Anda di halaman 1dari 18

“Membuat dan Mengembangkan Instrument Identifikasi dan Asesmen bagi

Anak Disgrafia”
Mata Kuliah
Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar

Dosen Pengampu :
Dr. Irdamurni, M.Pd.

Oleh Kelompok 3:
Annisa (19003119)
Refika Afriani (19003092)
Ridwan Hisbullah (19003094)
Winki Meigi Putra (19003111)
Winky Prasetia (190030174)

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang
diharapkan. Sholawat dan salam ditujukan juga kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam, karena dengan upaya beliau penulis dapat menikmati alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini. Makalah yang berjudul “Membuat dan Mengembangkan
Instrument Identifikasi dan Asesmen bagi Anak Disgrafia” ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar.

Semoga dengan makalah ini kami dapat membantu pembaca untuk menambah
wawasannya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Jambi, 1 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

C. Tujuan ............................................................................................................. 30

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3

A. Konsep Anak Disgrafia ....................................................................................... 3

B. Strategi Layanan Anak Disgrafia ........................................................................ 6

C. Identifikasi dan Teknik-Teknik dalam Identifikasi Anak Disgrafia ................... 7

D. Mengembangkan PPI untuk Anak Disgrafia ..................................................... 10

E. Intervensi Anak Disgrafia .................................................................................. 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 16

A. Kesimpulan........................................................................................................ 16

B. Saran .................................................................................................................. 16

DATAR PUSTAKA ............................................................................................................ 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak disgrafia adalah anak yang mengalami gangguan dalam menulis. Menurut Delphie (2006)
disgrafia adalah “Ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komposisi tulisan dalam bentuk teks”.
Sedangkan menurut Abdurrahman dalam Keen Achrony (2012:34) disgrafia adalah “Suatu bentuk kesulitan
belajar yang berhubungan dengan ketidakmampuan membuat huruf (menulis) dan simbol matematis.
Sebagaimana anak-anak yang mengalami kesulitan belajar lainnya, anak-anak disgrafia juga
membutuhkan perhatian dan penanganan khusus sejak dini. Anak kesulitan ini sulit dalam menulis kata yang
diberikan kepadanya, dan daya ingatnya rendah sehingga anak-anak ini dari segi bahasa tulisan sangat rendah.

B. Rumusan Masalah

a. Jelaskanlah konsep anak disgrafia?

b. Bagaimana strategi layanan anak dislgrafia?

c. Jelaskan identifikasi dan teknik-teknik dalam identifikasi anak disgrfia?

d. Jelaskan asesmen anak disgrafia?

e. Bagaimana mengembangkan PPI untuk anak disgrafia?

f. Jelaskan cara intervensi anak disgrafia?

C. Tujuan

a. Mengetahui konsep anak disgrafia

b. Mengetahui strategi layanan anak dislgrafia

c. Mengetahui identifikasi dan teknik-teknik dalam identifikasi anak disgrfia

d. Mengetahui asesmen anak disgrafia

e. Mengetahui mengembangkan PPI untuk anak disgrafia

f. Mengetahui cara intervensi anak disgrafia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Anak Disgrafia

Anak-anak normal dan anak disgrafia secara fisik dan psikologis pada umumnya sama, tetapi
ketika dalam proses belajar di dalam kelas, anak disgrafia terlihat sulit atau lambat dalam menulis.
Disgrafia pada umumnya tidak terkait dengan kemampuan lainnya. Anak-anak disgrafia bisa saja
normal dalam berbicara, dan normal dalam keterampilan motorik lainnya, tetapi mengalami
hambatan dalam menulis. Disgrafia umumnya diketahui pada saat anak-anak belajar di SD, yaitu
ketika awal belajar membaca dan menulis permulaan. Berkaitan dengan hal ini Abdurrahman
(1998) menunjukkan bahwa anak disgrafia ditandai dengan kesulitan dalam membuat huruf
(menulis) dan simbol matematis. Sedangkan menurut Yusuf dkk (2003), disgrafia ditandai dengan
adanya gangguan atau kesulitan dalam mengikuti satu atau lebih bentuk pengajaran menulis dan
keterampilan yang terkait dengan menulis, seperti mendengarkan, berbicara, dan membaca.

