukumnya, karena

didalamnya menyangkut hukum islam berkenaan dengan ibadah dan

muamalah yang cakupan kajiannya sangat luas meliputi seluruh aspek

kegiatan manusia yang meliputi perbuatan, perkataan, niat, dan sikapnya.

Sehingga, ilmu ini seyogyanya tidak hanya sebatas pengetahuan akan tetapi

menuntut semua siswa untuk memahaminya sebagai bekal agar peserta didik

dapat mengenal ajaran islam secara baik dan benar.

Dalam pembelajaran Fiqih kelas VII di MTs. Tarqiyatul Himmah

Kecamatan Pabelan masih banyak siswa yang belum tuntas. Dari 29 orang

baru 11 orang yang tuntas atau belum mencapai KKM yang di tentukan yaitu

70. Selain itu pembelajaran juga masih bersifat teoritis dimana guru hanya

menggunakan metode ceramah sebagai metode dominan. Hal ini

menyebabkan peserta didik kurang memperhatikan dan tidak tertarik dengan

3
pembelajaran Fiqih, terutama materi Thoharoh sehingga membuat nilai

mereka juga banyak yang tidak mencapai KKM. Untuk memecahkan

persoalan tersebut penulis mengembangkan metode pembelajaran Al- Tathbiq

sehingga siswa dapat mempraktekan langsung bagaimana tata cara Thaharoh

yang baik dan benar. Hal ini dimaksudkan agar siswa bisa faham dan dapat

berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan begitu pembelajaran akan lebih

menarik.

Metode Al- Tathbiq yaitu suatu strategi pengembangan dengan cara

memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengar

diikuti dengan meniru pekerjaan yang di demonstrasikan (Kastolani, 2014:

194). Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas,

yang berhubungan dengan sesuatu proses tentang hal- hal yang berhubungan

dengan sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-

komponen dengan membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan

cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Dengan

metode Al- Tathbiq peserta didik akan melihat langsung apa yang dilihatnya

dengan begitu peserta didik akan jauh lebih lama mengingat.

Berdasarkan gambaran diatas, maka peneliti tertarik mengadakan

penelitian tindakan kelas yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran

dengan menerapkan metode Al- Tathbiq dengan berinisiatif mengambil judul

“Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi Thaharoh (Wudhu dan

Tayamum) Dengan Metode Al- Tathbiq Pada Siswa Kelas VII MTs.

Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran 2017/2018.”

4
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah “Apakah metode Al- Tathbiq dapat meningktkan

hasil belajar Fiqih tentang materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum) pada

siswa kelas VII di MTs Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun

Pelajaran 2017/ 2018?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah metode Al- Tathbiq dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih tentang

materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum) pada siswa kelas VII di MTs

Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun Pelajaran 2017/ 2018.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotetis Tindakan

Hipotesis yaitu suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 1993:62). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah

penggunaan metode Al-Tathbiq dapat meningkatkan hasil belajar pada

mata pelajaran Fiqih materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum) pada

siswa kelas VII di MTs Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan Tahun

Pelajaran 2017/ 2018.

2. Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampun siswa pada

mata pelajaran fiqih, penulis membandingkan:

5
a. Peningkatan nilai rata-rata dari tes formatif pra siklus, tes formatif

siklus I dan tes formatif siklus II, semakin baik nilai rata-rata

tersebut berarti semakin meningkat pemahaman siswa.

b. Peningkatan yang signifikan nilai pelajaran fiqih sebelum

dilakukan Tindakan Kelas dengan nilai fiqih sesudah dilakukan

Tindakan Kelas (siklus I dan siklus II).

c. Siswa dapat mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

dengan ketentuan nilai yaitu 70.

d. Peningkatan siswa yang mencapai nilai KKM, dan sudah mencapai

tingkat nilai KKM, dan sudah mencapai tinkat ketuntasan belajar

mencapai 85% maka semakin meningkatkan minat belajar siswa

(Trianto, 2009: 241).

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian tindakan kelas dapat menambah wawasan mengenai

bidang pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya penerapan Al-

Tathbiq dalam meningkatkan hasil belajar, sehingga dapat digunakan

sebagai bahan acuan bagi peneliti- peneliti berikutnya.

6
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Mampu meningkatkan profesionalisme guru dalam upaya

menciptakan perbaikan pembelajaran dengan memilih metode yang

tepat sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

b. Bagi Siswa

Meningkatkan semangat belajar serta aktif dalam mengikuti

pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Fiqih materi Thaharoh.

c. Bagi Peneliti

Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan

metode observasi dan mendapatkan bekal tambahan sebagai

mahasiswa dan calon guru sehingga siap ketika terjun langsung

dilapangan.

d. Bagi Sekolahan

Sebagai masukan dan informasi guna meningkatkan prestasi

belajar peserta didik pada pelajaran Fiqih materi Thaharoh.

F. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan

pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap judul

diatas, maka dijelaskan di bawah ini:

7
1. Hasil Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slameto, 1991: 2).

Hasil Belajar ialah perubahan yang terjadi pada siswa sebagai

akibat kegiatan pembelajaran non- fisik seperti perubahan sikap,

pengetahuan maupun kecakapan (Eko, 2009: 25).

Hasil belajar siklus I diperoleh dari latihan soal dengan bentuk

uraian, sedangkan pada siklus II hasil belajar dilakukan tes dengan

model unjuk kerja yaitu praktek tata cara wudhu dan tayamum.

2. Fiqih

Ilmu fiqih secara umum ialah suatu ilmu yang mempelajari

berbagau macam syariat atau hukum islam dan berbagai macam aturan

hidupbagi manusia baik yang bersifat individu maupun yang berbentuk

masyarakat sosial (Karim, 2006: 18).

3. Materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum)

Thaharoh menurut bahasa artinya bersuci, sedangkan menurut

istilah thaharoh ialah kegiatan bersuci dari najis dan hadas sehingga

seseorang di perbolehkan untuk beribadah yang di tuntut harus dalam

keadaan suci (Choliq, 2017: 2).

8
Wudhu menurut bahasa berarti bersih dan indah. Sedangkan

menurut istilah, wudhu ialah membersihkan anggota wudhu untuk

menghilangkan hadas kecil dengan syarat rukun tertentu (Choliq, 2017:

7).

Sedangkan tayamum adalah mengusapkan debu yang suci ke muka

dan tangan untuk menghilangkan hadas menurut syarat dan rukun

tertentu (Choliq, 2017: 10).

4. Metode Al- Tathbiq

Suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan

pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengar diikuti

dengan meniru pekerjaan yang di demonstrasikan. Metode ini digunakan

untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, yang berhubungan

dengan sesuatu proses tentang hal- hal yang berhubungan dengan

sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-

komponen dengan membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara

dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu

(Kastolani, 2014: 194).

Metode Al- Tathbiq merupakan metode dimana pendidik

mempraktekan langsung tentang materi yang sedang dibahas. Dengan

begitu peserta didik melihat secara langsung apa yang diperagakan oleh

guru. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan metode pembelajaran

dengan mempraktekan secara langsung tata cara wudhu dan tayamum.

9
G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (Classromm Action Research). Penelitian

Tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat memperbaiki

atau meningkatkan praktik- praktik pembelajaran di kelas secara lebih

profesional. (Suryanto, 1997: 4).

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan

bagaimana hasil yang diinginkan.Menurut Arikunto,dkk. (2006: 104),

penelitian tindakan kelas terdapat empat tahap utama kegiatan, yaitu

perencanaan tindakan (planing), penerapan tindakan (action),

pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan seterusnya

sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria

keberhasilan).

2. Subjek Penelitian

Subyek yang diteliti oleh penulis yaitu peserta didik kelas VII

MTs Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2017/2018

yang berjumlah 29 orang peserta didik yang terdiri dari 14 laki-laki dan

15 perempuan.

10
3. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang

menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalannya metode

pembelajaran yang sudah digunakan untuk menyampaikan materi

Thaharah (wudhu dan tayamum) dikelas. Dalam pelaksanaannya peneliti

akan berkolaborasi dengan guru kelas VII MTs Tarqiyatul Himmah

pengampu mata pelajaran Fiqih. Peneliti sebagai pelaku penelitian

sedangkan guru kelas bertindak sebagai pengamat.

Model penelitian secara garis besar terdapat empat tahapan yang

lazim dilalui dan dimualai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan

pengamatan dan refleksi yang diikuti dengan perencnaan ulang. Adapun

model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Rancangan Pelaksanaan PTK

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap, secara rinci

prosedur penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

11
Perencanaan, pada tahap ini terdapat tiga kegiatan dasar yaitu

identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah.

Pada masing- masing kegiatan terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya

dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan.

Pelaksanaan, pada tahap kedua ini adalah menerapkan apa yang

telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak dikelas. Hendaknya

perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan

rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak rekayasa. Hal ini akan

berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar

hasilnya disinkronkan dengan maksud semula.

Pengamatan, pada tahap ketiga ini adalah pengumpulan data.

Dengan kata lain, pengamatan atau observasi adalah alat untuk memotret

seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada tahap ini,

peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara

mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data

(angket/wawancara/observasi), dan lain-lain.

Refleksi, tahap keempat atau tahap terahir ini adalah refleksi.

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah

dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan “memantul”. Dalam hal

ini, peneliti seolah memantulkan pengalamannya kecermin, sehingga

tampak jelas penglihatannya, baik lelebihan dan kekurangannya.

4. Instrumen Penelitian

12
Instrumen yang dimaksudkan dalam Penelitian perbaikan

pembelajaran ini adalah alat yang digunakan oleh guru atau peneliti

untuk mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk

menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan

(Sumadayo,2013:32). Adapun instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Silabus

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c. Bahan Ajar

d. Lembar Pengamatan Guru

e. Lembar Pengamatan Siswa

f. Soal Tes.

5. Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut Arikunto, dkk (2006) observasi adalah kegiatan

pengamatn (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek

tindakan telah mencapai sasaran. Dengan metode observasi ini

untuk memperoleh data tentang kondisi fisik serta gambaran umum

di sekolah MTs. Tarqiyatul Himmah Kecamatan Pabelan.

13
b. Soal Tes

Soal tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini tes yang

digunakan berupa tes individu. Tes dilakukan pada tiap akhir siklus.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pendekatan untuk mencari data

mengenai hal- hal berupa catatan, surat kabar, majalah, buku-buku,

transkip, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:

206).

Metode dokumentasi ini digunakan sebagai penguat dan

pelengkapdata yang tidak diperoleh dari wawancara dan observasi

untuk memperoleh data tentang visi, misi, tujuan, keadaan guru, dan

keadaan siswa.

5. Analisis Data

Peneliti menganalisa data dengan menyusun dan mengolah data

yang terkumpul melalui hasil tes dan catatan observasi. Analisis data

sangat diperlukan guna mengetahui hasil dan menarik kesimpulan yang

logis berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan setiap siklusnya.

Analisis data untuk menjelaskan peningkatan prestasi belajar

siswa, dapat diketahui dengan menentukan ketuntasan belajar. Untuk

menentukan ketuntasan individual terhadap indikator yang telah

14
ditentukan, maka dapat diperoleh melalui tes hasil belajar dengan nilai 0-

100.

Sedangkan untuk mengetahui presentase ketuntasan klasikal

digunakan dengan rumus:

P= x 100%

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian tindakan kelas ini, penulis menyusun

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian, definisi

operasional, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II, kajian pustaka yang berisi hasil belajar, metode Al- Tathbiq,

pembelajaran Fiqih, materi Thaharoh (wudhu dan tayamum).

BAB III, Deskripsi pelaksanaan siklus I,dan deskripsi pelaksanaan

siklus II.

BAB IV, hasil penelitian dan pembahasan, berisi deskripsi persiklus,

pembahasan.

BAB V, penutup yang berisi kesimpulan, saran dan pada bagian akhir

dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

15
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kridalakana, 1990:14,343) “hasil”

dalah suatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) akibat usaha. “belajar”

adalah berusaham memperoleh.

Menurut Supardi (2013:22) Hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami

aktivitas belajar. Hasil belajar lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes

yang diberikan oleh guru dan perubahan sikap serta cara pandang dan

cara fikir siswa setelah mengalami proses belajar.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah

mengikuti suatu proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan (Purwanto, 2009:54).

Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada

diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 8).

Hasil belajar adalah pola-pola perubahan, nilai-nilai,

pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

16
1) Informasi Verbal yaitu kepabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan

merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.

Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,

pemecahan masalah mupun penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemsmpuan mempresentasikan

konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari

kemampuan analisis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan

prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan

kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi

penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehinga terwujud

otoatisme gerak jasmani

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penelitian terhadap objek tersebut. Sikap berupa

kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.

Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai

standar perilaku (Suprijono, 2009: 6).

Hasil belajar merupakan sesuatu kemampuan yang diperoleh

seseorang atas usahanya dalam mempelajari sesuatu entah disekolah

17
tau dimanapun yang dimana hasil tersebut dapat terlihat (tulisan) atau

tidak dapat terlihat.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar terdapat berbagai macam, yaitu: (Susanto, 2013: 6)

1) Pemahaman Konsep

Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap

arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut

Bloom ini, adalah seberapa besar siswa mampu menerima,

menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru

kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta

mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, dialami, atau yang ia

rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia

lakukan.

Menurut Skeel konsep merupakan sesuatu yang tergambar

dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan atau suatu pemikiran. Jadi

konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati

seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu

pengertian.

2) Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang

mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik dan

sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih

tinggi dalam diri individu siswa.

18
3) Sikap

Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu

dengan cara, metode, pola dan teknik tertentu terhadap dunia

sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek

tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan

seseorang. Hubungannya dengan hasil belajar, sikap ini lebih

diarahkan pada pengertian pemahaman konsep.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

1) Faktor Intern Belajar

Faktor intern dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh

pada proses belajar siswa adalah:

a) Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian

tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian.

b) Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang

mendorong terjadinya proses belajar.

c) Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan

memusatkan perhatian pada pembelajaran (Dimyati dan

Mujiono, 2002:239).

19
d) Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan

siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran

sehingga menjadi bermakna bagi siswa.

e) Menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan

kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan

(Dimyati dan Mudjiono, 2002:241).

f) Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan

proses megaktifkan pesan yang telah diterima

g) Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar

Kemampuan berprestasi merupakan puncak dari

proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002:243).

h) Rasa percaya diri siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan

diri bertindak dan berhasil.

i) Intelegensi dan Keberhasilan Belajar

j) Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar dapat diperbaiki dengan cara

pembinaan disiplin membelajarkan diri (Dimyati dan

Mudjiono, 2002: 246).

20
k) Cita-cita Siswa

Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri

siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 248).

2) Faktor Ekstern Belajar

Beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas

dan hasil belajar siswa, diantaranya adalah:

a) Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya

mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi

juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai

pendidik ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa,

khususnya berkenaan dengan kenagkitan belajar.

Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi

diri siswa. Sebagai guru pengajar, ia bertugas mengelola

kegiatan belajar siswa disekolah (Dimyati dan Mudjiono,

2002: 248).

b) Prasarana dan Sarana Belajar

Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran

merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak

berarti bahwa lengkapnya prasarana dan sarana menentukan

jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik. Justru

disinilah timbul masalah “bagaimana mengelola prasarana

dan sarana pembelajaran sehingga terselenggara proses

21
belajar yang berhasil baik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:

249).

c) Kebijakan Penilaian

Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat

sekolah dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut

maka guru dapat memberikan nilai kepada siswa sebagai

hasil dari proses pembelajaran (Dimyati dan Sudjono, 2002:

251).

d) Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah

Setiap siswa yang berada di sekolah ia memiliki

kedudukan dan peranan yang diakui sesama. Jika seorang

siswa terterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri

dan segera dapat belajar, begitu juga sebaliknya (Dimyati dan

Sudjono, 2002: 252).

e) Kurikulum Sekolah

Perubahan kurikulum sekolah tidak hanya

menimbulkan masalah bagi guru dan siswa, tetapi juga

petugas pendidikan dan orang tua siswa (Dimyati dan

Sudjono, 2002: 254).

2. Ilmu Fiqih

a. Pengertian Fiqih

Fiqih berasal dari bahasa Arab ( ‫ ) فقه – يفقه – فقها‬yang berarti

mengerti mengerti atau faham. Dari sinilah ditarik perkataan fiqih,

22
yang memberi pengertian kepahaman dalam hukum syariat yang

sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasulnya.

Menurut Zuhri, (2009:9) fiqih mempunyai dua pengertian,

pengertian yang pertama fiqih ialah pengetahuan hukum-hukum

syara‟, tentang perbuatan beserta dalil-dalilnya. Sedangkan

pengertian yang kedua, fiqih adalah kumpulan (kodifikasi) hukum-

hukum perbuatan yang disyariatkan dalam islam.

Ilmu fiqih secara umum ialah suatu ilmu yang mempelajari

berbagau macam syariat atau hukum islam dan berbagai macam

aturan hidupbagi manusia baik yang bersifat individu maupun yang

berbentuk masyarakat sosial (Karim, 2006:18).

b. Objek Ilmu Fiqih

Objek pembahasan dalam ilmu fiqih adalah perbuatan

mukallaf ditinjau dari segi hukum syara‟ yang tetap baginya. Untuk

mengetahui hukum syara‟ yang dilakukan oleh seseorang mukallaf,

maka seorang yang ahli di bidang fiqih hendaknya meneliti jual

belinya, sewa menyewa, pegadaian, perwakilan, shalat, puasa, haji,

pembunuhan, tuduhan zina, pencurian, ikrar, dan wakaf yang

dilakukannya (Khallaf, 2014:3).

c. Tujuan Mempelajari Ilmu Fiqih

Tujuan mempelajari fiqih adalah untuk mengetahui dan

menerapkan hukum-hukum syariat Islam terhadap perbuatan dan

23
ucapan manusia, selain itu untuk membatasi setiap mukallaf terhadap

hal-hal yang diwajibkan atau diharamkan baginya (Khallaf, 2014: 4).

3. Materi Thaharoh (Wudhu dan Tayamum)

a. Pengertian Thaharoh

Thaharoh menurut bahasa berarti bersih (nadlafah), suci

(nazahah), terbebas dari kotoran (danas).Sedangkan menurut syara‟,

thaharoh adalah mengangkat (menghilangkan) penghalan yang

timbul dari hadas atau najis (Nasution, 1995: 9).

b. Macam-macam Alat Thaharoh

Alat-alat yang digunakan dalam bersuci terdiri dari dua

macam yaitu air dan bukan air. Alat bersuci selain air antara lain

berupa benda-benda padat yang kesat. Seperti debu, batu/kerikil,

kertas, tisu, dedaunan, kayu, dan lain-lain (Chaliq, 2017: 5).

c. Macam-macam Air

Ditinjau dari segi hukumnya, air terbagi menjadi lima

macam:

1) Air Mutlak atau Tahir Mutahir (suci mensucikan)

Air mutlak yaitu air yang masih asli belum tercampur

dengan benda lain dan tidak terkena najis. Air mutlak ini terdiri

dari 7 yaitu air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air salju, air

embun, dan air dari mata air (Rasjid, 1989: 28).

24
2) Air Makruh (Air Musyamas)

Air makruh yaitu air yang dipanaskan pada terik

matahari dalam logam yang terbuat dari besi, baja, tembaga,

atau alumunium yang masing-masing benda logam itu berkarat.

Air musyamas seperti ini hukumnya makruh, karena

dikhawatirkan menimbulkan suatu penyakit. Adapun air dalam

logam yang tidak berkarat dan dipanaskan pada terik matahari

dan terkena panas matahari atau air yang dipanaskan misalnya

direbus tidak termasuk air musyamas.

3) Air ThahirGhairu Muthahir (Suci tidak Mensucikan)

Air ini hukumnya suci tetapi tidak dapat mensucikan. Air

ini ada 2 macam yaitu yang pertama air yang dicampur dengan

benda suci lainnya sehingga air itu tidak berubah salah satu

sifatnya (rasa, bau, atau warna), contonya air kopi. Yang kedua

adalah air buah-buahan atau air yang ada di dalam pohon,

contohya air kelapa (Rasjid, 1989:29).

4) Air Mustakmal

air suci sedikit yang kurang dari dua kulla dan sudah

dipergunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah sifatnya,

atau air suci yang cukup dua kulla yang sudah dipergunakan

untuk bersuci dan telah berubah sifatnya.

25
5) Air Mutanajis

Air mutanajis yaitu air yang tadinya suci kurang dua

kulla tetapi kena najis dan telah berubah salah satu sifatnya (bau,

rasa, warnanya). Air seperti ini hukumnya najis, tidak boleh

diminum tidak sah digunakan untuk wudhu tayamum, mandi,

atau mensucikan benda yang terkna najis. Tetapi apabila air dua

kulla terkena najis, namun tidak mengubah salah salah satu

sifatnya, maka hukumnya suci mensucikan (Rasjid, 1989: 30).

d. Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya.

Najis bersal dari bahasa arab yang artinya kotoran, dan

menurut istilah adalah suatu benda yang kotor yang mencegah

sahnya mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam keadaan

suci.Dalam hukum islam ada tiga macam najis yaitu:

1) Najis Mukhfafah

Najis Mukhofafah adalah najis ringan, seperti air seni

bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan

apapun kecuali air susu ibu. Cara mensucikannya cukup dengan

memercikkan atau mengusapkan air yang suci pada permukaan

yang terkena najis.

2) Najis Mutawasittah

Najis Mutawasittah adalah najis pertengahan atau

sedang. Yang termasuk najis ini ialah bangkai binatang darat

yang berdarah sewaktu hidupnya, darah, nanah, muntah, dan

26
sebagainya. Cara mensucikannya dengan mengalirkan air

sampai hilang rasa, bau, dan warna najis tersebut (Chaliq, 2017:

4).

3) Najis Mughalazah

Najis Mughalazah ialah najis yang berat. Najis ini

bersumber dari anjing dan babi. Cara mensucikannya melalui

beberapa tahap , yaitu dengan membasuh air sebanyak tujuh kali

dan salah satunya dengan debu (Chaliq, 2017: 4).

e. Hadas dan Cara Mensucikannya

Hadas berasal dari bahasa Arab yang berarti suatu peristiwa.

Sedangkan secara istilah adalah keadaan tidak suci seseorang

sehingga menjadikannya tidak sah dalam melakukan ibadah.Hadas

ada dua macam, yaitu:

1) Hadas Kecil

Hadas Kecil yaitu keadaan seseorang tidak suci dan

supaya ia menjadi suci maka harus berwudhu atau tayamum.

Contoh: buang air kecil, bertemunya kulit laki-laki dan

perempuan yang bukan muhrim tanpa adanya penghalang,

menyentuh kemaluan.

2) Hadas Besar

Hadas Besar yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan

supaya ia menjadi suci maka harus mandi. Contoh: haid, nifas,

wiladah, bersetubuh (Nasution, 1995:38).

27
f. Wudhu dan Tayamum

1) Wudhu

Menurut bahasa wudhu berarti bersih atau indah.

Sedangkan menurut istilah, wudhu ialah membersikan anggota

wudhu untuk menghilangkan hadas kecil dengan syarat rukun

tertentu (Choliq, 2017: 7).

Dalil diwajibkannya wudhu,Allah berfirman dalam


Qur'an Surat Al-Maidah:06

‫وى ُك ْم َوأَيْ ِديَ ُك ْم إِلَى‬ ِ ِ َّ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا إِذَا قُمتُم إِلَى‬
َ ‫الصالة فَا ْغسلُوا ُو ُج‬ ْ ْ َ َ َ َ
َّ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ال َْم َراف ِق َو ْام‬
ُ ‫س ُحوا ب ُرءُوس ُك ْم َوأ َْر ُجلَ ُك ْم إلَى الْ َك ْعبَ ْي ِن َوإ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطه‬
‫َّروا‬

ِِ ِ ِ ‫ضى أَو علَى س َف ٍر أَو جاء أ‬


‫الم ْستُ ُم‬ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ‫َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َم ْر‬
َ ‫َح ٌد م ْن ُك ْم م َن الْغَائط أ َْو‬
ِ ‫النِّساء فَلَم تَ ِج ُدوا ماء فَ ت ي َّمموا ص ِعي ًدا طَيِّبا فَامسحوا بِوج‬
‫وى ُك ْم َوأَيْ ِدي ُك ْم‬ ُُ ُ َ ْ ً َ ُ ََ ً َ ْ ََ
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ‫م ْنوُ َما يُ ِري ُد اللَّوُ ليَ ْج َع َل َعلَْي ُك ْم م ْن َح َر ٍج َولَ ِك ْن يُ ِري ُد ليُطَ ِّه َرُك ْم َوليُتِ َّم نِ ْع َمتَو‬

‫َعلَْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرون‬

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.”(Q.S. Al- Maidah:6).

28
a) Syarat wudhu

i. Muslim

ii. Mumayiz

iii. Menggunakan air mutlak

iv. Tidak sedang berhadas besar

v. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke anggota

wudhu (Nasution, 1995:11).

b) Rukun wudhu

i. Niat. Yaitu berniat di dalam hatinya untuk berwudhu

menghilangkan hadas.

Niat wudhu:

ً ‫األصغَ ِر فَ ْر‬
‫ضا هلل تَ َعالى‬ ْ ‫ث‬ ِ ‫ضوء لِرفْ ِع الح َد‬
َ َ َ ْ ُ ‫الو‬
ُ ‫ت‬ ُ ْ‫نَ َوي‬

“saya berniat wudhu untuk menghilangkan hadas


kecil karena Allah Ta’ala”
ii. Membasuh wajah. Membasuh wajah di mulai dari

tumbuhnya rambut kepala menuju ke bagian bawah

kumis dan jenggot sampai pangkal kedua telinga,

hingga mengenai persendianbagian wajah yang terletak

antara jenggot dan telinga.

iii. Membasuh kedua tangan sampai ke siku. Bagi

seseorang yang tidak semprna tangannya misalnya

tangan terpotong dari atas siku, maka dia tetap

membasuh tangan yang tersisa.

29
iv. Membasuh sebagian kepala. Caranya dengan mengusap

kepala dengan kedua tangan dari depan menuju

kebelakang samppai tengkuk kemudian kembali ke

tempat awal.

v. Membasuh kaki hingga mata kaki.

vi. Tertib. Membasuh anggotaa wudhu satu demi satu

dengan urut (Chaliq, 2017: 8)

c) Hal-hal yang membatalkan wudhu

i. Keluar sesuatu dari kubul dan dubur

ii. Hilang kesadaran karena pingsan, mabuk, gila, atapun

tidur

iii. Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan yang bukan

muhrim tanpa adanya penghalang.

iv. Menyentuh kemaluan tanpa penghalang (Rasjid,

1989:45).

d) Sunah Wudhu

i. Membaca basmalah pada waktunya.

ii. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan

iii. Madmadhah, yaitu berkumur-kumur, memasukkan air

ke mulut sambil mengguncangkannya, kemudian

membuangnya.

iv. Istinsyaq, yaitu memasukkan air ke hidun kemudian

membuangnya.

30
v. Meratakan sapuan ke seluruh kepala.

vi. Menyapu kedua telinga

vii. Menyela-nyela janggut dengan jari

viii. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri

ix. Muwalah, yaitu melakukan perbuatan-perbuatan wudhu

itu beruntun, tidak berselang lama antara satu dengan

yang lainnya. (Nasution, 1995: 23).

x. Mengucapkan dua kalimah syahadah dan doa setelah

wudhu.

‫َن ُم َح َّم ًدا‬ َ ‫ َو ْح َدهُ َال َش ِر‬،ُ‫أَ ْش َه ُد أَ ْن َال إِلَوَ إَِّال اللَّو‬
َّ ‫ َوأَ ْش َه ُد أ‬،ُ‫يك لَو‬
ِ ِ ‫ و‬،‫َّوابِين‬ ِ
َ ‫اج َعلْني م َن ال ُْمتَطَ ِّه ِر‬
‫ين‬ ْ َ َ َّ ‫اج َعلْنِي م َن الت‬ ْ ‫ اللَّ ُه َّم‬،ُ‫َع ْب ُدهُ َوَر ُسولُو‬

Artinya:
Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan
aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan
utusan Allah. Ya Allah jadikanlah aku termasuk hamba-
hamba-Mu yang bertaubat dan bersuci.(H.R. Turmudzi).

2) Tayamum

Menurut bahasa tayamum berarti menuju. Menurut

istilah, tayamum ialah mengusapkan debu yang suci ke muka

dan tangan untuk menghilangkan hadas menurut syarat dan

rukun tertentu (Choliq, 2017: 10).

Tayamum dilaksanakan sebagai pengganti wudhu atau

mandi karena tidak memperoleh air atau tidak dapat

menggunakan air karena uzur.

31
a) Syarat Tayamum

i. Sudah masuk waktu shalat

ii. Sudah berusaha mencari air, tetapi tidak

mendapatkannya, kecuali bagi orang yang sedang udzur

menggunakan air.

iii. Menggunakan debu atau tanah yang suci

iv. Telah suci dari najis

v. Adanya sebab yang membolehkan mengganti wudhu

atau mandi dengan tayamum.

b) Rukun Tayamum

i. Niat

‫ىىالصالَهةىىفَ ْرضىىهىللهىىتَ َع َالى‬


َّ ‫اح هة‬ ‫هه ه‬
َ َ‫نَ َويْتىىالتَّيَ ُّم َمىىِل ْستب‬

Artinya: "Sengaja aku bertayamum untuk melakukan


sholat, fardhu karena Allah Ta'ala

ii. Mengusap wajah dan kedua tangan hingga pergelangan

iii. Tertib dalam tayamum, yaitu dimulai dengan mengusap

wajah lalu kedua tangan

iv. Dikerjakan secara beriringan.

c) Sebab-sebab Tayamum

i. Tidak menemukan air. Atau ada air tetapi tidak cukup

untuk bersuci

ii. Karena sakit yang tidak boleh terkena air

32
iii. Karena sedang dalam perjalanan jauh dan tidak

menemukan air

d) Hal-hal yang Membatalkan Tayamum

i. Semua yang membatalkan wudhu juga membatalkan

tayamum

ii. Menemukan air sebelum shalat (Rasjid, 1989: 55).

e) Sunnat Tayamum

i. Membaca basmalah diawalnya

ii. Memulai sapuan dari bagian ataswajah

iii. Menipiskan debu di telapak tangan sebelum

menyapukannya.

iv. Merenggangkan jari-jari ketika menepukkannya

pertama kali ke tanah.

v. Mendahulukan tangan kanan atas yan kiri

vi. Menyela-nyela jari setelah menyapu kedua tangan

vii. Muwalah (Nasution. 1995: 37).

4. Metode Al- Tathbiq

a. Pengertian Metode Al- Tathbiq

Metodeat-tathbiq disebut juga dengan metode praktek atau

demonstrasi. Demonstrasi merupakan metode interaksi edukatif yang

sangat efektif dalam menolong pelajar untuk mencari jawaban

melalui pengamatan nduktif. Dengan demonstrasi sebagai metode

mengajar dimaksudkan bahwa seorang pengajar memperlihatkan

33
suatu proses pada seluruh kelompok anak didik (Surakhmad,

1986:110).

Metode al-tathbiq dimaksudkan sebagai suatu kegiatan

memperlibatkan suatu gerak atau proses kerja sesuatu.

Pelaksanaannya bisa jadi guru atau orang lain yang sengaja diminta

memperlihatkan proses kerja sesuatu itu (Sriyono dkk, 1992:116).

Suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan

pengalamanbelajar melalui perbuatan melihat dan mendengar diikuti

dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Metode ini

digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, yang

berhubungan dengan sesuatu proses tentang hal- hal yang

berhubungan dengan sesuatu, proses mengerjakan atau

menggunakannya, komponen- komponen dengan membentuk

sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk

mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu (Kastolani, 2014:194).

