Anda di halaman 1dari 31

SELAMAT DATANG DI BLOG

RUSIPAL !
Blog ini memuat berbagai makalah, bahan presentasi, perangkat
pembelajaran, bahan ajar fisika SMA, photo-photo kegiatan siswa, dan
hal-hal lain yang berkenaan dengan pendidikan secara umum yang
didapat dari berbagai sumber

SELASA, JUNI 09, 2009

PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN


AUSTRALIA
A. PENDAHULUAN
Perbandingan pendidikan (Comparative Education) sebagai salah satu
bagian dalam bidang pendidikan memulai peran nyatanya pada tahun
1960-an walaupun pada hakikatnya kegiatan perbandingan pendidikan
itu telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu dan telah ikut pula
melahirkan berbagai institusi pendidikan secara formal. Dalam usianya
yang relatif muda, “perbandingan pendidikan” telah menunjukkan
sumbangannya terhadap perbaikan dan peningkatan pendidikan
berbagai negara. Namum demikian, tidak mengherankan apabila
intensitas perhatian dan kegiatan formal perbandingan pendidikan
sangat berbeda antara negara-negara bahkan juga tidak sama secara
regional. Inggris beserta beberapa negara Eropa lainnya dan Amerika
Serikat, misalnya dianggap negara yang besar sumbangannya dalam
memprakarsai cabang ilmu “perbandingan pendidikan” ini, baik berupa
perumusan konsep, teori, maupun pelaksanaan berbagai penelitian.
Dalam perkembangan bidang ilmu perbandingan pendidikan, cukup
banyak nama yang di katagori sebagai pelopor, diantara Di Amerika
Utara dan Eropa, misalnya, I.L. Kandl, Robert Ulich, Nocholas Hans,
Friederich Schneider, Frans Hilker, Erich Hylla, Lauwerys, George Z.
Bereday, Williams W. Brickman, Harold Noah, C. Arnold Anderson, dan
Claude A. Anderson (Syah Nur, 2002: 1).
Dilihat dari sudut pengertiannya, perbandingan pendidikan berarti
membandingkan atau menganalisa dua hal atau lebih untuk mencari dan
menemukan persamaan–persamaan dan perbedaan–perbedaaan dari
beberapa konsep, teori atau sistem dan praktek pendidikan
penyelenggaraan pendidikan yang ada pada suatu negara/bangsa
dengan teori, konsep atau sistem pendidikan yang berlaku di
negara/bangsa kita (Syah Nur, 2002: 1).
Perbandingan pendidikan, sebagai studi masalah–masalah yang
berhubungan langsung dengan pendidikan sudah tentu akan sangat
berguna atau memberikan sumbangan bagi petumbuhan dan
perkembangan ilmu pendidikan, baik ilmu pendidikan yang bersifat
teoritis atau filosofis, ilmu pendidikan yang bersifat praktis, maupun ilmu
pendidikan yang besifat historis. Di samping memiliki daya guna untuk
menumbuhkembangan ilmu pendidikan, perbandingan pendidikan juga
memiliki nilai guna yang bersifat praktis, antara lain:
Dengan perbandingan pendidikan antar berbagai
negara/bangsa, paling tidak akan terjadi pengertian dan
pemahaman yang bersifat timbal balik antar negara.
Dengan mengadakan perbandingan pendidikan di luar batas
lingkungan negara/bangsa sendiri diharapkan akan
memperluas wawasan dan pengetahuan kita tentang sistem
pendidikan yang sedang beralangsung atau berkembang di
negara lain.
Dengan perbandingan pendidikan diharapkan juga akan
mendorong timbulnya sikap keterbukaan antar bangsa, untuk
saling menghormati, saling memberi dan menerima atas
dasar perbedaan, persamaan dan persaudaraan.
Dalam pengembangannya perbandingan pendidikan selain untuk
mencari atau menemukan persamaan dan perbedaan sistem pendidikan,
akan tetapi juga terkandung unsur–unsur lain yang lebih besar, yaitu:
Untuk menganalisa sumber–sumber atau faktor–faktor yang
menyebabkan kekuatan–kekuatan dan kelemahan–kelemahan
masing–masing;
Untuk menimbulkan sikap saling pengertian dan keterbukaan
satu sama lain;
Untuk menjalin kerjasama satu sama lain dalam
mengembangkan sistem pendidikan masing–masing negara,
serta saling membantu dalam memecahkan permasalahan–
permasalahan pendidikan yang dihadapi masing–masing
negara/bangsa.

Sebagai contoh pada suatu negara, misalnya kekuatan keagamaan


merupakan faktor pendorong utama dan menjadi dasar pembentukan
sistem pendidikan, semestara di negara lain faktor sosial merupakan
landasan berpijak suatu sistem pendidikan. Ada kemungkinan sebuah
negara memformulasikan sistem pendidikannya dengan meletakkan
pertimbangan utamanya pada sosial ekonomi, sosial demografis dan
sosial budaya dan lain sebagainya.
Kebanyakan kegiatan perbandingan pendidikan, baik dalam bentuk
kegiatan akademik di universitas, lebih-lebih lagi dalam penelitian,
seminar, dan publikasi, didorong dan disponsori oleh UNESCO,
khususnya IBE (International Bureau of Education) dan the Word Bank.
Untuk Dunia Ketiga, misalnya, dari 10.000 – 11.000 publikasi mengenai
perbandingan pendidikan 55% diterbitkan oleh UNESCO et.al. Ini juga
merupakan indikasi bahwa UNESCO, dan para ahlinya, menganggap
perbaikan dan peningkatan pendidikan melalui perbandingan pendidikan
perlu mendapat perhatian lebih besar, terutama pada negara-negara
berkembang, dan bahwa kita harus menyikapi pendidikan dalam konteks
globalisasi.
Kedudukan mata kuliah perbandingan pendidikan dalam keseluruhan
program pendidikan megister teknologi pendidikan adalah sangat
signifikan dan telah menjadi salah satu bidang keahlian yang disediakan
pada banyak universitas-universitas besar di dunia saat ini. Sudah
masanya kita membangun pendidikan yang berorientasi global; tidak
lagi cukup apabila upaya-upaya kependidikan terpaku dan terjerat hanya
pada level masing-masing negara. Untuk itu pendidikan harus dikaji
dalam kontek internasional, baik bagi negera-negara yang sudah maju,
apalagi bagi negara-negara berkembang.
Autralia merupakan salah satu negera di dunia yang memiliki pendidikan
yang telah maju, yang telah bertaraf internasional. Australia memiliki
ekonomi campuran (mixed economy) yang sejahtera, dan bergaya-Barat,
dengan PDB per kapita sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Britania
Raya, Jerman dan Perancis. Negara ini berada di peringkat ketiga pada
Indeks Perkembangan Manusia tahun 2004 dan keenam dalam kualitas
hidup 2005 oleh hasil survei majalah The Economist.
Kehadiran sekolah ialah kewajiban di seluruh Australia antara usia 6–15
tahun (16 tahun di South Australia dan Tasmania, dan 17 tahun di
Western Australia), menyumbang pada tingkat melek huruf orang
dewasa yang diperkirakan sekitar 99%. Pengakuan pemerintah telah
mendukung pendirian 38 perguruan tinggi di Australia, dan meski
beberapa perguruan tinggi swasta telah didirikan, sebagian besar
memilih pendanaan pemerintah. Universitas perlatihan kejuruan
sistemnya berdasarkan negara, dikenal sebagai TAFE Institutes, dan
banyak perdagangan memberikan magang untuk melatih para pedagang
baru. Kira-kira 58% orang Australia antara usia 25 dan 64 memiliki
kecakapan kejuruan atau tersier dan tingkat kelulusan tersier 49% ialah
yang tertinggi di negara-negara OECD. Perbandingan murid
internasional dan setempat dalam pendidikan tersier di Australi aialah
yang tertinggi di negara-negara OECD.
Berdasarkan pentingnya perbandingan pendidikan di atas maka dalam
makalah ini penulis akan membandingkan sistem pendidikan di
Indonesia dengan sistem pendidikan di Australia.

B. AUSTRALIA
1. Latar Belakang Sejarah Australia
Negara Persemakmuran Australia (Commonwealth of Australia) atau
dikenal sebagai Australia saja adalah sebuah negara di belahan bumi
selatan yang juga menjadi nama benua terkecil di dunia. Wilayahnya
mencakup seluruh benua Australia dan beberapa pulau di sekitar
Samudra Hindia Selatan dan Samudra Pasifik. Negara tetangga Australia
disebelah utara termasuk Indonesia, Timor Leste, dan Papua Nugini. Di
sebelah timur laut bertetangga dengan Pulau Solomon, Vanuatu dan
Kaledonia baru (secara administratif milik Perancis), sementara di
tenggara bertetangga dengan Selandia Baru. Australia, walaupun
terletak di dekat Asia, lebih sering disebut sebagai bagian dari dunia
Barat karena kehidupannya yang mirip Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Penduduknya pun sebagian besar kulit putih.

Benua Australia selama 40.000 tahun telah didiami oleh penduduk asli
Australia, namun pada abad ke-17 setelah kunjungan-kunjungan
sporadis dari para nelayan di utara dan penjelajah Eropa serta para
pedagang, separuh wilayah timur Australia kemudian diakui sebagai
wilayah Inggris di tahun 1770 dan secara resmi dijadikan pemukiman
koloni terhukum (penjahat) di New South Wales pada 26 Januari 1788.
Sejalan dengan pertambahan penduduk dan perambahan wilayah-
wilayah baru, maka lima wilayah besar yang mengelola sendiri "jajahan
yang diperintah oleh pusat" (Crown Colony) didirikan satu demi satu
sepanjang abad ke-19.
Pada 1 Januari 1901, ke enam federasi koloni ini dan Persemakmuran
Australia dibentuk. Semenjak berdirinya federasi, Australia telah berhasil
mempertahankan sistem politik liberal demokratis yang stabil dan tetap
tunduk dalam wadah Persemakmuran. Jumlah penduduk terakhir yang
tercatat adalah 20,4 juta jiwa dan umumnya terpusat di kota-kota
sepanjang garis pantai seperti Sydney, Melbourne, Brisbane, Adelaide
dan Perth (dan menjadi kota-kota besar di Australia). Ibu kotanya
terletak di Canberra, sementara di daerah gurunnya yang luas, jumlah
penduduk sangat sedikit.
Australia mempunyai 8 negara bagian, yang terdiri dari state (negara
bagian) dan territory (wilayah kekuasaan). Mereka adalah New South
Wales (NSW), Queensland (QLD), South Australia (SA), Tasmania (TAS),
Victoria (VIC), Western Australia (WA), Northern Territory (NT) dan
Australian Capital Territory (ACT)
Persemakmuran Australia adalah sebuah monarki konstitusional dan
mempunyai sistem pemerintahan parlementer. Ratu Elizabeth II adalah
Ratu Australia, namun tugasnya sebagai Ratu berbeda dari tugasnya di
Britania Raya. Sang Ratu diwakili oleh seorang Gubernur-Jenderal
Australia, yang sendiri hanya menggunakan kekuatan eksekutifnya
melalui nasehat dari Perdana Menteri.
Terdapat tiga cabang pemerintahan:
• Legislatif: Parlemen Australia yang terdiri dari Gubernur-Jenderal,
Senat, dan Dewan Perwakilan.
• Eksekutif: Dewan Eksekutif Federal; sang Gubernur-Jenderal dinasehati
para penasehat eksekutif, yang terdiri dari perdana menteri dan para
menteri. Biasanya Gubernur-Jenderal tidak akan menolak nasehat-
nasehat tersebut.
• Kejaksaan: Mahkamah Agung Australia dan pengadilan-pengadilan
federal lainnya.
Australia mempunyai parlemen yang bikameral, terdiri dari Senat yang
berisi 76 senator, dan sebuah Dewan Perwakilan yang mempunyai 150
anggota. Anggota Dewan dipilih dari wilayah-wilayah pemilihan
beranggotakan tunggal yang umumnya disebut electorate atau seat
(kursi). Negara bagian yang lebih besar populasinya akan mempunyai
lebih banyak perwakilan; setiap negara bagian minimal mempunyai lima
perwakilan. Dalam Senat, setiap negara bagian diwakili 12 senator tanpa
mempedulikan jumlah penduduknya. Pemilihan anggota parlemen
diadakan setiap tiga tahun sekali, namun biasanya hanya setengah dari
kursi-kursi senat yang diperebutkan, karena para senator mempunyai
masa jabatan enam tahun yang saling bertindih. Pemerintah dibentuk di
Dewan Perwakilan, dan pemimpin partai atau koalisi mayoritas dalam
Dewan adalah sang Perdana Menteri.
Ada tiga partai politik besar: Buruh, Liberal, dan Nasional. Koalisi
Liberal/Nasional telah berkuasa sejak Pemilu 1996 dan Koalisi berhasil
merebut kekuasaan terhadap Senat dalam Pemilu 2004, namun Koalisi
kemudian kalah dari Buruh pada pemilu 2007. Partai Buruh hingga saat
ini masih berkuasa di setiap negara bagian dan territory; seluruh
pemimpin wilayah-wilayah tersebut berasal dari Partai Buruh.
Australia memiliki ekonomi campuran (mixed economy) yang sejahtera,
dan bergaya-Barat, dengan PDB perkapita sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan Britania Raya, Jerman dan Perancis. Negara ini
berada di peringkat ketiga pada Indeks Perkembangan Manusia tahun
2004 dan keenam dalam kualitas hidup 2005 oleh hasil survei majalah
The Economist. Pada tahun-tahun belakangan ini, ekonomi Australia
telah kembali setelah menghadapi ekonomi global yang melemah.
Pengeluaran yang meningkat dalam ekonomi dalam negeri telah
menekan penurunan ekonomi, dan keyakinan konsumen dan bisnis tetap
kuat. Australia menekankan reformasi sebagai salah satu faktor kunci di
belakang kekuatan ekonomi.
Pada 1980-an, Partai Buruh, dipimpin oleh Perdana Menteri Bob Hawke
dan Bendahara Paul Keating, memulai proses pemodernan ekonomi
Australia dengan mengambangkan dolar Australia pada 1983, dan
mengatur sistem keuangan.
Sejak 1996, pemerintahan Howard telah melanjutkan proses reformasi
ekonomi mikro, termasuk deregulasi sebagian dari pasar tenaga kerja
dan penswastaan BUMN, terutama industri telekomunikasi. Reformasi
yang cukup dalam sistem pajak tak langsung dicapai pada Juli 2000
dengan diperkenalannya pajak barang dan jasa (goods and service tax;
GST) sebesar 10% yang sedikit mengurangi ketergantungan terhadap
pajak pemasukan pribadi dan perusahaan yang masih melambangkan
sistem pajak Australia.
Ekonomi Australia tidak mengalami resesi sejak awal 1990-an. Pada Juli
2005, pengangguran masih dalam kisaran 5%. Sektor jasa, termasuk
pariwisata, pendidikan, dan jasa finansial membentuk 69% dari PDB.
Pertanian dan sumber daya alam hanya membentuk 3% dan 5% dari
PDB, tapi cukup membantu banyak dalam ekspor Australia. Pasar ekspor
Australia terbesar termasuk Jepang, Cina, AS, Korea Selatan dan
Selandia Baru. Hal yang menjadi perhatian para ekonomis termasuk
defisit anggaran (current account deficit) dan juga tingkat hutang luar
negeri bersih (net foregin debt) yang tinggi.
Kebanyakan penduduk Australia yang sekurang-kurangya 20,6 juta
adalah keturunan pendatang dari abad kesembilanbelas dan
keduapuluh, kebanyakan dari Britania Raya dan Irlandia. Penduduk
Australia telah berlipat 4 sejak akhir Perang Dunia I, dipacu oleh
program imigrasi yang ambisius. Pada tahun 2001, kelima kelompok
terbesar dari 23,1% penduduk Australia dilahirkan di luar negeri berasal
dari Britania Raya, Selandia Baru, Italia, Vietnam dan Cina. Menyusul
pembatalan Kebijakan Australia Putih pada tahun 1973, banyak inisiatif
pemerintahan telah diadakan untuk mengalakkan dan mempromosikan
keamanan budaya berdasarkan kebijakan multikulturalisme.
Penduduk asli Australia, penduduk asli tanah utama dan kaum
Kepulauan Selat Torres berjumlah 410.003 (2,2% dari jumlah penduduk
Australia) pada tahun 2001, pertambahan berarti dari sensus 1976,
yang menunjukkan populasi penduduk asli 115.953. Penduduk asli
Australia memiliki tingkat tinggi pemenjaraan dan pengangguran, taraf
pendidikan dan harapan hidup rendah untuk lelaki dan wanita yang
berumur 17 tahun lebih kurang daripada penduduk Australia lain.
Merasakan ketidaksamaan rasial ialah isu politik dan hak manusia untuk
penduduk Australia yang lagi hangat.
Seperti banyak negara maju yang lain, Australia sedang mengalami
peralihan demografi terhadap penduduk yang lebih tua usianya,
penduduk di bawah dan di atas umur bekerja. Umumnya dengan banyak
negara berkembang lainnya, Australia sedang mengalami perubahan
demografi ke arah penduduk yang lebih tua, dengan lebih banyak
pensiunan dan lebih sedikit orang usia kerja. Sebagian besar orang
Australia (759.849 selama masa 2002–2003) tinggal di luar daerah
mereka. Australia telah memelihara salah satu program imigrasi di dunia
untuk meningkatkan jumlah penduduk. Sebagian besar imigrannya
terlatih, namun kuota imigrasi termasuk kategori untuk anggota
keluarga dan para pengungsi.
Bahasa Inggris ialah bahasa resmi, diucapkan dan ditulis dalam varietas
yang berbeda yang dikenal sebagai Bahasa Inggris Australia. Menurut
sensus 2001, bahasa Inggris ialah satu-satunya bahasa yang diucapkan
di dalam negeri oleh sekitar 80% penduduknya. Bahasa berikutnya yang
paling umum di dalam negeri ialah bahasa Cina (2,1%), bahasa Italia
(1,9%) dan bahasa Yunani (1,4%). Proporsi migran generasi pertama
dan kedua ialah dwibahasa. Dipercaya bahwa ada antara 200 dan 300
bahasa-bahasa Aborigin Australia pada saat kontak pertama dengan
orang Eropa. Hanya sekitar 70 dari bahasa-bahasa itu yang bertahan
hidup, dan 20 darinya terancam punah. Sebuah bahasa asli tetap
menjadi bahasa utama untuk sekitar 50.000 (0,02%) jiwa. Australia
memiliki bahasa isyarat yang dikenal sebagai Auslan, yang merupakan
bahasa utama bagi 6.500 orang tuna rungu.
Australia tidak memiliki agama negara. Sensus 2001 menyatakan bahwa
68% orang Australia menyebut diri sebagai Kristen, 27% menyebut diri
sebagai Katolik Roma dan 21% sebagai Anglikan. Orang Australian yang
bukan beragama Kristen ialah 5%. Jumlah dari 16% dikelompokkan
"Tak Beragama" (yang termasuk kepercayaan non-teistik seperti
humanisme, ateisme, agnostisisme dan rasionalisme) dan 12%
berikutnya menolak menjawab atau tak memberi tanggapan yang cukup
penafsiran. Seperti di banyak negara Barat, tingkat keikutsertaan aktif
dalam ibadah gereja lebih rendah daripada ini; kehadiran mingguan
pada layanan gereja sekitar 1,5 juta, sekitar 7,5% penduduk.
Kehadiran sekolah ialah kewajiban di seluruh Australia antara usia 6–15
tahun (16 tahun di South Australia dan Tasmania, dan 17 tahun di
Western Australia), menyumbang pada tingkat melek huruf orang
dewasa yang diperkirakan sekitar 99%. Pengakuan pemerintah telah
mendukung pendirian 38 perguruan tinggi di Australia, dan meski
beberapa perguruan tinggi swasta telah didirikan, sebagian besar
memilih pendanaan pemerintah. Ada sistem berdasar negara atas
universitas perlatihan kejuruan, dikenal sebagai TAFE Institutes, dan
banyak perdagangan memberikan magang untuk melatih para pedagang
baru. Kira-kira 58% orang Australia antara usia 25 dan 64 memiliki
kecakapan kejuruan atau tersier dan tingkat kelulusan tersier 49% ialah
yang tertinggi di negara-negara OECD. Perbandingan murid
internasional dan setempat dalam pendidikan tersier di Australia ialah
yang tertinggi di negara-negara OECD.

2. Sistem Pendidikan Australia


a. Tujuan Pendidikan
Tujuan umum berbagai sektor pendidikan Australia digariskan dalam
undang-undang yang membentuk departemen pendidikan negara
bagian, universitas, dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Tujuan
umum ini biasanya dilengkapi dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci oleh
badan-badan yang relevan. Tujuan pendidikan ini
mengisyaratkanperlunya keseimbangan antara pelayanan kebutuhan
individu dan kebutuhan masyarakat melalui sistem pendidikan. Pada
level sekolah, tekanan adalah pada pengembangan potensi murid sebaik
mungkin. Pada tingkat pendidikan tinggi, tekanan yang lebih besar
diarahkan pada pencapaian kebutuhan pendidikan untuk kepentingan
ekonomi serta msyarakat secara umum. Untuk mencapai tujuan ini,
berbagai sektor pendidikan tinggi harus mempunyai fokus program yang
berbeda-beda. Misalnya, universitas lebih mengutamakan
pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan sektor pendidikan teknik
dan pendidikan lanjutan lainnya lebih memusatkan perhatian pada
pendidikan kejuruan.
b. Struktur dan Jenis Pendidikan
Pada dasarnya sistem pendidikan di Australia dapat digolongkan
menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Sekolah Dasar (Primary School)
2) Sekolah Menengah (Secondary School)
3) Pendidikan Tinggi (University)
Sebelum memasuki pendidikan tinggi di Australia, siswa harus
menempuh pendidikan dasar dan pendidikan menengah terlebih dahulu,
seperti halnya di Indonesia. Tetapi setelah menyelesaikan sekolah
menengah, banyak pilihan bagi seorang siswa untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Sistem pendidikan tersebut
dapat digambar dalam skema sebagai berikut:

1) Pendidikan Dasar
Pendidikan prasekolah lebih bervariasi pengadministrasian, pendanaan
serta kurikulumnya dibandingkan sektor pendidikan lainnya karena ia
banyak dikelola oleh badan-badan swasta, dan keterlibatan pemerintah
juga berbeda-beda terhadap lembaga ini. Pada umumnya, makin dekat
umur anak ke batas umur masuk sekolah makin besar pula kemungkinan
anak masuk prasekolah (Taman Kanak-kanak); dan sekolah
diselenggarakan dalam lingkungan sekolah dasar atau dalam lingkungan
lembaga lain sesuai dengan bantuan yang diterimanya dari pemerintah.
Hampir semua anak yang berusia lima tahun masuk pendidikan
taman-kanak yang dilaksanakan secara penuh. Bagi anak-anak berusia
di bawah lima tahun program prasekolah ini dilaksanakan tidak secara
intensif dan sebagian besar diselenggarakan atas dasar sukarela oleh
badan-badan swasta.
Jenjang pendidikan sebelum sekolah dasar di Indonesia dan Australia
Barat sama-sama dikenal dengan pendidikan prasekolah (kindergarten).
Pendidikan prasekolah di Indonesia kebanyakan merupakan lembaga
yang berdiri sendiri dengan gedung yang terpisah dari gedung sekolah
dasar. Sedang kindergarten di Australia kebanyakan menyatu dalam satu
kompleks dengan Primary School, meski lokasinya agak terpisah sedikit
dari sekolah dasar tersebut. Kelulusan Taman Kanak-kanak tidak
menjadi persyaratan untuk masuk Sekolah Dasar. Meskipun kindergaten
tidak menjadi persyaratan untuk masuk sekolah dasar, namun
kebanyakan siswa sekolah dasar di Australia kebanyakan merupakan
tamatan taman kanak-kanak. Selain itu, sebelum masuk TK, ada
anak-anak di bawah lima tahun dapat dimasukkan ke lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Waktu yang diperlukan untuk menyelesikan pendidikan dasar adalah 6–7
tahun. Pada umumnya siswa memasuki pendidikan dasar pada umur 6
atau 7 tahun. Berbeda dengan di Indonesia dimana siswa diharuskan
menempuh ulangan-ulangan dan ulangan umum untuk dapat naik ke
kelas berikutnya, siswa di sekolah dasar di Australia tidak mengenal
ulangan. Mereka secara otomatis naik ke kelas berikutnya sejalan
dengan pergantian tahun. Tahun pertama di sekolah dasar Australia
disebut Year 1 dan seterusnya hingga Year 6. Ada Negara Bagian
Australia yang menetapkan lama pendidikan dasar adalah 6 tahun (New
South Wales (NSW), Victoria (Vic), Tasmania (Tas), dan Australian
Capital Territory (ACT). Tetapi ada juga yang menetapkan lama
pendidikan dasarnya adalah 7 tahun (South Australia (SA), Northern
Territory (NT), Queensland (Qld), dan Western Australia (WA)
(Magabook 2000).
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah atau dikenal sebagai Secondary Education di
Australia memerlukan waktu antara 5 sampai 6 tahun. Tahun pertama di
pendidikan menengah disebut Year 7 dan seterusnya hingga Year 11.
Jenjang pendidikan menengah berakhir pada Year 11. Untuk negara
bagian yang menerapkan pendidikan dasarnya selama 7 tahun, maka
pendidikan menengahnya memerlukan waktu selama 5 tahun saja (yaitu
di negara bagian SA, NT, Qld, dan WA). Setelah tahun ke-11 ini, siswa
dapat memilih ke arah mana jenjang pendidikan yang ia ingin tempuh.
Jika seorang siswa berminat dalam bidang-bidang ilmu yang aplikatif,
maka ia dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi yang khusus
disiapkan untuk itu. Lembaga pendidikan ini dikenal sebagai Vocational
Education and Training (VET) atau Colleges for Technical and Further
Educaton (TAFE). Lulusan dari TAFE pada umumnya akan menjadi
tenaga teknisi.
Jika siswa tersebut berminat ke bidang-bidang ilmu yang lebih bersifat
teoritis. maka ia akan memasuki perguruan tinggi (universitas). Untuk
dapat memasuki universitas, seorang siswa Australia harus menempuh
Year 12 yang dikenal juga sebagai Matriculation Year. Dalam tahun
terakhir dari pendidikan menengah ini, para siswa digembleng dengan
intensif agar dapat lulus ujian negara dengan nilai yang memuaskan.
Makin tinggi nilai yang diperoleh, makin mudah siswa tersebut memilih
perguruan tinggi yang ia sukai. Seperti halnya di berbagai negara,
paspor untuk dapat diterima di universitas favorit adalah nilai ujian
Matriculation yang setinggi mungkin.
Akan tetapi tidak semua yang mempunyai nilai baik dalam Matriculation
Year dapat diterima langsung di perguruan tinggi yang diinginkannya.
Hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan tempat di perguruan tinggi
bersangkutan untuk bidang-bidang ilmu tertentu (umumnya bidang ilmu
yang popular dan “basah”). Bagi siswa yang mengalami kejadian ini,
mereka tidak perlu berkecil hati karena dapat memasuki perguruan
tinggi dengan menempuh VET atau TAFE terlebih dahulu. Pada
umumnya, perguruan tinggi akan menerima lulusan VET atau TAFE yang
akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Nilai kredit yang telah
diperoleh dari VET atau TAFE akan diperhitungkan dalam menentukan
jenjang yang akan dimasukinya.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi di Australia dapat di bagi menjadi dua jenjang, yakni
jenjang sarjana (dikenal sebagai undergraduate level) dan jenjang
pascasarjana (dikenal sebagai postgraduate level untuk memperoleh
gelar Masters atau PhD). Jenjang sarjana dapat diselesaikan dalam
waktu 3 tahun dan memperoleh gelar Bachelor, yakni Bachelor of Arts
(BA) atau Bachelor of Science (Bsc) tergantung pada bidang ilmu yang
ditempuh oleh mahasiswa/i tersebut.
Jika mahasiswa/i tersebut berminat melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi (ke jenjang pascasarjana), maka ia perlu
belajar lagi selama 1 (satu) tahun. Jenjang ini dikenal sebagai Honours
Level, dan gelar yang diperolehnya akan menjadi BA (Hons) atau Bsc
(Hons) sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuninya. Tingkat kelulusan di
jenjang Honours ini sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan sang
mahasiswa di jenjang pascasarjana. Ada empat tingkat kelulusan pada
jenjang Honours, yaitu First Class Honours (I); Upper Second Class
Honours (II-A); Lower Second Class Honours (II-B) ; dan Third Class
Honours (III).
Banyak universitas di Australia menerima mahasiswa/i untuk program
S3 (Doktor) langsung dari jenjang Honours, jika ia mendapatkan
Honours peringkat I atau II-A. Tetapi jika mahasiswa/i tersebut
mendapat peringkat II-B, ia diharuskan menempuh jenjang S2 (Masters)
terlebih dahulu. Sekarang, universitas di Australia cenderung
menganjurkan para mahasiswa/i pascasarjana untuk menempuh jenjang
S2 terlebih dahulu sebelum menempuh jenjang S3. Jika kemajuan yang
dicapai oleh sang mahasiswa/i tersebut sangat baik pada tahap-tahap
akhir di jenjang S2, maka ia diperkenankan untuk mengalihkan
programnya ke jenjang S3. Bagi mahasiswa yang mendapat peringkat
Honours III, ia tidak diperkenankan melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Lama pendidikan untuk jenjang S2 adalah 1 sampai 2.5 tahun,
sedangkan untuk jenjang S3 diperlukan waktu 3 sampai 3.5 tahun.
Pendidikan tingkat S2 dapat dilakukan melalui tiga metoda, yaitu dengan
mengikuti perkuliahan saja (dikenal sebagai Masters by Coursework)
yang memerlukan waktu antara 12 - 18 bulan; atau melalui penelitian
(Masters by Research) yang memerlukan waktu antara 1.5 - 2.5 tahun;
atau kombinasi dari keduanya (Masters by Coursework & Research)
yang memerlukan waktu sekitar 2 tahun.
Sering calon mahasiswa/i pasca dari negara lain yang tidak mengenal
sistem pendidikan di Australia agak bingung jika ditanya dengan cara
apa ia akan menempuh jenjang S2nya. Jika calon mahasiswa/i S2
tersebut di kemudian hari bermaksud untuk mengambil program S3,
maka sang calon sangat dianjurkan untuk mengambil program Masters
by Research atau Masters by Coursework and Research.
Perguruan tinggi di Australia tidak mau menerima mahasiswa program
S3 jika orang tersebut memperoleh Masters by Coursework. Dasar
pertimbangannya adalah karena semua program S3 di Australia
ditempuh melalui penelitian (by Research). Sistem ini berbeda dengan
sistem pendidikan di Amerika Serikat misalnya, dimana sebagian dari
program S3 di Amerika harus mengikuti perkuliahan.
Bagi kandidat S3 yang telah menyandang gelar S2 dari luar Australia,
biasanya mereka harus memasuki program penyesuaian (lamanya
berkisar antara 1 – 2 semester). Program tersebut disebut sebagai
Qualifying Master Program. Program ini berlaku bagi penyandang S2
baik dari Amerika, Canada, Inggris, dan juga dari Indonesia. Selama
program ini, kandidat S3 akan mengambil mata-mata kuliah yang
diperlukan untuk program S3 nya, dan yang belum diambil ketika
menempuh program Mastersnya. Setelah melewati program ini dengan
baik, pada semester (tahun) berikutnya , kandidat tersebut langsung
memasuki program S3 nya.
Meskipun dalam sistem Australia, program S3 adalah penelitian (tidak
ada kuliah), kandidat tersebut harus memberikan seminar tentang
kemajuan penelitiannya setiap tahun di hadapan tim senat akademik
sekolah/fakultas. Seminar tersebut dihadiri oleh staf maupun mahasiwa
pasca sarjana lainnya. Pembimbing (supervisor) tidak termasuk dalam
tim tersebut. Ia hadir untuk mengevaluasi bagaimana mahasiswa/i yang
dibimbingnya menjawab semua pertanyaan yang diajukan dalam
seminar tersebut. Dari seminar tersebut, kandidat memperoleh masukan
apakah metodanya sudah baik, atau perlu diperbaiki, dan saran-saran
akademik lainnya. Jika metoda yang ia gunakan ternyata salah (sangat
jarang terjadi), maka terpaksa kandidat S3 tersebut harus mengulangi
penelitiannya. Forum tersebut dapat digunakan oleh sang kandidat
untuk meningkatkan kualitas atau memperoleh masukan dari makalah
ilmiah yang ditulisnya sebelum dipublikasikan di suatu jurnal ilmiah yang
terkait.

4) Program Diklat yang Tersedia


Pada umumnya, sebuah Institute mengelola diklat dengan program
keahlian yang sangat lengkap dari berbagai bidang pengetahuan dan
keterampilan, dari mulai bisnis manajemen, teknologi, pertanian,
hospitality and tourism, biomedical, food technology, art and design,
optical, sampai kepada keperawatan kesehatan (health care), sehingga
calon siswa sangat bebas menentukan pilihan program yang akan
diambil berdasarkan kesenangan maupun tujuan/rencana pekerjaan
yang ingin digelutinya.
Meski demikian, memang ada program-program yang sangat diminati
oleh masyarakat sehingga pendaftarnya sangat melimpah. Sementara
program yang digemari oleh siswa dari Indonesia adalah Accounting,
Cookery, dan Hairdressing. Dan pelaksanaan program dari seluruh
bidang keahlian sudah menerapkan sertifikasi sesuai dengan kompetensi
yang diambil. TAFE yang keberadaannya di Australia lebih dari 80 buah
dan dengan total siswa lebih dari 1,7 juta orang memilki tugas yang
sangat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia yang
terampil dan profesional, oleh karena itu pengelolaannya khusus untuk
program-program prektek dan kejuruan didesain bersama-sama dengan
industri.
TAFE sangat komit dengan kualitas, dan untuk mewujutkan hal tersebut
TAFE bekerja sama dengan asosiasi standar nasional yang dirancang
untuk meyakinkan/menstandardisasi kualitas dari pendidikan dan
pelatihan vokasional The Australian Quality Training Framework (AQTF).
Di samping program-program vokational umumnya juga
menyiapkan/menawarkan program kursus bahasa Inggris, seperti di Box
Hill Institute tersedia ELICOS, khususnya bagi overseas students (siswa
dari mancanegara).
Calon siswa harus (1) Memiliki kemampuan bahasa Inggris yang
memadai (TOEFL = 500, atau IELTS = 5.0), (2) Dilihat dari kemampuan
akademik calon siswa tersebut (academic record). Akan tetapi, bagi
yang belum bisa mencapai syarat tersebut, terutama untuk kemampuan
berbahasa setempat dapat langsung belajar bahasa Inggris di sana yang
memang sudah disiapkan bagi overseas students.

c. Manajemen Pendidikan
1. Otorita
Berdasarkan Konstitusi Australia, pendidikan adalah tanggung jawab
negara bagian, ia setiap negara bagian, seorang Menteri Pendidikan
dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan dasar
dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah pada daerah
itu. Departemen pendidikan merekrut dan mengangkat guru-guru, dan
hampir semua staf/karyawan, menyediakan gedung-gedung, peralatan
serta perlengkapan lainnya, dan menyediakan anggaran bagi sekolah-
sekolah pemerintah.
Pada sektor pendidikan dasar dan TAFE, tugas departemen pendidikan
berbeda-beda antara negara-negara bagian. Pada beberapa negara
bagian, departemen pendidikan merupakan penyelenggara utama dan
koordinator pendidikan dasar, sementara pada negara bagian lain tugas
itu bukan menjadi tugas utama. Dalam penyelenggaraan TAFE, pola
umumnya ialah ke arah pengadministrasian yang terpisah dari
pendidikan dasar. Pada beberapa negara bagian, dibentuk badan
koordinasi untuk memberikan saran kepada menteri pendidikan tentang
prioritas-prioritas dalam sektor pendidikan. Di samping bantuan dana
umum yang diberikan kepada negara bagian, Commonwealth semenjak
awal tahun 1970-an, telah pula menyediakan dana untuk tujuan-tujuan
pendidikan khusus melalui Komisi Sekolah Commonwealth
(Commonwealth Schools Commission, disingkat CSC) dan melalui
Komisi Pendidikan Tinggi Commonwealth (Commonwealth Tertiary
Education Commission, disingkat CTEQ.
Tanggung jawab politik di tingkat Commonwealth dijalankan oleh
Menteri Pendidikan yang harus akuntabel kepada Parlemen
Commonwealth. Menteri Pendidikan Commonwealth sering melakukan
pertemuan dengan Menteri-menteri Pendidikan negara bagian melalui
keanggotaan Dewan Pendidikan Australia atau the Australien Education
Council (AEC). Dewan ini merupakan forum nasional yang akan
membicarakan masalah-masalah prioritas dan kebijakan pendidikan.
Sekolah-sekolah yang statusnya bukan negeri merupakan bagian yang
sangat penting dalam sistem pendidikan Australia, dan sekolah-sekolah
swasta ini menampung 24% dari seluruh siswa dalam tahun 1982,
jumlah yang terus meningkat semenjak awal 1970-an. Hampir semua
sekolah swasta berkaitan erat dengan dewan-dewan gereja, di
antaranya, sekolah-sekolah Katolik Roma memiliki jumlah sekolaruyang
paling banyak, menampung hampir 80% siswa-siswa swasta. Selain dari
keharusan untuk mengikuti standar pendidikan minimal yang telah
ditentukan untuk keperluan registrasi, sekolah-sekolah swasta pada
umumnya bebas dari pengawasan pemerintah.
Universitas dan institusi CAE adalah lembaga-lembaga otonomi yang
didirikan berdasarkan undang-undang. Pendanaan bagi lembaga ini
sepenuhnya menjadi beban Commonwealth dan dikelola melalui CTEC
(Commonwealth Tertiary Education Council). Tetapi setiap negara
bagian membentuk badan koordinasi untuk merencanakan dan mengkaji
pendidikan tinggi mengonsultasikannya dengan CTEC.
2. Pendanaan
Fungsi pemerintah dalam pengadaan pendidikan tercermin pada sumber
dan sistem pendanaan. Misalnya, dari pengeluaran sebesar A$7,700
juta untuk biaya pendidikan dalam tahun 1980-81, sekitar 94%
bersumber dari pemerintah, baik dari Commonwealth atau negara
bagian.
Sungguhpun pendidikan secara konstitusional menjadi tangguang jawab
pemerintah bagian, tetapi pada prakteknya pendanaan pendidikan itu
merupakan tanggung jawab; bersifat amalgam, yaitu gabungan dari
berbagai sumber dana. Negara bagian punya tanggung jawab utama
membiayai pendidikan prasekolah, sekolah dasar dan menengah negeri,
dan TAFE, serta menyediakan bantuan bagi sekolah-sekolah swasta
termasuk prasekolah pra (Taman Kanak-kanak).
Pada tahun 1980-1981, dari pengeluaran pemerintah untuk pendidikan,
pemerintah negara bagian menyediakan 61% dari anggarannya sendiri,
dan selebihnya berasal dari pemerintah Commonwealth. Pada tahun itu
pengeluaran pemerintah untuk pendidikan mencapai 15,2% dari
keseluruhan belanja pemerintah.
Pada tahun-tahun berikutnya, persentase ini berangsur-angsur
menurun. Dalam tahun 1990, pengeluaran untuk pendidikan menjadi
14,8% dari total pengeluaran negara, yaitu 13,5% dalam tahun 1995.
Dari GNP, pada tahun 1990 Australia mengalokasikan 5,3% s.d. 5.5%
dalam tahun 1995. Sedangkan pendanaan pemerintah atas sekolah-
sekolah yang bukan negeri (swasta) masih merupakan isu pendidikan
Australia yang diperdepatkan.
Mahasiswa purnawaktu tingkat Sarjana Muda (Strata-1) berhak
mendapat bantuan biaya hidup. Dalam tahun 1983, bantuan maksimal
per tahun bervariasi antara A$ 2,000 bagi yang tinggal bersama orang
tuanya, dan A$3,100 bagi yang keuangannya tergantung pada kiriman
orang tua; tambahan bantuan juga dapat dibayarkan kepada
tanggungan. Mahasiswa pascasarjana purnawaktu berhak mendapatkan
bantuan (award) yang sifatnya kompetitif yang jumlahnya A$ 900 per
tahun ditambah bantuan untuk tanggungan. Bantuan ini mencapai 30%
dari mahasiswa pascasarjana yang berhak menerima.
Bantuan keuangan bagi siswa pendidikan menengah yang purnawaktu
diberikan kepada siswa yang berusia di bawah 19 tahun dengan harapan
agar mereka mampu menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya.
Besar bantuan maksimal per tahun adalah A$1000, dan 15.000 siswa
dari keluarga berekonomi lemah mendapat bantuan ini. Dalam tahun
1993 rantuan maksimal adalah A$4000 per tahun bagi mahasiswa yang
biaya pendidikannya tergantung pada orang tua, dan A$6000 bagi
mahasiswa mandiri.
Mulai tahun 1989 mahasiswa perguruan tinggi di Auatralia diharuskan
membayar bagian dari uang kuliahnya. Pada tahun 1993 besarnya uang
kuliah tersebut adalah A$2,300 per tahun yang berarti 20% dari
pengeluaran pemerintah untuk setiap mahasiswa per tahun.
Pembayaran uang kuliah ini dapat dilakukan dengan dua cara: Pertama,
mahasiswa dapat membayarnya sekaligus pada waktu pendaftaran
(dengan memperoleh sedikit diskon) atau membayarnya melalui pajak
penghasilan setelah meninggalkan kampus. Dalam hal pilihan kedua ini,
pembayaran pertama dimulai apabila penghasilan yang bersangkutan
telah mencapai A$27,000 per tahun, jumlah rata-rata penghasilan
masyarakat saat itu.
3. Personalia
Dalam tahun 1981, 92,000 orang guru purna waktu bertugas pada
sekolah-sekolah pendidikan dasar 86,000 orang di sekolah menengah
yang menjadikan rasio murid-guru 20,3 pada pendidikan dasar dan 12,9
pada pendidikan menengah. Pada seluruh sistem sekolah, rasio
murid-guru tahun 1981 adalah 16,8, suatu kemajuan yang luar biasa
dibandingkan dengan rasio pada tahun 1970 yaitu 23,2. Jumlah staf
profesional serta staf pembantu lainnya juga naik. Dalam tahun 1990,
jumlah guru pendidikan dasar naik menjadi 99,000 orang, dan guru
sekolah menengah naik menjadi 103,000 orang.
Dari tahun 1955 sampai 1977, pengangkatan guru-guru meningkat
dengan cepat, namun demikian kekurangan guru tetap saja terjadi.
Tetapi semenjak 1977, permintaan tambahan guru menurun karena
peningkatan belanja pendidikan sangat lamban, jumlah mahasiswa
stabil, dan resesi ekonomi berakibat kurangnya jumlah guru yang
berhenti. Sebagai salah satu usaha untuk mengatasi menurunnya
pengangkatan guru, pihak pendidikan tinggi mengurangi penerimaan
mahasiswa yang masuk ke lembaga pendidikan guru. Kebijakan ini
mengundang kritikan karena dasar pertimbangan yang dipakai dalam
proyeksi meletakkan terlalu rendah (underestimate) kebutuhan atas
tambahan guru di masa yang akan datang, khususnya apabila
pertumbuhan ekonomi membaik kembali. Pada tingkat pendidikan tinggi,
pertambahan staf pengajar terjadi pada TAFE.
Hampir semua guru prasekolah dan pendidikan dasar serta kebanyakan
guru-guru sekolah menengah dididik pada CAE; sejumlah guru-guru
sekolah menengah, dan beberapa orang guru pendidikan dasar
mendapat pendidikan di universitas. Sebagian guru-guru swasta
mendapat pendidikan pada sekolah-sekolah pendidikan guru yang
dikelola oleh badan-badan keagamaan. Lamanya pendidikan bagi
guru-guru prasekolah dan pendidikan dasar biasanya empat tahun.
Semua sistem sekolah memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk
mendapatkan pendidikan dalam jabatan (inservice education), termasuk
peningkatan kualifikasi atau ijazah dengan menyelesaikan kuliah-kuliah
yang disetujui terlebih dahulu.
4. Kurikulum Pendidikan
Suatu kecenderungan pada semua sistem sekolah negeri semenjak awal
1970-an adalah pendelegasian tanggung jawab kurikulum kepada
sekolah-sekolah. Tetapi kecepatannya sangat bervariasi. Pada beberapa
negara bagian, pedoman kurikulum dibuat terpusat tetapi sekolah-
sekolah dapat mengadaptasikannya untuk memenuhi tuntutan dan
kebutuhan lokal. Pada negara bagian yang lain, pejabat-pejabat yang
relevan di pusat menyusun tujuan umum dan sekolah menjabarkannya
ke dalam bentuk kurikulum yang rinci tetapi tetap berada dalam
kerangka tujuan umum yang telah ditetapkan. Pengecualian yang agak
besar terjadi pada kurikulum sekolah menengah untuk kelas-kelas
terakhir; detail kurikulum disusun secara terpusat untuk kepentingan
ujian eksternal. Pada kedua territories , the Australian Capital Territory
(ACT) dan the Northern Territory, sekolah relatif memiliki otonomi yang
lebih luas dan dapat mengembangkan kurikulumnya atas dasar tujuan
umum yang ditentukan di tingkat sekolah.
Di pusat, penyusunan pedoman kurikulum serta objektif kurikulum
secara umum biasa renjadi tanggung jawab seksi kurikulum dalam
departemen pendidikan. Pedoman kurikulum pada dasarnya disusun
oleh komisi-komisi kurikulum yang sudah ada untuk setiap bidang.
Walaupun sekolah-sekolah swasta memiliki otonomi yang cukup luas
dalam hal kurikulum, dalam banyak hal mereka mengikuti kurikulum
yang sama yang dipakai di sekolah-sekolah negeri dalam negara bagian
atau teritorinya.
Pusat Pengembangan Kurikulum (Curriculum Development Centre, CDC)
dibentuk oleh pemerintah Commonwealth dalam tahun 1975 untuk
membantu mengkoordinasi dan mendiseminasikannya, serta
menyiapkan materi kurikulum. Buku-buku pelajaran dan ujian disiapkan
oleh berbagai badan termasuk seksi kurikulum, departemen pendidikan,
Dewan Penelitian Pendidikan Australia (ACER), Pusat Pengembangan
Kurikulum (CDC), penerbit buku-buku akademik yang komersial, dan
asosiasi guru-guru bidang studi.
Tanggung jawab tentang metodologi pengajaran pada prinsipnya
terletak pada masing-masing guru dan sekolah. Pada umumnya format
pengajaran pada pendidikan dasar ialah seorang guru memegang satu
kelas, tetapi ada kecenderungan terjadinya variasi pengelompokan
kelas. Sama halnya di sekolah menengah, hampir semua siswa tetap
berada dalam kelompok-kelompok umur yang bersamaan, dan mereka
diajar oleh guru-guru bidang studi, dan ada pala kecenderungan untuk
mengelompokkan siswa tidak berdasarkan kesamaan umur (horizontal
age grouping) tetapi beda umur (vertical age grouping), diajar oleh tim
guru (team teaching), dan siswa dikelompokkan dalam format-format
kecil.
Masalah kurikulum yang krusial dalam sistem pendidikan Australia
tereletak terutama pada isi kurikulum (curriculum content), yaitu
menentukan isi kurikulum yang cocok untuk masyarakat. Hal ini timbul
disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam masyarakat Australia dan
komposisi penduduk. Lebih sulit memperoleh kesepakatan tentang isi
kurikulum saat ini dibandingkan dengan masa sebelumnya karena
masyarakat Australia yang semakin pluralistik dan sekaligus
multikultural.
Sesudah tahun 1970, semua departemen pendidikan terlibat dalam
peninjauan kembali tujuan, struktur, dan kurikulum. Di antara upaya
yang dilakukan adalah menentukan dan mengembangkan kurikulum inti.
Di sampung itu, pada tingkat pendidikan menengah, banyak sekolah
yang menawarkan mata kuliah alternatif di luar mata kuliah yang sudah
ada, dengan prioritas pada bidang keahlian kejuruan dan teknologi.
Tetapi masih banyak lagi tugas yang harus dilakukan.
Curriculum Framework di Australia disusun dalam rangka menyongsong
datangnya Abad XXI, dengan semboyan "Educating our Children to
succeed in the 21th Century". Prof. Lesley Parker, Chair of the
Curriculum Council, menyatakan rasa bangganya, karena "The
Curriculum Framework was developed through a unique cosultative
process that involved almost 10.000 teachers, parents, academics,
curriculum officers, students and other members of the community".
Dengan kata lain, pengembangan kurikulum di Australia telah
melibatkan semua stakeholder pendidikan.
Ada beberapa hal yang menarik dalam Curriculum Framework:
• Pertama, ada 8 kondisi yang melatarbelakangi pengembangan
kurikulum di Australia, yaitu (1) cultural diversity, (2) changes in the
family structure, (3) rapid pace of technologival change, (4) global
environmental issues, (5) changing nature of social conditions, (6)
change in the workplace, (7) inter-dependence in the global economy,
(8) uncertain standards of living.
• Kedua, ada lima karakteristik nilai (values) yang akan dibangun melalui
kurikulum tersebut, yaitu: (1) pursuit of knowledge and commitment to
achievement of potential, (2) self acceptance and respect of self, (3)
respect and concern for others and their rights, (4) social and civic
responsibility, dan (5) environmental responsibility.
Apakah kurikulum di Australia telah menganut konsep kurikulum yang
berbasis kompetensi? Curriculum Framework tidak mengggunakan
istilah "berbasis kompetensi" atau "competency-based", namun
menggunakan istilah "student outcomes statement" atau dikenal dengan
"overarching statement learning outcomes", yang rumusannya pada
hakikatnya sama dengan rumusan kompetensi. Ada 13 (tiga belas)
student outcomes statement yang akan dicapai melalui delapan mata
pelajaran secara sinergis dengan menggunakan konsep "links across the
curriculum", yaitu:
• Students use language to understand, develop and communicate ideas
and information and to interact with others
• Students select, integrate and apply numerical and spatial concepts
and techniques
• Students recognize when and what information is needed, locate and
obtain it form a range of sources and evaluate, use and share it with
others
• Students select, use and adapt technologies
• Students describe and reason about patterns, structures and
relationship in order to understand, interpret, justify and make patterns
• Student visualize consequences, think laterally, recognize opportunity
and potential and are prepared to test options
• Students understand and appreciate the physical, biological and
technological world and have the knowledge and skills and values to
make decision in relation to it
• Students understand their cultural, geographic and historical context
and have the knowledge, skills and values necessary for active
participation in life in Australia
• Students interact with other people and cultures other than their own
and are equipped to contribute to the global community
• Student participate in creative activity of their own and understand and
engage with the artistic, cultural and intellectual work of others
• Students value and implement practices that promote personal growth
and well being
• Students are self-motivated and confident in their approach to learning
and are able to work individually and collaboratively
• Students recognize that everyone has the right to feel valued and be
safe, and, in this regard, understand their rights and obligations and
behave responsible.
5. Ujian, Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi
Selama bertahun-tahun sistem pendidikan Australia menggunakan
sistem penilaian eksternal yang ekstensif untuk menentukan kualifikasi
siswa dan pemberian sertifikat atau diploma.
Sesudah Perang Dunia II hampir semua ujian eksternal ini dihapuskan,
dan pada pendidikan dasar dan menengah, yang paling banyak
dilakukan ialah kenaikan kelas siswa atas dasar usia. Hampir pada
semua sistem, sekolah punya tanggung jawab melakukan ujian untuk
setiap level setiap tahun kecuali pada tingkat akhir pendidikan
menengah di saat ujian eksternal dilaksanakan. Pada hampir seluruh
sistem sekolah, sertifikat pertama yang diterima siswa adalah pada akhir
tahun pendidikan ke-10 berdasarkan penilaian internal sekolah.
Pemberian sertifikat yang lebih tinggi diberikan pada tahun pendidikan
ke-12, pada umumnya berdasarkan ujian eksternal. Pada ACT dan
negara bagian Queensland, ujian internal sekolah yang sudah
terakreditasi adalah sebagai pengganti ujian eksternal pada tahun
pendidikan ke-12.
Untuk masuk ke universitas dan CAE pada umumnya diperlukan kualitas
performansi tertentu pada tahun pendidikan ke-12, walaupun
kebanyakan institusi memberikan kriteria tersendiri bagi orang-orang
dewasa yang-kebetulan tidak memenuhi persyaratan formal. Masuk ke
TAFE dimungkinkan setelah menamatkan pendidikan 10 tahun dengan
hasil yang memuaskan.

C. INDONESIA
1. Latar Belakang Sejarah Indonesia
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia
Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia
dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena
letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut
juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Terdiri dari 17.508 pulau,
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan populasi
sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara
berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk
Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam.
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan
Perwakilan Rakyat dan presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara
ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau
Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor
Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina,
Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di
India.
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan
Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak sejak
abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama
dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu
dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang
yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang
saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah
Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah sekitar 350 tahun
penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya di akhir
Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat tantangan dari
bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode
perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku,
bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar
dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia,
"Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti
keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi besar
dan wilayah yang padat, Indonesia memiliki wilayah alam yang
mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
Indonesia memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6000 di
antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar disekitar khatulistiwa,
yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat
6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BB - 141°45'BT serta terletak di antara
dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570
km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya
adalah pulau Jawa, di mana setengah populasi Indonesia hidup.
Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107
km², Sumatera dengan luas 473.606 km², Kalimantan dengan luas
539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua dengan
luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia searah penjuru mata angin,
yaitu:

Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar


206 juta, dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta. 130
juta (lebih dari 50%) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau
berpenduduk terbanyak sekaligus pulau dimana ibukota Jakarta berada.
Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah bangsa Melayu, dan
terdapat juga kelompok-kelompok suku Melanesia, Polinesia, dan
Mikronesia terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk
Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku
yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah,
misalnya Jawa, Sunda atau Batak.
Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas
diantaranya adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama
datang ke nusantara dengan jalur perdagangan sejak abad ke 8 SM dan
menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 4
juta populasi etnis Tionghoa. Angka ini berbeda-beda karena hanya
pada tahun 1930-an terakhir kalinya pemerintah melakukan sensus
dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku
bangsa dan keturunannya.
Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2%
penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan
penduduk muslim terbanyak di dunia. Sisanya beragama Protestan
(8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan lain-lain
(0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga
secara resmi mengakui Konghucu.
Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai
bahasa ibu, namun bahasa resmi Indonesia, bahasa Indonesia, diajarkan
di seluruh sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir
seluruh penduduk Indonesia.
Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai
yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya,
sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu
kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif
dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawatan Rakyat
(MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPR yang anggota-anggotanya
terdiri dari wakil-wakil Partai Politik dan DPD yang anggota-anggotanya
mewakili provinsi yang ada di Indonesia. Setiap daerah diwakili oleh 4
orang yang dipilih langsung oleh rakyat di daerahnya masing-masing.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga tertinggi
negara. Namun setelah amandemen ke-4 MPR bukanlah lembaga
tertinggi lagi. Keanggotaan MPR berubah setelah Amandeman UUD
1945 pada periode 1999-2004. Seluruh anggota MPR adalah anggota
DPR, ditambah dengan anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah).
Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik dalam masa
jabatan lima tahun. Sejak 2004, MPR adalah sebuah parlemen
bikameral, setelah terciptanya DPD sebagai kamar kedua. Sebelumnya,
anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan.
MPR saat ini diketuai oleh Hidayat Nur Wahid. Anggota MPR saat terdiri
dari 550 anggota DPR dan 128 anggota DPD. DPR saat ini diketuai oleh
Agung Laksono, sedangkan DPD saat ini diketuai oleh Ginandjar
Kartasasmita.
Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet.
Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensiil sehingga para menteri
bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik
yang ada di parlemen. Meskipun demikian, Presiden saat ini yakni Susilo
Bambang Yudhoyono yang diusung oleh Partai Demokrat juga menunjuk
sejumlah pemimpin Partai Politik untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya
untuk menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi
lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-pos penting dan strategis
umumnya diisi oleh Menteri tanpa portofolio partai (berasal dari
seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya).
Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD
1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah
Konstitusi, termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun
demikian keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap
dipertahankan.
Indonesia saat ini terdiri dalam 33 provinsi, lima di antaranya daerah
istimewa. Tiap provinsi memiliki badan legislatur dan gubernur. Provinsi
dibagi menjadi kabupaten dan kota, yang dibagi lagi menjadi kecamatan
dan lagi menjadi kelurahan dan desa.

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta,


Papua, dan Papua Barat memiliki hak istimewa legislatur yang lebih
besar dan tingkat otonomi yang lebih tinggi dari pemerintahan pusat
daripada provinsi lainnya. Contohnya, pemerintahan Nanggroe Aceh
Darussalam memiliki hak untuk membentuk sistem legal sendiri; pada
tahun 2003, Aceh mula menetapkan hukum Syariah. Yogyakarta
mendapatkan status Daerah Khusus sebagai pengakuan terhadap peran
penting Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama Revolusi
Indonesia. Provinsi Papua, sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat
status otonomi khusus tahun 2001. Jakarta adalah daerah khusus
ibukota negara. Timor Portugis digabungkan ke dalam wilayah Indonesia
dan menjadi provinsi Timor Timur pada 1979–1999, yang kemudian
memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara Timor Leste.
Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya
Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) yang menjadi mata uang pertama
Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah.
Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya
mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya
dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman,
masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang
berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula
kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi
negara.
Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang
bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadualan ulang
hutang luar negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.
Pada era tahun 1970-an harga minyak bumi yang meningkat
menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat
pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun
1968 sampai 1981. Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir
tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan
pelemahan nilai rupiah yang terkendali, selanjutnya mengalirkan
investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri
berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997 Ekonomi
Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat
krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu, yang
disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri
Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.
Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB
Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan
terus berlanjut. Namun demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup
besar dalam mempengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar
9,75%. Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di
bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup
dengan penghasilan kurang dari AS$2 per hari.
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa,
termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas.
Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski
akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah.
Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah,
dan karet. Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai
45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang
40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%. Meskipun demikian,
sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-
sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa
mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.
Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat,
dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.
Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih
menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian
besar disebabkan oleh korupsi yang merajalela dalam pemerintahan.
Lembaga Transparency International menempatkan Indonesia sebagai
peringkat ke-143 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang
dikeluarkannya pada tahun 2007.
Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki
budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh
kebudayaan India, Arab, Cina, dan Eropa, termasuklah kebudayaan
sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa dan Bali tradisional memiliki
aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti wayang kulit yang
menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu Ramayana
dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam.
Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatra seperti tari
Ratéb Meuseukat dan tari Seudati dari Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Sistem Pendidikan Indonesia


a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan nasional seperti termuat dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dinyatakan, bahwa “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
b. Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan
Menurut UU 20/2003, pada pasal 13 ayat (1) dan (2):
(1) Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan atau melalui jarak jauh.
Jalur pendidikan sekolah (formal) merupakan pendidikan di sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
berkesinambungan, sedangkan jalur pendidikan luar sekolah (non formal
dan informal) merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar
sekolah melalui kegiatan belajar mengajar tidak harus berjenjang dan
berkesinambungan.
Fungsi pendidikan luar sekolah, antara lain, memberikan beberapa
kemampuan, yaitu:
a. kemampuan keahlian untuk pengembangan karier, sebagai contoh,
melalui kursus penyelenggaraan, penataran, seminar, lokakarya dan
konferensi ilmiah; kemampuan tekni akademis dalam suatu sistem
pendidikan nasional seperti sekolah terbuka, sekolah kejuruan, kursus
kursus tertulis, pendidikan melalui radio dan televisi;
b. kemampuan pengembangan kehidupan keagamaan, seperti melalui
pesantren, pengajian, pendidikan di surau atau langgar, dan biara;
c. kemampuan pengembangan kehidupan sosial budaya,seperti teater,
olah raga, seni bela diri dan lembaga-lembaga pendidikan spiritual;
d. kemampuan keahlian dan keterampilan, sebagai contoh melalui
sistem magang untuk menjadi ahli bangunan.
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar
sekolah yang dilaksanakan oleh keluarga dan yang memberikan
keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral,dan keterampilan.
Sedangkankan mengenai jenjang pendidikan di Indonesia terdapat pada
pasal 14, UU 20/2003, dinyatakan “Jenjang pendidikan formal terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang berkelanjutan, yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat
kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran.
Jenjang pendidikan di Indonesia secara sederhana dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:

Tabel. Jenjang Pendidikan di Indonesia


Jenjang Lama Pendidikan Keterangan
Sekolah Dasar (SD) 6 tahun Usia 6 – 12 tahun
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3 tahun Usia 12 – 15 tahun
Sekolah Menengah Atas (SMA) / Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 3
tahun
3 tahun Usia 15 – 18 tahun
Usia 15 – 18 tahun
Pendidikan Tinggi (PT) 4 tahun Usia 18 – 21 tahun
Peserta didik pada setiap jenjang, akan mendapatkan pendidikan sesuai
dengan jenjang yang ditempuhnya, untuk menjadi modal peserta didik
setelah melewati jenjang tersebut.
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam
masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah. Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan
pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan
kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Karena itu,
bagi setiap warga negara harus disediakan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan
sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, yang dapat merupakan
pendidikan biasa ataupun pendidikan luar biasa.
b. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya,
dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri
dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah umum diselenggarakan selain untuk
mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan tinggi, juga untuk
memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan
diselenggarakan untuk memasuki lapangan kerja atau mengikuti
pendidikan keprofesian pada tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan
menengah dapat merupakan pendidikan biasa atau pendidikan luar
biasa.
c. Pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk menjadi anggota masyarakat yang memilki tingkat kemampuan
tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat
menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan seni dalam rangka
pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia
Sedangkankan mengenai jenis pendidikan di Indonesia jelaskan pada
pasal 15, UU 20/2003, dinyatakan “Jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan
khusus”.
Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,
pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademis dan
pendidikan profesional. Untuk itu setiap peserta didik dalam setiap jenis
pendidikan yang dipilihnya berhak mendapatkan keutamaan pendidikan
yang seuai jenis pendidikan tersebut, seperti berikut ini:
Pendidikan umum, pendidikan yang mengutamakan
perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan
peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada
tingkat akhir masa pendidikan.
Pendidikan kejuruan, pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang tertentu
Pendidikan akademik, pendidikan yang diarahkan terutama
pada penguasaan ilmu pengetahuan.
Pendidikan profesional, pendidikan yang diarahkan terutama
pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.
Pendidikan vokasi, pendidikan tinggi yang mempersiapkan
peserta untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan
tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
Pendidikan kedinasan, pendidikan yang berusaha
meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas
kedinasan untuk pegawai atau calon pegawai suatu
departemen pemerintah atau lembaga non departemen.
Pendidikan keagamaan, pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran
keagamaan yang bersangkutan.
Pendidikan luar biasa, pendidikan yang khusus
diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang
kelainan fisik dan mental.
Pada pasal 16, UU 20/2003, dinyatakan: “Jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat”.
Satuan pendidikan adalah satuan dalam sistem pendidikan nasional
yang merupakan wahana belajar baik di sekolah-sekolah maupun di luar
sekolah. Dalam kaitan ini, keluarga merupakan lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Satuan pendidikan
harus dapat menciptakan suasana yang menunjang perkembangan
peserta didik, sesuai dengan fungsi dan tujuan sistem pendidikan
nasional.
Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk
kehidupan masyarakat. Sekolah bukanlah semata-mata sebagai
konsumen, tetapi ia juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang
sangat erat hubungannya dengan pembangunan. Pembangunan tidak
mungkin berhasil dengan baik tanpa didukung oleh tersedianyan tenaga
kerja yang memadai sebagai produk pendidikan. Karena itu sekolah
perlu dirancang dan dikelola dengan baik.
Menurut UU 20/2003 pasal 12 ayat 1, dinyatakan bahwa; Peserta didik
dalam satuan pendidikan berhak:
Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama
Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya
Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya
Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya
Pindah keprogram pada jalur dan satuan pendidikan lain yang
setara
Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan
belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan
batas waktu yang ditetapkan

c. Kurikulum dan Metode Pengajaran


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Mulai tahun 2004 Indonesia menggunakan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), yang disempurnakan dengan diterbitkannya permen
nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22
tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun
2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang di kenal
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang pada
dasarnya sama dengan kurikulum 2004 (KBK). Perbedaan yang hanya
terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan
mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yabg
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Selain dari itu
, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang
menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.
Panduan yang disusun BNSP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan
Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang
dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan
SKL. Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam
UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang
harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagai
salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu
pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang
dikembangkan BNSP. Artinya, pada kurikulum 2006 (KTSP) pemerintah
pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan
kondisi sekolah dan daerahnya. Penyusunan KTSP menjadi tanggung
jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan
daerah dan wilayah setempat.
Tujuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu dengan
tujuan umum pendidikan. Dalam peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasa 26 dikemukakan:

1. Tujuan pendidikan dasarr adalah meletakkan dasar kecerdasan,


pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih maju.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk
hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih maju.
3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Struktur kurikulum merupakan susunan mata pelajaran yang harus


ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman
muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan
pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta
didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur
kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri
merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Berikut ini adalah struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah:
1. Taman Kanak-kanak
Taman Kanak-kanak (TK) adalah jenjang pendidikan nonformal yang
kurikulumnya diberikan kewenangan kepada sekolah masing-masing.
Pendidikan ini bisa berlangsung antara 1 sampai dengan 2 tahun. Sering
dikenal kelas nol kecil, dan nol besar. Mata pelajaran yang dipelajari
secara umum, menyanyi, menggambar, menulis, mewarnai, mengenal
huruf dan angka, berhitung, dan pendidikan jasmani (olahraga).
2. Sekolah Dasar (Madrasah Ibtidaiyah)
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas
1 sampai kelas 6. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan
standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran
dengan ketentuan.

1. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan


pengembangn diri.
2. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD?MI merupakan “IPA
Terpadu” dan “IPS Terpadu”.
3. Pembelajaran kelas 1 sampai dengan kelas 3 dilaksanakan melalui
pendekatan tematik, sedangkan pada kelas 4 sampai dengan kelas
6 dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
4. Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran
perminggu secara keseluruhan.
5. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit.
6. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester)
rata-rata adalah 34 – 38 minggu.

3. Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah


Struktur kurikulum SMP/MTs meliputi substansi pembelajarn yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 3 tahun mulai kelas 7
sampai dengan kelas 9. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri.
2. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan
“IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.
3. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah 4 jam pembelajaran perminggu secara
keseluruhan.
4. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 40 menit.
5. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester)
rata-rata adalah 34 – 38 minggu.

4. Pendidikan Menengah
a. Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA)
Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 3 tahun mulai kelas 10
sampai dengan kelas 12. Struktur kurikulum disusun berdasarkan
standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.
Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu kelas 10 merupakan program umum yang diikuti oleh
seluruh peserta didik, dan kelas 11 dan kelas 12 merupakan program
penjurusan yang terdiri atas 4 program: (1) Program Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), (3) Program
Bahasa, dan (4) Program Keagamaan, khusus MA.
Kurikulum SMA/MA kelas 10 terdiri dari 16 mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri.
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam maksimum. Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah empat jam pembelajaran
perminggu secara keseluruhan struktur kurikulum.
Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 45 menit.
Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester)
rata-rata adalah 34 – 38 minggu
Kurikulum SMA/MA kelas 11 dan kelas 12 program IPA,
program IPS, program Bahasa, dan program keagamaan
terdiri atas 13 mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri.
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan
pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam
pembelajaran perminggu secara keseluruhan. Dan alokasi
waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester)
rata-rata adalah 34 – 38 minggu.
b. Sekolah Menengah Kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta
mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki
stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan
mampu berkomunikasi sesuai tuntutan pekerjaannya, serta memiliki
kemampuan mengembangkan diri. Struktur kurikulum pendidikan
keuruan dalam hal ini Sekolah Menengan Kejuruan (SMK) dan Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Kurikulum SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Dasar
Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri. Mata pelajaran wajib
terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa,
Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, dan Keterampilan/Kejuruan. Mata pelajaran ini bertujuan
untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya sekaligus manusia
kerja. Sedangkan Mata Pelajaran Dasar Kejuruan terdiri atas beberapa
mata pelajaran yang bertujuan untuk menunjang pembentukan
kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri
dalam bidang keahliannnya.
Struktur kurikulum SMK/MAK meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 3 tahun mulai dari kelas
10 sampai dengan kelas 12. Srtruktur kurikulum SMA/MAK disusun
berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata
pelajaran.

D. PENUTUP
Tujuan pendidikan Indonesia adalah Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sedangkan
Tujuan pendidikan mengisyaratkan perlunya keseimbangan antara
pelayanan kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat melalui sistem
pendidikan. Pada level sekolah, tekanan adalah pada pengembangan
potensi murid sebaik mungkin. Pada tingkat pendidikan tinggi, tekanan
yang lebih besar diarahkan pada pencapaian kebutuhan pendidikan
untuk kepentingan ekonomi serta masyarakat secara umum.
Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari jenjang pendidikan dasar
(SD dan SMP), jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK), jenjang
pendidikan tinggi (Universitas). Sedangkan jenjang pendidikan di
Australia terdiri dari Sekolah Dasar (Primary School), Sekolah Menengah
(Secondary or High School), Pendidikan Kejuruan dan Pelatihan
(Vocational Education and Training), Pendidikan Tinggi (University).
Pendanaan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, sedangkan
pendanaan pendidikan di Australia menjadi tanggung jawab pemerintah
Commonwealth dan negara bagian.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen PT Depdiknas. 2001. Panduan Studi Pascasarjana di Australia dan
Selandia Baru. Jakarta: Depdiknas.
http://forum-duniamusic.com/puisi guru membuat wakil presiden
marah.htm diakses pada 20 April 2009.
http://muhlis.wordpress.com/perbandingan-pendidikan/. diakses pada
20 April 2009.
http://www.beasiswas.net/2008/08/sistem-pendidikan-
di-australia.html. diakses pada 20 April 2009.
http://zkarnain.tripod.com/DIKNAS.HTM. diakses pada 20 April 2009.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta:Kencana.
Suparyo, Yossy. 2005. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) UU No.20 Tahun 2003 beserta Penjelasannya.
Yogyakarta:Media Abadi.
Syah Nur, Agustiar. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara.
Bandung: Lubuk Agung.

Rusipal di Selasa, Juni 09, 2009

Berbagi 0

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

‹ Beranda ›
Lihat versi web

TENTANG PENULIS BLOG

Rusipal
Tebing Tinggi, Sumatera Selatan, Indonesia
Berasal dari desa Lumpatan Kec. Sekayu (MUBA); Nama ayah
Mawarman dan Ibu Rokiba; Sekarang sudah menikah dengan wanita
yang bernama Mardalena, S.Pd. dan mempunyai seorang anak perempuan
bernama Sabrina Khoironnisa (23-3-2005); Pendidikan SDN 2 Lumpatan (Tahun
1995), SMPN 4 Sekayu (Tahun 1998), SMAN 1 Sekayu (Tahun 2001) dan S1
Pendidikan Fisika FKIP Unsri (Tahun 2005), S2 Prodi Teknologi Pendidikan Unsri
(Angkatan 2008); Berkerja sebagai seorang guru di SMAN 2 Muara Beliti Kab.
Musi Rawas; dan guru SMA Negeri 1 Unggul Empat Lawang
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai