Anda di halaman 1dari 10

MAKNA FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

MAKALAH

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah


Filsafat Pendidikan

Oleh :
KELOMPOK 1

1. AGUNG MAFDALIZA
2. PUJI ZURIANTIKA
3. RENDI PEBRIANTO

Dosen Pembimbing:

Dr. Ahmad Jamin, S.Ag. S.IP.M.Ag

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KERINCI
1441 H/ 2019 M
MAKNA FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan, berfilsafat adalah suatu hal yang penting, karena
dengan berfilsafat dunia pendidikan akan mengetahi hakikat dari makna, tujuan,
metode, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu sendiri. Arti penting
dari berfilsafat itu sendiri adalah agar tujuan-tujuan yang telah diketahui dan ditetapkan
dapat tercapai. Sebagaimana Ali Khalil Abu ‘Ainaini merumuskan pengertian filsafat
pendidikan yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis dalam “bukunya Filsafat
Pendidikan Islam” bahwa filsafat pendidikan itu sebagai “kegiatan-kegiatan pemikiran
yang ssistematis, diambil dari sistem filsafat sebagai cara untuk mengatur dan
menerangkan nilai-niai tujuan pendidikan yang akan dicapai (direalisasikan). 1
Dari uraian di atas, maka akan memunculkan sebuah pertanya; terus apa
pengertian dari filsafat, pendidikan, dan Islam itu sendiri? Oleh sebab itu, di dalam
makalah ini penulis ingin membahas, mengkaji, dan menganalisis tentang Filsafat
Pendidikan Islam.
B. Filsafat Pendidikan
1. Pengertian Filsafat
Ramayulis di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” yang mengutip dari
Imam Barnadib mengatakan, bahwa dalam segi bahasa kata filsafat berasal dari bahasa
Yunani yaitu philar dan sophia. Philar adalah berarti cinta dan Sophia berarti
kebenaran atau kebaajikan. Jadi, kata filsafat berarti cinta akan kebenaran atau
kebajikan.
Filsafat berasal dari kata Philo yang artinya cinta dan Sophos artinya
ilmu/hikmah.2 Jadi dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa setiap manusia yang
mencintai suatu ilmu/hikmah yang mana dengan ilmu tersebut dia mencari suatu
kebenaran dengan mendalam dan tanpa batas maka disebut dengan filsuf. Dan filsafat
ini merupakan ilmu pertama yang diamalkan untuk menemukan suatu kebenaran atau
sebuah rumusan dari segala ilmu penegtahuan. Sebagaimana Muzayyin di dalam
bukunya yang sama menjelaskan, bahwa secara historis, filsafat menjadi induk segala

1
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam,Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2015), cet. ke-4, hlm. 4.
2
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) cet. ke-7, Ed. Rev., hlm. 3.