Dalil yang berkaitan dengan metode al-tahtbiq yaitu:

َّ ‫يد بْ ِن َع ْب ِد‬
‫الر ْح َم ِن‬ ِ ‫ال ح َّدثَنَا ُشعبةُ ح َّدثَنَا الْح َكم َعن َذ ٍّر َعن س ِع‬
َ ْ ْ ُ َ َ َْ َ ‫َح َّدثَنَا‬
َ َ َ‫آد ُم ق‬
‫ت فَ لَ ْم‬ ْ ‫ال إِنِّي أ‬
ُ ‫َجنَْب‬ َ ‫اب فَ َق‬ ِ َّ‫اء َر ُجل إِلَى ُع َمر بْ ِن الْ َخط‬
َ ٌ َ ‫ال َج‬ َ َ‫بْ ِن أَبْ َزى َع ْن أَبِ ِيو ق‬
ِ َّ‫اس ٍر لِعُ َمر بْ ِن الْ َخط‬
‫اب أ ََما تَ ْذ ُك ُر أَنَّا ُكنَّا ِفي َس َف ٍر أَنَا‬ ِ ‫ال َع َّمار بن ي‬
َ ُ ْ ُ َ ‫اء فَ َق‬ َ ‫ب ال َْم‬ ْ ‫أُص‬
ِ
َ
ِ ُ ‫ت فَ َذ َكر‬
ُ‫صلَّى اللَّو‬ َ ‫ت للنَّبِ ِّي‬ ْ ُ ‫صلَّْي‬ َ َ‫ت ف‬ ُ ‫ص ِّل َوأ ََّما أَنَا فَ تَ َم َّع ْك‬
َ ُ‫ت فَ لَ ْم ت‬َ ْ‫ت فَأ ََّما أَن‬َ ْ‫َوأَن‬
‫ب‬َ ‫ض َر‬ َ َ‫يك َى َك َذا ف‬ َ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم إِنَّ َما َكا َن يَ ْك ِف‬ َ ‫ال النَّبِ ُّي‬ َ ‫َعلَْي ِو َو َسلَّ َم فَ َق‬
ِ ِ ِ
ُ‫س َح بِ ِه َما َو ْج َهو‬ َ ‫ض َونَ َف َخ في ِه َما ثُ َّم َم‬ َ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم بِ َك َّف ْيو ْاأل َْر‬ َ ‫النَّبِ ُّي‬
(‫َوَك َّف ْي ِو) رواه البخاري‬

34
Artinya :
Menceritakan kepada kami Adam, ia berkata, memberitakan kepada
kami Syu’bat, memberitakan kepadaku Hakam, dari Jar, dari Sa’id
ibn Abdurrahman ibn Abza’, dari Ayahnya, ai berkata, “Telah
datang Ammar bin Yasir berkata kepada Umar bin Khatthab,
“Tidaklah anda ingat seseorang kepada Umar bin Khatthab, lalu ia
berkata, “Sesungguhnya aku sedang junub, dan aku tidak
menemukan air?” Maka berkata Umar ibn Yasir kepada Umar bin
Khatthab, “Ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan. Adapun
anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling ditanah
kemudian saya salat. Saya pun menceritakannya kepada Rasulullah
SAW, kemudian Beliau bersabda, “Sebenarnya anda cukup begini.
Rasulullah memukulkan kedua telapak tangannya ketanah dan
meniupnya, kemudian mengusap keduanya pada wajah dan tangan
beliau.(H.R. Bukhari). (www.muhammadantariksa.com diunduh
pada hari Minggu, 23 September 2018 pukul 05.10 WIB).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa ketika dalam sebuah


perjalanan dan belum salat (tidak ditemukannya air) maka
dianjurkan untuk tayamum seperti yang diajarkan oleh Rasulullah
dengan cara memukulkan kedua telapak tangannya ketanah dan
meniupnya, kemudian mengusapkan keduanya pada wajah dan
tangan. Dari penjelasan hadis di atas Rasulullah menggunakan
metode praktik dengan menyontohkan tata cara tayamum kepada
sahabatnya.
Jadi metode Al- Tathbiq menurut peneliti adalah suatu

metode dimana guru memperlihatkan atau mempraktekan secara

langsung tentang suatu proses atau cara kerja sesuatu, contohnya

proses tayamum atau berwudhu.

35
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Al- Tathbiq

Kelebihan Metode Al- tathbiq antara lain:

1) Perhatian pelajar dapat diarahkan pada hal-hal yang dianggap

penting sehingga hal-hal yang penting itu dapat diamati

seperlunya.

2) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan

dengan kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca

didalam buku, karena pelajae mendapat gambaran yang jelas

dari hasil pengamatannya

3) Bila pelajar turut aktif bereksperimen, maka ia akan

memperoleh pengalaman-pengalaman praktek untuk

mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan

pengharapan dari lingkungan sosialnya.

4) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada pelajar

dapat dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi (Surakhmad,

1986: 111).

Kekurangan Metode Al- tathbiq antara lain:

1) Bila tidak dapat mengamati kelassecara saksama, maka metode

ini menjadi tidak wajar.

2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan

aktivitas dimana para pelajar sendiri dapat ikut bereksperimen

dan menjadikan aktivitas itu pengalaman pribadi.

36
3) Bila alat pengajaran kurang memadai, maka hasilnya pun kurang

memuaskan (Sriyono, 1992:117).

c. Merencanakan Metode Al- Tathbiq yang Efektif

1) Rumuskan dengan jelas keckapan atau keterampilan apa yang

diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu

dilakukan.

2) Pertimbangkan dengan sungguh-sungguh apakah metod itu

wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang

paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

3) Apakah alat-alat yang diperlukan dapat diperoleh dengan mudah

dan apakah sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan

demonstrasi tidak gagal.

4) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan

dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan

5) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan

6) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa (Hasibuan

dan Moejiono, 1995: 31).

B. Kajian Materi Penelitian

1. Thaharoh

Thaharoh berasal dari bahasa Arab yang berarti bersi atau suci.

Sedangkan menurut istilah ialah suatu kegiatan bersuci dari najis dan

hadas sehingga seseorang diperbolehkan untuk beribadah yang dituntut

harus dalam keadaan suci. Kegiatan bersuci dari najis itu meliputi

37
menyucikan badan, pakaian, tempat dan lingkungan yang menjadi tempat

segala aktifitas kita. Sedangkan bersuci dari hadas dapat dilakukan

dengan wudhu, bertayamum dan mandi.

2. Macam-MacamTaharah

Taharah dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Taharah dari najis, yang berlaku untuk badan, pakaian, dan tempat.

Cara menyucikannya dengan air yang suci dan menyucikan, yang

biasa disebut air mutlak.

b. Taharah dari hadas, yang berlaku untuk badan, seperti mandi,

wudu, dan tayamum.

3. Macam-Macam Najis

Najis berasal dari bahasa Arab yang berarti kotoran, dan menurut

istilah adalah suatu benda yang kotor, yang mencegah sahnya

mengerjakan suatu ibadah yang di tuntut harus dalam keadaan suci.

Dalam ilmu fikih, najis dibagi menjadi tiga , yaitu:

a. Najis berat atau najis mugalladah, yaitu najis yang harus dicuci

sampai tujuh kali dengan air mutlak dan salah satunya

menggunakan debu yang suci atau air yang dicampur dengan tanah.

Contohnya air liur anjing.

b. Najis sedang atau najis mutawassithah, yaitu najis yang dicuci

dengan cara menggunakan air mutlak sampai hilang bau dan

warnanya. Contohnya: darah, nanah, kotoran manusia.

38
c. Najis ringan atau najis mukhaffafah, yaitu najis yang dapat

disucikan dengan memercikkan atau menyiram air di tempat yang

terkena najis. Contohnya: air kencing bayi yang belum makan apa-

apa kecuali air susu ibu.

4. Macam-macam Hadas

Hadas berasal dari bahasa Arab yang berarti suatu peristiwa,

sesuatu yang terjadi, sesuatu yang tidak berlaku. Sedangkan menurut

istilah adalah keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga menjadikannya

tidak sah dalam melakukan ibadah.

a. Hadas Kecil

Hadas Kecil yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia

menjadi suci maka seseorang tersebut harus berwudhu atau

tayamum. Seseorang berhadas kecil apabiala:

1) Karena keluar sesuatu dari dubur maupun qubul

2) Karena hilang akalnya, yang disebabkan mabuk, gila atau sebab

lainnya

3) Bersentuhan kulit laki- laki dan perempuan yang bukan muhrim

tanpa adanya penghalang

4) Karaena menyentuh kemaluan, baik milik sendiri maupun orang

lain dengan telapak tangan.

39
b. Hadas Besar

Hadas Besar yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia

menjadi suci maka ia harus mandi atau tayamum. Hal- hal yang

menyebabkan seseorang berhadas besar yaitu:

1) Karena bertemunya kelamin laki- laki dan perempuan

2) Keluarnya mani/ ikhtilam

3) Karena haid

4) Nifas

5) Wiladah

2. Tata Cara Bersuci

a. Wudhu

Wudhu ialah bersih atau indah. Sedangkan menurut istilah

adalah membersihkan anggota anggota wudhu untuk

menghilangkan hadas kecil dengan syarat dan rukun tertentu.

Syarat wudhu yaitu:

1) Muslim

2) Mumayis

3) Tidak sedang hadas besar

4) Menggunakan air mutlak

5) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke anggota wudhu.

Rukun wudhu ialah

1) Niat

2) Membasuh wajah

40
3) Membasuh kedua tangan

4) Mengusap sebagian kepala

5) Membasuh kaki sampai mata kaki

6) Tertib

b. Tayamum

Secara bahasa yaitu menuju. Secara istilah yaitu

mengusapkan debu yang suci ke muka dan tangan untuk

menghilangkan hadas menurut syarat dan rukun tertentu.

Syarat Tayamum, yaitu :

1) Sudah masuk waktu shalat

2) Sudah berusaha mencari air, tetapi tisdak mendapatkannya

3) Menggunakan debu yang suci

4) Telas suci dari najis

5) Adanya sebab yang membolehkan mengganti wudhu atau

mandi dengan tayamum.

Rukun Tayamum, yaitu :

1) Niat

2) Mengusap wajah dan kedua tangan hingga pergelangan

3) Tertib

4) Dikerjakan secara beriringan.

41
C. Kajian Pustaka

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah penulis lakukan terkait

dengan penelitian ini, terdapat satu penelitian yang hampir sama dengan

skripsi ini antara lain:

1. Skripsi Erna Wulandari dari UIN Sunan Kalijaga yang berjudul,

Penerapan Metode Praktek Untuk Meningkatkan Keterampilan Sholat

Siswa Kelompok A PAUD Terpadu Jabal Rahmah.

Pada skripsi ini telah di simpulkan bahwa metode praktek dapat

meningkatkan keterampilan sholat siswa. Pada skripsi ini yang di

tekankan adalah keterampilan bukan hasil belajar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, dalam pelaksanaan

pembelajaran shalat dengan menggunakan metode praktek hasilnya

signifikan. Peningkatannya terlihat pada perhatian siswa ketika guru

menjelaskan materi, siswa juga mau melaksanakan tugas yang diberikan

oleh guru. Dari observasi pra tindakan awal hasilnya terlihat 73,9%, pada

siklus I menjadi 84,4%, dan siklus II 90,4%.

2. Skripsi Khoiriyatun Ni‟mah dari Universitas Muhammadiyah Surakarta

yang berjudul Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih

Materi Haji Bagi Siswa Kelas VIII di MTsN Kepoh Delanggu Klaten

Tahun Pelajaran 2016/2017.

Hasil dari skripsi ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi

dapat meningkatkan prestasi belajar serta aktivitas siswa terutama pada

42
pelajaran fiqih materi haji. Pada skripsi ini lebih menekankan pada

penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih.

3. Skripsi Arif dari STAIN Purwokerto yang berjudul Penerapan Metode

Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih di MTs Ma‟arif Kubang

Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran

2013/2014.

Pada skripsi ini lebih menekankan pada penerapan metode

demonstrasi meliputi uji coba, penerapan atau pelaksanaan dan evaluasi.

Pada skripsi ini menekankan pada penerapan metode yaitu demonstrasi

pada semua pembelajaran fiqih tidak pada materi tertentu.

