PENDAHULUAN
Filsafat pendidikan suatu ilmu yang membahas bidang pendidikan secara filosofis. Filsafat
pendidikan merupakan suatu jawaban filosofis terhadap pertanyaan yang filosofis dalam dunia
pendidikan. Hakikat pendidikan, isi, tujuan dan kebijakan dalam dunia pendidikan menjadi lingkup kajian
filsafat pendidikan. Oleh karena itu, filsafat pendidikan memiliki peranan dan fungsi yang strategis dalam
dunia pendidikan. Sedangkan metode-metode untuk mengkajinya perlu mempertimbangkan
relevansinya. Metode studinya terdapat metode rasionalistik, metode empirik, metode intuisi, metode
reflektif, metode historis dan analisis sintesis serta hermeneutika. Aspek ontologi, epistemologi dan
aksiologi menjadi aspek utama dalam mengkaji bidang pendidikan sehingga bisa melihat hakikat, proses
dan nilai guna pendidikan.
Selain mengkaji pendidikan secara ontologi, epistemologi dan aksiologi juga menyusung aliran-aliran
filsafat pendidikan, yakni idealisme, realisme, materialisme, pragmatis, progresivisme, esensialisme,
perenialisme, eksistensialisme, rekontruksionisme dan konstruktivisme. Aliran tersebut memiliki
karakteristik sendiri dalam memandang dunia pendidikan yang dibutuhkan manusia yang dapat
mengantarkan pencerahan hidup.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Buku Utama:
Buku Pembanding:
Buku Utama:
2
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara kritis.
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat
kita junjung tinggi.
3. Filsafat pendidikan adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang sesuatu
(Jalaluddin dan Said, 1994:9)
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang komprehensif yang
berusaha memahami persoalan yang timbul dalam ruang lingkup pengalaman manusia.
Sedangkan pendidikan dalam KBBI adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
(Depdiknas, 1999:213). Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan
atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa (Sudirman
N., dkk., 1992:4).
Menurut Langeveld pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan, atau lebih tepat membantu anak agar cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri (Langeveld, 1971:5).
Maka, disimpulkan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat itu adalah semua aspek yang berhubungan
dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri yang berhungan
dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan tujuan itu dapat tercapai seperti yang dicita-
citakan.
B. Ta’lim
Sebagian para ahli menerjemahkan ta’lim dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan
dengan pengajaran.
C. Ta’dib
Ta’dib biasanya dipahami dalam pengertian pendidikan sopan santun, tata karma, adab, budi pekerti,
akhlak, moral dan etika.
D. Riyadhah
Secara etimologis, riyadhah diartikan dengan pengajaran dan pelatihan.
4
Pendidikan islam dapat diartikan sebagai proses trans-internalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada
peserta didik melaui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan
pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
B. Sumber Filosofis
5
1. Pengalaman merupakan sumber pendidikan karena merancang pengalaman dalam proses
pendidikan pada hakikatnya menyusun scenario pembelajaran sebagai pedoman dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
2. Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan
intelektualitas.
3. Ilham adalah petunjuk yang dating dari Tuhan yang terbit di hati, bisikan hati atau sesuatu yang
menggerakan hati.
4. Wahyu ialah bisikan, isyarat, tulisan ataupun kitab yang merupakan pemberitahuan secara
tersembunyi dan cepat.
B. Landasan Epistemologis
Epistemologi berasal dari bahasa yunani, yaitu episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori.
Jadi, epistemology adalah ilmu tentang pengetahuan.
C. Landasan Aksiologi
Berbicara tentang aksiologi tentu sangat terkait dengan nilai sesuatu. Dan nilai berkaitan dengan
masalah baik-buruk. Dalam filsafat, pembicaraan aksiologi dilakukan untuk mengetahui batas arti, ciri-
citi, tipe, kriteria dan status epistemology nilai-nilai. Pembicaraanya juga menyangkut pembahasan
tentang tujuan dan manfaat sesuatu sehingga dipandang bernilai.
7
A. Pendahuluan
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat
menjalankan 3 fungsi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk memegang peran
tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang
diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat
sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban.
Paradigma yang berkembang di dunia pendidikan yang dianut oleh para pendidik, decision maker,
pemerhati pendidikan tidak menutup kemungkinan dipengaruhi oleh cara berpikir para filosof yang
selanjutnya menjadi aliran berpikir dalam dunia pendidikan.
B. Esensialisme
Esensialisme merupakan falsafah pendidikan tradisional yang memandang bahwa nilai pendidikan
hendaknya bertumpu pada nilai yang jelas dan tahan lama, sehingga menimbulkan kestabilan dan arah
yang jelas pula.
