Anak Disgrafia”
Mata Kuliah
Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar
Dosen Pengampu :
Dr. Irdamurni, M.Pd.
Oleh Kelompok 3:
Annisa (19003119)
Refika Afriani (19003092)
Ridwan Hisbullah (19003094)
Winki Meigi Putra (19003111)
Winky Prasetia (190030174)
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang
diharapkan. Sholawat dan salam ditujukan juga kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam, karena dengan upaya beliau penulis dapat menikmati alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini. Makalah yang berjudul “Membuat dan Mengembangkan
Instrument Identifikasi dan Asesmen bagi Anak Disgrafia” ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar.
Semoga dengan makalah ini kami dapat membantu pembaca untuk menambah
wawasannya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR .............................................................................................................. i
C. Tujuan ............................................................................................................. 30
A. Kesimpulan........................................................................................................ 16
B. Saran .................................................................................................................. 16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak disgrafia adalah anak yang mengalami gangguan dalam menulis. Menurut Delphie (2006)
disgrafia adalah “Ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komposisi tulisan dalam bentuk teks”.
Sedangkan menurut Abdurrahman dalam Keen Achrony (2012:34) disgrafia adalah “Suatu bentuk kesulitan
belajar yang berhubungan dengan ketidakmampuan membuat huruf (menulis) dan simbol matematis.
Sebagaimana anak-anak yang mengalami kesulitan belajar lainnya, anak-anak disgrafia juga
membutuhkan perhatian dan penanganan khusus sejak dini. Anak kesulitan ini sulit dalam menulis kata yang
diberikan kepadanya, dan daya ingatnya rendah sehingga anak-anak ini dari segi bahasa tulisan sangat rendah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Anak-anak normal dan anak disgrafia secara fisik dan psikologis pada umumnya sama, tetapi
ketika dalam proses belajar di dalam kelas, anak disgrafia terlihat sulit atau lambat dalam menulis.
Disgrafia pada umumnya tidak terkait dengan kemampuan lainnya. Anak-anak disgrafia bisa saja
normal dalam berbicara, dan normal dalam keterampilan motorik lainnya, tetapi mengalami
hambatan dalam menulis. Disgrafia umumnya diketahui pada saat anak-anak belajar di SD, yaitu
ketika awal belajar membaca dan menulis permulaan. Berkaitan dengan hal ini Abdurrahman
(1998) menunjukkan bahwa anak disgrafia ditandai dengan kesulitan dalam membuat huruf
(menulis) dan simbol matematis. Sedangkan menurut Yusuf dkk (2003), disgrafia ditandai dengan
adanya gangguan atau kesulitan dalam mengikuti satu atau lebih bentuk pengajaran menulis dan
keterampilan yang terkait dengan menulis, seperti mendengarkan, berbicara, dan membaca.
Berdasarkan pengertian diatas bahwa disgrafia merupakan suatu keadaan menunjuk pada
kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dalam bentu ekspresi tertulis, yaitu kesulitan menulis
dan mengarang. Secara umum, disgrafia berkaitan dengan tulisan tangan yang sangat jelek dan
selanjutnya dapat diidentifikasi kesulitan dalam melakukan ekspresi tertulis.
Disgrafia pada umumnya baru dapat diketahui setelah anak masuk sekolah. Disgrafia atau
kesulitan dalam melakukan ekspresi tertulis sangat berkaitan dengan persepsi visual dan
kelemahan dalam melakukan proses persepsi. Walaupun demikian, penelitian tentang otak tidak
banyak menemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa disgrafia disebabkan oleh hal-hal yang
berkaitan dengan persepsi visual (Jamaris, 2014).
Hal ini sangat erat hubungannya dengan kesulitan dalam mengurutkan simbol-simbol
4
grafis, yaitu tulisan dan mengurut simbol-simbol grafis ke dalam tulisan yang mengandung arti.
Sehingga dengan adanya kesulitan tersebut, maka anak mengalami kesulitan dalam
menempatkan tanda baca yang tepat.
2. Kesulitan dalam Persepsi Auditori
Penyebab lain dari disgrafia adalah kesulitan dalam memproses informasi yang disampaikan
melalui bahasa lisan yang diterima indra pendengar (auditori) atau kesulitan dalam memperoleh
bahasa.
3. Kesulitan dalam Memusatkan Perhatian
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) pada anak atau dalam bahasa
Internasional nya disebut dengan Attention Deficit Hyperactifity Disorder (ADHD) merupakan
anak-anak dengan penampakan perilaku yang berbeda dari anak normal lainnya, anak-anak ini
sering mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya yang didapatkannya dari lingkungan
sekolah, keluarga maupun penerimaan oleh masyarakat. ADHD merupakan suatu perilaku yang
berkembang secara tidak sempurna dan muncul pada anak-anak maupun orang dewasa. Perilaku
yang dimaksud berupa kekurangmampuan dalam menaruh perhatian, pengontrolan gerak hati
serta pengendalian motor (Marlina, 2008).
Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Santrock (2002) dalam (Marlina, 2008),
menyatakan bahwa GPPH sebagai suatu kelainan berupa rentang perhatian pendek, perhatian
mudah beralih dan tingkat kegiatan fisik yang tinggi. Dengan arti kata, anak-anak penyandang
kelainan ini tidak menaruh perhatian dan memiliki kesulitan memusatkan perhatian pada apa
yang sedang dilakukannya. Quay dan Werry (1986) dalam (Marlina, 2008) memberikan batasan
sebagai berikut:
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa GPPH merupakan:
Menurut Yusuf, dkk (2003) strategi-strategi pembelajaran menulis untuk anak disgrafia adalah:
5
1. Strategi Kegiatan Pra Menulis
Kegiatan ini dilakukan dengan berlatih menggunakan alat tulis, misalnya dengan berlatih
memegang pensil, posisi duduk, dan jarak mata dengan buku. Pensil yang cocok digunakan
adalah pensil segitiga atau pencil grip (trigonal pencil). Dengan pensil ini anak berlatih menulis
dengan kegiatan awal berupa mencorat coret buku. Disamping menggunakan pensil, anak juga
bisa menggunakan spidol, kapur tulis dan lainnya untuk menggambar dan mencorat- coret
dengan bentuk lainnya seperti membuat garis, dan lingkaran. Anak juga dapat dilatih menulis
di udara, dan menulis di atas media yang bertekstur. (fingerpainting).
2. Menjiplak Huruf
Kegiatan ini diawali dengan kegiatan menarik garis, membuat bentuk-bentuk bangun datar,
menyambung titik, menelusuri garis (tracing) dan menjiplak bentuk huruf. Kegiatan ini perlu
dilakukan secara terus menurus sampai anak berhasil dalam menulis huruf.
Salah satu cara membantu anak disgrafia dalam belajar menulis adalah dengan menulis dengan
huruf balok. Aktiviatas pembelajaran ini dilakukan dengan melatih berbagi indra (multisensori),
anak-anak melihat cara menulis, sekaligus mendengar penjelasan guru tantang cara menulis,
dan sekaligus menelusuri contoh huruf. Tahap mengajarnya, guru menunjukkan huruf kemudian
menyebutkan nama sambil memperagakan cara menulis. Lalu anak menelusuri huruf dengan
pensil dan menyalin di kertas. Berikutnya secara berangsur-anggsur huruf disajikan dengan
tulisan tebal kemudian ketebalan secara berangsur dikurangi, yaitu dengan mula-mula huruf
ditulis secara tebal, kemudian ditipiskan dengan bentuk titik-titik atau garis putus-putus, atau
huruf dengan titik pada bagian sudut saja. Pada pengajaran menulis dengan huruf balok, jenis
huruf yang terdiri dari garis lurus vertikal dan horisontal diajarkan terlebih dahulu (E,F,H,L,I).
Kesalahan yang sering dijumpai pada penulisan huruf balok adalah sebagai berikut:
1. Ukuran tidak tepat pada huruf yang berkaki (p,q,y,g,j) atau (P,Q,Y,G,J)
2. Posisi huruf terbalik, proporsi huruf tidak tepat
3. Bagian huruf hilang atau tidak tampak
4. Bentuk huruf keliru
4. Menulis Bersambung
Tidak selamanya anak-anak hanya dibiasakan menulis dengan huruf balok. Secara bertahap
anak-anak diajarkan juga dengan menulis bersambung. Namun demikian anak-anak tidak
langsung menulis huruf bersambung, tetapi melalui tahap transisi. Tahap ini adalah masa
6
transisi dari tulisan balok ke tulisan bersambung. Ada beberapa tahap yang dapat ditempuh guru
pada tahap transisi ini, yaitu dengan mula-mula, kata-kata ditulis dalam huruf balok, kemudian
huruf balok tersebut dihubungkan dengan garis putus dengan pensil warna, kemudian anak
menelusuri huruf balok dan garis penghubung. Kegiatan ini diawali dengan huruf yang
sederhana. Setelah anak lancar dengan cara ini dilanjutkan dengan menulis bersambung yang
sebenarnya. Menulis bersambung yang sebenarnya adalah menulis bersambung secara wajar,
yaitu menulis tanpa bantuan garis dan titik-titik untuk kemudian ditebalkan, tetapi menulis
dengan huruf-huruf untuk membentuk kata dan kalimat secara wajar.
8
Sebaliknya, apabila intervensi yang diberikan menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan
maka pemberian layanan atau intervensi diteruskan dan dikembangkan (Marlina, 2015).
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi adalah dengan mengumpulkan data
peserta didik dengan beberapa teknik pengumpulan data. Observasi sikap dan perilaku dapat
dilakukan dengan mengisi daftar cek yang memuat perilaku yang akan diamati sesuai dengan
perilaku yang diduga menyimpang. Salah satu contoh bentuk daftar cek yaitu:
Nama :
Kelas
Tanggal :
Adapun komponen program pembelajaran individual yaitu terdiri dari beberapa bagian.
Menurut (Garnida, 2015) Program Pembelajaran Individual ( PPI ) terdiri atas deskripsi
kemampuan sekarang, tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek presentase waktu, prosedur,
teknik, materi, dan faktor motivasi khusus, dan penempatan lingkungan belajar, yang akan
dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
1. Deskripsi Kemampuan Sekarang
Bagian ini dipergunakan untuk menjelaskan kondisi peserta didik di awal pembuatan program
pembelajaran individual. Penjelasan dalam deskripsi kemampuan sekarang diperoleh dari hasil
observasi pihak yang berkaitan dengan proses belajar mengajar peserta didik dan
hasil asesmen awal peserta didik.
D. Pertemuan ke- :1
D. Kemampuan Siswa Saat ini : 1. Anak sudah mampu menuliskan huruf a-z.
2. Anak sudah dapat menulis kalimat, meski tulisannya tidak
rapih atau kurang bagus.
3. Anak sudah dapat menulis kalimat, meski sering terjadi
pengurangan huruf pada kalimat yang ditulisnya.
misalnya;
a. Ibu membeli tel_r.
b. Aku pergi ke Taman Safa_i bersama keluargaku.
c. Jawabla_ pertanyaan berikut dengan benar!
4. Anak dapat bersosialisasi dengan baik, dan memiliki
banyak teman.
5. Anak memiliki tingkat responsivitas cukup baik.
6. Anak memperhatikan dengan serius ketika proses
pemberian materi berlangsung, terutama pelajaran yang di
sukai (Ilmu Pengetahuan Alam).
E. Tujuan Umum : Dian dapat melakukan pra menulis dan menulis permulaan dengan
tepat
F. Tujuan Khusus : 1. Dian dapat meremas bola
2. Dian dapat menyebutkan nama-nama benda lampu, atap, kursi,
dan sepatu
3. Dian dapat membuat garis ke atas dan ke bawah melalui
penebalan titik-titik
11
4. Dian dapat memilih dengan tepat huruf yang memiliki bentuk
hampir sama dan di acak, yakni: huruf “h-m-n-r-u”
G. Task Analisis
Apresepsi
a. Anak di beri intrsuksi menyebutkan benda yang
visiual
(konsep atas- biasanya terdapat di atas dan di bawah.
bawah):
1. Menyebutkan lampu
Pra-Menulis 2. Menyebutkan atap
3. Menyebutkan kursi
4. Menyebutkan sepatu
Apresepsi Anak di ajak bersama-sama untuk membuat garis ke atas dan
visiual ke bawah melalui penebalan titik-titik yang telah di
(konsep garis persiapkan.
ke atas dan
kebawah)
Pengenalan Melalui kartu a-z huruf yang di acak, anak di beri intruksi
bentuk huruf
Menulis- untuk memilih huruf yang memiliki bentuk hampir sama,
Permulaan
12
yakni: huruf “h-m-n-r-u”
13
E. Intervensi Anak Disgrafia
Nama : M. Dian Salafie
Kelas 3
Tanggal : 8 November 2013
Pertemuan ke- : 1
TREATMENT HASIL
Pra-Menulis Dian sudah dapat
1. Kemampuan motorik halus: membuat garis ke atas
Anak di beri bola lentur dan diberi intruksi untuk dan ke bawah melalui
meremas bola tersebut. penebalan titik-titik.
2. Apresepsi visiual (konsep atas-bawah):
Anak di beri intrsuksi menyebutkan benda yang
biasanya terdapat di atas dan di bawah.
(misalnya: lampu, atap, kursi, sepatu)
3. Apresepsi visiual (konsep garis ke atas dan kebawah)
Anak di ajak bersama-sama untuk membuat garis ke atas
dan ke bawah melalui penebalan titik-titik yang telah di
persiapkan.
14
Menulis-Permulaan Dian sudah dapat
4. Pengenalan bentuk huruf memilih dengan tepat
Melalui kartu a-z huruf yang di acak, anak di beri intruksi huruf yang memiliki
untuk memilih huruf yang memiliki bentuk hampir sama, bentuk hampir sama
yakni: huruf “h-m-n-r-u” dan di acak, yakni:
huruf “h-m-n-r-u”
Keterangan:
* Pra-Menulis *Menulis-Permulaan
1. Kemampuan motorik halus 1. Pengenalan bentuk huruf
2. Ketepatan posisi tubuh 2. Gerakan membuat
3. Ketepatan posisi tangan saat 3. Pola bentuk huruf
menulis 4. Aktivitas mengaitkan simbol
4. Ketepatan pengaturan pensil- bunyi
kertas 5. Dengan simbol visual-huruf
5. Pengenalan pola bentuk huruf
Mengetahui,
Guru Kelas
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Identifikasi dan asesmen mewujudkan kegiatan untuk mengenal atau menandai dalam proses
pendektesian dini terhadap anak berkebutuhan khusus. Disleksia sebagai anak berkebutuhan khusus
memerlukan identifikasi dan asesmen dalam upaya pemberian layanan pendidikan yang di sesuaikan
dengan kebutuhan. kegiatan identifikasi anak berkebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan,
yaitu: a) penjaringan (screening); b) pengalihtanganan (referal); c) klasifikasi; d) Perencanaan
Pembelajaran. Asesmen memiliki lima fungsi yaitu: a) Fungsi screening/penyaringan: untuk
mengidentifikasi peserta didik yang kemungkinan mengalami problem belajar; b) Fungsi
pengalihtanganan/ referal: untuk pengalih- tanganan kasus (kasus kesehatan, kejiwaan dan sosial
ekonomi) yang membutuhkan tenaga professional; c) Fungsi perencanaan pembelajaran individual
(PPI): agar diperoleh gambaran berbagai potensi maupun hambatan yang dialami peserta didik; d)
Fungsi monitoring kemajuan belajar; dan e) Fungsi evaluasi program.
B. Saran
Dari berbagai paparan dan pembahasan yang telah penyusun sampaikan,penyusun berharap
berharap kritik dan saran dari pembaca untuk sempurnanya makalah ini dan semoga makalah ini
berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca.
16
Daftar Pustaka
Bestarina, R. (2018). Analisis Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk Anak Disleksia di Kelas 5A
Jamaris Matini `(2014). Kesulitan Belajar (Perspektif, asesmen, dan penanggulangannya) Bagi Anak
Marlina. (2008). Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas pada Anak. Padang: UNP Press.
Marlina. (2015). Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Pendekatan Psikoedukasional. (Y. Hayati, Ed.)
Nurmaisitha, D. (2013). Laporan Hasil Observasi Anak Berkesulitan Belajar Di SDN Salen, Bangsal-
Nduru, M. P. (2015). Identifikasi dan Asesmen Kesulitan Belajar. In: Proseding Seminar Nasional PGSD
UPY dengan Tema Strategi Mengatasi Kesulitan Belajar ketika Murid Anda seorang Disleksia.
Lambung Ma
17