Skripsi yang penulis ambil hampir sama dengan penelitian

sebelumnya. Namun dalam penelitian terdahulu belum ada yang

membahas tentang penggunaan metode al-tathbiq pada materi wudhu

dan tayamum pada kelas VII. Dengan menggunakan metode al- tathbiq

ini otomatis siswa akan memanfaatkan motorik secara optimal dan dapat

melakukan erakan wudhu dan tayamum dengan benar.

43
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Pra Siklus

Sesuai dengan gagasan peneliti maka rencana pelaksanaan

penelitian di MTs. Tarqiyatul Himmah Kauman Lor Kecamatan Pabelan

dengan jumlah siswa 29 orang, penelitian tindakan kelas ini akan

ditempuh dalam 2 siklus. Pada tahap pra siklus ini peneliti mencari

dokumentasi nilai ulangan harian siswa, yang akan digunakan sebagai

acuan peneliti untuk meningkatkan minat belajar siswa pasca penelitian.

2. Siklus I

Proses pembelajaran dilaksanakan secara bertahap yang diawali

dengan appersepsi dan diahiri dengan tes formatif. Untuk mengetahui

tingkat keberhasilan tes, peneliti menganalisis data untuk menentukan

apakah perbaikan pembelajaran ini berhasil atau tidak.

Pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 November 2017 dengan

materi pokok Thaharoh. Tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan

peneliti adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pada tahap pelaksanaan siklus I ini peneliti melakukan

persiapan pembelajaran sebagai berikut:

44
1) Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan di ajarkan

yaitu materi thaharoh (wudhu dan tayamum).

2) menyusun RPP terlebih dahulu sesuai dengan tindakan yang

akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini digunakan sebagai

program kerja dalam melaksanakan proses belajar mengajar

agar tercapai tujuan pembelajaran.

3) Mempersiapkan kegiatan pebelajaran dengan menggunakan

metode al- tathbiq.

4) Mempersiapkan soal evaluasi sebagai sarana mengetahui

kemampuan siswa.

5) Mempersiapkan lembar pengamatan guru dan siswa.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan pada hari Jum‟at

tanggal 10 November 2017 pelajaran ke 3-4 selama 80 menit. pada

tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah:

1) Melaksaknakan kegiatan pembelajaran sesuai yang ada di RPP.

2) Pada kegiatan awal guru melakukan appersepsi dan

menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa.

3) Setelah itu guru menjelaskan materi tentang thaharoh (wudhu

dan tayamum).

4) Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang

belum difahami.

5) Guru memprktekan tata cara wudhu dan tayamum

45
6) Guru meminta siswa untuk melafadzkan niat wudhu dan

tayamum.

c. Pengamatan

Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti

melakukan pengamatan terhadap siswa yaitu dengan lembar

observasi siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek

yang dinilai adalah hasil praktek niat wudhu dan tayamum, serta

perilaku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Kemudian

peneliti juga menyiapkan lembar pengamatan guru selama proses

pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Hasil yang telah diperoleh pada tahap ini dicatat dan

disimpulkan, menganalisis serta mengevaluasi. Selanjudnya guru

merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan.

Kemudian melakukan perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah diakukan, peneliti menemukan

kelebihan dan kekurangan antara lain:

1) Kelebihan

a) Minat dan keaktifan siswa meningkat

b) Siswa dapat praktek secara langsung bagaimana tata cara

wudhu dan tayamum dengan benar.

2) Kekurangan

a) Pengaturan waktu kurang maksimal

46
b) Penjelasan terlalau cepat

c) Masih banyak siswa yang bermain sendiri

d) Masih ada siswa yang belum memperhatikan penjelasan

dari guru.

3. Siklus II

Dalam siklus II dilakukan perbaikan siklus sebelumnya, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Dalam siklus II peneliti melakukan persiapan seperti siklus

sebelumnya yaitu:

1) Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan di ajarkan

yaitu materi thaharoh (wudhu dan tayamum)

2) menyusun RPP terlebih dahulu sesuai dengan tindakan yang

akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini digunakan

sebagai program kerja dalam melaksanakan proses belajar

mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran.

3) Mempersiapkan kegiatan pebelajaran dengan menggunakan

metode al- tathbiq.

4) Mempersiapkan soal evaluasi sebagai sarana mengetahui

kemampuan siswa

5) Mempersiapkan lembar pengamatan guru dan siswa.

47
b. Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan pada hari Jum‟at

tanggal 17 November 2017 pelajaran ke 3-4 selama 80 menit. Pada

tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP.

2) Pada kegiatan awal guru memberikan appersepsi,

menyampaikan tujuan pembelajaran, dan melakukan tanya

jawab tentang materi thaharoh.

3) Guru menjelaskan materi taharoh kemudian mempraktekan

tata cara wudhu dan tayamum

4) Kemudian meminta siswa untuk mempraktekan kembali tata

cara wudhu dan tayamum secara bergantian.

c. Pengamatan

Dalam siklus II ini dilakukan seperti siklus I dilaksanakan

pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

lembar pengamatan. Hasil dari pengamatan siklus II ini peneliti

tidak menemukan kejanggalan yang signifikan pada peserta didik,

dalam tahap ini peserta didik mengalami peningkatan yang baik

terutama dalam praktek tata cara wudhu dan tayamum.

d. Refleksi

Setelah melakukan perbaikan pada siklus II ini jumlah

siswa yang memperhatikan semakin meningkat dibanding pada

48
siklus pertama. Dari data yang terkumpul dapat diuraikan sebagai

berikut:

1) Hasil belajar pada tiap siklus mampu mencapai batas

ketuntasan.

2) Berdasarkan hasil observasi siswa dan guru begitu

bersemangat dalam pembelajaran.

3) Pelaksanaan praktek mampu membuat semangat siswa

meningkat sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.

4) Hasil belajar siswa sudah sesuai KKM yaitu 70, dan presentase

ketuntasan belajar mencapai 85%.

49
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pra Siklus

Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, kondisi awal

peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar masih menunjukkan

lemahnya pemahaman peserta didik dalam menerima materi Thaharoh.

Hal tersebut dapat diketahui melalui wawancara antara peneliti dengan

guru mata pelajaran Fiqih dan juga melihat dari nilai harian siswa.

Data Pra siklus di ambil dari nilai ulangan harian materi

Thaharoh (wudhu dan tayamum). Adapun nilai data pra siklus peserta

didik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

a. Data Nilai Pra Siklus

Tabel 4. 1Data Nilai Pra Siklus


No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1. Siswa 1 45 Belum Tuntas

2. Siswa 2 55 Belum Tuntas

3. Siswa 3 65 Belum Tuntas

4. Siswa 4 70 Tuntas

5.. Siswa 5 58 Belum Tuntas

6. Siswa 6 68 Belum Tuntas

7. Siswa 7 57 Belum Tuntas

50
8. Siswa 8 75 Tuntas

9. Siswa 9 74 Tuntas

10. Siswa 10 70 Tuntas

11. Siswa 11 68 Belum Tuntas

12. Siswa 12 40 Belum Tuntas

13. Siswa 13 68 Belum Tuntas

14. Siswa 14 80 Tuntas

15. Siswa 15 65 Belum Tuntas

16. Siswa 16 50 Belum Tuntas

17. Siswa 17 59 Belum Tuntas

18. Siswa 18 54 Belum Tuntas

19. Siswa 19 78 Tuntas

20. Siswa 20 67 Belum Tuntas

21. Siswa 21 80 Tuntas

22. Siswa 22 85 Tuntas

23. Siswa 23 40 Belum Tuntas

24. Siswa 24 66 Belum Tuntas

25. Siswa 25 79 Tuntas

26. Siswa 26 50 Belum Tuntas

27. Siswa 27 65 Belum Tuntas

28. Siswa 28 75 Tuntas

29. Siswa 29 82 Tuntas

51
Jumlah 1888

Rata- Rata 65,10

Beradasarkan data yang terlihat pada tabel 4.1 dapat di

uraikan melalui tabel keterangan berikut ini:

Tabel 4. 2Rekapitulasi Nilai Pra Siklus


No Keterangan Hasil

1. Nilai Terendah 40

2. Nilai Tertinggi 85

3. Nilai Rata-Rata Kelas 65,10

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70

5. Jumlah Siswa Yang Mencapai KKM 11

6. Jumlah Siswa yang Belum Mencapai 18

KKM

7. Prosentasi Peserta Didik yang Mencapai 38%

KKM

Presentase ketuntasan = x 100%

= x 100%

= 38%

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang

tuntas pada materi Thaharoh sebelum adanya penelitian sebanyak 11

siswa dari jumlah siswa keseluruhan 29, sedangkan 18 siswa belum

52
tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas adalah siswa yang telah

mencapai KKM yaitu 70. Sedangkan siswa dinyatakan belum tuntas

dikarenakan siswa tersebut belum mencapai KKM atau nilainya

melum mencapai 70.

b. Refleksi

Pada Pra Siklus ini hanya 38% siswa yang tuntas dan 62%

siswa belum tuntas. Berdasarkan penelitian, pembelajaran yang

dilakukan hanya menggunakan satu metode yaitu ceramah. Padahal

menurut peneliti mata pelajaran thaharoh terutama wudhu dan

tayamum tidak cukup hanya dengan metode ceramah saja. Maka dari

itu peneliti menggunakan metode pembelajaran lain yaitu al-

Tathbiq.

2. Siklus I

a. Data Nilai Siklus I

Tabel 4. 3Data Nilai Siklus I


No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1. Siswa 1 76 Tuntas

2. Siswa 2 73 Tuntas

3. Siswa 3 56 Belum Tuntas

4. Siswa 4 50 Belum Tuntas

5.. Siswa 5 70 Tuntas

53
6. Siswa 6 67 Belum Tuntas

7. Siswa 7 48 Belum Tuntas

8. Siswa 8 73 Tuntas

9. Siswa 9 98 Tuntas

10. Siswa 10 59 Belum Tuntas

11. Siswa 11 92 Tuntas

12. Siswa 12 66 Belum Tuntas

13. Siswa 13 77 Tuntas

14. Siswa 14 60 Belum Tuntas

15. Siswa 15 40 Belum Tuntas

16. Siswa 16 72 Tuntas

17. Siswa 17 75 Tuntas

18. Siswa 18 65 Belum Tuntas

19. Siswa 19 81 Tuntas

20. Siswa 20 48 Belum Tuntas

21. Siswa 21 72 Tuntas

22. Siswa 22 63 Belum Tuntas

23. Siswa 23 64 Belum Tuntas

24. Siswa 24 92 Tuntas

25. Siswa 25 60 Belum Tuntas

26. Siswa 26 70 Tuntas

27. Siswa 27 83 Tuntas

54
28. Siswa 28 70 Tuntas

29. Siswa 29 66 Belum Tuntas

Jumlah 1981

Rata- Rata 68,31

Beradasarkan data yang terlihat pada tabel 4.4 dapat di

uraikan melalui tabel keterangan berikut ini:

55
Tabel 4. 4Rekapitulasi Nilai Siklus I
No Keterangan Hasil

1. Nilai Terendah 40

2. Nilai Tertinggi 98

3. Nilai Rata-Rata Kelas 68,31

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70

5. Jumlah Siswa Yang Mencapai KKM 15

6. Jumlah Siswa yang Belum Mencapai 14

KKM

7. Prosentasi Peserta Didik yang Mencapai 51%

KKM

Presentase ketuntasan = x 100%

= x 100%

= 51%

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang

tuntas pada materi Thaharoh pada siklus I sebanyak 15 siswa dari

jumlah siswa keseluruhan 29, sedangkan 14 siswa belum tuntas.

