Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMBELAJARAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR


“Anak Gangguan Kognitif”

Dosen Pengampu
Dra. Zulmiyetri, M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 4
Monica Rumapea 17003136

Mutiara Ayunda 17003139

Suci Rahma Putri 17003152

Taskia Hanum 17003157

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Shalawat beriring salam tak lupa juga kita berikan kepada Rasulullah
Muhammad SAW. yang mana telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju
zaman yang berilmu seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Dalam Makalah Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar tentang Anak


Gangguan Kognitif. Tidak lupa kami menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-
besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Anak Berkesulitan
Belajar dan semua pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pikiran
bagi pihak yang membutuhkan. Terimakasih.

Padang, September 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Gangguan Kognitif


B. Strategi Layanan Anak Gangguan Kognitif
C. Program Intervensi Anak Gangguan Kognitif
D. Simulasi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR RUJUKAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan perkembangan kognitif adalah salah satu bentuk
kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning)
atau kesulitan belajar preakademik (preacademic learning disabilities).
Kesulitan belajar jenis ini perlu mendapat perhatian karena sebagian besar
dari belajar akademik terkait dengan ranah kognitif. Jika kesulitan belajar
kognitif tidak segera diatasi maka dapat menimbulkan kesulitan dalam
berbagai bidang akademik.
Pada anak-anak berkebutuhan khusus perkembangan kognitif ini
mengalami hambatan. Hal tersebut yang membuat mereka memiliki
perbedaan karakteristik dengan anak-anak lain dan membutuhkan proses
pembelajaran dan pendidikan khusus untuk dapat bersosialisasi dan
berpikir dengan kerangka yang sama dengan masyarakat disekitarnya.
Agar dapat memecahkan masalah kesulitan belajar kognitif maka guru
perlu memahami hakikat kognisi, keterkaitan antara kesulitan belajar
kognitif, dengan gaya kognitif, dan berbagai strategi untuk menanggulangi
kesulitan belajar kognitif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anak gangguan kognitif?
2. Bagaimana strategi layanan anak gangguan kognitif?
3. Apa program intervensi anak gangguan kognitif?
4. Bagaimana simulasi pada anak gangguan kognitif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anak dengan gangguan kognitif
2. Untuk mengetahui strategi layanan anak gangguan kognitif.
3. Untuk mengetahui program intervensi anak gangguan kognitif.
4. Untuk mengetahui simulasi pada anak gangguan kognitif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Gangguan Kognitif


Afin Murtie, (2014: 161) menjelaskan bahwa kognitif adalah
kemampuan berpikir dan bagaimana pemikiran tersebut bekerja. Menurut
Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup diabad 19 perkembangan
kognitif dikatakan sebagai perkembangan terhadap kemampuan untuk
mempersepsi keadaan disekeliling dalam rangka logika dan konsep yang
bermuara pada kenyataan (bukan khayalan).
Perkembangan kognitif yang baik membuat individu mampu
menilai, menghubungkan, dan mempertimbangkan antara satu kejadian
dengan kejadian lainnya. Inilah yang disebut dengan proses berpikir dan
belajar logika. Sayangnya pada anak-anak berkebutuhan khusus
perkembangan kognitif ini mengalami hambatan. Hal tersebut yang
membuat mereka memiliki perbedaan karakteristik dengan anak-anak lain
dan membutuhkan proses pembelajaran dan pendidikan khusus untuk
dapat bersosialisasi dan berpikir dengan kerangka yang sama dengan
masyarakat disekitarnya.
Mulyono (2012: 13) menjelaskan bahwa, gangguan perkembangan
kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang bersifat
perkembangan (developmental learning) atau kesulitan belajar
preakademik (preacademic learning disabilities). Kesulitan belajar jenis
ini perlu mendapat perhatian karena sebagian besar dari belajar akademik
terkait dengan ranah kognitif.
Menurut Wienman dalam Mulyono (2012: 131) menyatakan
kognisi adalah fungsi mental yang meliputi persepsi, pikiran, symbol,
penalaran, dan pemecahan masalah. Perwujudan fungsi kognitif dapat
dilihat dari kemampuan anak dalam menggunakan bahasa dan matematika.
B. Strategi Layanan Anak Gangguan Kognitif
Menurut Mulyono Abdurrahman (2012: 135) Salah satu elemen
penting dari kognisi adalah ingatan atau memori, dan memori tersebut
memiliki peran yang besar dalam pencapaian prestasi belajar akademik.
Oleh karena itu ada beberapa strategi pengambangan kognitif, antara lain:
1. Srategi pengembangan memori
Banyak anak berkesulitan belajar mengalami kesulitan dalam
memori sehingga sering muncul ungkapan dari paa guru “masuk ke
telinga kanan dan keluar ke telinga kiri”. Perlu dipahami bahwa
gangguan memori tidak hanya auditoris, tetapi juga dapat berupa
memori visual atau memori kinestetis. Meskipun demikian, yang
paling erat kaitannya dengan prestasi adalah memori auditoris dan
memori visual.
Ada dua macam memori yaitu memori jangka pendek dan memori
jangka panjang. Memori jangka panjang akan terjadi jika ada
pengulangan atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Memori
jangka pendek dapat diukur dengan menyuruh anak mengamati objek-
objek visual atau auditif dalam waktu singkat, misalnya 20 detik, dan
selanjutnya anak diminta untuk mengingat kembali objek-objek yang
baru saja dilihat atau didengarnya itu.
Anak berkesulitan belajar cenderung tidak menggunakan strategi
pengulangan atau menghafal dan mengorganisasikan materi yang
harus diingat meskipun mereka dapat dilatih untuk hal tersebut. Oleh
karena itu, anak berkesulitan belajar perlu mendapat latihan untuk
mengulang dan mengorganisasikan materi yang harus dipelajari agar
strategi semacam itu dapat menjadi kebiasaan.
2. Strategi pengembangan keterampilan metakognitif
Keterampilan metakognitif merupakan pengetahuan tentang proses
kognitif sendiri dan kemempuan mengunakan proses tersebut.
Metakognitif merupakan pengetahuan tentang penggunaan dan
keterbatasan informasi dan strategi khusus serta kemampuan
mengontrol dan mengevaluasi penggunaannya. Oleh karena itu
keterampilan metakognitif sering disebut juga keteramoilan eksekutif,
keterampilan manajeral, atau keterampilan mengontrol.
Anak berkesulitan belajar umumnya memiliki keterampilan
metakognitif yang nya. Oleh karena itu keterampilan metakognitif
sering disebut juga keteramoilan eksekutif, keterampilan manajeral,
atau keterampilan mengontrol.
Anak berkesulitan belajar umumnya memiliki keterampilan
metakognisi yang rendah. Dalam kaitannya dengan metakognisi
tersebut adanya metamemory, metalistening, dan metacomprehension.
Metamemori berkenaan dengan pengetahuan tentang proses memori
sendiri dan penggunaannya. Metalistening berkenaan dengan
pengetahuan tentang proses mendengarkan atau cara memperhatikan
suatu pembicaraan yang disampaikan orang lain kepadanya.
Sedangkan metacomprehension berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang proses memahami bacaan yang dilakukan sendiri.
Anak berkesultan belajar umumnya memiliki keterampilan yang
rendah baik dalam memori, metalistening, mapum metakomprehension
dalam membaca.
Anak berkesulitan belajar umumnya memiliki masalah dalam
memecahkan berbagai problema memori. Jika mereka dihadapkan
pada problem untuk mengingat nomor telepon temannya sedangkan
disekitar anak tersebut tidak ada alat tulis untuk mencatat nomor
telepon tersebut, mereka umumnya tidak menggunakan
kemampuannya untuk menghafal secara verbal, tetapi tetap berusaha
mencari alat tulis. Ini menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar
tidak banyak memiliki srategi solusi masalah-masalah memori. Oleh
karena itu kepada anak yang demikian perlu diajarkan secara langsung
berbagai strategi untuk memecahkan masalah memori sehingga
keterampilan memorinya menjadi berkembang.
Hallahan dan kauffman dalam Mulyono Abdurrahman (2012: 138)
mengemukakan suatu strategi, sebagai berikut:
a. Menjelaskan tujuan membaca
Sebelum anak berkesulitan membaca suatu bacaan, lebih
dahulu mereka harus memiliki gambaran umum tentang tujuan
membaca.anak harus diajak membedakan apakah materi yang akan
dibaca hanya untuk memahami intisari bacaan atau untuk
menguasai materi secara rinci ssebagai bekal menempuh tes.
b. Memusatkan perhatian pada bagian-bagian penting bacaan
Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan
dalam menangkap ide utama dari suatu paragraf. Oleh karena itu
mereka harus dibimbing untuk menemukan ide utama tiap paragraf
untuk memahami isi seluruh bacaan.
c. Memantau taraf pemahamannya sendiri
Anak yang pandai membaca akan mengetahui apakah
mereka memahami atau tidak memahami bacaan yang sedang
mereka baca. Bahkan pembaca terbaikpun kadang-kadang
merasakan bahw mereka tidak seacra penuh memahami segala
sesuatu yang mereka baca. Memantau kemampuan memahami
bacaan yang sedang dibaca merupakan sesuatu keterampilan
metacomprehension yang penting.
d. Membaca ulang dan membaca cepat lebih dahulu
Jika berhadapan dengan bacaan yang sukar, orang yang
pandai membaca mengguanakan dua strategi dasar, yaitu berhenti
dan membaca ulang bacaan yang sukar atau membaca cepat lebih
dahulu untuk memperoleh informasi yang dapat membantu
memahami bacaan tersebut.
e. Menggunakan kamus atau ensiklopedia
Anak yang pandai membaca ahu cara mengguanakan
kamus atau ensiklopedia untuk memahami kata-kata sulit atau
suatu peristiwa tertentu. Anak berkesulitan belajar sering tidak
mampu menggunakan buku-buku referensi semacam itu. Oleh
karena itu mereka perlu diajar secara langsung cara menggunakan
kamus atau ensiklopedia.
Martini Jamaris (2002: 94) menjelaskan berbagai kegiatan yang
dapat dilakukan untuk membantu mengatasi masalah kesulitan kognitif,
antara lain sebagai berikut:
1. Ajari anak untuk menggunakan kalender atau buku rencana harian
untuk mencatat semua kegitan yang perlu dilakukan, perjanjian, dan
hal-hal penting lainnya.
2. Ajari anak untuk mengulangi informasi yang didengarnya dan
mencatatnya. Apabila diperlukan, gunakan alat perekam.
3. Ajak anak untuk menggunakan alat pengingat, seperti table kegiatan
harian yang di beri warna berbeda. Bedakan jenis kegiatan yang
dilakukan.
4. Ajak anak untuk melakukan aktivitas mental untuk memperkuat otak,
seperti bermain puzzle, melukis, bermain music, pelajari sesuatu yang
baru sesuai dengan hobi.
5. Ajak anak untuk melakukan olahraga yang dapat meningkatkan
kepekaan mental seperti berjalan, berenang atau berkebun.
6. Apabila diperlukan beri kesempatan pada anak untuk mengikuti terapi
okupasional, terapi bicara, terapi perilaku, terapi keterampilan social,
rehabilitasi kognitif.
7. Beri kesempatan pada anak untuk mempelajari cara belajar dengan
strategi baru sehingga dapat membantunya melakukan tugas-tugas
tumbuh kembang dan tugas-tugas akademik.
8. Gunakan program pembelajaran individual atau EIPs (Individualized
Education Programs) yang sangat diperlukan pada waktu melakukan
intervensi kesulitan kognitif.
9. Karenan penanggulangan kesulitan kognitif dimasa usia dini yang
bermanfaat bagi perkembangan anak selanjutnya maka merupakan
suatu hal yang penting untuk menyadarkan orangtua tentang masalah-
masalah yang berkaitan dengan kognitif.
10. Dalam melakukan intervensi informasi dari pediatrician, oncologist,
atau petugas kesehatan lainnya merupakan hal yang perlu dilakukan
agar dapat dilakukan kegiatan intervensi secara efektif.

C. Program Intervensi Anak Gangguan Kognitif


Pelaksanaan intervensi terhadap gangguan belajar kognitif
didasarkan kepada kebutuhan peserta didik. Kegiatannya mencakup
intervensi langsung, intervensi melalui media pembelajaran, intervensi
melalui metode pembelajaran, intervensi melalui pelibatan orang tua,
remidial, dan pengayaan. Berikut ini disajikan pemetaan kegiatan
intervensi serta strategi yang digunakan untuk mendukung kegiatan
tersebut.
Pemetaan Kegiatan dan Strategi Pelaksanaan Intervensi Gangguan
belajar kognitif peserta didik sekoah dasar.
Kegiatan Strategi Pelaksanaan
Intervensi langsung 1. Bimbingan individual
2. Bimbingan kelompok
3. Bimbingan klasikal
Intervensi melalui media 1. Media visual
pembelajaran 2. Media audio
3. multimedia
Intervensi melalui pendekatan 1. pendekatan saintifik
pembelajaran 2. pendekatan kooperatif
3. pendekatan pembelajaran
aktif
Intervensi melalui pelibatan orang Home visit dan diskusi tentang
tua permasalahan pembelajaran anak
Intervensi melalui pelibatan tutor Pelibatan tutor sebaya
sebaya
Remidial 1. Remidial proses
pembelajaran
2. Remidial hasil belajar
Pengeyaan Pengayaan proses pembelajaran
Seluruh strategi pelaksanaan intervensi yang tersaji dalam tabel di
atas dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu
perlu dukungan berbagai pihak dan juga dukungan sistem agar
pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan harapan. Dukungan tersebut
meliputi kebijakan sekolah, kerjasama dengan orang tua, keterlibatan guru
bimbingan dan konseling, serta dukungan sarana dan prasarana penunjang.
Berikut penjelasan dari program intervensi anak gangguan kognitif
yaitu:

1. Intervensi Langsung
a. Bimbingan individual
Bimbingan perorangan, yaitu bimbingan yang memungkinkan
peserta didik mendapatkan pelayanan langsung tatap muka (secara
perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan
dan pengentasan permasalahan kesulitan belajar yang dideritanya.
Fungsi utama bimbingan individu ialah fungsi pengentasan.
b. Bimbingan kelompok
Pelayanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama
melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan/ atau
membahas secara bersamasama pokok bahasan (topik) tertentu yang
berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-
hari dan/ atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu
maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dan/ atau tindakan tertentu.
c. KBM Bernuansa bimbingan
Salah satu teknik pelaksanaan bimbingan belajar di SD adalah
melalui KBM yang bernuansa bimbingan, menurutnya prinsip-
prinsip KBM yang bernuansa bimbingan harus memperhatikan:
1) Menciptakan iklim kelas yang bebas dari ketegangan dan
menempatkan peserta didik sebagai subjek pengajaran.
2) Menerima dan memperlakukan individu peserta didik sebagai
individu yang memiliki harga diri dan memahami kekurangan,
kelebihan serta permasalahnnya.
3) Mempersiapkan dan menyelenggarakan KBM sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuian peserta didik.
4) Membina hubungan yang dekat dengan seluruh peserta didik.
5) Memahami setiap permasalahan danhambatan peserta didik
dalam memperlajari materi tiap-tiap bidang studi.
6) Memberikan bantuan dengan segera pada peserta didik yang
mengalami hambatan belajar.
7) Membimbing peserta didik agar mengembangkan kebiasaan
belajar yang baik.
8) Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi.
9) Melibatkan berbagai pihal (wali kelas, guru mapel, kepala
sekolah, orangtua) dalam proses pendidikan dan pembelajaran
secara utuh.
2. Intervensi Melalui Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Hasil diagnosis guru menjadi data utama yang digunakan dalam
memilih media yang tepat sebagai alat bantu intervensi gangguan
kognitif. Data gaya belajar menjadi pertimbangan jenis media yang
sesuai dengan peserta didik.
Adapun klasifikasi media pembelajaran antara lain:
a. Media Visual
Media visual merupakan setiap bentuk media yang memiliki bentuk
fisik nyata yang dapat dilihat, dibaca, dan diraba. Jika dibandingkan
dengan media-media pembelajaran lainnya, media visual cenderung
jauh lebih mudah untuk ditemukan. Beberapa contoh media visual
yaitu gambar, foto, buku, majalah, alat peraga, dan lain – lain.
b. Media Audio
Media audio merupakan media yang hanya dapat diakses melalui
organ pendengaran. Beberapa bentuk media audio yaitu suara, lagu,
siaran radio, audio CD, dan lain – lain.
c. Media Audio Visual
Media audio visual merupakan jenis media yang mencakup media
audio (dapat didengar) dan media visual (dapat dilihat). Beberapa
contoh media audio visual yaitu siaran televisi, pertunjukan drama,
teater, film layar lebar, dan lain – lain.
d. Multimedia Interaktif
Arsyad (2011) mengemukakan bahwa multimedia dapat diartikan
sebagai lebih dari satu media. Multimedia dapat berupa kombinasi
antara teks, grafik, animasi, suara dan gambar. Namun pada buku ini
perpaduan dan kombinasi dua atau lebih jenis media ditekankan
kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan
media ini”. Dengan demikian arti multimedia yang umumnya
dikenal dewasa ini adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks,
suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu
kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan
atau isi pelajaran.
3. Intervensi Melalui Penggunaan Strategi pembelajaran
Perbedaan gaya belajar peserta didik dapat diakomodasi dengan
penggunaan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan aspek gaya
belajar. Para pakar dibidang gaya belajar telah merumuskan rambu-
rambu strategi pembelajaran yang dapat penulis simpulkan antara lain:
a. Strategi Belajar Peserta didik Visual
b. Strategi Belajar Peserta didik Auditori
c. Strategi Belajar Peserta didik Kinestetik
4. Intervensi Melalui Pelibatan Orang Tua
Orang tua merupakan bagian yang paling mengambil peranan besar
dalam perkembangan anak khususnya peserta didik sekolah dasar.
Interaksi terbesar seorang anak adalah dengan orang tuanya, sehingga
pelibatan orang tua dalam mengatasi segala hambatan pembelajaran
menjadi langkah strategis yang dapat dilakukan.
5. Intervensi Melalui Pelibatan Tutor Sebaya
Proses pembelajaran tidak selamanya berjalan dengan baik sesuai
harapan, sering kali peserta didik mengalami kesulitan belajar yang
berdampak pada hasil belajar yang tidak maksimal. Hal ini disebabkan
adanya berbagai masalah yang muncul dalam proses pembelajaran baik
faktor internal maupun eksternal peserta didik. Faktor internal dapat
berupa kondisi fisik, psikologis, maupun tingkat intelegensi dari peserta
didik. Sedangkan faktor eksternal berasal dari kondisi di luar diri
peserta didik, salah satunya yaitu metode pembelajaran yang tidak
tepat.
Pemilihan metode mengajar merupakan salah satu alternatif
mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Salah satu metode
pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas yaitu metode tutor sebaya
(peer teaching). Model pembelajaran metode tutor sebaya (peer
teaching) ini menitikberatkan pada sharing knowledge, sharing ideas
dan sharing experience. Berikut akan dipaparkan penjelasan mengenai
metode tutor sebaya (peer teaching).
6. Remidial
Pembelajaran remidial adalah proses memberikan bantuan pada
peserta didik berupa perbaikan strategi belajar, perbaikan strategi
mengajar, penyesuaian materi pelajaran dengan karakteristik peserta
didik, dan mengatasi hambatanhambatan peserta didik dalam belajar
melalui pendekatan-pendekatan yang lebih individual (Irham & Wiyani,
2013).
Pembelajaran remedial adalah bentuk khusus pembelajaran yang
berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan, atau membuat menjadi
baik. Jadi yang dimaksud pembelajaran remedial adalah layanan
pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki
prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang
ditetapkan. Dalam menghadapi anak berkesulitan belajar, guru
menyediakan waktu tambahan agar pelajaran itu dapat dicerna dengan
baik.
7. Pengayaan
Menurut program pengayaan adalah program pembelajaran yang
diberikan kepada peserta didik yang belajar lebih cepat. Hal ini
dilakasanakan berdasarkan suatu proses yang terus terjadi dan belajar
sebagai suatu yang menyenangkan dan sekaligus menantang. konsep
program pengayaan merupakan satu rancangan pembelajaran yang
disediakan untuk semua murid yang membolehkan mereka mendapat
pengalaman dan pengetahuan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang
sesuai dengan kebolehan dan kemampuan mereka.
Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa aktivitas-aktivitas dibentuk
dengan berbagai cara supaya menarik dan selaras dengan peringkat
pembelajaran mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa program
pengayaan adalah program yang diberikan kepada peserta didik yang
telah melampaui ketuntasan minimal yang ditentukan oleh pendidik
sehingga dapat lebih optimal.
D. Simulasi
Gilstrap (Hasibuan dan Mudjiono, 1986: 27) dalam metode Simulasi
dapat berupa role playing, psikodrama, sosiodrama dan permainan.
Sementara itu, Abdul Majid (2013: 205) metode simulasi terdiri dari
beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut :
a. Role playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran
sebagai dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa
sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian
yang mungkin muncul pada masa mendatang
b. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bemain peran
yang beritik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis.
Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan
konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang
dialami.
c. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena
sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang
otoriter, dsb. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman
dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan
kemampuan siswa unuk memecahkan masalahnya.
d. Permainan
Permainan (simulasi game) merupakan bermain peran, para siswa
berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan
dengan mematuhui peraturan yang ditentukan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kognitif adalah kemampuan berpikir dan bagaimana pemikiran
tersebut bekerja. gangguan perkembangan kognitif adalah salah satu
bentuk kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (developmental
learning) atau kesulitan belajar preakademik (preacademic learning
disabilities). Kesulitan belajar jenis ini perlu mendapat perhatian karena
sebagian besar dari belajar akademik terkait dengan ranah kognitif.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
kita semua mengenai anak dengan gangguan kognitif mengenai strategi
layanan, program intervensi dan simulasi anak dengan gangguan kognitif.
DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineke Cipta

Hasibuan&Mudjiono. (1986). Proses Belajar-Mengajar. Bandung: remaja

Rosdakarya

Maryani, Ika dkk. 2018. Model Intervensi Kesulitan Belajar. Yogyakarta: K-


Media.

Murtie, Afin. 2014. Ensiklopedia Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta:


Maxima.

Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar. Bogor: Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai