Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN ONLINE DENGAN

MENGAPLIKASIKAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK PADA SISWA DENGAN


HAMBATAN PENDENGARAN

Herlin Umayah

A. Pendahuluan
1) Latar Belakang Masalah
Siswa dengan hambatan pendengaran adalah seseorang yang mengalami
hambatan dalam pemrosesan informasi dengan atau tanpa bantuan alat bantu dengar
(Brill, MacNeil, and Newman dalam Hallahan, dkk, 2009: 340). Upaya
pengorganisasian informasi pada siswa dengan hambatan pendengaran tentu saja
berbeda dibandingkan dengan siswa pada umumnya. Dipermulakan penyesuaian agar
informasi yang diperoleh lebih mudah untuk diterima dan diingat oleh otak. Salah satu
karakteristik anak dengan hambatan pendengaran yakni kesulitan untuk mendapatkan
informasi audio. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran dibutuhkan media dan
strategi yang lebih menonjolkan aspek visual. Selain itu, agar hasil belajar bermakna
bagi siswa diperlukan pengalaman langsung yang diintegrasikan dalam proses
pembelajaran.

2) Rumusan Masalah
Bagaimana penggunaan media video pembelajaran online dengan
mengaplikasikan teori belajar humanistik pada siswa dengan hambatan pendengaran?

3) Tujuan Penulisan
Menjelaskan tentang penggunaan media video pembelajaran online dengan
mengaplikasikan teori belajar humanistik pada siswa dengan hambatan pendengaran

B. Pembahasan
1) Siswa dengan hambatan pendengaran
Learners Who Are Deaf or Hard of Hearing, seseorang yang mengalami ketulian
total adalah individu yang mengalami hambatan dalam pemrosesan informasi audio
dengan atau tanpa alat bantu mendengar. Individu yang mengalami gangguan
pendengaran sebagian, biasanya masih memiliki sisa pendengaran, sehingga dengan
alat bantu mendengar, mereka masih mampu menangkap dan memproses informasi
audio (Brill, MacNeil, and Newman dalam Hallahan, dkk, 2009: 340).
Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1995: 35-39) mendeskripsikan
karakteristik hambatan pendengaran dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara,
emosi, dan sosial. Intelegensi anak hambatan pendengaran tidak berbeda dengan
anak normal yaitu tinggi, rata-rata dan rendah. Pada umumnya anak dengan
mempunyai intelegensi normal dan rata-rata.
Kemampuan anak dengan hambatan pendengaran dalam berbahasa dan
berbicara berbeda dengan anak normal pada umumnya karena kemampuan tersebut
sangat erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Karena anak dengan
hambatan pendengaran tidak mampu untuk mendengar bahasa, maka anak dengan
hambatan pendengaran mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Hambatan
pendengaran juga berdampak pada keterbatasan informasi audio yang diperoleh
siswa. Oleh karena itu, perlu adanya modifikasi media pembelajaran yang disesuaikan
dengan karateristik siswa. Media yang dapat digunakan sebaiknya menonjolkan fitur
visual yang menarik dan informatif bagi siswa.
Selain itu, hambatan bahasa dan bicara pada siswa dengan hambatan
pendengaran juga menyebabkan mereka kesulitan dalam memahami konsep-konsep
abstrak. Oleh karena itu, dibutuhkan pengalaman langsung dalam proses
pembelajaran agar siswa tidak hanya mengetahui “kata” tanpa “makna”.

2) Media video pembelajaran berbasis online


Pengertian media atau medium menurut Heinich, dkk (dalam Arsyad, 2006: 4)
merupakan perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Media
berbasis komputer, menurut Arsyad (2006: 94) yakni komputer berperan sebagai
pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi
materi pelajaran, latihan atau keduanya. Komputer yang berperan sebagai manajer
dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan CAI (Computer Assisted Instruction).
Kadir (dalam Adam dan Syastra, 2015: 79) menyampaikan bahwa teknologi
informasi dapat melahirkan fitur-fitur baru yang menarik, tidak monoton, dan
memudahkan penyampaian. Penggunaan media ini akan lebih baik jika diintegrasikan
dengan pembelajaran dengan media online. Media video pembelajaran berbasis
online dapat diakses dalam aplikasi youtube. Dalam aplikasi tersebut sudah banyak
tersedia berbagai macam video pembelajaran yang dapat diakses oleh siswa (dengan
catatan dalam pendampingan orang dewasa).

3) Teori belajar humanistik


Pembelajaran humanistik memadang siswa sebagai subjek yang bebas agar
dapat menentukan arah hidupnya. Pembelajaran humanistik juga menekankan pada
pendekatan dialogis, yaitu pendekatan mengajak siswa untuk berpikir bersama secara
kreatif dan kritis (Arbayah, 2013: 215).
Salah satu model pembelajaran humanistik yakni model active learning. Model
active learning adalah strategi pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta
didik dalam mengakses berbagai informasi (Baharun dalam Qodir, 2017: 193). Hal ini
dapat menghasilkan experiential learning dan meaningful learning pada diri siswa.
Aplikasi dalam teori belajar humanistik adalah menekankan pentingnya isi dari
proses belajar yang bersifat eklektik. Tujuannya adalah memanusiakan manusia atau
mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran, yakni guru
lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran (Scruton,
dalam Arbayah, 2013: 210).
Pendidikan humanistik memiliki beberapa hal mendasar yang perlu diperhatikan,
yaitu: a) siswa harus memiliki pegangan substansial tentang arah pendidikan yang
dilakukannya (Wang dan Stiles dalam Haryu, 2006: 81), b) adanya unsur rasa dan
cipta, yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pembelajaran (Rink, J.E.
dalam Haryu, 2006: 81), c) pendidik harus menciptakan lingkungan kelas yang
memungkinkan untuk pelaksanaan belajar mengajar, d) pendidik humanistik
diharapkan dapat membantu siswa agar mampu mendukung potensi siswa.
Dari beberapa pendapat di atas, pendidikan humanistik yang akan dibahas
dalam makalah ini yakni sebagai berikut.
a. Pembelajaran yang dapat mendukung potensi siswa.
b. Pembelajaran yang mendukung siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
c. Pembelajaran yang mengandung unsur rasa dan cipta.
d. Pembelajaran melibatkan partisipasi siswa secara aktif agar menghasilkan
experiential learning dan meaningful learning.

4) Penggunaan media video pembelajaran online dengan mengaplikasikan teori


belajar humanistik
Berdasarkan kajian tentang siswa dengan hambatan pendengaran, media, dan
teori belajar humanistik di atas, dapat dijadikan bahan acuan dalam rancangan
pembelajaran untuk siswa dengan hambatan pendengaran. Media video pembelajaran
berbasis online dan teori belajar humanistik memiliki kelebihan yang dapat membantu
mengorganisasikan informasi-informasi dalam pembelajaran agar lebih mudah
diterima oleh siswa.
Aplikasi teori belajar yang diintegrasikan dengan media video pembelajaran
online dalam proses pembelajaran yakni sebagai berikut.
a. Pembelajaran yang dapat mendukung potensi siswa
Hasil asesmen memberikan informasi kepada guru tentang potensi yang dimiliki
oleh siswa. Penggunaan media yang menarik tentu akan dapat meningkatkan
prosentase keberhasilan dalam belajar.

b. Pembelajaran yang mendukung siswa untuk berpikir kritis dan kreatif


Teori humanistik mengajak siswa untuk selalu kritis dan kreatif dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang lebih menekankan pada karya cipta/ inovasi baru yang kreatif
sangat sesuai dengan teori belajar ini. Peran guru di kelas adalah sebagai fasilitator
dan motivator yang memberikan fasilitas berupa media belajar online yang dapat
diakses oleh siswa secara mandiri.

c. Pembelajaran mengandung unsur rasa dan cipta


“Cipta” masih berhubungan dengan poin sebelumnya, yakni siswa menghasilkan
karya, sedangkan “rasa” berhubungan dengan aspek emosional siswa. Aspek
emosional yang mendukung proses pembelajaran yakni rasa senang dalam belajar.
Belajar merupakan proses pemerolehan dan pengorganisasian informasi yang
menyenangkan. Pandangan ini sangat dibutuhkan dalam diri siswa, agar siswa
tidak merasa “tertekan” dan “terpaksa” selama mengikuti proses pembelajaran.

d. Pembelajaran melibatkan partisipasi siswa secara aktif agar menghasilkan


experiential learning dan meaningful learning
Proses pembelajaran humanistik melibatkan siswa secara aktif. Aktif dalam mencari
informasi, aktif berpendapat, mencoba, dan menciptakan karya. Pembelajaran
tradisional yang hanya bertujuan menyampaikan materi secara lisan tidak akan
membekas dalam ingatan siswa dan kurang bermakna. Agar pembelajaran dapat
dikatakan berhasil, pembelajaran sebaiknya bersifat experiential learning dan
meaningful learning. Experiential learning, yakni dalam proses pembelajaran siswa
dimana siswa dapat mencoba melakukan sendiri materi/ informasi yang sudah
diperoleh. Meaningful learning, yakni pembelajaran harus mempunyai makna dan
fungsional untuk kehidupan sehari-hari.
Contoh aplikasi penggunaan video pembelajaran online terintegrasi dengan teori
belajar humanistik adalah sebagai berikut.
a. Kompetensi Dasar
Mengenal berbagai macam kerajinan tangan dari bahan-bahan sederhana
b. Indikator
Membuat kerajinan tangan dari bahan stick es krim
c. Tujuan
Setelah mengamati video pembelajaran online, siswa dapat membuat kerajinan dari
bahan stick es krim dengan baik secara mandiri
d. Hasil Asesmen Akademik
1) Siswa dengan hambatan pendengarn berat
2) Sudah mampu mengoperasikan komputer
3) Sudah mampu mengakses internet
4) Sudah mampu mengucapkan kalimat sederhana dengan menggunakan oral dan
isyarat
e. Matei Pembelajaran
Membuat kerajinan tangan dari bahan stick es krim
f. Metode Pembelajaran
1) Metode pembelajaran siswa aktif berbasis ICT
2) Demonstrasi
3) Unjuk kerja
g. Media Pembelajaran
1) Laptop
2) Video pembelajaran online
3) Stick es krim
4) Glue gun
5) Roll kabel
h. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Siswa dan guru mengawali pembelajaran dengan 5 Menit
berdoa
2. Guru melakukan apersepsi sebagai awal komunikasi
guru sebelum melaksanakan pembelajaran inti.
Mengulang kembali materi tentang pemanfaatan
bahan-bahan sederhana untuk bahan pembuatan
kerajinan tangan.

Kegiatan Inti 1. Siswa secara aktif mencari video tentang 25 Menit


pembuatan kerajinan tangan dengan menggunakan
stick es krim melalui aplikasi youtube.
(mengumpulkan informasi)
2. Siswa mengamati video pembelajaran tentang
pembuatan kerajian tangan. (mengamati dan
mengumpulkan informasi)
3. Siswa diberi kebebasan untuk memilih kerajinan
tangan yang akan dibuat. (mencoba)
4. Siswa membuat kerajinan tangan sesuai contoh
yang sudah dipilih oleh siswa. (mencoba)
5. Siswa bertanya jawab dengan guru apabila siswa
mengalami kesulitan dalam mengikuti video
pembelajaran. (menanya)
6. Siswa melakukan inovasi dan kreasi terhadap
kerajinan tangan yang dibuat. (mencoba)
7. Siswa mendemonstrasikan hasil pekerjaannya.
(mengkomunikasikan)
8. Siswa yang lain dapat memberikan tanggapan atau
pertanyaan terhadap demonstrasi yang telah
dilakukan. (menanya)
9. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan
pembelajaran.
Penutup 1. Siswa dengan bimbingan guru merefleksikan 5 Menit
kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan
2. Doa penutup dan salam.
Siswa mencari dan Siswa membuat kerajinan Siswa mendemosntrasikan
memilih kerajinan tangan tangan dengan stick es krim dengan bahasa sederhana
yang akan dibuat dan glue gun

C. Kesimpulan
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran siswa dengan hambatan
pendengaran mencakup beberapa aspek yakni : a) pembelajaran yang dapat mendukung
potensi siswa, b) pembelajaran yang mendukung siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, c)
pembelajaran mengandung unsur rasa dan cipta, dan d) pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa secara aktif agar menghasilkan experiential learning dan meaningful
learning. Penggunaan media video pembelajaran berbasis online selaras dengan aspek-
aspek tersebut. Dengan media video pembelajaran berbasis online siswa diharapkan lebih
antusias dan senang dalam belajar, bebas memilih dan berkreasi dengan karya-karya yang
inovatif, dan mampu menjadi sarana untuk mewujudkan experiential learning dan
meaningful learning.

Daftar Pustaka
Adam, Steffi dan Muhammad Taufik Syastra. 2015. Pemanfaatan Media Pembelajaran
Berbasis Teknologi Informasi Bagi Siswa Kelas X SMA Ananda Batam. CBIS
Journal. Vol. 3, No. 2.

Arbayah. 2013. Model Pembelajaran Humanistik. Dinamika Ilmu. Vol. 13, No. 2

Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Hallahan, Daniel. P, James M. Tik Kauffman, dan Paige C. Pullen. 2009. Exceptional
Learners: An Introduction to Special Education. USA: Pearson Education, Inc.

Haryu. 2006. Aplikasi Psikologi Humanistik dalam Dunia Pendidikan di Indonesia. Tadris Vol.
1, No. 1

Permanarian, Somad & Tati Herawati. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Dikti :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Qodir, Abd. 2017. Teori Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal
Pedagogik. Vol. 04, No. 02

Anda mungkin juga menyukai