2
ilmu pengetahuan yang berkembang sejak zaman Yunani kuno sampai zaman modern
sekarang.3
Sedangkan secara istilah makna dari filsafat dapat dirumuskan suatu kegiatan
berpikir secara mendalam dan bebas, agar hakikat dari kebenaran yang dicari dapat
ditemukan. Hal ini sesuai dengan yang dikutip Ramayulis di dalam bukunya dari
beberapa ilmuan; pertama, Muhtar Yahya mengatakan bahwa “berpikir filsafat adalah
pemikiran yang sedalam-dalamnya yang bebas dan teliti yang bertujuan hanya mencari
hakikat kebenaran tentang alam semesta, alam manusia, dan dibalik
alam”. Kedua, Soegardo Poerbakwatja juga mengatakan, bahwa “filsafat adalah ilmu
yang berusaha mencari sebab musabab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan fikiran belaka”. Ketiga, sementara Imam Barnadib menyatakan bahwa
“filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami segala hal yang timbul
di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia”. Dengan demikian, dari beberapa
pengertian tersebut diharapkan manusia dapat memahami, mengerti, dan mempunyai
pandangan yang menyeluruh, mendalam, dan sistematis mengenai dirinya sendiri
sebagai manusia, sekitarnya sebagai lingkungan, dan penciptanya sebagai Tuhan.
2. Pengertian Filsafat Pendidikan
Pendidik yang peduli terhadap anak didiknya pasti akan memikirkan
pendidikannya, karena seorang pendidik pasti menginginkan anak didiknya menjadi
pintar, lulus, dan sukses dalam menggapai cita-citanya. Di dalam dunia pendidikan hal
yang harus dan pasti dipikirkan dan dibahas oleh seorang pendidik adalah hakikat, latar
belakang, tujuan, metode, evalusai, dan segala susuatu yang berkaitan dengan
pendidikan. Di dalam memikirkan dan membahas segala hal yang berkaitan dengan
pendidikan itulah disebut dengan filsafat pendidikan. Sebagaimana Redja
Mudyahardjo di dalam bukunya “Filsafat Ilmu Pendidikan” mengatakan bahwa filsafat
pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan pendidikan
yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat ilmu pendidikan
yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya4.
Menurut John Dewey yang dikutip oleh Jalaluddin dan Abdullah di dalam
bukunya “Filsafat Pendidikan” mengatakan, bahwa filsafat pendidikan merupakan
suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya

3
Ibid., hlm. 3
4
Redja Mudyahardjo, Pendidikan Ilmu Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 3-4

3
pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabi’at manusia,
maka filsafat bisa juga diartikan sebagai teori umum pendidikan5.
Sedangkan Jalaluddin dan Abdulah Idi di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan”
yang mengutip dari Asy-Syaibani menjelaskan, bahwa filsafat pendidikan adalah
aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk
mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Artinya dengan
berfilsafat diharapkan persoalan-persoalan yang terdapat di dalam pendidikan dapat
terpecahkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muzayyin Arifin, bahwa filsafat
pendidikan adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan.
Selain itu, Anas Salahudin di dalam bukunya Filsafat Pendidikan juga merumuskan
beberapa pengertian dari filsafat pendidikan, di antaranya yaitu;
1. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan
secara komprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan,
fungsi, dan tujuan pendidikan.
2. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan
teori-teori pendidikan.
3. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses
pembelajaran di kelas dan di luar kelas.
4. Filsafat pendidikan mengkaji berbagai teori kependidikan, metode, dan pendekatan
daam pendidikan.
5. Filsafat pendidikan mengkaji strategi pembelajaran alternatif.
6. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat tentang kurikulum pendidikan.
7. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat evaluasi pendidikan dan evaluasi
pembelajaran.
8. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat alat-alat dan media pembelajaran.6
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan
adalah suatu kegiatan berpikir kritis, bebas, teliti, dan teratur tentang masalah-masalah
yang terdapat di dalam dunia pendidikan agar masalah-masalah tersebut dapat diatasi
dengan cepat dan tepat.

5
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002) cet. ke-2, hlm.
13.
6
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), cet. ke-10, hlm. 22-23.

4
C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
Hasan Langgulung di dalam bukunya asas-asas pendidikan Islam mengutip dari
John Dewey menjelaskan, bahwa filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari
semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Dalam kaitanya dengan ini Hasan
Langgulung berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan
pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang kemudiaan disebut dengan
pendidikan.
Sedangkan John S. Brubachen, seorang guru besar filsafat asal Amerika
mengatakan, bahwa hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara
satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubunga tersebut disebabkan karena kedua disiplin
tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara bersama. Selanjutnya Noor
Syam di dalamnya bukunya Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila mengutip
dari Kilpatrik menjelaskan bahwa berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu
usaha, berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita
yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah uasaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-
cita itu di dalam kehidupan dalam kepribadian manusia.
Selain itu Jalaluddin dan Said di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam”
mengutip dari Prof. DR. Oemar Muhammad At-Toumy Asy-Syaibani secara rinci
menjelaskan, bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha mencari konsep-konsep di
antara gejala yang bermacam-macam, yang meliputi;
1. Proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh.
2. Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah pendidikan.
3. Pokok-pokok yang menjadi dasar dari konsep pendidikan dalam kaitannya
dengan bidang kehidupan manusia.
Dari sini dapat kita pahami bahwa filsafat dan filsafat penddikan merupakan
dua istilah yang berbeda tetapi sangat berhubungan antara satu dengan yang lain,
karena pendidikan merupakan realisasi dari filsafat. Dalam kaitanya hubungan antara
filsafat dan filsafat pendidikan ini Jalaluddin dan Said menjelaskan, bahwa hubungan
antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi
dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas
pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan
tujuanyang ingin dicapai. Jadi terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat
pendididkan, dan pengalaman manusia.

5
Dari beberapa Uraian di atas dapat kita tarik suatu kesimpulan, bahwa
hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan itu sangat erat sekali dan tak bisa
dipisahkan, karena filsafat memberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha
perbaikan, pengembangan, dan meningkatkan kemajuan dan landasan yang kokoh bagi
tegaknya sistem pendidikan yang diharapkan.

D. Manfaat Belajar Filsafat Pendidikan


Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di lembaga pendidikan tenaga keguruan
dituntut untuk memikirkan masalah-masalah hakiki terkait pendidikan. Dengan begitu,
pemikiran mahasiswa menjadi lebih terasah terhadap persoalan-persoalan pendidikan
baik dalam lingkup mikro maupun makro. Hal ini menjadikan mahasiswa lebih kritis
dalam memandang persoalan pendidikan.
Di samping itu, mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah-
masalah hakiki pendidikan akan memperluas cakrawala berpikir mereka, sehingga
dapat lebih arif dalam memahami problem pendidikan. Sebagai intelektual muda yang
kelak menjadi pendidik atau tenaga kependidikan, sudah sewajarnya bila mereka
dituntut untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam
memecahkan problem-problem dasar kependidikan, yaitu dengan menggunakan
kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang melekat padanya.
E. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Jalaluddin dan Sa’id di dalam bukunya mengutip dari Tim Dosen IKIP
Malang menjelaskan, bahwa Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran
filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia,
alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga merupakan obyek pemikiran filsafat
pendidikan. Tetapi seara mikro (khusus) yang menjadi ruang lingkup filsafat
pendidikan meliputi;
1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of Education).
2. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan (The
Nature Of Man).
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan
kebudayaan.
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
5. Merumuskan hubungan antara negara (ideologi), filsafat pendidikan, dan politik
pendidikan (sistem pendidikan).

6
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pedidikan7.
Berbeda dengan yang di atas, Drs. Anas Salahudin, M.Pd. di dalam bukunya
“Filsafat Pendidikan” merumuskan, bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan adalah
sebagai berikut;
1. Pendidik
2. Murid atau anak didik
3. Materi pendidikan
4. Perbuatan mendidik
5. Metode pendidikan
6. Evaluasi pendidikan
7. Tujuan pendidikan
8. Alat-alat pendidikan
9. Dan lingkungan pendidikan.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan satu persatu.
1. Para pendidik adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa saja yang
memfungsikan dirinya untuk mendidik. siapa saja dapat menjadi pendidik dan
melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik
haruslah orang yang patut diteladani. Dan pendidik itu harus membina,
mengarahkan, menuntun, dan mengembangkan minat, serta bakat anak didik, agar
tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Para pendidik adalah subjek yang
melaksanakan pendidikan. Pendidik mempunyai peran penting dalam
berlngsungnya pendidikan. baik atau tidaknya pendidikan berpengaruh besar
terhadap hasil pendidikan. Para pendidik memikul tanggung jawab yang berat
untuk memaajukan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, negara bertanggungjawab
untuk meningkatkan kinerja para pendidik melalui berbagai peningkatan.
Misalnya, peningkatan kesejahteraan para pendidik, menaikkan tunjangan
fungsional para pendidik, membantu dana pendidikan lanjutan hingga meraih gelar
doktor, dan memberikan beasiswa untuk berbagai penelitian.8

7
Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 17.
8
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), cet. ke-10, hlm. 24-25.