Siswa yang dinyatakan tuntas adalah siswa yang telah mencapai

KKM yaitu 70. Sedangkan siswa dinyatakan belum tuntas

dikarenakan siswa tersebut belum mencapai KKM atau nilainya

melum mencapai 70.

56
b. Refleksi

Pada sikus I ini masih ada 51% siswa yang belum tuntas dan

49% siswa yang tuntas. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

oleh peneliti masih banyak siswa yang kurang memperhatikan

penjelasan dari guru dan masih banyak siswa yang malu untuk

bertanya. Tindakan yang harus diakukan oleh guru adalah

mengondisikan siswa agar lebih baik dalam pembelajaran

selanjudnya dan membuat siswa lebih aktif.

3. Siklus II

a. Data Nilai Siklus II

Tabel 4. 5Data Nilai Siklus II


No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1. Siswa 1 80 Tuntas

2. Siswa 2 80 Tuntas

3. Siswa 3 70 Tuntas

4. Siswa 4 75 Tuntas

5.. Siswa 5 73 Tuntas

6. Siswa 6 70 Tuntas

7. Siswa 7 75 Tuntas

8. Siswa 8 73 Tuntas

9. Siswa 9 90 Tuntas

10. Siswa 10 70 Tuntas

11. Siswa 11 85 Tuntas

57
12. Siswa 12 70 Tuntas

13. Siswa 13 80 Tuntas

14. Siswa 14 75 Tuntas

15. Siswa 15 85 Tuntas

16. Siswa 16 75 Tuntas

17. Siswa 17 80 Tuntas

18. Siswa 18 90 Tuntas

19. Siswa 19 85 Tuntas

20. Siswa 20 95 Tuntas

21. Siswa 21 78 Tuntas

22. Siswa 22 80 Tuntas

23. Siswa 23 82 Tuntas

24. Siswa 24 88 Tuntas

25. Siswa 25 70 Tuntas

26. Siswa 26 75 Tuntas

27. Siswa 27 85 Tuntas

28. Siswa 28 95 Tuntas

29. Siswa 29 70 Tuntas

Jumlah 2299

Rata- Rata 79,27

Beradasarkan data yang terlihat pada tabel 4.1 dapat di

uraikan melalui tabel keterangan berikut ini:

58
Tabel 4. 6Rekapitulasi Nilai Siklus II
No. Keterangan Hasil

1. Nilai Terendah 70

2. Nilai Tertinggi 95

3. Nilai Rata-Rata Kelas 79,29

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70

5. Jumlah Siswa Yang Mencapai KKM 29

6. Jumlah Siswa yang Belum Mencapai 0

KKM

7. Prosentasi Peserta Didik yang Mencapai 100%

KKM

Presentase ketuntasan = x 100%

= x 100%

= 100%

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang

tuntas pada materi Thaharoh pada Siklus II sebanyak 29 siswa dari

jumlah siswa keseluruhan 29. Dengan demikian pada siklus II semua

siswa telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 70.

b. Refleksi

Berdasarkan perbaikan yang dilakukan pada siklus II ini,

keadaan kelas menjadi lebih kondusif dikarenakan guru mampu

mengondisikan kelas sehingga peserta didik yang memperhatikan

59
semakin banyak. Selain itu siswa juga lebih banyak yang aktif

bertanya di banding pada siklus I. Siklus II ini peneliti telah berhasil

meningkatkan hasil belajar Fiqih materi Thaharoh dengan

menggunakan metode Al- Tathbiq.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa baik hasil belajar maupun

aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang signfikan tiap siklusnya.

Hasil belajr peserta didik di ukur melalui tes evaluasi yang di lakukan pada

tiap siklus. Indikator keberhasilan tindakan kelas tersebut adalah peningkatan

nilai rata-rata dari tes formatif pra siklus, tes formatif siklus I dan tes formatif

siklus II, semakin baik nilai rata-rata tersebut berarti semakin meningkat

pemahaman siswa, peningkatan yang signifikan nilai pelajaran fiqih sebelum

dilakukan Tindakan Kelas dengan nilai fiqih sesudah dilakukan Tindakan

Kelas (siklus I dan siklus II), peningkatan siswa yang mencapai nilai KKM,

dan sudah mencapai tingkat nilai KKM, dan sudah mencapai tingkat

ketuntasan belajar mencapai 85% maka semakin meningkatkan minat belajar

siswa.

Pada siklus I pembelajaran di fokuskan pada penjelasan materi

Thaharoh dan tata cara wudhu dan tayamum dengan menggunakan metode

al- tathbiq yang di praktekan oleh guru. Sebelum penelitian ini dimulai,

peneliti dan guru sudah melakukan diskusi mengenai penerapan metode al-

tathbi.

60
Hasil penelitian pada siklus I ini menunjukkan peningkatan di

bandingkan pada tahap Pra siklus. Pada tahap pra siklus nilai rata-rata hasil

belajar peserta didik 65,10 dengan ketuntasan klasikal 38%. Sedangkan pada

siklus I nilai rata-rata hasil belajar peserta didik 68,31 dengan ketuntasan

klasikal 51%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 13%.

Meskipun ada peningkatan, namun hasil dari siklus I belum memenuhi

standar ketuntasan yang telah ditetapkan oleh peneliti. Oleh karena itu

penelitian dilanjudkan pada siklus II.

Pada siklus II, peneliti dan guru kolaboran memfokuskan penelitian

pada praktek wudhu dan tayamum yang dilaksanakan oleh siswa. Peserta

didik diminta bergantian satu persatu untuk praktek wudhu dan tayamum

beserta bacaannya. Dengan seperti ini guru akan benar-benar mengetahui

sukses atau tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan dan selain itu juga

dapat melihat siswa yang menguasai dan siswa yang belum menguasai.

Pada siklus II ini hasil belajar peserta didik baik secara individual

ataupun klasikal mengalami peningkatan yang baik. Pada siklus I nilai rata-

rata hasil belajar 68,31 dengan ketuntasan klasikal 51%, sedangkan pada

siklus II rata-rata hasil belajar 79,29 dengan ketuntasan klasikal 100%. Hal

ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 49%. Hal ini menunjukkan

bahwa hasil belajar peserta didik sudh memenuhi target yang ditetapkan oleh

peneliti.

Setelah melakukan berbagai kegiatan pada siklus I dan II diperoleh

data nilai mata pelajaran Fiqih materi Thaharoh (wudhu dan tayamum)

61
dengan menggunakan metode al- Tathbiq. Berikut hasil penelitian siklus I

dan II:

Tabel 4. 7Rekapitulasi Nilai Rata- rata Kelas


No. KETERANGAN Pra Siklus I Siklus II

Siklus

1. Nilai Tertinggi 85 98 95

2. Nilai Terendah 40 40 70

3. Nilai Rata-rata Kelas 65,10 68,31 79,29

4. Jumlah Siswa Mencapai 11 15 29

KKM

5. Posentase Ketuntasan 38% 51% 100%

Berdasarkan tabel di atas peningkatan prosentase peserta didik yang

mencapai KKM mengalami peningkatan dari yang semula 38% naik menjadi

51% dari pra siklus ke siklus I. Kemudian dari siklus I ke siklus II juga

mengalami peningkatan dari 51% menjadi 100%. Rekapitulasi dari tabel di

atas di buat dalam bentuk grafik nilai rata-rata peserta didik mulai dari pra

siklus, siklus I, dan siklus II.

62
35

29
30

25

20

15
15
11
10

5
38% 51% 100%
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Rata-rata Nilai Hasil Belajar


Siswa
Berdasarkan data rekapitulasi di atas, menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus, bahwa siswa yang tuntas

hanya 38% dari keseluruhan jumlah siswa. Pada siklus I setelah menerapkan

metode pembelajaran al- Tathbiq ketuntasan hasil belajar siswa meningkat

menjadi 51% dan pada siklus II 100%.

63
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan berbagai pembahasan yang telah

diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode al- Tathbiq dapat

meningkatkan hasil belajar fiqih materi Thaharoh (wudhu dan tayamum) pada

peserta didik kelas VII MTs. Tarqiyatul Himmah, kauman Lor, kecamatan

Pabelan tahun pelajaran 2017/2018.

Peningkatan hasil belajar peserta didik tersebut dapat dibuktikan dari

nilai hasil belajar peserta didik mulai sebelum tindakan (Pra Siklus), siklus I,

dan siklus II. Pada saat Pra Siklus siswa yang tuntas sebanyak 11 orang

dengan presentase 38%, sedangkan pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak

15 anak dengan presentase 51%, dan pada siklus II siswa yang tuntas

64
sebanyak 29 anak dengan presentase ketuntasan sebanyak 100%. Dengan

begitu penelitian ini telah mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan yaitu

85%, dengan KKM yang ditentuakan yaitu 70.

Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan

dari sebelum adanya tindakan (Pra siklus) yaitu 65,10 kemudian pada siklus I

mengalai peningkatan 68,31 dan dari siklus I ke siklus II juga mengalami

peningkatan lagi 79,29.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan

metode al-tathbiquntuk meningkatkan hasil belajar Fiqih materi Thaharoh

kelas VII A MTs. Tarqiyatul Himmah Tahun Pelajaran 2017/2018 maka ada

beberapa saran yang penulis tunjukkan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode al- tathbiq

dapat di terapkan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran fiqih

dalam upaya untuk menjadikan siswa benar-benar dapat mengetahui

bagaimana tata cara bersuci yang benar bukan hanya mendengarkan

materi saja tanpa dapat melaksanakan praktek secara langsung.

2. Bagi Pesera Didik

65
a. Hendaknya pesrta didik lebih bersemangat serta berpartisipasi dan

berperan aktif seperti berpendapat dan menanggapi pertanyaan guru,

agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

b. Metode AL- Tathbiq dapat meningkatkan motivasi belajar siwa agar

hasilnya dapat meningkat.

3. Bagi Sekolah

Diharapkan sekolah dapat memberi dorongan kepada guru agar

dapat menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif,

dengan memberikan fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung.

4. Bagi orang Tua

Adanya kerjasama antara guru dan orang tua dalam memantau

aktivitas anak di rumah mengenai pola belajar anak dan pergaulannya

sehari-hari karena itu dapat berpengaruh pada karakter siswa.

5. Bagi Peneliti Berikutnya

Bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian yang

serupa, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan

bagi kegiatan penelitian berikutnya.

66
DAFTAR PUSTAKA

Choliq, Ahmad. 2017. Fiqih. Semarang: Lancar Ilmu.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Asdi


Mahasatya.

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bina


Aksara.

