Anda di halaman 1dari 10

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Hakikat Kesulitan Belajar Mengarang

DOSEN PENGAMPU:
Dra. Kasiyati, M.Pd

Anggota Kelompok :
1. Aurora Syifa Hidayat ( )
2. Aliyah Salsabila ( )
3. Berlina Anisa Putri ( 20003055 )

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirrabil ‘alamin, Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt.

yang masih memberikan karunia beserta rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis bisa
menyelesaikan penulisan makalah “ hakikat kesulitan belajar mengarang ” ini dengan sebaik-
baiknya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Anak
Berkesulitan Belajar dan yang lebih pentingnya yakni untuk menambah ilmu pengetahuan
kepada kita sebagai mahasiswa Universitas Negeri Padang. Sebelumnya, ucapan terima kasih
juga dihaturkan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses
penyelesaian makalah ini.

Didalam makalah ini tentunya tak luput dari kesalahan dan kekurangan, baik dari segi isinya,
bahasa, analisis maupun yang lainnya. Maka dari itu, komentar maupun kritik dan saran sangat
dibutuhkan oleh penulis untuk memperbaiki hasil karya kedepannya.

Akhir kata, sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padang, 7 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak berkesulitan mengarang merupakan anak yang mengalami masalah dalam menyusun,
mengepresikan ide, perasaan tertulis dalam bentuk komunikasi. Berbagai hal dapat menyebabkan
timbulnya masalah kesulitan mengarang. Pengungkapan ide dan perasaaan secara tertulis
meliputi kegiatan berupa ketepatan menulis kata dengan bentuk huruf-hurufnya, ejaanya, tata
bahasa, tanda baca, penyajian ide dan pemilihan kata yang tepat. Oleh sebab itu mengarang lebih
sulit dari pada membaca atau menulis.

B. Rumusan Masalah

1) Hakikat Menulis
2) Hakikat Kesulitan Mengarang
3) Jenis Kesulitan Mengarang
4) Perkembangan Kemampuan Mengarang

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan kepada pembaca
mengenai Hakikat Kesulitan Belajar Mengarang sesuai rumusan masalah diatas.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan mentransfer fikiran ke dalam bentuk tulisan. Menulis
bukan hanya menyalin, tetapi juga mengekspresikan fikiran dan perasaan ke dalam lambang-
lambang tulisan. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008:22) bahwa “Menulis ialah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu”. Depdiknas (2002:3) mengatakan bahwa, ‘menulis
merupakan kemampuan menuangkan gagasan, fikiran, yang memerlukan beberapa jenis
keterampilan diantaranya kemampuan mengorganisasikan pendapat, mengingat, membuat
konsep dan mekanik (tata tulis). Sedangkan menulis permulaan menurut Sabarti Akhadiah
(1992:75) adalah mampu menulis dengan terang, jelas, teliti dan mudah dibaca.

Selain itu Soemarno yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:224) mengemukakan bahwa
menulis adalah “mengungkapkan bahasa ke dalam bentuk simbol gambar. Menulis merupakan
suatu aktivitas yang kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan jari, dan mata secara
terintegrasi, yang juga terkait dengan kemampuan berbahasa dan berbicara”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa menulis merupakan kegiatan
mengungkapkan suatu bahasa ke dalam lambang (simbol) bahasa yang telah dikenal bersama.
Menulis permulaan berkaitan dengan aktifitas komplek yang mencakup gerakan lengan, tangan,
jari-jari dan mata dalam rangka melukiskan/menggambarkan suatu lambang (simbol) bahasa
yang dipelajari di awal pelajaran menulis.
B. Hakikat Kesulitan Mengarang

Menurut Martini Jamaris (2009:219) Mengarang merupakan suatu bentuk ekspresi ide,
perasaan yang dilakukan secara tertulis, suatu bentuk komunikasi. Kemampuan mengarang
merefleksikan tingkat kemampuan individu dalam menyusun dan meningkatkan ide serta
mengkomunikasikannya. Keterampilan mengarang tidak akan muncul sampai seorang individu
mendapat pengalaman intensif yang berkaitan dengan membaca, mengeja dan mengepresikan ide
secara verbal. Anak berkesulitan mengarang merupakan anak yang mengalami masalah dalam
menyusun, mengepresikan ide, perasaan tertulis dalam bentuk komunikasi. Berbagai hal dapat
menyebabkan timbulnya masalah kesulitan mengarang. Pengungkapan ide dan perasaaan secara
tertulis meliputi kegiatan berupa ketepatan menulis kata dengan bentuk huruf-hurufnya, ejaanya,
tata bahasa, tanda baca, penyajian ide dan pemilihan kata yang tepat. Oleh sebab itu mengarang
lebih sulit dari pada membaca atau menulis.

Mengarang disebut juga dengan menulis ekspresif. Yang dimaksud dengan menulis ekspresif
adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan ke dalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat
dipahami oleh orang lain yang sebahasa. (Hallahan, et al, 1985: 143).

Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang paling banyak dialami, baik oleh anak maupun
orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresif seseorang harus lebih dahulu memiliki kemampuan
berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan
yang berlaku bagi suatu jenis penulisan.