7
2. Anak Didik secara filosofis merupakan objek para pendidikan dalam melakukan
tindakan yang bersifat medidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia anak didik,
kondisi ekonomi keluarga, minat dan bakat anak didik, serta tingkat intelegensinya,
itu membuat seorang pendidik mengutamakan fleksibilitas dalam mendidik. Anak
didik merupakan subjek pendidika, yaitu orang yang menjalankan dan
mengamalkan materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Agar pendidikan
dapat berhasil dengan sebaik-baiknya, maka jalan pendidikan yang ditempuh harus
sesuaai dengan perkembangan psikologis anak didik. 9
3. Materi Pendidikan, yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang
disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim dan logis) untuk disajikan
atau disampaikan kepada anak didik.
4. Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang
dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya
disebut dengan tahzib. Mendidik artinya meningkatkan pemahaman anak didik
tentang kehidupan, medalami pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan
manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata dan sebagai pandangan hidup.
5. Metode pendidikan, yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh dunia
pendidikan pada saat menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik. metode
berfungsi mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, agar materi
pendidikan tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.
6. Evaluasi dan Tujuan Pendidikan. Evaluasi yaitusistem penilaian yang diterapkan
kepada peserta didik, untuk mengetahui keberhasilan pendidikan yang
dilaksanakannya. Evaluasi pendidikan sangat bergantung pada tujuan pendidikan.
jika tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan bertakwa, maka
sistem evaluasi ynag dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksud.
7. Alat-alat Pendidikan dan Lingkungan Pendidikan merupakan fasilitas yang
digunakan untuk mendukung terlaksananya pendidikan. Sedangkan lingkungan
pendidikan adalah segala seusuatu yang terdapat disekitar lingkungan pendidikan
yang mendukung terealisasinya pendidikan.10

9
Ibid, hlm. 25
10
Ibid, hlm. 26

8
F. Kesimpulan
Filsafat adalah suatu kegiatan berpikir secara mendalam dan menyeluruh
dengan disertai tindakan sadar, teliti, dan teratur agar hakikat dari sebuah kebenaran
dapat ditemukan.
Filsafat pendidikan adalah suatu kegiatan berpikir kritis, bebas, teliti, dan
teratur tentang masalah-masalah yang terdapat di dalam dunia pendidikan agar
masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat.
Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan itu sangat erat sekali dan tak
bisa dipisahkan, karena filsafat memberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha
perbaikan, pengembangan, dan meningkatkan kemajuan dan landasan yang kokoh bagi
tegaknya sistem pendidikan yang diharapkan.
Mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah- masalah hakiki
pendidikan akan memperluas cakrawala berpikir mereka, sehingga dapat lebih arif
dalam memahami problem pendidikan. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi
pendidik atau tenaga kependidikan, sudah sewajarnya bila mereka dituntut untuk
berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam memecahkan problem-
problem dasar kependidikan, yaitu dengan menggunakan kebebasan intelektual dan
tanggung jawab sosial yang melekat padanya.
Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah: 1) Pendidik, 2) Murid atau anak didik, 3)
Materi pendidikan, 4) Perbuatan mendidik, 5) Metode pendidikan, 6) Evaluasi
pendidikan, 7) Tujuan pendidikan, 8) Alat-alat pendidikan, 9) lingkungan pendidikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam),


(Jakarta: Kalam Mulia, 2015), cet. ke-4.
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) cet. ke-7,
Ed. Rev.
Mudyahardjo, Redja, Pendidikan Ilmu Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2004).
Abdullah Idi dan Jalaluddin, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002)
cet. ke-2.
Salahudin, Anas, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), cet. ke-10.
Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1994).

10

Anda mungkin juga menyukai