Pandangan essensialisme tentang belajar, bila seseorang itu belajar pada taraf permulaan adalah
memahami aku-nya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia objektif.
C. Eksistensialisme
Eksistensialisme berarti filsafat mengenai aku dan bagaimana aku hidup. Dengan demikian,
eksistensialisme adalah filsafat subyektif mengenai diri. Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata
“eks” yang berarti diluar dan “sistensi” yang berarti berdiri atau menempatkan. Jadi, secara luas dapat
diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.
D. Perenialisme
Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, dimana susunannya
merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap yang tegas dan
lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas
merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan
ilmupengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi, dengan berpikir
maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran.
Perenialisme dapat dengan mudah dikenali karena memiliki kekhasan, diantaranya adalah: pertama,
bahwa perenialisme mengambil jalan regresif, yaitu kembali ke masa Yunani Kuno dan Abad
Pertengahan; kedua, perenialisme beranggapan bahwa realita itu mengandung tujuan; ketiga,
perenialisme beranggapan bahwa belajar adalah latihan dan disiplin mental; dan keempat, perenialisme
beranggapan bahwa kenyataan tertinggi itu berada di balik alam, penuh kedamaian dan transendental.
E. Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil,
atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.
8
perkembangan individu. Pengetahuan dicari dan diperoleh berdasarkan pada perintah Tuhan, sementara
Barat pengetahuan diperlukan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.
Pendidikan Barat sangat mengagumi aspek materi sehingga filosofi yang mereka kembangkan adalah
yang berbasis materi. Filsafat Esensialisme, Eksistensialime, Perenialisme dan Pragmatisme basisnya
adalah empirisme dan positivisme. Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep
bahwa dunia dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada ada pula. Pendapat
ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan
tata alam yang ada.
B. Prinsip Dinamisme
Dinamisme merupakan paham atau isme yang menetapkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam
ini senantiassa berubah dan berpindah dari satu kondisi ke kondisi lain. Namun, dalam konteks
pendidikan menekankan pentingnya dinamika atau gerak maju dalam setiap upaya pengajaran.
Dinamisme dalam pendidikan bermakna bahwa suatu sistem pendidikan tidak semestinya bersifat
kaku dan anti perubahan, namun justru harus menjadi pelopor kemajuan dan pengembangan kualitas
kepribadian, intelektualitas serta kreativitas peserta didik.
9
Kaitan antara pendidikan dengan transformasi masyarakat, khususnya sikap penghargaan atas kondisi
kemajemukan agama di tanah air, kadang mengkhawatirkan. Mengapa keterkaitan antara pendidikan
dan penghormatan atas inklusif agama tidak sekuat antara pendidikan dengan transformasi sosial?
Jawabannya adalah bahwa pendidikan telah direduksi menjadi sekedar pengajaran. Realitas pendidikan
lebih menonjolkan hal yang bersifat kognitif, penguasaan terhadap subyek akademik, bukan
pengembangan watak peserta didik tentang bagaimana bersikap tentang realitas lingkungan yang secara
keagamaan bersifat pluralistik.
Buku Pembanding:
B. Pendidikan Islam
Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani pendidikan islam adalah proses mengubah tingkah
laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai
suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi asasi dalam masyarakat.
1. Al-Tarbiyyah
Pendidikan dalam pengertian ini berusaha menghasilkan orang bijaksana, orang berilmu, dan orang
yang lembut hatinya. Selain itu, al-tarbiyyah juga bermakna inayah yang berarti menolong, tidak
menuntun peserta didik itu mencapai tujuannya. Pendidik dituntut sebagai penolong yang bukan
hanya pengantar menuju cita-cita pendidikan saja. Disini peserta didik di berdayakan untuk berperan
aktif untuk menuju cita-cita pendidikan itu.
10
2. Ta’lim
Ta’lim atau ta’allam dalam al-Qur’an bisa bermakna “mengajarkan secara perlahan-lahan, sehingga
dapat membekas dalam jiwa pelajarannya”.
3. Ta’dib
Ta’dib bias disebut proses menjadikan seseorang beradab dalam pengertian berakhlak mulia.
4. Tadris
Al-Ashafahani menyebutkan kata tadris harus meninggalkan bekas, maksudnya dari yang dipelajari
ada yang membekas dengan hapalan, pemahaman ataupun pengalaman.
11
Tujuan akhir pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung ada 2, yaitu ibadah dan sedekah. Ibadah
adalah puncak ketundukan terhadap Allah SWT. dimana mengerjakan perintahnya dan menjauhi
larangannya.
B. Hakikat Masyarakat
Muhammad Abduh berpendapat bahwa kehidupan bermasyarakat itu penting dan manusia tidak
bias hidup sendiri. Bermasyarakat bagi manusia adalah kebutuhan hidup.
C. Hakikat Ilmu
Menurut pandangan al-Qur’an, ilmu terdiri dari 2 macam. Pertama, ilmu yang di peroleh tanpa usaha
manusia dan kemudia disebut ilmu laduni. Kedua, ilmu yang diperoleh dengan usaha manusia dan
kemudian disebut ilmu kasb.
D. Hakikat Akhlak
Akhlak yang dinilai adalah niatnya. Niat itu sesungguhnya tidak kelihatan dan bersifat batin.
Walaupun hasil dari niat itu ketika diperbuat tidak baik, jika niatnya baik, maka dari perspektif akhlak itu
disebut baik. Akhlak sebagai perbuatan baik dan buruk dan gambaran perilaku yang bisa dicontoh oleh
manusia untuk bergaul.
Namun, jika dipahami berdasarkan QS. Al-Qalam/68:4 sebagai akhlak, maka akhlak itu hanyalah yang
baik, sedangkan yang buruk itu tidak disebut akhlak. Karena ada yang memahami akhlak itu ialah
perbuatan baik dan buruk, sehingga muncullah istilah tersebut. Secara metodologis, ini tidak perlu
dipermasalahkan, hanya saja dalam perspektif filsafat, akhlak itu hanya yang baik.
12
BAB IV EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
A. Langkah Merumuskan Filsafat Pendidikan Islam
Pembahasan filsafat secara umum tentang Tuhan, alam, dan manusia. Filsafat pendidikan Islam harus
memperhatikan harmonisasi ketiga hal tersebut.
Jika disimpulkan epistemology dari Filsafat Pendidikan Islam, diawali dari pencarian istilah pendidikan
dalam nomenklatur bahasa arab berupa kamus dan mu’jam. Kedua, mencari substansinya dalam al-
Qur’an. Ketiga, menafsirkan ayat-ayat secara tematik dengan memilih tafsir yang lebih relevan dengan
disiplin ilmu yang akan dibahas. Keempat, mempertajam tafsir tema yang dibahas dengan referensi yang
representative. Kelima, berijtihad dalam melahirkan konsep maupun teori Filsafat Pendidikan Islam.
13
Menurut teori akhlak, baik buruknya suatu perbuatan dilihat dari tujuannya atau niatnya bukan
hasilnya. Untuk itu dapat dipahami bahwa hadist “innama al-a’malu bi al-niyat” (sesungguhnya
perbuatan itu dilihat dari niatnya) adalah dalil teori akhlak.
3. Menilai yang baik
Dengan berkembangnya pengetahuan manusia, adat tidak lagi bias dijadikan standart dari kebaikan,
karena sebagian dari adat itu ada yang tidak masuk akal, sebagian lagi ada yang memiliki mudharat.
14
BAB VIII PEMIKIRAN PENDIDIKAN IMAM JA’FAR AL-SHADIQ
A. Biografi Singkat
Ja’far al-shadiq lahir di Madinah tahun 80 H dan meninggal di Madinal 148 H, 2 tahun lebih awal
meninggal dari Abu Hanifah dengan tahun kelahiran yang sama, keturunan Ali bin Abi Thalib dari Husein
dan bertemu silsilahnya pada Abdul Muthalib.
D. Menuntut Ilmu
15
Imam Syafi’I berpandangan bahwa menuntut ilmu memiliki nilai ibadah dan bahkan menurutnya
lebih baik dari ibadah sholat sunnah. Menuntut ilmu harus ditempuh walaupun itu jauh. Ungkapan
Imam Syafi’i kepada muridnya bernama Rabi’ “tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”.
F. Filsafat Akhlak
Menurut Muhammad Abduh ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas keutamaan dan cara mendidik
manusia agar dapat memperolehnya juga membahas tentang perilaku tercela dan cara mendidik
manusia untuk berhenti melakukannya.
BAB III
18
Kelemahan dan kelebihan buku utama dan buku pembanding adalah sebagai berikut:
Buku Utama:
Kelemahan:
Setiap buku memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, begitu juga dengan buku ini. Di
dalam buku Filsafat Pendidikan Islam karya Afifuddin Harisah tidak membahas tentang sejarah filsafat,
sehingga pembaca memerlukan referensi lain untuk mengetahui sejarah filsafat itu sendiri.
Kelebihan:
Di dalam buku ini dibahas secara lengkap tentang filsafat yang berhubungan dengan pendidikan
khususnya pendidikan Islam. Selain itu, buku ini juga membahas tentang makna filosofis, ruang lingkup
filsafat pendidikan Islam, fitrah manusia dan implikasinya, sumber pendidikan Islam, landasan
pendidikan Islam, strategi dan pendekatan pendidikan Islam, pandangan filsafat Barat tentang
pendidikan, prinsip dinamisme dan perbedaan individual dalam pendidikan Islam, dan inklusivisme dan
transformasi pendidikan agama.
Menurut saya bahasa yang digunakan dalam buku ini juga termasuk bahasa yang mudah
dipahami dan di mengerti oleh pembaca sehingga pembaca dapat memahami maksud dari tujuan buku
ini. Dapat dikatakan buku ini memiliki informasi yang cukup luas mengenai Filsafat Pendidikan dalam
Islam.
Buku Pembanding:
Kelemahan:
Menurut saya, buku Filsafat Pendidikan Islam karya Dr. Sehat Sultoni Dalimunthe, M.A. ini
memiliki pencakupan yang sangat luas serta memiliki bahasa yang sukar untuk dimengerti pembaca.
Buku ini tidak menjelaskan tentang hubungan antara filsafat dan pendidikan.
Kelebihan:
Dalam buku ini, penulis banyak memuat teori-teori tentang para ahli yang menurut saya sangat
bagus karena pembaca dapat menilai teori siapa yang mudah di mengerti dan bisa dijadikan panduan
dari pendapat-pendapat tersebut. Buku ini condong membahas mengenai ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Selain itu, buku ini lebih membahas tentang pemikiran pendidikan dari para khilafah Islam
serta biografi khilafah-khilafah tersebut.
Perbandingan:
Beda kedua buku ini terlihat pada halaman kedua buku, dimana buku utama hanya memiliki 164
halaman sedangkan buku pembanding memiliki 300 halaman. Buku Filsafat Pendidikan Islam karya
Afifuddin Harisah dikemas secara sederhana baik secara bahasa, tulisan maupun materi yang disajikan
19
sehingga semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa baik pelajar, mahasiswa, pendidik
maupun masyarakat awam dapat menerima topik bahasan karena mudah dipahami.
Kesamaan dalam buku ini terletak pada sebagian materi yang dibahas, yaitu pengertian filsafat,
pendidikan ataupun pendidikan Islam, hakikat manusia, tujuan pendidikan Islam, landasan filsafat
pendidikan khususnya ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
BAB IV
PENUTUP
20
4.1 Kesimpulan
Setiap buku memiliki kelebihan dan kelemahan disetiap isinya, tidak ada yang sempurna. Buku
yang memiliki kelemahan bukan berarti buku yang kurang bagus atau tidak bagus untuk dibaca, begitu
pula buku yang memiliki kelebihan bukan berarti buku yang bagus untuk dibaca. Tidak ada dalam suatu
buku yang ingin kita cari tercangkup semua apa yang kita inginkan.
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam karya Afifuddin Harisah memiliki kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan dalam buku ini, yaitu dibahas secara lengkap tentang filsafat yang berhubungan dengan
pendidikan khususnya pendidikan Islam serta bahasa yang digunakan dalam buku ini juga termasuk
bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca sehingga pembaca dapat memahami
maksud dari tujuan buku ini. Dapat dikatakan buku ini memiliki informasi yang cukup luas mengenai
Filsafat Pendidikan dalam Islam. Namun juga memiliki kelemahan, yaitu tidak membahas tentang sejarah
filsafat, sehingga pembaca memerlukan referensi lain untuk mengetahui sejarah filsafat itu sendiri.
Sedangkan buku Filsafat Pendidikan Islam karya Dr. Sehat Sultoni Dalimunthe M.A. memiliki
kelebihan, yaitu banyak memuat teori-teori tentang para ahli yang menurut saya sangat bagus karena
pembaca dapat menilai teori siapa yang mudah di mengerti dan bisa dijadikan panduan dari pendapat-
pendapat tersebut. Buku ini condong membahas mengenai ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Selain
itu, buku ini lebih membahas tentang pemikiran pendidikan dari para khilafah Islam serta biografi
khilafah-khilafah tersebut. Namun buku ini juga memiliki kelemahan, yaitu memiliki pencakupan yang
sangat luas serta memiliki bahasa yang sukar untuk dimengerti pembaca. Buku ini tidak menjelaskan
tentang hubungan antara filsafat dan pendidikan.
4.2 Saran
Sebagai salah satu sumber belajar, pengkritik menyarankan agar buku ini dimiliki oleh mahasiswa
dan dijadikan bahan tambahan dalam belajar Filsafat Pendidikan Islam baik buku karangan Afifuddin
Harisah ataupun karangan Dr. Sehat Sultoni Dalimunthe M.A. karena kedua buku ini sama-sama bagus.
Dalam Critical Book Report ini pengkritik sempat mengalami kesulitan dalam menyusun dan menentukan
topic dari setiap bab. Oleh karena itu, pengkritik mengharapkan ada penjelasan dan masukan dari teman
dan terlebih-lebih dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan.
21