Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN ASPEK PENDIDIKAN TEOLOGIS DALAM BUKU

MENDIDIK ANAK LAKI-LAKI KARYA KHALID ASY-


SYANTUT

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

MONICA ARNAZ
NIM: 20.13.10180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
JAKARTA
1445 H/ 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt. karena berkat rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian berjudul
TINJAUAN ASPEK PENDIDIKAN TEOLOGIS DALAM BUKU MENDIDIK
ANAK LAKI-LAKI KARYA KHALID ASY-SYANTUT.
Laporan proposal ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada
program Strata-1 di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah. Penulis
menyadari dalam penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Baeti Rohman, MA., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Universitas PTIQ Jakarta.
2. Bapak M. Naelul Mubarok, MM., selaku KAPRODI Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Universitas PTIQ Jakarta.
3. Bapak Prof. H. Murtadho, M. Ag., dan Bapak Dr. Sandi Santosa, M. Si., selaku
pembimbing mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan.
4. Segenap Dosen dan Civitas Akademika Program Studi PAI Universitas PTIQ
Jakarta..
5. Suami, Kedua orang tua, anak dan adik penulis serta teman-teman satu
angkatan.
Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik sehingga laporan
proposal ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.

Tangerang, 22 Juli 2023

Peneliti

MONICA ARNAZ
NIM: 201310180
BAB I

A. Latar Belakang
Dewasa ini kehadiran agama Islam semakin dituntut untuk terlibat secara
aktif dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia.
Agama seharusnya tidak hanya menjadi lambang kesalehan atau hanya berhenti
dalam menyampaikan dakwah keagamaan, tetapi juga secara konseptual
menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah tersebut
1
. Oleh karena itu, kebutuhan akan wacana keagamaan yang disajikan dalam
bentuk buku tentang berbagai persoalan baik kemanusiaan maupun kebangsaan
semakin disadari. Dengan demikian buku tentang keimanan, keislaman,
ketaqwaan dan amal saleh seorang muslim terus berkembang melalui hubungan
dialogis yang berkaitan dengan berbagai persoalan kemanusiaan, salah satunya
dalam mendidik anak. Dalam pandangan Islam, anak merupakan salah satu
anugerah Tuhan yang agung yang hanya diberikan kepada pasangan yang
dipercaya untuk menjalankan tugasnya sebagai orang tua. Atas dasar itu, anak
merupakan amanah Tuhan bagi orang tua, dengan demikian semua orang tua
wajib mendidik anaknya agar menjadi orang yang sholeh, berilmu, beriman dan
bertakwa. Ini merupakan ungkapan tanggung jawab dari setiap orang tua kepada
Tuhannya.
Pondasi dalam pendidikan anak adalah pendidikan agama, tentu bagi umat
muslim ialah Pendidikan Agama Islam. Dimana orang tua berusaha memberikan
bimbingan, pengajaran dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai
pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam,
serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan
masyarakat. Pada kenyataannya tidak semua orang tua memiliki persepsi yang
sama terhadap pendidikan agama Islam. Karena masih ada orang tua yang
berpersepsi seperti masa lalu yang belum bisa menerima perubahan zaman dan
kurang peduli terhadap pendidikan agama Islam, tanpa adanya keinginan

1
Rifqi Muntaqo, “Wawasan Al-Qur’an Tentang Ekologi” Jurnal Manarul Qur’an, Vol.
01, No. 2, 2022, h. 16.

1
melakukan perubahan yang menyeluruh. Persepsi semacam ini merupakan
berdasarkan pengalaman yang dialami orang tua sehingga merasa tidak
pentingnya terhadap pendidikan agama Islam.2
Seperti kasus pada penelitian yang dilakukan oleh SITI ROHAENAH
LAWATI3, bahwa problematika orang tua di Desa Tanah Harapan Kecamatan
Mukomuko Kabupaten Mukomuko dalam menanamkan nilai- nilai keagamaan
pada anak yaitu orang tua yang terlalu sibuk bekerja di sawah dan di kebun tanpa
mengontrol kegiatan anak, maka anak merasa tidak diperdulikan sehingga si anak
merasa diberi kebebasan untuk melakukan hal-hal yang membuat anak senang
tanpa memikirkan akibatnya. Disamping itu juga orang tua yang tidak mempunyai
pendidikan dan pengalaman yang mencukupi juga menjadi penghambat untuk
memberikan nilai-nilai keagamaan pada anak. Selain itu juga kelemahan orangtua
dalam pendidikan dan penerapan nilai-nilai agama terletak pada ketidakmampuan
menjadi teladan bagi anak.
Anak adalah anugerah sekaligus amanah bagi kedua orang tuanya, maka
sudah seharusnya semua orang tua berusaha menjadi orang tua yang ideal seperti
yang dikehendaki Allah SWT., dalam Al-Qur’an dan yang dicontohkan
Rasulullah saw. Lantas apakah ada perbedaan dalam mendidik anak laki-laki dan
perempuan?, tentu ada. Rasul telah lebih dahulu memberikan contoh mendidik
anak sesuai fitrah masing-masing jenis kelamin. Banyak hadis Nabi Muhammad
saw., yang mendorong orang tua maupun pendidik untuk menanamkan dan
mengembangkan tabiat rujulah (maskulinitas) pada anak laki-laki. Misal, perintah
untuk memisahkan tempat tidur mereka dari anak perempuan, larangan memakai
kain sutra, mengajari mereka berenang, memanah, dan berkuda, serta menyiapkan
mereka masuk ke jenjang pernikahan sebagai suami dan ayah. Begitu juga
anjuran-anjuran untuk menanamkan dan mengembangkan tabiat unutsah
(femininitas) pada anak perempuan. Misalnya, dengan bersikap lebih lembut
2
Mustaqim, “Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Islam Masyarakat Air
Raya Kabupaten Natuna Kepulauan Riau”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol.
09, No. 1 tahun 2023, h. 303
3
Siti Rohaenah Lawati, Problematika Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Keagamaan Pada Anak Di Desa Tanah Harapan Kecamatan MUKOMUKO Kabupaten
MUKOMUKO, Skripsi (Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu Fakultas
Tarbiyah Dan Tadris, 2018), h.89

2
dengan mereka seperti memberikan mainan boneka, memakaikan anting,
menanamkan berbagai identitas keperempuanan serta menyiapkan mereka agar
bisa menjadi istri dan ibu pada masa yang akan datang.4
Dalam penelitian Novita Ardiyanti yang berjudul Metode Mendidik Anak
Laki-Laki Perspektif Rasulullah (Kajian Buku Cara Nabi Mendidik Anak Laki-
Laki Karya Abu Abdurrahman Al-Faruq). 5 Dijelaskan ada berbagai metode
mendidik anak laki-laki ala Nabi Muhammad saw., dalam buku karya Abu
Abdurrahman Al-Faruq yaitu menampilkan metode keteladanan pada anak,
mengajak anak berdialog, menghukum anak sesuai dengan hukum Allah SWT.,
menghargai serta menunaikan hak-hak anak, mengenalkan mahram, aurat dan
pakaian untuk anak laki-laki, mengarahkan jenis permainan anak laki-laki,
memengaruhi jiwa anak laki-laki dengan sirah nabawiyah dan kisah para
pahlawan Islam, serta pendidikan keperwiraan untuk anak laki-laki. Dan juga
perlu memperhatikan waktu dalam pemberian nasihat.
Laki-Laki dan perempuan sudah dipastikan memiliki fitrah yang
berbeda. Namun dalam keseharian sering kali para orang tua maupun tenaga
pendidik menyamaratakan aspek pendidikan anak laki-laki maupun perempuan.
Banyak ditemui kondisi kelas terpisah antara murid laki-laki dan perempuan,
namun tidak dengan kurikulum pendidikannya. Dilansir dari Everyday Health,
anak laki-laki memiliki hormon testosteron yang tinggi sehingga mereka dapat
berperilaku agresif, mudah stres, hingga sulit menenangkan diri. Ini menjadi salah
satu faktor mengapa cara mendidik anak laki-laki dianggap lebih menantang.
Disamping itu juga anak laki-laki akan menjadi pemimpin untuk keluarganya dan
ummat dimasa depan maka perlu keseriusan dalam mendidik anak laki-laki, Hal
ini sesuai dengan QS. An-Nisa/ 4: 34 dengan bunyi:

4
Muhyiddin, “Apakah Ada Perbedaan Cara Mendidik Anak Laki-Laki Dan Perempuan
Menurut Islam?”, dalam https://islamdigest.republika.co.id/berita/rl2w57320/apakah-ada-
perbedaan-cara-mendidik-anak-lakilaki-dan-perempuan-menurut-islam. Diakses pada 3 Oktober
2023.
5
Novita Ardiyanti, Metode Mendidik Anak Laki-Laki Perspektif Rasulullah (Kajian Buku
Cara Nabi Mendidik Anak Laki-Laki Karya Abu Abdurrahman Al-Faruq), Skripsi (Jepara:
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU), 2022), h.
ix

3
Terjemahan Kemenag 2019
34. Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri)
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian
yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari hartanya. Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang
taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena
Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu
khawatirkan akan nusyuz, berilah mereka nasihat, tinggalkanlah mereka di
tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu,) pukullah mereka (dengan
cara yang tidak menyakitkan). Akan tetapi, jika mereka menaatimu,
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Pendidikan islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan


hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran islam.6 Sedangkan pendidikan barat adalah pendidikan
yang berlandaskan pada spekulasi filosofi yang digunakan mengembangkan dan
membangun pengetahuan dalam mencapai tujuan hidup. Tujuan pendidikan barat
tidak bisa dilepas dari tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanyalah suatu
alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya
6
Wahyu Baskor, Kamus Lengkap Bahasa Indoensia, (Jakarta: Setia Kawan, 2005),
h.293

4
(survival), baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Dengan begitu
tujuan pendidikan harus berpangkal pada tujuan hidup.7
Perbedaan antara konsep Islam dengan konsep Barat adalah teretak pada
landasan filosofisnya. Kalau landasan filosofis pendidikan anak dalam Islam
berdasarkan Alquran dan Hadis, lain lagi dengan landasan filosofis pendidikan
Barat yang menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmunya. Menurut
Sayyed Naqib al-‘Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas
wahyu dan kepercayaan agama, namun dibangun di atas tradisi budaya yang
diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang
memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan
serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus
berubah. Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan
melahirkan ilmu-ilmu sekular.8
Menurut al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban
Barat, pertama, menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia;
kedua, bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran; ketiga, menegaskan
aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekular; empat,
menggunakan doktrin humanisme; dan kelima, menjadikan drama dan tragedi
sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan .
Kelima faktor ini amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan Barat sehingga
membentuk pola pendidikan yang ada di Barat. 9 Serta terdapat empat konsep yang
dipegang oleh perspektif Barat terkait dengan pandangan mereka terhadap
pendidikan. Mulai dari Sekuler10, Liberal11, Pragmatis12, dan Materialis 13
. Dari

7
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara,
2000), h. 52
8
Muhammad Naquib al-Attas, Islam And Secularis (Kuala Lumpur: Art Printing Warks
Sdn. Bld, 1993), h. 36
9
Muhammad Naquib al-Attas, Islam And Secularism, h. 20.
10
Crow, Intruduction To Education; New Revised Edication (New York: American Book
Company, 1960), h. 472
11
Bassam Tibi, et.al., Agama dan Dialog Antara Peradaban, (Jakarta : Paramadina,
1996), h. 153.
12
Hadiwijayono, Seri Sejarah filasafa Barat 2, ( Yogyakarta: Kanisius, 1980), h. 330-
331.
13
Muhammad Quthub, Qabasat min al-Rasul, Cetakan Kedelapan (Mamlakah
al-‘Arabiyyah al-Saudiyyah: Dar al- Shuruq, 1984), h. 77.

5
empat konsep ini, dapat diartikan bahwa konsep pendidikan perspektif Barat
sangat berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
Orang tua seringkali kewalahan dalam mendidik anak disaat usia anak
telah beranjak pada masa remaja, dibuktikan dengan maraknya kenakalan remaja
dan angka kriminalitas yang dilakukan remaja. Contoh saja dari data UNICEF
tahun 2016 kenakalan remaja di Indonesia mencapai sekitar 50%. Angka
kriminalitas di Indonesia semakin melonjak dari tahun ke tahun contohnya pada
tahun 2022, yang pada saat itu angka kriminalitas naik menjadi 7,13% dari tahun
sebelumnya. Banyak faktor yang menyebabkan kondisi tersebut mulai dari faktor
ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun faktor internal dan eksternal. Faktor
internal, biasanya kepribadian, konsep diri, penyesuaian sosial, tugas
perkembangan dan kemampuan penyelesaian masalah yang rendah. Sedangkan
Eksternal adalah lingkungan keluarga seperti pola asuh, lingkungan sekolah, dan
lingkungan teman.14
Tanggung jawab besar orang tua untuk mendidik anak menjadi pribadi
yang shaleh tertuang dalam firman Allah SWT QS. At-Tahrim/66:6

Terjemah Kemenag 2019:


“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”

14
Zielda Okkya L, “ Trend Kriminalitas Di Kalangan Remaja Dan Solusinya”, dalam
https://jurnalpost.com/trend-kriminalitas-di-kalangan-remaja-dan-solusinya/51324/. Diakses pada
3 Oktober 2023.

6
Untuk mewujudkan generasi yang islami diperlukan pembinaan dan
pendidikan anak sejak dini, pendidikan anak sangat penting dalam ajaran
islam, karena anak merupakan bagian penting dari ajaran islam, karena anak
adalah generasi penerus 15.
Di dalam QS. An-Nisa:4/ 31, ALLAH SWT., berfirman:

Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar” (Q.S An-Nisa/4: 9).
Dalam ayat ini ALLAH SWT., memerintahkan kita untuk
mempersiapkan generasi tangguh setelah kita. Kata lemah disini memiliki arti
yang luas bukan hanya lemah dalam fisik saja, tetapi lemah secara aqidah,
lemah secara psikis, lemah secara ekonomi dan lain sebagainya, yang
akhirnya akan membuat generasi penerus ini menjadi orang yang tidak
berkompeten. Maka penerus kita baik anak, murid, cucu siapapun mereka
yang masih pada usia muda harus dididik menjadi penerus islami yang
tangguh dalam segala aspek.
Dalam hal ini buku “Mendidik Anak Laki-laki” Karya Khalid Asy-
Syantut, memiliki awal kajian dengan fakta bahwa pemuda yang cukup
kebutuhan jasmani dan rohaninya akan melewati masa mudanya dengan
aman, juga penyadaran bahwa dalam Islam tidak di kenal istilah remaja (al-
murahiq) yang identik dengan kegoncangan dan krisis jati diri. Yang ada,
istilah pemuda (syabab) yang lekat dengan semangat maju dan masa depan
cerah. Dr. Khalid Asy-Syantut memberikan komparsi utuh dua buah
masyarakat yang membentuk kehidupan pemuda. Antara masyarakat

15
Elihami dan Andi Saharuddin, “Peran Teknologi Pembelajaran Islam Dalam
Organisasi Belajar”, Jurnal Pendidikan, Vol. 01, No. 1, 2022, h. 1.

7
materialistis di perkoatan dengan masyarakat pendesaan yang masih bebas
dari gaya hidup masyarakat pertama. Komparasi tersebut akhirnya
menggiring pada sebuah kesimpulan sejauh mana komitmen masyarakat
terhadap islam, sejauh itu ia akan memberikan jaminan bagi pemuda untuk
melewati fase kehidupannya dengan baik dan selamat.
Tidak berhenti hanya di teori keras semata, Khalid Asy-Syantut juga
menyodorkan satu plot pendidikan praktis bagi pemuda, dengan menjadikan
masjid sebagai sentral utama pergaualan sekaligus pendidikan non-formalnya.
Memang, sudah saatnya mengakhiri krisis moral pemuda dengan resep dan
nilai-nilai islam, dan mendekatkan masjid dalam kehidupan mereka sehari-
hari. Sehingga penelitian tertarik untuk mengkaji aspek pendidikan yang ada
di dalam Buku “Mendidik Anak Laki-laki” Karya Dr. Khalid Asy-Syantut.
Penelitian ini menggunakan aspek pendidikan teologi sebagai fokus dalam
penelitian.
Metode teologis dalam memahami kajian Islam dapat diartikan sebagai
upaya untuk memahami kajian tentang Islam dengan menggunakan kerangka
ketuhanan yang bersumber dari suatu keyakinan. Dalam pendekatan teologis,
Islam dipandang sebagai kebenaran mutlak Tuhan yang tidak kekurangan
sama sekali dan tampak ideal. Teologi sebagai ilmu yang membahas soal
Ketuhanan dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan, menggunakan
akal dan wahyu dalam memperoleh pengetahuan tentang kedua soal tersebut,
akal sebagai daya pikir yang ada dalam diri manusia berusaha keras untuk
sampai kepada Tuhan, dan wahyu adalah suatu kebenaran yang datang dari
Allah kepada manusia tertentu. Wahyu terjadi karena adanya komunikasi
16
yang langsung antara Tuhan dan manusia sebagai pengkhobaran dari alam
metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan dari Tuhan
dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan. Dalam arti lain
komunikasi dari Tuhan kepada manusia pilihan-Nya.
Dengan demikian, teologi sebagai sebuah disiplin ilmu, berupaya untuk
merefleksikan hubungan Allah dan manusia. Manusia berteologi karena ingin

16
Harun Nasution, Falsafah Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 17.

8
memahami dan mempertanggungjawabkan keimanannya secara baik. Namun,
teologi bukan agama dan tidak sama dengan ajaran agama, karena dalam
teologi itu terdapat unsur-unsur ¥intellectus quaerens fidemμ (akal
menyelidiki isi iman) yang diharapkan bisa memberikan sumbangan secara
substansial untuk mengintegrasikan antara akal dan iman, iptek dan imtaq,
yang pada gilirannya akan bermanfaat bagi hidup manusia.17
Wilayah dan kompetensi epistemologis Teologi Pendidikan berarti
menjawab beberapa pertanyaan: Pertama: dari mana sumber rujukan
pengetahuan Teologi Pendidikan diambil? KeDua, bagaimana cara
memperoleh pengetahuan teologi pendidikan tersebut? Ketiga: Bagaimana
validitas pengetahuan Teologi Pendidikan tersebut dapat dipertanggung
jawabakan? . Kajian Teologi Pendidikan merupakan kajian tentang doktrin-
doktrin Islam mengenai pendidikan di manafokus utamanya adalah hubungan
antara Tuhan dengan pendidikan, maka sumber pengetahuan teologi
pendidikan adalah Al-Qur’an dan Hadits. Doktrin-doktrin (dogma) tersebut
dikaji melalui metode rasional-abstrak yang divalidasi secara logis. Untuk
melakukan hal tersebut, Teologi Pendidikan bisa dibantu oleh disiplin ilmu
lainnya, seperti ilmu tafsir, ilmu bahasa, ilmu adab, dan ilmu-ilmu yang
lainnya.18 Posisi teologi pendidikan (Islam) adalah sebagai dasar reorientasi
pendidikan yang mengarah kepada nilai-nilai kemanusiaan diperlukannya
konfigurasi sistem pendidikan Islam menurut konsep wahyu.19
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan rekonstruksi pandangan
dunia teologi Islam dalam buku “Mendidik Anak Laki-laki” Karya Khalid
Asy-Syantut. Peneliti akan melakukan tinjauan pada aspek pendidikan
teologis dalam buku untuk mengetahui kesenjangan antara buku “Mendidik
Anak Laki-laki” Karya Khalid Asy-Syantut dengan aspek pendidikan
teologis. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul, “Tinjauan Aspek
17
Anita Kusuma Wardana, “Filsafat dan Teologi”, dalam
https://www.kompasiana.com/amp/anitawardana/550070d3a333113072510d03/filsafat-dan-
teologi . Diakses pada 10 Juni 2023.
18
Imam Syafie, “Teologi Pendidikan: Epistemologis, Ontologis, dan Aksiologis” Jurnal
Ijtimaiyya, Vol. 06, No. 2, 2013, h. 6-7
19
Imam Syafie, “Teologi Pendidikan: Epistemologis, Ontologis, dan Aksiologis” Jurnal
Ijtimaiyya, Vol. 06, No. 2, 2013, h. 14

9
Pendidikan Teologis dalam Buku “Mendidik Anak Laki-laki” Karya Khalid
Asy-Syantut.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah yaitu:
1. Kurangnya perhatian orang tua dalam memberikan pendidikan
keagamaan pada anak.
2. Perbedaan antara mendidik anak laki-laki dan anak perempuan dalam
Islam.
3. Perbedaan antara teori pendidikan barat dengan teori pendidikan islam.
4. Susahnya mendidik anak pada usia remaja.

C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini di dalamnya dibatasi terhadap penelusuran terkait:
1. Membahas aspek pendidikan teologis.
2. Membahas bagaimana mendidik anak laki-laki.
3. Membahas isi dari buku mendidik anak laki-laki karya Khalid As-
Syantut.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan dalam latar
belakang masalah diatas, maka permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: “Bagaimana analisis tinjauan aspek pendidikan teologis dalam buku
“Mendidik Anak Laki-laki” karya Khalid Asy-Syantut?”

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan oleh peneliti, maka
penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris dan data yang tepat serta
dapat dipercaya dan diandalkan mengenai: “Untuk menganalisis tinjauan aspek
pendidikan teologis dalam buku “Mendidik Anak Laki-laki” karya Khalid Asy-
Syantut.”

10
F. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritik. Untuk memperoleh bukti-bukti data empiris tentang
analisis tinjauan aspek pendidikan teologis dalam buku “Mendidik Anak Laki-
laki” karya Khalid Asy-Syantut yang akan bermanfaat untuk megembangkan ilmu
pengetahuan dan akademis mahasiswa di dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
2. Manfaat Praktis. Penelitian ini dapat menjadi sebuah bahan informasi
dan sebagai referensi tambahan yang berkaitan dengan variabel di dalam
penelitian yaitu tinjauan aspek pendidikan teologis dalam buku “Mendidik Anak
Laki-laki” karya Khalid Asy-Syantut. Selain itu juga bisa menjadi referensi bagi
para guru, aktivis pendidikan dan para orang tua yang membutuhkan sarana dalam
mendidik para pemuda yang islami.

G. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini bukan penelitian yang pertama kali dilakuakan, namun ada
penelitian- penelitian yang pernah dilakuakan, diantara nya ialah:
1. Penelitian Sensius Amon Karlau dengan judul “Kajian Teologis dan
Yuridis Sistem Pendidikan menurut Struktur Teks Kejadian 1:1-31” pada Jurnal
Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Volume. 2, No. 2, tahun 2020. Kajian ini
bertujuan untuk memperkaya pemahaman tentang sistem pendidikan berdasarkan
kajian teologis dan yuridis sebagai acuan pendidikan untuk saling mewujudkan
antara keduanya. Penulis menggunakan metode analisis naratif dan struktural
dengan pendekatan pengamatan leksikal terhadap struktur dan narasi teks
Kejadian 1: 1-31 untuk menyimpulkan bahwa kajian teologis dan yuridis tidak
bertentangan tetapi saling melengkapi dalam aktualisasi pendidikan oleh manusia
dengan sikap mengasihi dengan hati, jiwa dan kekuatannya untuk mencintai
Penciptanya.
2. Penelitian Yushiko D. Monding dengan judul “Tinjauan Teologis
Tentang Pendidikan Seks Dari Perspektif Pendidikan Kristiani Transformatif”
pada Jurnal Teologi Kristen Volume. 16, No. 2, tahun 2020. Metode yang
digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan

11
menggunakan studi literatur. Penulis menelaah berbagai karya sastra yang
berkaitan dengan pembahasan seks, kemudian merumuskan relevansi dan
kontribusi pendidikan Kristiani transformatif tentang seks secara teologis. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa gereja, keluarga, dan sekolah harus
memberikan pengajaran atau bimbingan dengan pendekatan teologis pendidikan
melalui pengajaran Alkitab yang dinamis.
3. Penelitian Sauqi Futaqi dengan judul “Memperkokoh Basis Teologis
Pendidikan Islam” pada Jurnal Studi Pendidikan Islam Volume. 3, No. 1, tahun
2020. Penelitian ini menjelaskan bahwa keterkaitan anatara teologi Islam dan
pendidikan terlatak pada sebuah keyakinan. Hal tersebut bermaksud untuk
menghindari keresahan spiritual di tengah kompleksitas kemajuan global.
Kegelisahan itu terlihat dari sejumlah isi kurikulum pendidikan nasional yang kini
mulai diarahkan untuk memperkuat aspek spiritual dan sosial, tanpa mengurangi
etos keilmuan di bidang IPTEK. Setidaknya perkembangan wacana teologi
pendidikan Islam dapat menghadirkan etos baru bagi keutuhan proses kehidupan
manusia sebagai subjek pendidikan.
4. Penelitian Andi Rika Nur Rahma dan Hanan Assagaf dengan judul
“Teologi Islam Harun Nasution” pada Jurnal Aqidah Volume. 08, No. 01, tahun
2022. Pada artikel ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data yaitu literatur, dan menggunakan pendekatan sosiologis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Harun Hasution tentang konsep
kebebasan mutlak dan kehendak Tuhan lebih mirip dengan pemahaman teologi
Mu'tazilah. Demi keadilan Tuhan, Harun Nasution lebih suka membandingkan
dan memaparkan beberapa aliran pemikiran teologi Islam tanpa memihak. Dalam
memahami takdir dan sunnatullah Harun menekankan menggunakan akal karena
hal ini akan mempengaruhi sifat produktif umat yang akan berdampak pada
perkembangan dan kemajuan umat Islam. Tasawuf dalam pandangan Harun
dinilai sebagai neo-sufisme, maka lebih baik teologi rasional Islam diterapkan di
tengah kehidupan umat Islam di Indonesia agar terjadi peningkatan terhadap sifat
dan keproduktifan masyarakat Islam sehingga menciptakan kemajuan.

12
5. Penelitian Eka Firmansyah dan Khozin dengan judul “Teologi Dan
Filsafat Sebagai Basis Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam” pada
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Volume. 08, No. 02, tahun 2022.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif
deskriptif dengan mengumpulkan berbagai literatur mengenai masalah yang akan
dibahas. Dengan demikian hasil kajian peneliti ditemukan bahwasanya, ada
beberapa asas dalam pengembangan kurikulum PAI diantaranya adalah asas
teologi dan filsafat. Asas teologis adalah asas yang merujuk pada Al-Qur’an dan
Hadits, sedangkan asas filsafat adalah asas yang berdasarkan filosofi. Dengan
menggunakan landasan-landaran ini diharapkan mampu menghasilkan kurikulum
yang mudah dipahami, mudah pula untuk dijalankan, serta sesuai dengan kondisi
para siswa di berbagai penjuru di Indonesia, tidak hanya berpatokan pada kondisi
para siswa di daerah-daerah tertentu.

H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian.
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kepustakaan
(Library research), yaitu suatu studi literatur yang sistematis, jelas, menyeluruh
dengan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengumpulkan data penelitian yang
ada. Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu peneliti lebih memahami
latar belakang penelitian yang menjadi subjek topik yang dicari dan memahami
mengapa dan bagaimana hasil penelitian tersebut sehingga dapat menjadi acuan
penelitian baru yang akan dilakukan.
Metode penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif-kualitatif
dimana penelitian dilakukan dengan menjelaskan variabel. Tinjauan sistematis ini
bertujuan untuk mengeksplorasi Tinjauan Aspek Pendidikan Teologis dalam Buku
“Mendidik Anak Laki-laki” Karya Khalid Asy-Syantut.

2. Sumber Data

13
Adapun sumber-sumber dalam penelitian skripsi ini dibagi menjadi dua
yakni sumber primer dan sumber sekunder. Penjelasan mengenai kedua sumber
data penelitian tersebut sebagai berikut:
a. Primer
Sumber primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
subjek penelitian dengan pengambilan data langsung pada subjek sebagai
sumber informasi yang dicari.20 Adapun dalam penelitian ini yang menjadi
sumber primer yaitu buku ‘’Mendidik Anak Laki-Laki “ karya Dr. Khalid
Asy-Syantut.
b. Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan
kepustakaan. Yang dimaksud disini adalah data penunjang dari data
primer. Data ini peneliti peroleh dari kitab-kitab tafsir al-Qur‟an, dan
buku-buku ilmiah khususnya buku-buku pendidikan, buku-buku
penelitian, majalah, jurnal.
3. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah teknik dokumentasi.
Dalam melaksanakan dokumentasi ini peneliti melakukan penelitian terhadap
benda-benda tertulis yaitu buku-buku, catatan-catatan dan lain-lain. Namun
peneliti fokus dan konsentrasikan kepada aspek pendidikan teologis yang
terkandung dalam buku “Mendidik Anak Laki-Laki” yang dicetak pada tahun
2013 oleh penerbit AQWAM Anggota SPI (Serikat Penerbit Islam) serta buku-
buku ilmiah yang mempunyai relevansi dengan penulisan skripsi ini.

I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (skripsi)” yang di terbitkan oleh Fakultas Tarbiyah Institut
Perguruan Tinggi Ilmu- Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta 2021.

J. Daftar Pustaka
20
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2014), h. 5.

14
Al-Attas, Muhammad Naquib. Islam And Secularis (Kuala Lumpur: Art
Printing Warks Sdn. Bld, 1993)
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta:
Bumi Aksara, 2000)
Ardiyanti, Novita. Metode Mendidik Anak Laki-Laki Perspektif Rasulullah
(Kajian Buku Cara Nabi Mendidik Anak Laki-Laki Karya Abu Abdurrahman Al-
Faruq), Skripsi (Jepara: Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Universitas Islam
Nahdlatul Ulama (UNISNU), 2022)
Baskor, Wahyu. Kamus Lengkap Bahasa Indoensia, (Jakarta: Setia
Kawan, 2005)
Crow. Intruduction To Education; New Revised Edication (New York:
American Book Company, 1960)
Elihami dan Andi Saharuddin. “Peran Teknologi Pembelajaran Islam
Dalam Organisasi Belajar”, Jurnal Pendidikan, Vol. 01, No. 1, tahun 2022.
Hadiwijayono. Seri Sejarah filasafa Barat 2, ( Yogyakarta: Kanisius,
1980)
Lawati, Siti Rohaenah. Problematika Orang Tua Dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Keagamaan Pada Anak Di Desa Tanah Harapan Kecamatan
MUKOMUKO Kabupaten MUKOMUKO, Skripsi (Bengkulu: Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Bengkulu Fakultas Tarbiyah Dan Tadris, 2018)
L, Zielda Okkya. “ Trend Kriminalitas Di Kalangan Remaja Dan
Solusinya”, dalam https://jurnalpost.com/trend-kriminalitas-di-kalangan-remaja-
dan-solusinya/51324/. Diakses pada 3 Oktober 2023.
Muhyiddin, “Apakah Ada Perbedaan Cara Mendidik Anak Laki-Laki Dan
Perempuan Menurut Islam?”, dalam
https://islamdigest.republika.co.id/berita/rl2w57320/apakah-ada-perbedaan-cara-
mendidik-anak-lakilaki-dan-perempuan-menurut-islam. Diakses pada 3 Oktober
2023.
Muntaqo, Rifqi. “Wawasan Al-Qur’an Tentang Ekologi”, Jurnal Manarul
Qur’an, Vol. 01, No. 2, tahun 2022.

15
Mustaqim, “Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Islam
Masyarakat Air Raya Kabupaten Natuna Kepulauan Riau”, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan, Vol. 09, No. 1 tahun 2023
Nasution, Harun. Falsafah Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973).
Quthub, Muhammad. Qabasat min al-Rasul, Cetakan Kedelapan
(Mamlakah al-‘Arabiyyah al-Saudiyyah: Dar al- Shuruq, 1984)
Syafie, Imam.“Teologi Pendidikan: Epistemologis, Ontologis, dan
Aksiologis” Jurnal Ijtimaiyya, Vol. 06, No. 2, tahun 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2007).
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2010)
Tibi, Bassam., et.al. Agama dan Dialog Antara Peradaban, (Jakarta :
Paramadina, 1996)
Wardana, Anita Kusuma. “Filsafat dan Teologi”, dalam
https://www.kompasiana.com/amp/anitawardana/550070d3a333113072510d03/
filsafat-dan-teologi . Diakses pada 10 Juni 2023.
Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2014)

K. Outline
Bab I: Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Kegunaan Penelitian
G. Penelitian Terdahulu
H. Metode Penelitian
I. Sistematika Penulisan
J. Sistematika Penyusunan

Bab II: Kajian Teori


A. Konsep Pendidikan Islam
B. Konsepsi Teologi Pendidikan Islam
C. Konsep Mendidik Anak Laki-laki Dalam Islam

16
Bab III: Identitas Buku
A. Biografi Khalid As-Syantut
B. Identitas Buku “Mendidik Anak Laki-Laki” Karya Khalid As-
Syantut
C. Struktur Buku “Mendidik Anak Laki-Laki” Karya Khalid As-
Syantut
D. Muatan Materi Buku “Mendidik Anak Laki-Laki” Karya Khalid
As-Syantut

Bab IV: Analisis Buku


A. Aspek Pendidikan Teologis Dalam Buku “Mendidik Anak Laki-
Laki” Karya Khalid As-Syantut
B. Pembahasan Aspek Pendidikan Teologis Dalam Buku “Mendidik
Anak Laki-Laki” Karya Dr. Khalid As-Syantut

Bab V: Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran

17

Anda mungkin juga menyukai