Hasibuan dan Mudjiono. 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Karim, Syafii. 2006. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Kastholani. 2014. Model Pembelajaran Inovatif: Teori dan Aplikasi.


Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Khallaf, Abdul Wahhab. 2014. Ilmu Ushul Fiqih. Semarang: PT. Karya
Toha Putra.

Nasution, Lahmuddin. 1995. Fiqih 1.

Purwanto, Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya.

Rasjid, Sulaiman. 1998. Fiqih Islam (Hukum Fiqih Lengkap). Bandung: CV.
Sinar Baru.

Roestiyah. 1986. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina


Aksara.

Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka
Cipta.

Supardi. 2013. Model Pembelajaran Portofolio. Salatiga: STAIN


Salatiga Press.

Suprijono,A. 2009. Cooprative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar.


Bandung: Tarsito.

Susanto, Akhmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.

67
Trianto,2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,:
Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum KTSP.
Jakarta: Kencana.

Zuhri, Syaifudin. 2009. Ushul Fiqih Akal Sebagai Sumber Hukum Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

www.muhammadantariksa.com diunduh pada hari Minggu, 23 September


2018 pukul 05.10 WIB

68
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyampaian Materi Pada Siklus I

69
Guru Mepraktekan Tata Cara Tayamum

Guru Meminta Siswa Mempraktekan Kembali Tata Cara Tayamum

Penyampaian Materi Siklus II

70
Siswa Praktik Wudhu dan Tayamum Secara Bergantian

Siswa Praktik Wudhu dan Tayamum Secara Bergantian

71
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Siklus I

Nama Sekolah : MTs. Tarqiyatul Himmah

Kelas/ Semester : VII/ I

Mata Pelajaran : Fiqih

Materi Pokok : Thaharoh

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1x pertemuan)

A. Kompetensi Inti
(KI-1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;
(KI-2) Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia;
(KI-3) Memahami dan menerapkan pegetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebagsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah;
(KI-4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar

1. Mengidentifikasi macam- macam najis dan tata bersucinya

2. Mengidentifikasi macam-macam hadas dan tata cara bersucinya

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian Thaharoh

2. Siswa dapat menjelaskan pengertian najis dan hadas

72
3. Siswa dapat menjelaskan macam-macam najis dan cara mensucikannya

4. Siswa dapat menjelaskan tata cara hadas dan cara mensucikannya

5. Siswa dapat menjelaskan tata cara bersuci

D. Materi Pembelajaran

1. Pengertian Thaharoh

Taharah menurut bahasa, artinya bersih atau bersuci, sedangkan menurut istilah,

taharah adalah menyucikan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis. Islam sangat

menganjurkan kepada umatnya agar selalu dalam keadaan bersih dan suci. Orang-orang

yang sanggup menjaga kesuciannya sangat dicintai Allah.

2. Macam-MacamTaharah

Taharah dibagi menjadi dua, yaitu:

c. Taharah dari najis, yang berlaku untuk badan, pakaian, dan tempat.

Cara menyucikannya dengan air yang suci dan menyucikan, yang

biasa disebut air mutlak.

d. Taharah dari hadas, yang berlaku untuk badan, seperti mandi, wudu,

dan tayamum.

3. Macam-Macam Najis

Najis berasal dari bahasa Arab yang berarti kotoran, dan menurut istilah adalah

suatu benda yang kotor, yang mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah yang di tuntut

harus dalam keadaan suci.

Dalam ilmu fikih, najis dibagi menjadi tiga , yaitu:

d. Najis berat atau najis mugalladah, yaitu najis yang harus dicuci sampai

tujuh kali dengan air mutlak dan salah satunya menggunakan debu yang

suci atau air yang dicampur dengan tanah. Contohnya air liur anjing.

73
e. Najis sedang atau najis mutawassithah, yaitu najis yang dicuci dengan
cara menggunakan air mutlak sampai hilang bau dan warnanya.
Contohnya: darah, nanah, kotoran manusia.
f. Najis ringan atau najis mukhaffafah, yaitu najis yang dapat disucikan
dengan memercikkan atau menyiram air di tempat yang terkena najis.
Contohnya: air kencing bayi yang belum makan apa-apa kecuali air susu
ibu.
4. Macam-macam Hadas
Hadas berasal dari bahasa Arab yang berarti suatu peristiwa, sesuatu yang terjadi,
sesuatu yang tidak berlaku. Sedangkan menurut istilah adalah keadaan tidak suci bagi
seseorang sehingga menjadikannya tidak sah dalam melakukan ibadah.
a. Hadas Kecil
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka seseorang tersebut
harus berwudhu atau tayamum. Seseorang berhadas kecil apabiala:
5) Karena keluar sesuatu dari dubur maupun qubul
6) Karena hilang akalnya, yang disebabkan mabuk, gila atau sebab
lainnya
7) Bersentuhan kulit laki- laki dan perempuan yang bukan muhrim
tanpa adanya penghalang
8) Karaena menyentuh kemaluan, baik milik sendiri maupun orang
lain dengan telapak tangan.
b. Hadas Besar
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka ia harus mandi atau
tayamum. Hal- hal yang menyebabkan seseorang berhadas besar yaitu:
6) Karena bertemunya kelamin laki- laki dan perempuan
7) Karena haid
8) Nifas
9) wiladah
5. Tata Cara Bersuci
a. Wudhu

74
Ialah bersih atau indah. Sedangkan menurut istilah adalah membersihkan anggota anggota
wudhu untuk menghilangkan hadas kecil dengan syarat dan rukun tertentu.
b. Syarat- syaratnya yaitu:
1) Muslim
2) Mumayis
3) Tidak sedang hadas besar
4) Menggunakan air mutlak
5) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke anggota wudhu
c. Rukun wudhu ialah
1) Niat
2) Membasuh wajah
3) Membasuh kedua tangan
4) Mengusap sebagian kepala
5) Membasuh kaki sampai mata kaki
6) Tertib
g. Tayamum
Secara bahasa yaitu menuju. Secara istilah yaitu mengusapkan debu yang suci ke
muka dan tangan untuk menghilangkan hadas menurut syarat dan rukun tertentu.
h. Syarat Tayamum
1) Sudah masuk waktu shalat
2) Sudah berusaha mencari air, tetapi tisdak mendapatkannya
3) Menggunakan debu yang suci
4) Telas suci dari najis
5) Adanya sebab yang membolehkan mengganti wudhu atau mandi
dengan tayamum.
i. Rukun Tayamum
1) Niat
2) Mengusap wajah dan kedua tangan hingga pergelangan
3) Tertib
4) Dikerjakan secara beriringan

75
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku paket Fiqih, Kitab Terjemah, spidol
F. Metode Pembelajaran

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

3. Al- Tathbiq (demonstrasi)

G. Langkah- langkah Pembelajaran

1. Pendahuluan

a. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo‟a bersama dipimpin

oleh ketua kelas dengan penuh khidmat.

b. Melakukan appersepsi , mengajukan pertanyaan tentang Thaharoh

c. Memberi informasi kompetensi inti atau kompetensi dasar, indikator,

dan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan pegertian thaharoh dan najis

b. Guru menjelaskan macam-macam najis dan cara mensucikannya

c. Guru menjelaskan tata cara tata bersuci

d. Guru mempraktekan tata cara bersuci (wudhu dan tayamum)

e. Guru meminta siswa melafalkan niat wudhu dan tayamum secara

bergantian

3. Penutup

a. Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

b. Melakukan penguatan materi pelajaran yang telah diberikan

76
c. Guru menyampaikan terimakasih dan maaf, serta bersama-sama

peserta didik guru menutup pelajaran dengan berdoa dan

mengucapkan salam.

H. Penilaian

Indikator Pencapaian Jenis Penilaian Bentuk Penilaian Contoh Instrumen

Menjelaskan Tes Tulis Uraian Jelaskan

pengertian pengertian

Thoharoh, Najis, Thaharoh, najis,

dan Hadas dan hadas

Menjelaskan Tes Tulis Uraian Sebutkan

macam-macam macam-macam

najis dan Hadas pembagian

hadas dan najis

Menjelaskan tata Tes Tulis Uraian Jelaskan tata

cara bersuci cara wudhu dan

(wudhu dan tayamum

tayamum)

Pabelan , 05 November 2017


Guru Mapel Praktikan
M. Mahbub, S.Pd. Dita Atika Sari

Mengetahui
Kepala Sekolah

Drs. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag.

77
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Siklus II

Nama Sekolah : MTs. Tarqiyatul Himmah

Kelas/ Semester : VII/ I

Mata Pelajaran : Fiqih

Materi Pokok : Thaharoh

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1x pertemuan)

I. Kompetensi Inti
(KI-1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;
(KI-2) Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia;
(KI-3) Memahami dan menerapkan pegetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebagsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah;
(KI-4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
J. Kompetensi Dasar
3. Memperagakan tata cara bersuci dari hadas dan najis
K. Tujuan Pembelajaran
6. Siswa dapat mempraktekan tata cara wudhu dengan benar
7. Siswa dapat mempraktekan tata cara tayamum dengan benar

L. Materi Pembelajaran

78
6. Pengertian Thaharoh
Taharah menurut bahasa, artinya bersih atau bersuci, sedangkan menurut istilah,
taharah adalah menyucikan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis. Islam sangat
menganjurkan kepada umatnya agar selalu dalam keadaan bersih dan suci. Orang-orang
yang sanggup menjaga kesuciannya sangat dicintai Allah.
7. Macam-MacamTaharah
Taharah dibagi menjadi dua, yaitu:
e. Taharah dari najis, yang berlaku untuk badan, pakaian, dan tempat.
Cara menyucikannya dengan air yang suci dan menyucikan, yang
biasa disebut air mutlak.
f. Taharah dari hadas, yang berlaku untuk badan, seperti mandi, wudu,
dan tayamum.
8. Macam-Macam Najis
Najis berasal dari bahasa Arab yang berarti kotoran, dan menurut istilah adalah
suatu benda yang kotor, yang mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah yang di tuntut
harus dalam keadaan suci.
Dalam ilmu fikih, najis dibagi menjadi tiga , yaitu:
j. Najis berat atau najis mugalladah, yaitu najis yang harus dicuci sampai
tujuh kali dengan air mutlak dan salah satunya menggunakan debu yang
suci atau air yang dicampur dengan tanah. Contohnya air liur anjing.
k. Najis sedang atau najis mutawassithah, yaitu najis yang dicuci dengan
cara menggunakan air mutlak sampai hilang bau dan warnanya.
Contohnya: darah, nanah, kotoran manusia.
l. Najis ringan atau najis mukhaffafah, yaitu najis yang dapat disucikan
dengan memercikkan atau menyiram air di tempat yang terkena najis.
Contohnya: air kencing bayi yang belum makan apa-apa kecuali air susu
ibu.
9. Macam-macam Hadas
Hadas berasal dari bahasa Arab yang berarti suatu peristiwa, sesuatu yang terjadi,
sesuatu yang tidak berlaku. Sedangkan menurut istilah adalah keadaan tidak suci bagi
seseorang sehingga menjadikannya tidak sah dalam melakukan ibadah.
c. Hadas Kecil

79
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka seseorang tersebut
harus berwudhu atau tayamum. Seseorang berhadas kecil apabiala:
9) Karena keluar sesuatu dari dubur maupun qubul
10) Karena hilang akalnya, yang disebabkan mabuk, gila atau sebab
lainnya
11) Bersentuhan kulit laki- laki dan perempuan yang bukan muhrim
tanpa adanya penghalang
12) Karaena menyentuh kemaluan, baik milik sendiri maupun orang
lain dengan telapak tangan.
d. Hadas Besar
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka ia harus mandi atau
tayamum. Hal- hal yang menyebabkan seseorang berhadas besar yaitu:
10) Karena bertemunya kelamin laki- laki dan perempuan
11) Karena haid
12) Nifas
13) wiladah
10. Tata Cara Bersuci
a. Wudhu
Ialah bersih atau indah. Sedangkan menurut istilah adalah membersihkan anggota anggota
wudhu untuk menghilangkan hadas kecil dengan syarat dan rukun tertentu.
b. Syarat- syaratnya yaitu:
1) Muslim
2) Mumayis
3) Tidak sedang hadas besar
4) Menggunakan air mutlak
5) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke anggota wudhu
c. Rukun wudhu ialah
7) Niat
8) Membasuh wajah
9) Membasuh kedua tangan

80
10) Mengusap sebagian kepala
11) Membasuh kaki sampai mata kaki
12) Tertib
m. Tayamum
Secara bahasa yaitu menuju. Secara istilah yaitu mengusapkan debu yang suci ke
muka dan tangan untuk menghilangkan hadas menurut syarat dan rukun tertentu.
n. Syarat Tayamum
1) Sudah masuk waktu shalat
2) Sudah berusaha mencari air, tetapi tisdak mendapatkannya
3) Menggunakan debu yang suci
4) Telas suci dari najis
5) Adanya sebab yang membolehkan mengganti wudhu atau mandi
dengan tayamum.
o. Rukun Tayamum
1) Niat
2) Mengusap wajah dan kedua tangan hingga pergelangan
3) Tertib
4) Dikerjakan secara beriringan

M. Sumber Belajar
Buku paket Fiqih, Kitab Terjemah
N. Metode Pembelajaran
4. Ceramah
5. Tanya Jawab
6. Demonstrasi (al- tathbiq)
O. Langkah- langkah Pembelajaran
2. Pendahuluan
a. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo‟a bersama dipimpin
oleh ketua kelas dengan penuh khidmat.
b. Melakukan appersepsi , mengajukan pertanyaan tentang Thaharoh
c. Memberi informasi kompetensi inti atau kompetensi dasar, indikator,
dan tujuan pembelajaran

81
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan pegertian thaharoh dan najis
b. Guru menjelaskan macam-macam najis dan cara mensucikannya
c. Guru menjelaskan tata cara tata bersuci
d. Guru mempraktekan tata cara bersuci (wudhu dan tayamum)
e. Guru meminta siswa untuk mempraktekan kembali tata cara wudhu
dan tayamum secara bergiliran
3. Penutup
a. Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
b. Melakukan penguatan materi pelajaran yang telah diberikan
c. Guru menyampaikan terimakasih dan maaf, serta bersama-sama
peserta didik guru menutup pelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
P. Penilaian
Indikator Jenis Bentuk Contoh
Pencapaian Penilaian Penilaian Instrumen
Mempraktekan tata Tes Unjuk Praktek Mempraktekan
cara wudhu dan Kerja tata cara wudhu
tayamum dan tayamum
secara bergantian

Pabelan, 10 November 2017


Guru Mapel Praktikan

M. Mahbub, S.Pd. Dita Atika Sari

Mengetahui
Kepala Sekolah
Drs. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag.
Hasil Pengamatan Siklus I

82
NO NAMA SISWA Aspek Yang di Nilai Jumlah
Keaktifan Perhatian Penguasaan
siswa siswa materi
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1. Siswa 1 ѵ ѵ Ѵ 6
2. Siswa 2 ѵ ѵ Ѵ 7
3. Siswa 3 ѵ Ѵ ѵ 7
4. Siswa 4 ѵ ѵ Ѵ 7
5. Siswa 5 ѵ ѵ Ѵ 6
6. Siswa 6 ѵ ѵ Ѵ 5
7. Siswa 7 ѵ ѵ Ѵ 6
8. Siswa 8 ѵ ѵ Ѵ 7
9. Siswa 9 ѵ ѵ ѵ 7
10. Siswa 10 ѵ ѵ ѵ 7
11. Siswa 11 ѵ ѵ Ѵ 5
12. Siswa 12 ѵ ѵ ѵ 4
13. Siswa 13 ѵ ѵ Ѵ 7
14. Siswa 14 ѵ ѵ ѵ 6
15. Siswa 15 ѵ ѵ Ѵ 8
16. Siswa 16 ѵ ѵ Ѵ 6
17. Siswa 17 ѵ ѵ Ѵ 7
18. Siswa 18 ѵ ѵ ѵ 7
19. Siswa 19 ѵ ѵ Ѵ 6
20. Siswa 20 ѵ ѵ Ѵ 6
21. Siswa 21 ѵ ѵ Ѵ 8
22. Siswa 22 ѵ ѵ Ѵ 7
23. Siswa 23 ѵ ѵ Ѵ 4
24. Siswa 24 ѵ ѵ ѵ 5
25. Siswa 25 ѵ ѵ Ѵ 7
26. Siswa 26 ѵ ѵ Ѵ 5
27. Siswa 27 ѵ ѵ Ѵ 5
28. Siswa 28 ѵ ѵ Ѵ 8
29. Siswa 29 ѵ ѵ Ѵ 8
Pabelan, 10 November 2017

Mengetahui

Kepala Sekolah Praktikum

Dr. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag. Dita Atika Sari

83
Hasil Pengamatan Siklus II

NO NAMA SISWA Aspek Yang di Nilai Jumlah


Keaktifan Perhatian Penguasaan
siswa siswa materi
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1. Siswa 1 ѵ  ѵ Ѵ 7
2. Siswa 2 ѵ ѵ Ѵ 7
3. Siswa 3 ѵ ѵ ѵ 8
4. Siswa 4 ѵ ѵ ѵ 7
5. Siswa 5 ѵ ѵ Ѵ 7
6. Siswa 6 ѵ ѵ Ѵ 7
7. Siswa 7 ѵ ѵ ѵ 8
8. Siswa 8 ѵ ѵ Ѵ 8
9. Siswa 9 ѵ ѵ ѵ 8
10. Siswa 10 ѵ ѵ Ѵ 7
11. Siswa 11 ѵ ѵ Ѵ 7
12. Siswa 12 ѵ ѵ ѵ 6
13. Siswa 13 ѵ ѵ ѵ 8
14. Siswa 14 ѵ ѵ ѵ 7
15. Siswa 15 ѵ ѵ ѵ 9
16. Siswa 16 ѵ ѵ Ѵ 7
17. Siswa 17 ѵ ѵ ѵ 8
18. Siswa 18 ѵ ѵ ѵ 8
19. Siswa 19 ѵ ѵ Ѵ 8
20. Siswa 20 ѵ ѵ ѵ 7
21. Siswa 21 ѵ ѵ Ѵ 8
22. Siswa 22 ѵ ѵ Ѵ 7
23. Siswa 23 ѵ ѵ ѵ 7
24. Siswa 24 ѵ ѵ ѵ 8
25. Siswa 25 ѵ ѵ Ѵ 9
26. Siswa 26 ѵ ѵ ѵ 7
27. Siswa 27 ѵ ѵ Ѵ 7
28. Siswa 28 ѵ ѵ ѵ 9
29. Siswa 29 ѵ ѵ ѵ 9
Pabelan, 17 November 2017

Mengetahui

Kepala Sekolah Praktikum

Dr. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag. Dita Atika Sari

Hasil Pengamatan Guru Siklus I

84
Skor
No Aspek yang Dinilai A B C D E
. 5 4 3 2 1
1. Membuat RPP ѵ
2. Menyesuaikan Bahan Ajar Ѵ
3. Menyusun Materi Ѵ
4. Pemilihan Sumber Belajar ѵ
5. Pemilihan Media Yang Tepat ѵ
6. Pemilihan Metode yang Tepat Ѵ
7. Memotivasi Siswa ѵ
8. Menjelaskan Materi Ѵ
9. Membantu Siswa yang Kesulitan ѵ
10. Memfasilitasi Siswa dalam Belajar ѵ
11. Guru dan Peseta Didik Membuat ѵ
Kesimpulan

Pabelan, 10 November 2017

Kepala Sekolah

Dr. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag.

85
Hasil Pengamatan Guru Siklus II

Skor
No Aspek yang Dinilai A B C D E
. 5 4 3 2 1
1. Membuat RPP ѵ
2. Menyesuaikan Bahan Ajar Ѵ
3. Menyusun Materi Ѵ
4. Pemilihan Sumber Belajar ѵ
5. Pemilihan Media Yang Tepat ѵ
6. Pemilihan Metode yang Tepat Ѵ
7. Memotivasi Siswa ѵ
8. Menjelaskan Materi Ѵ
9. Membantu Siswa yang Kesulitan ѵ
10. Memfasilitasi Siswa dalam Belajar ѵ
11. Guru dan Peseta Didik Membuat Ѵ
Kesimpulan
Pabelan, 17 November 2017

Kepala Sekolah

Dr. Muh. Abdul Kholiq, M.Ag.

86
Nilai Siklus I

No. Nama Siswa Nilai


1. Siswa 1 76
2. Siswa 2 73
3. Siswa 3 56
4. Siswa 4 50
5.. Siswa 5 70
6. Siswa 6 67
7. Siswa 7 48
8. Siswa 8 73
9. Siswa 9 98
10. Siswa 10 59
11. Siswa 11 92
12. Siswa 12 66
13. Siswa 13 77
14. Siswa 14 60
15. Siswa 15 40
16. Siswa 16 72
17. Siswa 17 75
18. Siswa 18 65
19. Siswa 19 81
20. Siswa 20 48
21. Siswa 21 72
22. Siswa 22 63
23. Siswa 23 64
24. Siswa 24 92
25. Siswa 25 60
26. Siswa 26 70
27. Siswa 27 83
28. Siswa 28 70

87
29. Siswa 29 66

Nilai Siklus II

No. Nama Siswa Nilai


1. Siswa 1 80
2. Siswa 2 80
3. Siswa 3 70
4. Siswa 4 75
5.. Siswa 5 73
6. Siswa 6 70
7. Siswa 7 75
8. Siswa 8 73
9. Siswa 9 90
10. Siswa 10 70
11. Siswa 11 85
12. Siswa 12 70
13. Siswa 13 80
14. Siswa 14 75
15. Siswa 15 85
16. Siswa 16 75
17. Siswa 17 80
18. Siswa 18 90
19. Siswa 19 85
20. Siswa 20 95
21. Siswa 21 78
22. Siswa 22 80
23. Siswa 23 82
24. Siswa 24 88
25. Siswa 25 70

88
26. Siswa 26 75
27. Siswa 27 85
28. Siswa 28 95
29. Siswa 29 70

89
90
91
92
93

Anda mungkin juga menyukai