Menurut Roit dan McKeinze yang dikutip Lovitt (1989: 252) (dalam Mulyono, 2009:231)
ada tiga alasan yang menyebabkan kesulitan menulis ekspresif. Pertama, meskipun pendekatan
analisis tugas mungkin sesuai untuk pengajaran matematika, dan mungkin juga membaca,
pendekatan ini tidak sesuai untuk mengembangkan kemampuan menulis. Kedua, meskipun anak
memperoleh banyak latihan tentang elemen-elemen menulis, mereka tidak memperoleh
kesempatan yang cukup untuk menulis ekspresif. Ketiga, karena anak berkesulitan belajar
kurang memiliki keterampilan metakognitif bila dibandingkan dengan anak yang tidak
berkesulitan belajar.
C. Jenis Kesulitan Mengarang

Mengarang disebut juga dengan menulis ekspresif. Yang dimaksud dengan menulis ekspresif
adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan ke dalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat
dipahami oleh orang lain yang sebahasa. (Hallahan, et al, 1985: 143).

Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang paling banyak dialami, baik oleh anak
maupun orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresif seseorang harus lebih dahulu memiliki
kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami
berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan.

Menurut Roit dan McKeinze yang dikutip Lovitt (1989: 252) (dalam Mulyono, 2009:231)
ada tiga alasan yang menyebabkan kesulitan menulis ekspresif. Pertama, meskipun
pendekatan analisis tugas mungkin sesuai untuk pengajaran matematika, dan mungkin juga
membaca, pendekatan ini tidak sesuai untuk mengembangkan kemampuan menulis. Kedua,
meskipun anak memperoleh banyak latihan tentang elemen-elemen menulis, mereka tidak
memperoleh kesempatan yang cukup untuk menulis ekspresif. Ketiga, karena anak
berkesulitan belajar kurang memiliki keterampilan metakognitif bila dibandingkan dengan
anak yang tidak berkesulitan belajar.

D. Perkembangan Kemampuan Mengarang

Menulis memiliki arti yang sepadan dengan mengarang. Djuanda (1997: 35) mengemukakan
bahwa menulis atau mengarang adalah suatu proses dan aktivitas yang melahirkan gagasan,
pikiran, perasaan,dan pendapat kepada orang lain atau dirinya sendiri melalui media berupa
tulisan.
Adapun tahapan perkembangan kemampuan menulis menurut pakar psikologi ialah sebagai
berikut:

1. Scribble stage (tahap mencoret atau membuat goresan). Dalam kehidupan sehari-hari


sering kita menjumpai anak-anak yang suka mencoret-coret, baik itu di kertas, di lantai,
di dinding atau apa saja yang dianggapnya dapat ditulis. Hal ini menunjukkan
perkembangan kemampuan menulis anak, yang mana ia mulai membuat tanda-tanda
dengan menggunakan alat-alat tulisan, anak mulai belajar bahasa tulisan.

2. Linear repetitive stage (tahap pengulangan secara linier). Tahap selanjutnya dalam


perkembnagan menulis adalah tahap pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak
menelusuri bentuk tulisan yang horizontal. Tulisan yang dihasilkan anak seperti membuat
gambar rumput.

3. Random letter stage (tahap menulis secara random). Pada tahap ini, anak belajar tentang
tulisan yaitu tulisan yang dibuat sudah berbentuk huruf, walupun huruf yang muncul
masih acak. Pada tapan ini anak sudah mampu untuk menuangkan ide pada gambar
menjadi tulisan walaupun kata yang muncul tidak utuh (hurufnya acak), contoh: anak
ingin menulis kata ” aku punya mainan baru” tetapi yang muncul ”aku pnya mnan abru”.

4. Letter name writing or Phonetic writing stage (tahap menulis tulisan nama). Pada tahap
ini, anak mulai menghubungkan antara tulisan dan bunyi. Tahapan ini ditandai dengan
anak menulis sesuatu sesuai dengan bunyi yang ia dengar.. Sebagai contoh, anak menulis
kata “dua” dengan “duwa”, “pergi” dengan “pegi”, “sekolah” dengan “skola”.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Martini Jamaris (2009:219) Mengarang merupakan suatu bentuk ekspresi ide,
perasaan yang dilakukan secara tertulis, suatu bentuk komunikasi. Kemampuan mengarang
merefleksikan tingkat kemampuan individu dalam menyusun dan meningkatkan ide serta
mengkomunikasikannya.

Anak berkesulitan mengarang merupakan anak yang mengalami masalah dalam menyusun,
mengepresikan ide, perasaan tertulis dalam bentuk komunikasi. Berbagai hal dapat menyebabkan
timbulnya masalah kesulitan mengarang. Pengungkapan ide dan perasaaan secara tertulis
meliputi kegiatan berupa ketepatan menulis kata dengan bentuk huruf-hurufnya, ejaanya, tata
bahasa, tanda baca, penyajian ide dan pemilihan kata yang tepat. Oleh sebab itu mengarang lebih
sulit dari pada membaca atau menulis.

B. Kritik/ Saran

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih
Daftar Pustaka

Hajani, T. J. (2014). Kemampuan Menulis Anak Usia Dini. Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Bengkulu. http://repository.unib.ac.id/8477/2/I%2CII%2CIII%2CI-
14-tri-FK.pdf

Anggun PAUD - Ruang Guru dalam Jaringan (kemdikbud.go.id)

Karawasa, H., Barasandji, S., & Budi. (2017). Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan
Sederhana Siswa Kelas IV SDN Mire melalui Penggunaan Media Gambar Seri. Kreatif
Tadulako Online, 5(2), 1–10.

Anda mungkin juga menyukai