Berdasarkan pengertian diatas bahwa disgrafia merupakan suatu keadaan menunjuk pada
kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dalam bentu ekspresi tertulis, yaitu kesulitan menulis
dan mengarang. Secara umum, disgrafia berkaitan dengan tulisan tangan yang sangat jelek dan
selanjutnya dapat diidentifikasi kesulitan dalam melakukan ekspresi tertulis.

Disgrafia pada umumnya baru dapat diketahui setelah anak masuk sekolah. Disgrafia atau
kesulitan dalam melakukan ekspresi tertulis sangat berkaitan dengan persepsi visual dan
kelemahan dalam melakukan proses persepsi. Walaupun demikian, penelitian tentang otak tidak
banyak menemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa disgrafia disebabkan oleh hal-hal yang
berkaitan dengan persepsi visual (Jamaris, 2014).

1. Kesulitan dalam mengurutkan


Berbagai bukti empirik menunjukkan bahwa anak yang mengalami kesulitan dalam
menulis dapat dilihat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dalam menulis, seperti:
a. Menulis huruf secara terbalik
b. Menuliskan kata secara terbalik
c. Menulis huruf yang tidak sesuai dengan urutannya
d. Tulisan tangan yang sangat jelek.

Hal ini sangat erat hubungannya dengan kesulitan dalam mengurutkan simbol-simbol
4
grafis, yaitu tulisan dan mengurut simbol-simbol grafis ke dalam tulisan yang mengandung arti.
Sehingga dengan adanya kesulitan tersebut, maka anak mengalami kesulitan dalam
menempatkan tanda baca yang tepat.
2. Kesulitan dalam Persepsi Auditori
Penyebab lain dari disgrafia adalah kesulitan dalam memproses informasi yang disampaikan
melalui bahasa lisan yang diterima indra pendengar (auditori) atau kesulitan dalam memperoleh
bahasa.
3. Kesulitan dalam Memusatkan Perhatian

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) pada anak atau dalam bahasa
Internasional nya disebut dengan Attention Deficit Hyperactifity Disorder (ADHD) merupakan
anak-anak dengan penampakan perilaku yang berbeda dari anak normal lainnya, anak-anak ini
sering mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya yang didapatkannya dari lingkungan
sekolah, keluarga maupun penerimaan oleh masyarakat. ADHD merupakan suatu perilaku yang
berkembang secara tidak sempurna dan muncul pada anak-anak maupun orang dewasa. Perilaku
yang dimaksud berupa kekurangmampuan dalam menaruh perhatian, pengontrolan gerak hati
serta pengendalian motor (Marlina, 2008).
Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Santrock (2002) dalam (Marlina, 2008),
menyatakan bahwa GPPH sebagai suatu kelainan berupa rentang perhatian pendek, perhatian
mudah beralih dan tingkat kegiatan fisik yang tinggi. Dengan arti kata, anak-anak penyandang
kelainan ini tidak menaruh perhatian dan memiliki kesulitan memusatkan perhatian pada apa
yang sedang dilakukannya. Quay dan Werry (1986) dalam (Marlina, 2008) memberikan batasan
sebagai berikut:
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa GPPH merupakan:

a. Pola perilaku yang dilakukan anak


b. Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi atau memusatkan perhatian
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Tidak mampu mengontrol perilaku
e. Aktifitas yang dilakukan tidak tepat dantidak pantas, aktifitas tersebut dilakukan
terus menerus sepanjang hari.

B. Strategi Layanan Anak Dislgrafia

Menurut Yusuf, dkk (2003) strategi-strategi pembelajaran menulis untuk anak disgrafia adalah:

5
1. Strategi Kegiatan Pra Menulis

Kegiatan ini dilakukan dengan berlatih menggunakan alat tulis, misalnya dengan berlatih
memegang pensil, posisi duduk, dan jarak mata dengan buku. Pensil yang cocok digunakan
adalah pensil segitiga atau pencil grip (trigonal pencil). Dengan pensil ini anak berlatih menulis
dengan kegiatan awal berupa mencorat coret buku. Disamping menggunakan pensil, anak juga
bisa menggunakan spidol, kapur tulis dan lainnya untuk menggambar dan mencorat- coret
dengan bentuk lainnya seperti membuat garis, dan lingkaran. Anak juga dapat dilatih menulis
di udara, dan menulis di atas media yang bertekstur. (fingerpainting).

2. Menjiplak Huruf

Kegiatan ini diawali dengan kegiatan menarik garis, membuat bentuk-bentuk bangun datar,
menyambung titik, menelusuri garis (tracing) dan menjiplak bentuk huruf. Kegiatan ini perlu
dilakukan secara terus menurus sampai anak berhasil dalam menulis huruf.

3. Menulis Huruf Balok

Salah satu cara membantu anak disgrafia dalam belajar menulis adalah dengan menulis dengan
huruf balok. Aktiviatas pembelajaran ini dilakukan dengan melatih berbagi indra (multisensori),
anak-anak melihat cara menulis, sekaligus mendengar penjelasan guru tantang cara menulis,
dan sekaligus menelusuri contoh huruf. Tahap mengajarnya, guru menunjukkan huruf kemudian
menyebutkan nama sambil memperagakan cara menulis. Lalu anak menelusuri huruf dengan
pensil dan menyalin di kertas. Berikutnya secara berangsur-anggsur huruf disajikan dengan
tulisan tebal kemudian ketebalan secara berangsur dikurangi, yaitu dengan mula-mula huruf
ditulis secara tebal, kemudian ditipiskan dengan bentuk titik-titik atau garis putus-putus, atau
huruf dengan titik pada bagian sudut saja. Pada pengajaran menulis dengan huruf balok, jenis
huruf yang terdiri dari garis lurus vertikal dan horisontal diajarkan terlebih dahulu (E,F,H,L,I).
Kesalahan yang sering dijumpai pada penulisan huruf balok adalah sebagai berikut:
1. Ukuran tidak tepat pada huruf yang berkaki (p,q,y,g,j) atau (P,Q,Y,G,J)
2. Posisi huruf terbalik, proporsi huruf tidak tepat
3. Bagian huruf hilang atau tidak tampak
4. Bentuk huruf keliru

4. Menulis Bersambung

Tidak selamanya anak-anak hanya dibiasakan menulis dengan huruf balok. Secara bertahap
anak-anak diajarkan juga dengan menulis bersambung. Namun demikian anak-anak tidak
langsung menulis huruf bersambung, tetapi melalui tahap transisi. Tahap ini adalah masa
6
transisi dari tulisan balok ke tulisan bersambung. Ada beberapa tahap yang dapat ditempuh guru
pada tahap transisi ini, yaitu dengan mula-mula, kata-kata ditulis dalam huruf balok, kemudian
huruf balok tersebut dihubungkan dengan garis putus dengan pensil warna, kemudian anak
menelusuri huruf balok dan garis penghubung. Kegiatan ini diawali dengan huruf yang
sederhana. Setelah anak lancar dengan cara ini dilanjutkan dengan menulis bersambung yang
sebenarnya. Menulis bersambung yang sebenarnya adalah menulis bersambung secara wajar,
yaitu menulis tanpa bantuan garis dan titik-titik untuk kemudian ditebalkan, tetapi menulis
dengan huruf-huruf untuk membentuk kata dan kalimat secara wajar.

C. Identifikasi dan Teknik-Teknik dalam Identifikasi Anak Disgrfia


Identifikasi merupakan kegiatan awal yang mendahului proses asesmen. Identifikasi adalah
kegiatan mengenal atau menandai sesuatu, yang dimaknai sebagai proses penjaringan atau proses
menemukan kasus yaitu menemukan anak yang mempunyai kelainan/masalah, atau proses
pendektesian dini terhadap anak berkebutuhan khusus. Menurut Swassing ( 1985 ) dalam
(Yuwono, 2015), identifikasi mempunyai dua konsep yaitu konsep penyaringan ( screening ) dan
identifikasi aktual (actual identifikcation). Menurut Wardani (1995) dalam (Yuwono, 2015),
identifikasi merupakan langkah awal dan sangat penting untuk menandai munculnya kelainan atau
kesulitan pada anak bekebutuhan khusus. Istilah identifkasi anak dengan kebutuhan khusus
dimaksudkan sebagai usaha orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya untuk
mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan pertumbuhan/
perkembangan (phisik, intelektual, sosial, emosional/tingkah laku) dibandingkan dengan anak
normal seusianya. Adapun menurut (Marlina, 2015) identifikasi adalah proses menemukenali anak
berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan, gangguan, pemyimpangan (fisik, mental, sosial,
emosional, atau perilaku) dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa identifikasi adalah proses menemukenali, menjaring, menelaah,
sebagai usaha untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami hambatan perkembangan dan
hambatan belajar yang diakibatkan oleh factor fisik, intelektual, sosial dan emosional sehingga
dapat diberikan layanan pendidikan dan program khusus yang sesuai.
Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak
mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional). Disebut mengalami
kelainan atau penyimpangan tentunya jika dibandingkan dengan anak lain yang sebaya dengannya.
Hasil dari identifikasi akan dilanjutkan dengan asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk
penyusunan program pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
ketidakmampuannya (Marlina, 2015). Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, kegiatan
identifikasi anak berkebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu :
7
a. Penjaringan (screening)
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan alat identifikasi anak
berkebutuhan khusus. Pada tahap ini identifikasi berfungsi menandai anak-anak mana yang
menunjukkan gejala-gejala tertentu, kemudian menyimpulkan anak-anak mana yang
mengalami kelainan atau penyimpangan tertentu, sehingga tergolong anak berkebutuhan
khusus.
b. Pengalihtanganan (referal)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan, selanjutnya anak-anak
dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok. Pertama, ada anak yang perlu dirujuk ke ahli lain
(tenaga professional) dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk layanan
pembelajaran yang sesuai. Kedua, ada anak yang perlu dikonsultasikan ke ahli lain terlebih dulu
(referal) seperti psikolog, dokter, orhopedagog (ahli PLB), dan terapis, kemudian ditangani oleh
guru.
c. Klasifikasi
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan apakah anak yang
telah dirujuk ke tenaga professional benar-benar memerlukan penanganan lebih lanjut atau
langsung dapat diberi pelayanan pendidikan khusus.Apabila berdasarkan pemeriksaan tenaga
professional ditemukan masalah yang perlu penanganan lebih lanjut (misalnya pengobatan,
terapi, latihan-latihan khusus, dan sebagainya) maka guru tinggal mengkomunikasikan kepada
orang tua siswa yang bersangkutan. Jadi guru tidak mengobati dan atau memberi terapi sendiri,
melainkan memfasilitasi dan meneruskan kepada orang tua tentang kondisi anak yang
bersangkutan.
d. Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap ini, identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan program pembelajaran
yang diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari klasifikasi. Setiap jenis dan gradasi
(tingkat kelainan) anak berkebutuhan khusus memerlukan program pembelajaran yang berbeda
satu sama lain.
e. Pemantauan Kemajuan Belajar
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah program pembelajaran khusus
yang diberikan berhasil atau tidakk. Apabila dalam kurun waktu tertentu anak tidak mengalami
kemajuan yang signifikan (berarti), maka perlu ditinjau kembali. Beberapa hal yang perlu
ditelaah apakah diagnosis yang kita buat tepat atau tidak, begitu pula dengan program
pembelajaran individual (PPI) serta metode pembelajaran yang digunakan sesuai atau tidak.

8
Sebaliknya, apabila intervensi yang diberikan menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan
maka pemberian layanan atau intervensi diteruskan dan dikembangkan (Marlina, 2015).
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi adalah dengan mengumpulkan data
peserta didik dengan beberapa teknik pengumpulan data. Observasi sikap dan perilaku dapat
dilakukan dengan mengisi daftar cek yang memuat perilaku yang akan diamati sesuai dengan
perilaku yang diduga menyimpang. Salah satu contoh bentuk daftar cek yaitu:

Nama :
Kelas
Tanggal :

Identifikasi Awal Anak Berkesulitan Belajar


No. Perilaku yang teramati Ceklis
1. Perhatian mudah teralih
2. Lambat dalam mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas
3. Tidak kenal lelah atau aktivitas berlebihan
4. Sering kehilangan barang-barang atau mudah lupa
5. Sering menabrak benda saat berjalan
6. Cenderung ceroboh
7. Kesulitan mengikuti ritme atau ketukan
8. Kesulitan bekerjasama dengan teman
9. Kesulitan meniru gerakan yang dicontohkan
10 Kesulitan melempar dan menangkap bola
11 Kesulitan membedakan arah kiri–kanan, atas-bawah, depan–
12 Kesulitan dalam mengenal huruf
13 Kesulitan untuk membedakan huruf “ b-d, p-q, w-m, n-u “
14 Kualitas tulisan sangat buruk (tidak terbaca)
15 Kehilangan huruf saat menulis
16 Kurang dapat memahami isi bacaan
17 Menghilangkan kata saat membaca
18 Kosakata terbatas
19 Kesulitan untuk mengemukakan pendapat √
20 Kesulitan untuk mengenali konsep angka dan bilangan
21 Kesulitan memahami soal cerita
22 Kesulitan membedakan bentuk geometri (lingkaran, persegi,
23 Kesulitan membedakan konsep +, -, x dan :
24 Sulit membilang secara berurutan
25 Sulit mengoperasikan hitungan

Perilaku lain yang teramati: 7

Sumber: (Nurmaisitha, 2013)


9
* Bila dari hasil pengamatan, seorang anak menunjukkan lebih dari delapan item perilaku
dalam daftar ceklis ini, kemungkinan anak tersebut berisiko mengalami kesulitan belajar
(Sumarlis, 2007).

D. Mengembangkan PPI untuk Anak Disgrafia

Berdasarkan pendapat Delphie di atas dapat disimpulkan bahwa Program Pembelajaran


Individual ( PPI ) adalah suatu program pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik sesuai dengan hasil dari data asesmen yang telah dijalaninya. Program pembelajaran
individual terdiri dari tiga poin penting yaitu tingkat kemampuan, tujuan jangka pendek, dan tujuan
jangka panjang. Proses pembelajaran harus diarahkan agar peserta didik mampu mencapai tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Adapun komponen program pembelajaran individual yaitu terdiri dari beberapa bagian.
Menurut (Garnida, 2015) Program Pembelajaran Individual ( PPI ) terdiri atas deskripsi
kemampuan sekarang, tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek presentase waktu, prosedur,
teknik, materi, dan faktor motivasi khusus, dan penempatan lingkungan belajar, yang akan
dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
1. Deskripsi Kemampuan Sekarang
Bagian ini dipergunakan untuk menjelaskan kondisi peserta didik di awal pembuatan program
pembelajaran individual. Penjelasan dalam deskripsi kemampuan sekarang diperoleh dari hasil
observasi pihak yang berkaitan dengan proses belajar mengajar peserta didik dan
hasil asesmen awal peserta didik.

2. Tujuan Jangka Panjang


Bagian ini dipergunakan untuk menjelaskan tujuan jangka panjang dari program pembelajaran
yang diberikan kepada peserta didik dan memuat presentase perkembangan serta waktu yang
ditetapkan.
3. Tujuan Jangka Pendek
Bagian ini dipergunakan untuk menjelaskan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendek
tujuan jangka panjang yang sudah dipecah untuk dicapai oleh peserta didik dalam kurun waktu
tertentu yang lebih singkat dari waktu yang ditetapkan untuk tujuang jangka panjang. Tujuan
jangka pendek ini juga harus mencantumkan tanggal dimulai dan tanggal evaluasi serta
penanggung jawab dari masing – masing kegiatan.
4. Presentase Waktu
10
Presentase waktu dipergunakan untuk menjelaskan proporsi waktu untuk program
pembelajaran individual. Perbandingan presentasi proses belajar mengajar di kelas reguler dan
di kelas khusus
5. Prosedur, Teknik, Materi, dan Faktor Motivasi Khusus
Bagian ini berisi penjelasan tentang tahap proses pembelajaran dan berbagai metode yang
digunakan agar anak bisa mencapi tujuan program pembelajaran individual yang telah
ditetapkan.
6. Penempatan di Lingkungan Belajar
Bagian ini digunakan untuk menjelaskan penempatan ruang belajar sesuai dengan target yang
telah ditetapkan.

Contoh Program Pembelajaran Individual


(PPI)

A. Nama : M. Dian Salafie


B. Kelas :3
C. Tanggal : 8 November 2013

D. Pertemuan ke- :1

E. Tahun Ajaran : 2013/2014

D. Kemampuan Siswa Saat ini : 1. Anak sudah mampu menuliskan huruf a-z.
2. Anak sudah dapat menulis kalimat, meski tulisannya tidak
rapih atau kurang bagus.
3. Anak sudah dapat menulis kalimat, meski sering terjadi
pengurangan huruf pada kalimat yang ditulisnya.
misalnya;
a. Ibu membeli tel_r.
b. Aku pergi ke Taman Safa_i bersama keluargaku.
c. Jawabla_ pertanyaan berikut dengan benar!
4. Anak dapat bersosialisasi dengan baik, dan memiliki
banyak teman.
5. Anak memiliki tingkat responsivitas cukup baik.
6. Anak memperhatikan dengan serius ketika proses
pemberian materi berlangsung, terutama pelajaran yang di
sukai (Ilmu Pengetahuan Alam).
E. Tujuan Umum : Dian dapat melakukan pra menulis dan menulis permulaan dengan
tepat
F. Tujuan Khusus : 1. Dian dapat meremas bola
2. Dian dapat menyebutkan nama-nama benda lampu, atap, kursi,
dan sepatu
3. Dian dapat membuat garis ke atas dan ke bawah melalui
penebalan titik-titik
11
4. Dian dapat memilih dengan tepat huruf yang memiliki bentuk
hampir sama dan di acak, yakni: huruf “h-m-n-r-u”
G. Task Analisis

Aspek Indikator Sub Indikator

Kemampuan Anak di beri bola lentur dan anak diberi intruksi


motorik
untuk meremas bola tersebut.
halus:

Apresepsi
a. Anak di beri intrsuksi menyebutkan benda yang
visiual
(konsep atas- biasanya terdapat di atas dan di bawah.
bawah):
1. Menyebutkan lampu
Pra-Menulis 2. Menyebutkan atap
3. Menyebutkan kursi
4. Menyebutkan sepatu
Apresepsi Anak di ajak bersama-sama untuk membuat garis ke atas dan
visiual ke bawah melalui penebalan titik-titik yang telah di
(konsep garis persiapkan.
ke atas dan
kebawah)

Pengenalan Melalui kartu a-z huruf yang di acak, anak di beri intruksi
bentuk huruf
Menulis- untuk memilih huruf yang memiliki bentuk hampir sama,
Permulaan

12
yakni: huruf “h-m-n-r-u”

H. Materi Pembelajaran : 1. Meremas bola


2. Benda yang berada diatas dan bawah
3. Menebalkan titik-titik dengan garis atas dan bawah
4. Huruf yang memiliki bentuk yang sama
I. Media : Bola lentur dan Kartu a-z
J. Alat dan Bahan : Kertas bergambar titik-titik lampu, atap, kursi, dan sepatu
K. Pendekatan : Pendekatan proses
L. Metode : Multi metode (pemberian tugas dan ceramah)
M. Model Evaluasi : Instrumen Pengamatan
Beri tanda cek (v) pada kolom pernyataan sesuai kemampuan anak

Sub Indikator Penilaian Keterangan


Mampu Cukup Kurang

Meremas bola v Dian sudah dapat meremas bola


Menyebutkan benda:
1. Lampu v Dian sudah dapat menyebutkan
2. Atap v nama-nama benda
3. Kursi v
4. Sepatu v
Menebalkan titik-titik
dengan garis atas dan
bawah Dian sudah dapat membuat garis
1. Lampu v ke atas dan ke bawah melalui
2. Atap v penebalan titik-titik.
3. Kursi v
4. Sepatu v

Memilih huruf yang


memiliki bentuk hampir
sama yakni: Dian sudah dapat memilih
1. Huruf h v dengan tepat huruf yang
2. Huruf m v memiliki bentuk hampir sama
3. Huruf n v dan di acak, yakni: huruf “h-m-
4. Huruf r v n-r-u”
5. Huruf u v
Jumlah 14

13
E. Intervensi Anak Disgrafia
Nama : M. Dian Salafie
Kelas 3
Tanggal : 8 November 2013
Pertemuan ke- : 1
TREATMENT HASIL
Pra-Menulis Dian sudah dapat
1. Kemampuan motorik halus: membuat garis ke atas
Anak di beri bola lentur dan diberi intruksi untuk dan ke bawah melalui
meremas bola tersebut. penebalan titik-titik.
2. Apresepsi visiual (konsep atas-bawah):
Anak di beri intrsuksi menyebutkan benda yang
biasanya terdapat di atas dan di bawah.
(misalnya: lampu, atap, kursi, sepatu)
3. Apresepsi visiual (konsep garis ke atas dan kebawah)
Anak di ajak bersama-sama untuk membuat garis ke atas
dan ke bawah melalui penebalan titik-titik yang telah di
persiapkan.

14
Menulis-Permulaan Dian sudah dapat
4. Pengenalan bentuk huruf memilih dengan tepat
Melalui kartu a-z huruf yang di acak, anak di beri intruksi huruf yang memiliki
untuk memilih huruf yang memiliki bentuk hampir sama, bentuk hampir sama
yakni: huruf “h-m-n-r-u” dan di acak, yakni:
huruf “h-m-n-r-u”

Keterangan:
* Pra-Menulis *Menulis-Permulaan
1. Kemampuan motorik halus 1. Pengenalan bentuk huruf
2. Ketepatan posisi tubuh 2. Gerakan membuat
3. Ketepatan posisi tangan saat 3. Pola bentuk huruf
menulis 4. Aktivitas mengaitkan simbol
4. Ketepatan pengaturan pensil- bunyi
kertas 5. Dengan simbol visual-huruf
5. Pengenalan pola bentuk huruf
Mengetahui,

Guru Kelas

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Identifikasi dan asesmen mewujudkan kegiatan untuk mengenal atau menandai dalam proses
pendektesian dini terhadap anak berkebutuhan khusus. Disleksia sebagai anak berkebutuhan khusus
memerlukan identifikasi dan asesmen dalam upaya pemberian layanan pendidikan yang di sesuaikan
dengan kebutuhan. kegiatan identifikasi anak berkebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan,
yaitu: a) penjaringan (screening); b) pengalihtanganan (referal); c) klasifikasi; d) Perencanaan
Pembelajaran. Asesmen memiliki lima fungsi yaitu: a) Fungsi screening/penyaringan: untuk
mengidentifikasi peserta didik yang kemungkinan mengalami problem belajar; b) Fungsi
pengalihtanganan/ referal: untuk pengalih- tanganan kasus (kasus kesehatan, kejiwaan dan sosial
ekonomi) yang membutuhkan tenaga professional; c) Fungsi perencanaan pembelajaran individual
(PPI): agar diperoleh gambaran berbagai potensi maupun hambatan yang dialami peserta didik; d)
Fungsi monitoring kemajuan belajar; dan e) Fungsi evaluasi program.

B. Saran

Dari berbagai paparan dan pembahasan yang telah penyusun sampaikan,penyusun berharap
berharap kritik dan saran dari pembaca untuk sempurnanya makalah ini dan semoga makalah ini
berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca.

16
Daftar Pustaka

Bestarina, R. (2018). Analisis Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk Anak Disleksia di Kelas 5A

SD Muhammadiyah 1 Kota Malang. Undergraduate (S1) thesis, University of Muhammadiyah

Malang. [Online]. Tersedia: http://eprints.umm.ac.id/39264/. [15 November 2020]

Jamaris Matini `(2014). Kesulitan Belajar (Perspektif, asesmen, dan penanggulangannya) Bagi Anak

Usia Dini dan Usia Sekolah. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Marlina. (2008). Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas pada Anak. Padang: UNP Press.

Marlina. (2015). Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Pendekatan Psikoedukasional. (Y. Hayati, Ed.)

(edisi revisi). Padang: UNP Press.

Nurmaisitha, D. (2013). Laporan Hasil Observasi Anak Berkesulitan Belajar Di SDN Salen, Bangsal-

Mojokerto. Universitas Negeri Malang.

Nduru, M. P. (2015). Identifikasi dan Asesmen Kesulitan Belajar. In: Proseding Seminar Nasional PGSD

UPY dengan Tema Strategi Mengatasi Kesulitan Belajar ketika Murid Anda seorang Disleksia.

Universitas Flores. [Online]. Tersedia: http://repository.upy.ac.id/411/. [15 November

2020]Yuwono, I. (2015). Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas

Lambung Ma

17

Anda mungkin juga menyukai