Anda di halaman 1dari 8

Pembinaan Keterampilan Membatik Siswa Tunarungu

(Studi Kasus di SLB Negeri 3 Kota Blitar)

Megarani Rosnadia1, Abdul Huda2

1
SLB Negeri 3 Kota Blitar
2
Universitas Negeri Malang
E-mail: Megarani14@gmail.com. 085856258925

Abstrak: Tunarungu adalah seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran, yang
menyebabkan tunarungu mengalami keterbatasan dalam berbahasa, berkomunikasi, dan menangkap
informasi. Dengan segala keterbatasan yang dialami dan potensi yang dimiliki, maka anak tunarungu
perlu dibekali keterampilan hidup dan salah satunya adalah keterampilan membatik. Tujuan
Penelitian untuk: 1) mendeskripsikan proses perencanaan program pembinaan keterampilan
membatik; 2) mendeskripsikan strategi pelaksanaan pembinaan keterampilan membatik, dan 3)
mendeskripsikan metode evaluasi pembinaan keterampilan membatik siswa tunarungu di Kota Blitar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian
dilaksanakan di SLB di Kota Blitar. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi, dan
dianalisis dengan menggunakan analisis isi (content analysis). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa: Proses perencanaan program pembinaan keterampilan membatik dilakukan rapat yang
membahas identifikasi kebutuhan lapangan dan merumuskan tujuan pembelajaran yang selanjutnya
disusun RPP yang diselaraskan dengan K13; Strategi pembinaan keterampilan membatik bekerjasama
dengan pengrajin batik di Pakunden, paguyuban walimurid, dan pelaksanaan dikelas; Hasil karya
pembinaan keterampilan membatik dievaluasi melalui pemberian apresiasi dalam bentuk diikutkan
pada kegiatan bazar, pameran, lomba dan juga dijadikan seragam sebagai identitas sekolah. Dengan
cara ini dapat menumbuh-kembangkan minat anak tunarungu mengembangkan keterampilannya.
Kata kunci: Pembinaan; Keterampilan membatik; Tunarungu.

Abstract: Deaf is someone who has a hearing loss, which causes hearing impairment to experience
limitations in language, communication, and capturing information. With all the limitations
experienced and the potential it has, the deaf child needs to be equipped with life skills and one of
them is the skill of making batik. Research Objectives to 1) describe the process of planning a batik
skills training program; 2) describe the strategy of implementing batik skills coaching, and 3) describe
the evaluation methods for developing batik skills of deaf students in Blitar City. This study uses a
qualitative approach to the type of case study research. The study was conducted at SLB in Blitar
City. Data was collected through interviews and observations, and analyzed using content analysis.
The results of this study indicate that: The process of planning a batik skills training program is held
in a meeting that discusses the identification of field needs and formulates learning objectives which
are then compiled in a lesson plan that is aligned with K13; Strategies for developing batik skills in
collaboration with batik artisans in Pakunden, parents' groups, and implementation of classes; The
results of the work of developing batik skills are evaluated through the provision of appreciation in
the form of participation in bazaars, exhibitions, competitions and also used as a uniform as the
school's identity. In this way can develop the interests of deaf children develop their skills.
Keywords: Coaching; Batik skills; Deaf.

Hakekatnya setiap manusia terlahir dengan lengkap. Kondisi demikian sering disebut dengan
perbedaan baik dari segi jasmani dan rohani. Dari disabilitas. Disabilitas merupakan manusia yang
segi rohani manusia memiliki keberagaman memiliki ciri yang berbeda dengan anak pada
kemampuan, kesukaan, karakteristik hingga umumnya (Atmaja, 2017). Ragam disabilitas
kepercayaan yang dianutnya berbeda. Sedangkan diantaranya tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
dari segi jasmani manusia memiliki bentuk fisik tunadaksa, autis, ADHD dan berkesulitan belajar.
yang berbeda-beda. Ada manusia yang dilahirkan Tunarungu adalah istilah umum yang
dengan kondisi fisik yang lengkap, ada juga yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami
dilahirkan dengan kondisi fisik yang kurang gangguan atau hambatan dalam indra pendengaran.
Anak tunarungu menurut menurut Aulia (2012 wisatawan yang berkunjung ke Kota Blitar maka
adalah hilangnya kemampuan menangkap suara dari anak-anak berkebutuhan khusus harus dibekali
luar yang disebabkan karena tidak berfungsinya dengan keterampilan hidup yang berguna bagi
indra pendengaran. Indra pendengaran tunarungu persiapan kerja dan kehidupan mendatang.
yang tidak berfungsi dengan baik, menyebabkan Keterbatasan pendengaran dan komunikasi
tunarungu mengalami keterbatasan dalam berbahasa, tidak membatasi siswa tunarungu di SLB Negeri 3
berkomunikasi, dan menangkap informasi. Sehingga Kota Blitar dalam belajar keterampilan membatik.
membuat tunarungu mengutamakan visual. Menjadi sangat menarik untuk diteliti ketika anak
Dengan segala keterbatasan yang dialami dengan hambatan pendengaran yang berpengaruh
oleh anak tunarungu dan keiinginan yang sama pada komunikasi, dapat mengikuti pelajaran
seperti orang pada umumnya, maka diperlukan membatik dengan sangat baik dan terampil.
pendidikan yang dikhususkan untuk anak tunarungu, Dibuktikan dari hasil karya siswa Tunarungu SLB
yaitu SLB. Menurut Ciptono (2010) Sekolah luar Negeri 3 Kota Blitar diikutkan dalam perlombaan,
biasa atau SLB adalah sebuah sekolah yang dalam bazar dan dijadikan seragam identitas
diperuntukkan bagi ABK agar bisa mendapatkan sekolah.
layanan dasar yang bisa membantu mendapatkan
pendidikan sesuai dengan hambatan yang dimiliki. METODE
Pembelajaran di SLB menurut Peraturan pemerintah Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
No. 22 tahun 2006 bahwa muatan isi kurikulum pada dengan pendekatan studi kasus. Pemilihan metode
jenjang satuan pendidikan jenjang SMA terdiri atas ini disebabkan adanya kesesuaian dengan pendapat
40% s/d 50% aspek kemampuan akademik dan 60% menurut Creswell (2014) penelitian kualitatif adalah
s/d 50% aspek kemampuan keterampilan. Dalam metode untuk mengeksplorasi dan memahami
kemampuan keterampilan Anwar (2006) makna individu atau kelompok tentang masalah
menjelaskan program pendidikan life skills adalah sosial dan kemanusiaan. Kehadiran peneliti sebagai
pendidikan yang dapat memberikan bekal instrumen kunci yang merencanakan, melaksanakan,
keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan sampai mengevaluasi penelitian, mulai dari peneliti
kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi datang kelapangan, menggali data dan informasi,
ekonomi atau industri yang ada dimasyarakat. menganalisis, sampai pada penyusunan laporan.
Membatik adalah salah satu life skills yang dapat Sumber data atau informan yang ditetapkan dalam
menjadi program keterampilan pilihan di sekolah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Guru Bidang
luar biasa. Keterampilan (GBK) merupakan kasus utama dalam
Keterampilan membatik dipilih karena, pembinaan keterampilan membatik, 2) Siswa
melihat potensi wisata yang terkenal di Blitar, Tunarungu (ST) yang merupakan unit analisis , 3)
sehingga berpengaruh pada peluang usaha Guru Kelas (GK), 4) Kepala sekolah (KS), 5)
masyarakat setempat. Di Kota Blitar terdapat sejarah Orangtua siswa (OT), 6) Pengawas (PS) yang
masa kecil dan makam dari Presiden pertama di merupakan merupakan sumber informasi
Indonesia yaitu Ir. Soekarno, yang menjadikan daya pendukung.
tarik wisatawan lokal maupun manca negara untuk Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian
berkunjung di Kota Blitar. Karena banyaknya ini yakni dengan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data agar data yang didapatkan berkaitan dengan pembinaan keterampilan
semakin lengkap dan kaya. Menurut Yin (2008:103) membatik, dan RPP dari sekolah.
pengumpulan data untuk studi kasus berupa Analisis data yang dilakukan oleh peneliti
dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi mengacu menurut pendapat Milles dan Huberman
langsung dan pemeran, serta perangkat fisik. Untuk yaitu (1) reduksi, (2) penyajian data. (3) mengambil
itu prosedur pengumpulan data yang digunakan kesimpulan. Penjelasannya sebagai berikut. Setelah
dalam penelitian ini adalah wawancara, Observasi peneliti mengadakan pengumpulan data, peneliti
dan dokumentasi. melakukan reduksi data. Setelah data direduksi maka
Wanwancara masuk pada penyajian data berupa bagan agar
Teknik wawancara yang digunakan dalam tersusun data yang rapi.selanjutnya adalah
penelitian ini adalah wawancara mendalam (Indepth mengambil kesimpulan.
interview). Indepth interview sangat diperlukan Pengecekan keabsahan data dalam penelitian
dalam penelitian ini karena penelitian ini ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi dan
menginginkan data secara lengkap dan akurat. member check. Teknik pengecekan keabsahan data
Wawancara dilaksanakan secara nonformal dengan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
lisan atau tanya jawab dalam pertemuan tatap muka triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
antara narasumber dan peneliti secara individual. Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data
Sebelum melaksanakan wawancara peneliti dengan cara mengecek data pada sumber yang sama
menyiapkan pedoman wawancara. Pedoman dengan teknik yang berbeda. Triangulasi sumber
wawancara digunakan untuk memudahkan peneliti untuk mengecek kreadibilitas dengan mengecek data
dalam penggalian informasi sehingga informasi yang yang telah diberoleh melalui beberapa sumber.
didapatkan lengkap dan jelas. Member check merupakan proses pengecekan data
Observasi yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, yaitu
Menurut Prastowo (2012) menyatakan bahwa dengan memberikan tandatangan sebagai
observasi merupakan pengamatan terhadap gejala persetujuan bahwa pernyataan itu adalah benar dan
yang tampak dalam suatu obyek penelitian. kredibel.
Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada
obyek penelitian, yang kemudian menghasilkan HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
realita di tempat penelitian. Penelitian ini
Proses perencanaan program pembinaan
menggunakan teknik observasi partisipan
keterampilan membatik dilakukan rapat yang
(participant observatif).
menghasilkan 1) Identifikasi kebutuhan lapangan,
Dokumentasi
dan 2) Program agar tujuan dapat tercapai.
Dokumentasi yang digunakan dalam
Identifikasi lapangan yang dilakukan oleh SLB
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data
Negeri 3 Kota Blitar untuk pembinaan keterampilan
sesuai dengan kenyataan di tempat penelitian.
membatik adalah 1) Guru yang kompeten pada
Dokumentasi yang akan digunakan sebagai bukti
bidangnya, 2) Sumber daya alam disekitar
penelitian ini adalah foto-foto kegiatan pembinaan
lingkungan sekolah, 3) Sumber daya modal sekolah,
membatik, acara-acara yang diikuti sekolah yang
4) Waktu, 5) Alat dan bahan, 6) Media
pembelajaran, 7) Sarana dan Prasarana, 8) membatik secara langsung dalam kelas SLB Negeri
Kebutuhan untuk pameran ketika ada acara. 3 Kota Blitar terdapat (1) materi pembelajaran
Sedangkan program agar tujuan sekolah dapat pembinaan keterampilan membatik yang berupa
tercapai SLB Negeri 3 membuat program yaitu teori dan praktek, (2) metode pembelajaran
berupa RPP yang berpedoman pada kurikulum 2013. pembinaan keterampilan membatik yaitu dengan
menggunakan metode ceramah, metode demonstrasi,
Gambar 1. Proses Perencanaan Program metode praktik dan metode kerja kelompok, (3)
Pembinaan Keterampilan Membatik media pembelajaran pembinaan keterampilan
membatik adalah dengan menggunakan seragam
identifikasi kebutuhan
lapangan identitas sekolah yang sudah dipakai siswa setiap

Rapat Program agar Tujuan hari rabu dan kamis, guru kadangkala juga
tercapai
menggunakan bantuan laptop dengan menggunakan
RPP
aplikasi youtube, (4) sarana prasarana pembinaan
Kurikulum 2013
keterampilan membatik, (5) alat dan bahan
Strategi Pelaksaaan Pembinaan Keterampilan
pembinaan keterampilan membatik seperti kain,
Membatik yang pertama adalah kerjasama dengan
spidol, manik-manik, karet, gunting, benang dan
pengrajin batik di Pakunden Kota Blitar. Kerjasama
jarum, zat Pewarna, waterglass, bak atau ember, (6)
yang dilakukan yaitu dengan pengambilan alat dan
langkah-langkah pelaksanaan pembinaan
bahan yang dibutuhkan dari pengrajin batik di
keterampilan membatik mulai dari Kegiatan
pakunden untuk pembinaan keterampilan membatik,
pendahuluan dengan melaksanakan apresiasi (berupa
seperti kain, karet, manik-manik, waterglass, dan
salam, cek kehadiran siswa dan doa sebelum
pewarna kain.
pelaksanaan pembinaan keterampilan membatik)
Kedua, Kerjasama dengan paguyuban
dan pemberian motifasi kepada siswa. Kegiatan inti
walimurid. Kerjasama yang dilakukan dengan
yaitu dengan pengarahan dari guru keterampilan
paguyuban walimurid adalah dengan walimurid ikut
membatik dimulai dari: Membuat pola titik untuk
membeli atau memasarkan hasil karya putra-putri
motif batik, Menebali pola dengan menggunakan
mereka. Sekolah dan walimurid juga melaksanakan
spidol, Mengikat pola titik dengan manik-manik dan
rapat agar terciptanya suasana yang kondusif antara
karet, Menjahit bagian pola garis, Menyerut hasil
walimurid dengan sekolah yang bertujuan untuk
jahitan, Pewarnaan kain, Pengeringan kain pertama,
mengembangkan potensi dan kreativitas yang
Melepas karet dan manik-manik, Pencucian kain,
dimiliki oleh putra-putri mereka.
Penjemuran atau pengeringan kain. Pada kegiatan
Ketiga, Pelaksanaan pembinaan
penutup guru melaksanakan pengecekan terhadap
keterampilan membatik, Pembinaan keterampilan
hasil karya siswa, mengarahkan siswa untuk
membatik di SLB Negeri 3 Kota Blitar terdapat 5
merapikan pekerjaan dan diakhiri dengan berdoa.
siswa tunarungu (B). Pembinaan keterampilan
Gambar 2. Bagan Strategi pelaksanaan
membatik di SLBN Negeri 3 Kota Blitar
pembinaan keterampilan membatik
dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan Jumat
pada jam ke 6-7 mulai pukul 11.00 sampai dengan
13.00. Pelaksanaan pembinaan keterampilan
pembinaan keterampilan membatik pihak sekolah
Kerjasama dengan menyusun mempersiapkan semua hal yang berkaitan
pengrajin batik di
Pakunden
dengan pembinaan keterampilan membatik dengan
Strategi
pelaksanaan Kerjasama dengan matang. Penyusunan perencanaan pembinaan
pembinaan paguyuban
keterampilan walimurid keterampilan membatik di SLB Negeri 3 Kota Blitar
membatik
Pelaksanaan Materi, metode,
pembinaan media, sarpras, alat
adalah dengan melaksanakan rapat yang
keterampilan dan bahan,
membatik dikelas langkah-langkah dilaksanakan pada awal tahun kegiatan

Metode Evaluasi untuk memperkuat pembelajaran. Dalam perencanaan ini yaitu

pembinaan keterampilan membatik dapat dilihat pembelajaran tahun ajaran 2019/2020.

dalam bagan berikut: Dalam rapat membahas (1) identifikasi


kebutuhan lapangan seperti Guru yang kompeten,
Gambar 3. Bagan Metode Evaluasi untuk
Sumber daya alam dilingkungan sekolah, Sumber
Memperkuat Pembinaan Keterampilan
daya modal, Waktu, Alat dan bahan, Media
Membatik
pembelajaran, Sarana dan Prasarana, Kebutuhan
untuk pameran ketika ada acara, dan (2) Program
Bazar dan pameran
agar tujuan dapat tercapai yaitu dengan membuat
Metode evaluasi untuk
memperkuat pembinaan Lomba RPP yang berpedoman pada kurikulum 2013.
keterampilan membatik
Menurut Damayanti (2016) Perencanaan yang
Seragam Identitas
Sekolah dilakukan guru yaitu menentukan tujuan
Penjelasannya Metode evaluasi yang dilakukan pembelajaran berpedoman pada hasil asesemen
adalah dengan diikutkan kegiatan bazar dan pameran siswa; menentukan materi pembelajaran dengan
seperti yang dilaksanakan pada SMA Sutojayan, pedoman buku, mengenal bahan dan peralatan, cara
Blitar Tempo Doelo (BTD), Hari Disabilitas menggunakan peralatan dan tekniknya. Kemudian
Internasional, Peresmian gedung SMAN 3 Kota menurut Dewi (2018) Perencanaan pembelajaran
Blitar. Dengan Kegiatan Lomba, seperti lomba LKS keterampilan batik dimulai dengan penyusunan
(Lomba Keterampilan Siswa) tingkat provinsi di silabus dan rencana pelaksanaan pembimbingan
Batu, Lomba peringatan hari anak Nasional di alun- (RPP) dengan masing-masing standar kompetensi
alun Kota Blitar yang memperoleh juara 1, dan dan kompetensi dasar berdasarkan acuan kurikulum
lomba membatik lainnya. Seragam hasil karya siswa bimbingan.
yang dijadikan seragam identitas sekolah hingga saat Setelah menyusun perencanaan SLBN 3
ini. Kota Blitar membuat Strategi untuk pembinaan
keterampilan membatik. Dewi (2018) menyatakan
Pembahasan
Menurut Hesti (2018) Perencanaan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

dilakukan agar setiap kegiatan memiliki tujuan yang pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan

jelas dan ada cara yang paling tepat dan efisien siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

untuk mencapai tujuan tersebut. Prinsip utama setiap efektif dan efisien. Hesti (2018) menyatakan ada

perencanaan adalah bahwa ia ditujukan untuk strategi pembinaan untuk mencapai tujuan yaitu: (1)

pencapaian tujuan. Sebelum menyelenggarakan Integrasi iman dan taqwa dalam visi, misi, tujuan,
dan proses pembelajaran, (2) Melaksanakan
kerjasama antara sekolah dengan orangtua peserta sekolah. Kriteria efektivitas adalah tingkatan sejauh
didik. mana kegiatan program mampu melaksanakan
Strategi pembinaan keterampilan membatik fungsinya agar tujuan yang telah ditetapkan dapat
yang dilakukan di SLBN 3 Kota Blitar adalah (1) dicapai secara tepat dan optimal dengan
Bekerja sama dengan pengrajin batik di pakunden menggunakan alat dan sumber yang ada. Efektivitas
Kota Blitar, kerjasama tersebut berupa supply alat selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas,
dan bahan yang digunakan untuk membatik, (2) laba dan seterusnya. Hal ini terlihat di SLB Negeri 3
Kerjasama dengan paguyuban walimurid, kerjasama Kota Blitar yang memperoleh juara ketika
yang dilakukan adalah dengan rapat kemudian melaksanakan lomba, SLBN 3 Juga telah mengikuti
walimurid ikut membeli dan memasarkan karya lomba di tingkat Provinsi.
anak-anaknya, (3) Pelaksanaan keterampilan
Dampak menurut Djudju Sudjana (2008)
membatik langsung di kelas, terdapat (1) materi
sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa kriteria
pembelajaran membatik, (2) metode pembelajaran,
dampak ini yaitu peningkatan partisipasi buah
(3) media pembelajaran, (4) sarana prasarana (ruang
pikiran, tenaga, harta benda, dan dana. Hal ini
kelas yang mendukung), (5) alat dan bahan, (6)
seperti yang terlihat di SLBN 3 Kota Blitar bahwa
langkah-langkah keterampilan membatik.
telah mendapatkan dana berupa laba dari hasil
Dengan adanya pelaksanaan, SLBN 3 Kota
penjualan batik karya siswa.
Blitar melaksanakan evaluasi untuk melihat apakah
tujuan yang diinginkan dapat tercapai atau KESIMPULAN DAN SARAN
sebaliknya. Sunaengsih (2017) Kegiatan evaluasi Kesimpulan
Proses perencanaan program pembinaan
adalah kegiatan menilai semua kegiatan yang
keterampilan membatik di SLB Negeri 3 Kota Blitar
dilakukan untuk menemukan indikator yang
sudah sesuai dengan penelitian lain yaitu dimulai
menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian
dengan rapat yang membahas identifikasi kebutuhan
tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian
lapangan dan program agar tujuan dapat tercapai,
berikutnya. dapat disimpulkan bahwa evaluasi
yang kemudian lahirlah pembinaan keterampilan
adalah tindakan, kegiatan atau proses untuk
membatik dan RPP yang berpedoman pada K13;
menentukan nilai dari tujuan yang tercapai sebagai
Strategi pelaksanaan pembinaan keterampilan
bahan kajian untuk kegiatan selanjutnya.
membatik di SLB Negeri 3 Kota Blitar berjalan
Menurut The Liang Gie (2003) Kriteria dengan lancar dan menghasilkan pembinaan yang
efisiensi adalah perbandingan terbalik antara suatu maksimal, hal tersebut sudah sesuai dengan teori
kegiatan dengan hasilnya. Efisiensi berkenaan strategi pembinaan keterampilan membatik seperti
hubungan antara produk yang dihasilkan dengan bekerjasama dengan pengrajin batik di pakunden,
sumber daya yang digunakan. Penilaian diarahkan kerjasama dengan paguyuban orang tua dan
pada kecocokan, kelayakan, ketaatan atas peraturan pelaksanaan dikelas; Metode evaluasi untuk
yang berlaku. Hal ini terlihat dalam kegiatan menguatkan pembinaan keterampilan membatik
evaluasi di SLB negeri 3 Kota Blitar yaitu diikutkan yang dilakukan SLB Negeri 3 Kota Blitar sudah
dalam kegiatan bazar dan pameran. Hasil karya sesuai dengan teori-teori evaluasi yang ada. Dengan
siswa juga dijadikan sebagai segaram identitas mengikutkan siswa dalam bazar, pameran, lomba
dan dijadikan seragam identitas sekolah untuk Djudju Sudjana. (2008). Evaluasi Program
Pendidikan Luar Sekolah Untuk
menumbuh kembangkan minat siswa tunarungu
Pengembangan Pendidikan Nonformal dan
untuk mengembangkan keterampilannya. Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saran
Ediyanto. 2016. Penilaian Formatif dan Penilaian
Untuk meningkatkan kemampuan membatik
Sumatif. Diakses online pada
siswa tunatungu, disarankan agar sekolah terus https://yudharta.ac.id/id/2016/11/penilaian-
formatif-dan-penilaian-sumatif/
melakukan kerjasama berkelanjutan dengan para
pengrajin di daerah setempat; Untuk memperkuat Efendi.2009. Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
minar para siswa dalam keterampilan membatik,
Fetrianto, Farizal. 2017. Penerapan Formative
maka proses apresiasi melalui pameran, bazar, Summative Evaluation Model Dalam
lomba, dan hasil batik yang dijadikan seragam Penelitian Tindakan. Prosiding Seminar
Nasional Profesionalisme Tenaga Profesi
identitas sekolah, perlu diperkuat melalui kerjasama PJOK. Hal 389-407.
dengan pihak terkait.
Gunawan.2016. Metode Penelitian Kkualitatif.
Jakarta: Bumi Aksara.
DAFTAR RUJUKAN
Amin, Samsul Munir. 2015. Bimbingan dan Rahyubi.2012. Teori-Teori dan Aplikasi
Konseling Islam. Jakarta: Amzah. Pembelajaran Motorik. Bandung:
Anas Sudijono. (2011). Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Nusa Media.
Anwar.2006. Penididikan Kecakapan Hidup (Life Hermino.2013. Assesmen Kebutuhan Organisasi
Skill Education). Bandung : Persekolahan. Bandung: Grafindo Media
Alfabeta. Pratama.
Atmaja, Jati Rinakri. 2018. Pendidikan dan Hesti, Amira. 2018. Pembinaan Akhlakul Karimah
Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. di MIN 14 Kabupaten Blitar. Skripsi tidak
Bandung: PT Remaja Rosdakarya diterbitkan. Blitar: FKIP PGSD.
Aulia, Resti. 2012. Meningkatkan Kemampuan Iswari.2007. Kecakapan Hidup Bagi Anak
Membaca Pemahaman Pada Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.
Tunarungu. E-journal, 1(2), 347-357. DOI :
file:///D:/A%20MATERI/A%20AMY Kamayangan, Dhara Dinda. 2016. Pembelajaran
%20LOVE/skripsi%20vokasional/masuk Batik Cemol Pada Anak Tunarungu di SLB
%20skripsi%20ku/aulia.pdf Negeri 1 Bantul. Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta: FBS UNY.
Ciptono, Ganjar Triadi Budi Kusuma. 2010. Guru
Luar Biasa.https://books.google Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kemendikbud
.co.id/books? (online) (https://kbbi.kemdikbud.go.id/),
id=8LBrAwAAQBAJ&dq=slb+adalah&hl=id diakses 23 November 2019.
&source=gbs_navlinks_s
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015.
Creswell, Jhon .2014. Research Design. Yogyakarta: Petunjuk Teknis Pendidikan Kecakapan
Pustaka Pelajar. Hidup (PKH). Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Damayanti, Pinasthi. 2016. Pelaksanaan Jenderal Anak Usia Dini dan Pendidikan
Pembelajaran Keterampilan pra-vokasional Masyarakat, Direktorat Pembinaan Kursus
memasak pada siswa autisik di sekolah dan Pelatihan.
khusus autis bina anggita. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: FIP UNY. Kholisotum, Rochma. 2019. Implementasi program
vokasional siswa tunagrahita di SMALB
Dewi, Isti Askola. 2018. Pembelajaran Keterampilan Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Batik Tulis Pada Anak Tunarungu Kelas X FIP UM.
Di Slb Negeri Wonogiri. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: FBS UNY.
Kusumawati, Dyah. Pembinaan Pelatihan Sebagai The Liang Gie. (2003). Efisiensi Untuk Meraih
Strategi Membentuk Tenaga Kerja Terampil. Sukses. Yogyakarta: Panduan.
Artikel.
Wasita.2013. Seluk Beluk Tunarungu dan
Lestari, Denok Ayu. 2016. Keterampilan Membatik Tunawicara: Serta Strategi Pembelajaran.
Bagi Narapidana Di Lembaga Jakarta: Javalitera.
Pemasyarakatan Klas IIb Blitar. E-journal,
05(01), 58-67. DOI: Yin.2014. Studi Kasus. Jakarta: PT. Rajagrafindo
https://jurnalmahasiswa Persada.
.unesa.ac.id/index.php/jurnal-tata-busana/ Zubaidah, Siti. 2016. Keterampilan Abad Ke-21:
article/view/14091/12837 Keterampilan Yang Diajarkan Melalui
Majid, Abdul. 2013 Strategi Pembelajaran. Pembelajaran. Makalah disajikan dalam
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Seminar Nasional Pendidikan dengan tema
“Isu-isu Strategis Pembelajaran MIPA Abad
Moleong.2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. 21”, Prodi Pendidikan Biologi STKIP
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Persada Khatulistiwa Sintang, Kalimantan
Barat, 10 Desember.
Novita, Pingki Tantri. 2016. Pembelajaran
Keterampilan Batik Anak Tunagrahita Zulaichah, Mahmudah Dwi. 2018. Pengelolaan
Program Bimbingan A Di Balai Besar Pendidikan Vokasional Terhadap Anak
Rehabilitasi Sosial Bina Grahita “Kartini” Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa
Temanggung Jawa Tengah. Jurnal Al-Azhar Sidoarjo. Skripsi tidak diterbitkan.
pendidikan kriya. Surabaya: FTK UINSA.

Prasetyo.2012. Batik. Yogyakarta: Pura Pustaka.


Prastowo.2012. Metode Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Prayitno dan Amti, Eeman. 2013. Dasar-dasar
Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayogo, Muhaimi Mughni. 2014. Pembelajaran
Vokasional Adaptif Bagi Siswa Autis Dalam
Bidang Keterampilan Membatik Di SLB
Fredofios. Jurnal Pendidikan Luar Biasa 2.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran:
Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Cetakan ke-2). Jakarta: Prenadamedia.
Semiawan.2010. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Grafindo Media Pratama.
Sudarmo Ali Murtolo, dkk. (1995/1996). Dampak
Pembangunan Ekonomi (Pasar) Terhadap
Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Daerah Istimewa. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Kebudayaan Direktorat Sejarah dan
Nilai Tradisional Bagian Proyek Pengkajian
dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Sugiyono.2015. Metode Penelitian Manajemen.
Bandung: Alfabeta.
Sunaengsing, Cucun dkk. 2017. Pengelolaan
Pendidikan. Semedang: UPI Sumedang
Press.

Anda mungkin juga menyukai