Dosen Pengampuh :
Dr.Irdamurni M.Pd
Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan menambah wawasan
kita semua.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Irdamurni M.Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kelompok tekuni.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kami hanyalah
manusia biasa yang memiliki wawasan terbatas dan tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu,
kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih.
KATA PENGANTAR……………………………………………………..……………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..…………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………….……………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH ………………………………..………………………………..1
C. TUJUAN……………………………………………….………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………5
B. SARAN……………………………………………………………………………………5
DAFTAR PUSTAKA……………………………….…………………………………………….6
BAB I
PEMBUKAAN
A. LATAR BELAKANG
kognisi adalah fungsi mental yang meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan
masalah. Perwujudan fungsi konitif dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menggunakan
bahasa dan matematika (Wienman, 1981 : 142).
Anak berkesulitan belajar sering tidak mengikuti pola perkembangan kognitif seperti yang telah
dikemukakan, padahal kurikulum sekolah biasanya didasarkan atas pola perkembangan kognitif
tersebut. Akibatnya, anak berkesulitan belajar tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas kognitif
yang dituntut oleh sekolah.berbagai penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan anak
menyelesaikan tugas-tugas kognitif terkait dengan gaya kognitif mereka.
setiap orang memiliki gaya kognitif (cognitive style) yang berbeda-beda dalam menghadapi
tugas-tugas pemecahan masalah. Berbagai gaya kognitif tersebut merupakan suatu sifat
kepribadian yang relative menetap, sehingga dengan demikian dapat digunakan untuk
menjelaskan perilaku seseorang dalam menghadapi berbagai situasi
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi pokok permasalahan yang dibahas kali ini adalah :
C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai pemenuhan tugas mata kuliah pembelajaran
KWN bagi anak berkebutuhan khusus dan juga sebagai sumber ilmu pengetahuan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu elemen penting dari kognisi adalah ingatan atau memory, dan memori tersebut
memiliki peran yang besar dalam pencapaian prestasi belajar akademik.
Strategi Pengembangan Memori. Banyak anak yang berkesulitan belajar yang mengalami
kesulitan dalam memori sehingga sering muncul ungkapan dari para guru “masuk ke telinga
kanan keluar ke telinga kiri”. Ada dua macam memori, yaitu memori jangka pendek dan memori
jangka panjang. Memori jangka panjang akan terjadi jika ada pengulangan atau penerapan dalam
kehidupan sehari-hari. Memori jangka pendek dapat diukur dengan menyuruh anak mengamati
objek-objek visual dan auditif dalam waktu singkat, misalnya 20 detik, dan selanjutnya anak
diminta untuk mengingat kembali objek-objek yang baru saja dilihat atau di deengarnya itu.
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Hallahan, Kauffman, dan Lloyd (1985:86)
menyimpulkan bahwa :
Anak berkesulitan belajar memperhatikan kesulitan yang lebih besar dalam tugas-tugas memori
bila dibandingkan dengan anak yang tidak berkesulitan belajar, Problema memori anak
berkesulitan belajar dapat dikaitkan dengan kegagalan dalam menggunakan strategi tertentu yang
biasa digunakan oleh anak yang tidak berkesulitan belajar, Strategi yang digunakan oleh anak
yang tidak berkesulitan belajar dapat diajarkan kepada anak yang berkesulitan belajar.
2
A. Menjelaskan tujuan membaca
Sebelum anak berkesulitan membaca suatu bahan bbacaan, lebih dahulu mereka harus
memiliki gambaran umum tentang tujuan membaca. Anak harus diajak membedakan
apakah materi yang dibaca hanya untuk memahami intisari bacaan atau untuk menguasai
materi secara rinci sebagai bekal menempuh tes. Anak harus diajak lebih dahulu
memahami perlunya mempertimbangkan taraf kesulitan suatu bacaan dan waktu serta
usaha untuk menghadapi bacaan tersebut,
B. Memusatkan perhatian pada bagian-bagian penting bacaan
Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam menangkap ide utama dari
suatu paragraf. Oleh karena itu, mereka harus dibiming untuk mengemukakan ide utama
tiap paragraf
C. Membaca ulang dan membaca cepat lebih dahulu
Jika berhadapan dengan bacaan yang sukar, orang yang pandai membaca akan
menggunakan dua strategi dasar, yaitu berhenti dan membaca ulang bagian yang sukar
atau membaca cepat lebih dahulu untuk memperoleh informasi yang dapat membantu
memahami bacaan tersebut. Strategi semacam ini tidak digunakan oleh anak yang
kesulitan belajar dan oleh karena itu perlu diajarkan secara langsung.
3
1. Metakognisi
Salah satu cara intervensi metakognisi. Awalnya kita ketahui mengenai metakognisi yang
berhubungan kemampuan seseorang untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif. Dalam hal ini,
metakognisi mengendalikan enam tingkatan aspek kognitif yang didefinisikan oleh Benjamin
Bloom dalam taksonomi Bloom, yaitu: tahap ingatan, pemahaman, terapan, analisis, dan sintetis.
Metakognisi adalah pengetahuan tentang unconsciousness process dari peran awareness, sampai
terbentuknya self-regulation yang berhubungan dengan working memory dan executive attention.
Adapun intervensi (terapi metakognitif) adalah latihan untuk melibatkan kemampuan belajar,
menyimpan, dan memanggil informasi dan melibatkan kemampuan belajar, keterampilan
organisasi dan manajemen waktu, ketrampilan test tasking, keterampilan pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan (Solanto et al., 2010).
Dalam praktik penerapan metode metakognisi, anak akan diberikan pengetahuan tentang
bagaimana mengendalikan proses kognitif dan aplikasinya dalam situasi belajar nyata (Smith &
Strick, 1999). Intervensi metakognitif dapat diberikan kepada anak dengan pemberian makna
bahwa kapasitas kognitif anak sama seperti orang dewasa.
Proses Metakognitif
Ada tiga proses bagaimana pengetahuan dapat termasuk di dalam komponen metakognitif,
sebagai berikut:
2. Procedural, yaitu pengetahuan dalam tahapan proses, tentang apa apa yang terjadi pada proses
kognitif dari neuroscience (metastrategi).
3. Conditional, yaitu engetahuan dalam menggunakan strategi untuk membantu kognitif proses
(epistemologi).
Intervensi Melalui Penggunaan Media dan Sumber Belajar. Hasil diagnosis guru menjadi data
utama yang digunakan dalam memilih media yang tepat sebagai alat bantu intervensi gangguan
kesulitan belajar peserta didik. Data gaya belajar menjadi pertimbangan jenis media yang sesuai
dengan peserta didik. Beberapa penelitian tentang penggunaan media pembelajaran untuk
mengatasi kesulitan belajar telah dilakukan.
4
2. Strategi Belajar Peserta didik Visual
Dorong peserta didik visual membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka Karena
para peserta didik visual belajar terbaik saat mereka mulai dengan gambaran keseluruhan,
melakukan tinjauan umum mengenai bahan pelajaran. Membaca bahan secara sekilas, misalnya
memberikan gambaran umum mengenai bahan bacaan sebelum mereka terjun ke dalam
perinciannya. Adapun strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai berikut:
a. Gunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna, lebih bagus lagi jika ditambah variasi
garis, lingkaran, grafik maupun gambar. Lalu, gantungkan kertas yang memuat
informasi penting di sekeliling ruangan pada saat guru menyajikannya.
b. Dorong peserta didik untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan peta,
diagram dan warna. Berikan waktu untuk membuatnya.
c. Berdiri tenang saat menyajikan segmen informasi; bergeraklah diantara segmen.
d. Bagikan salinan frase-frase kunci atau garis besar pelajaran, sisakan ruang kosong untuk
catatan.
e. Beri kode warna untuk bahan pelajaran dan perlengkapan, dorong peserta didik
menyusun pelajaran mereka dengan aneka warna.
Proses pembelajaran tidak selamanya berjalan dengan baik sesuai harapan, sering kali peserta
didik mengalami kesulitan belajar yang berdampak pada hasil belajar yang tidak maksimal. Hal
ini disebabkan adanya berbagai masalah yang muncul dalam proses pembelajaran baik faktor
internal maupun eksternal peserta didik.
Faktor internal dapat berupa kondisi fisik, psikologis, maupun tingkat intelegensi dari peserta
didik. Sedangkan faktor eksternal berasal dari kondisi di luar diri peserta didik, salah satunya
yaitu metode pembelajaran yang tidak tepat. Pemilihan metode mengajar merupakan salah satu
alternatif mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
diterapkan di kelas yaitu metode tutor sebaya (peer teaching). Model pembelajaran metode tutor
sebaya (peer teaching) ini menitikberatkan pada sharing knowledge, sharing ideas dan sharing
experience. Berikut akan dipaparkan penjelasan mengenai metode tutor sebaya (peer teaching).
5
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
kognitif mencakup berbagai aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu.
Dengan demikian, kognitif merupakan fungsi mental yang mencakup persepsi, pikiran,
simbolisasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat dari
kemampuan anak dalam penggunaan bahasa dan penyelesaian soal-soal matematika. Gangguan
kogniti f hendakn ya ditangani sejak anak masi h berada pada usi a prasekol ah. .
B. SARAN
Penulis memahami adanya kekurangan dalam pembuatan makalah. Untuk itu, kritik saran
yang membangun diperlukan agar dapat dipergunakan dikemudian hari.
6
DAFTAR PUSTAKA
Arnaldi, melani (2016). Mengatasi anak kesulitan belajar dengan intervensi metakognisi. Bandung :
seputaran bandung raya.
Pautina, A. R. (2016). Efektivitas Konseling Kognitif Dalam Mengatasi Disleksia Pada Anak Kelompok B
TK Damhil DWP UNG Kota Gorontalo Tahun Ajaran 2014/2015. Irfani, 12(1), 146-158.