MAKALAH
OLEH
Detia Aulia Oktarina 06012682226003
1
1. Pendahulun
Ontologi merupakan salah satu cabang kajian dalam filsafat ilmu yang
mengkaji hal-hal bersifat metafisika atau sesuatu yang ada. Dalam filsafat ilmu,
ontologi membahas asumsi-asumsi yang melandasi teori-teori pengetahuan. Suatu
teori yang ada berasal dari asumsi-asumsi yang didukung dengan gejala alam atau
kenyataan yang ada. Asumsi dalam ilmu membahas alasan suatu fenomena bisa
terjadi dan bagaimana bisa fenomena tersebut bisa terjadi. Asumsi tersebut
melalui proses pemikiran yang mendalam sehingga bisa menghasilkan suatu tero
yang bisa dikembangkan menjadi metodelogi atau landasan suatu pengetahuan.
2
2. Pembahasan
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ontos berarti “yang berada”
(being) dan Logos yang berarti “pikiran” (logic) dengan kata lain ontologi
merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu “yang ada” atau “berwujud” dan
berdasarkan logika. Kattsoff (dalam Muliadi, 2020) mengemukakan bahwa
ontologi mencari ultimate reality (kenyataan atau keberadaan yang sebenarnya).
Ontologi dalam filsafat membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling
dalam dari sesuatu yang ada. Dalam ontologi seseorang akan menghadapi
pertanyaan bagaimana kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini?
Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Pertama,
kenyataan berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani
(kejiwaan) dari sinilah muncul berbagai asumsi dari sesuatu yang ada.
Asumsi dalam ilmu merupakan sarana untuk mencari tahu landasan dari
suatu ilmu, dasar dari pemikiran suatu ilmu dan alasan dari asumsi yang telah
dikemukakan tersebut. Banyak ahli yang telah mengungkapkan asumsinya
mengenai apa yang ada di alam semesta ini. Asumsi-asumsi tersebut kemudian
dijadikan sebagai teori dalam pengetahuan. Namun pada kenyataannya teori-teori
tersebut tetaplah suatu asumsi. Misalnya ada seorang ahli yang berpendapat
bahwa bumi ini datar, asumsi ini sempat dipercaya dan digunakan sebagai
landasan pengetahuan mengenai bumi sebelum akhirnya dibantah oleh ahli lain.
Ahli tersebut membantah dengan menunjukan gejala-gejala alam yang ada untuk
mendukung asumsinya yang menyatakan bumi ini bulat yang masih belum
terbantahkan hingga saat ini. Hal ini menunjukan bawa sebenarnya tidak ada ilmu
yang benar-benar pasti.
3
bergelombang, penuh dengan lekukan yang kurang mempesona. Permukaan yang
rata berubah menjadi kumpulan berjuta kurva. Hal ini bisa terjadi karena adanya
skala observasi. Bagi skala observasi manusia bidang datar memang bidang datar
seperti yang kita ketahui tapi bagi amuba bidang datar ini merupakan daerah yang
berbukit-bukit.
Jadi secara mutlak sebenarnya tidak ada yang tau seperti apa bidang datar
itu. Mungkin padang elektron, mungkin bukit meson, mukan cuma zarah debu.
Secara filsafati mungkin ini merupakan masalah besar namun bagi ilmu, masalah
ini didekati secara praktis. Suriasumantri (2020) mungungkapkan bahwa ilmu
merupakan sekadar pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat
membantu kehidupan manusia secara pragmatis. Dengan demikian maka untuk
tujuan membangun atap rumah, sekiranya kita asumsiakan bahwa permukaan itu
adalah bidang datar, maka secara pragmatis hal ini dapat dipertanggungjawabkan.
Namun bagi amuba hal ini jelas tidak dapat diterima sebab secara praktis
permukaan datar yang mereka hadapi bukanlah bidang datar melainkan
permukaan yang bergelobang.
4
2. Asumsi harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana mestinya” bukan
“bagaimana keadaan yang seharusnya”.
Asumsi yang pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah
sedangkan asumsi yang kedua adalah asumsi yang mendasari telaah
moral. Sekiranya dalam kegiatan ekonomis maka manusia yang
berperan adalah manusia “yang mencari keuntungan sebesar-besarnya
dengan korbanan sekecil-kecilnya” maka itu sajalah yang kita jadikan
sebagai pegangan tidak perlu ditambah dengan sebaiknya begini, atau
seharusnya begitu. Sekiranya asumsi semacam ini dipakai dalam
penyusunan kebijakan (policy) atau strategi, serta penjabaran
pengaturan lainnya, maka hal ini bisa saja dilakukan, asalkan semua itu
membantu kita dalam menganalisis permasalan. Namun pendapat
asumsi yang berdasarkan keadaan yang seharusnya ini seyogyanya tidak
dilakukan dalam analisis teori keilmuan sebab metafisika keilmuan
berdasarkan kenyataan sesungguhnya sebagaimana adanya.
Seorang ilmuan harus benar-benar mengenali asumsi yang dipergunakan
dalam analisis keilomuannya, sebab mempergunakan asumsi yang berbeda, maka
bearti berbeda pula konsep pemikirang yang digunakan. Kita sering menjumpai
suatu asumsi yang mendasari suatu kajian keilmuan tidak bersifat tersurat
melainkan tersirat. Asumsi yang tersirat ini kadang-kadang menyesatkan, sebab
selalu terdapat kemungkinan bahwa kita berbeda penafsiran tentang sesuatu yang
tidak dinyatakan, oleh karena itu untuk pengkajian ilmiah yang lugas lebih baik
dipergunakan asumsi yang tegas. Semua yang belum terucap dianggap belum
diketahui atau belum mendapat kesamaan pendapat. Hal ini tidak ada ruginya,
karena jika asumsi kita benar kita hanya perlu memberi konfirmasi sedangkan jika
memiliki asumsi yang berbeda tinggal dicari pemecahannya.
5
ataupun menjangkau alam yang lebih luas yang tidak diketahui.(terra incognita).
Biasanya ruang lingkup ilmu pengetahuan hanya terbatas pada pengalaman
empirikal, yakni pada alam material dan natural saja atau yang dapat diketahui
dan difahami oleh akal rasional saja.
6
kepada agama, sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah
seperti itu.
7
2.2.1 Cabang-cabang Ilmu
Ilmu berkembang dengan sangat pesat dan demikian juga jumlah cabang-
cabangnya. Hasrat untuk menspesialisasikan diri dalam satu bidang telaah yang
memungkinkan analisis yang makin cermat dan seksama menyebabkan objek
forma (objek ontologi) dari disiplin keilmuan menjadi semakin terbatas.
Diperkirakan sekarang ini terdapat sekitar 650 cabang keilmuan yang kebanyakan
belum dikenal oleh orang-orang awam.
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ontos berarti “yang berada”
(being) dan Logos yang berarti “pikiran” (logic) dengan kata lain ontologi
merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu “yang ada” atau “berwujud” dan
berdasarkan logika. Kattsoff (dalam Muliadi, 2020) mengemukakan bahwa
ontologi mencari ultimate reality (kenyataan atau keberadaan yang sebenarnya).
Ontologi dalam filsafat membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling
dalam dari sesuatu yang ada. Ontologi juga membahas asumsi dari ilmu
pengetahuan yang ada serta batasan penjelajahan pengetahuan. Batas penjelajahan
ilmu itu sendiri adalah pengalaman manusia.
9
DAFTAR PUSTAKA
10