Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN ANAK

RESUME MATERI PERTEMUAN 1

“HAKIKAT PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN DAN KESEKAHATAN


ANAK”

NAMA : Azzahra Firdausi Salma

NIM : 20003054

KELAS :B

DOSEN PENGAMPU : Ns. Setia Budi, M.Kep

A. Definisi Tumbuh Kembang Anak

Menurut Santrock (2011) tumbuh kembang anak usia pra sekolah


merupakan periode penting sebelum memasuki tahap berkembangan selanjutnya.
Orangtua sudah seharusnya mengetahui proses perkembangan anak agar dapat
menjadi pendidik yang lebih baik untuk anaknya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PMK RI)


nomor 66 tahun 2014 dalam (Rully Mujiastuti, 2018), pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga
dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Dari definisi pertumbuhan diatas,
pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan dimensi pada anak itu sendiri, karena
pertumbuhan pada anak tersebut dapat diukur dengan satuan panjang dan berat
(Tinggi Badan, Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh).

Sementara, definisi Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi


tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan dilakukan melalui
serangkaian tes yang tata cara pelaksanaannya sudah diatur dan sesuai dengan
standar, sehingga kesimpulan perkembangan anak dapat diperoleh dari hasil tes
tersebut.

Menurut (Nursalam, R., & Utami, 2005), kriteria pertumbuhan meliputi


tinggi badan, berat badan dan umur sedangkan kriteria perkembangan berupa
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi
dan kemandirian.

B. Teori-teori Perkembangan Menurut Para Ahli


1. Teori Albert Bandura
Dalam teorinya ia meyakini bahwa seorang anak mendapatkan informasi
serta kemampuan dengan melakukan pengamatan terhadap perilaku orang lain
yang ada disekitarnya.
Walaupun begitu, pengamatan yang dilakukan tersebut tidak selalu secara
langsung. Pengamatan ini dapat melalui tokoh fiksi yang ada di buku, film,
maupun proses pembelajaran aspek sosial yang dilakukannya berupa observasi.

2. Teori Sigmund Freud


Sigmund Freud menyatakan bahwa pengalaman seseorang di masa kecil
serta hasrat alam bawah sadar memiliki pengaruh terhadap perilaku individu. Ia
juga mengemukakan bahwa konflik yang ada pada berbagai tahapan tersebut
akan memiliki pengaruh hingga ke masa depan. Teori ini juga menyatakan
bahwa pada setiap usia anak, titik hawa nafsu yang dapat disebut juga sebagai
libido akan berbeda.
Seperti halnya pada usia anak 3 hingga 5 tahun, anak tersebut akan mulai
mengenali identitas seksualnya. Pada usia 5 tahun hingga masa pubertas, maka
akan memasuki tahapan laten dengan mempelajari berbagai hal seputar
seksualitas.
Jika seorang anak tidak berhasil untuk menuntaskan tahapan tersebut, maka
dapat berpengaruh pada karakternya saat dewasa nanti. Sigmund Freud juga
berpendapat bahwa sifat yang dimiliki individu sangat ditentukan melalui apa
yang dialami individu tersebut dimulai dari umur 5 tahun.

3. Teori Erik Erikson


Erik mengemukakan delapan tahapan perkembangan psikososial individu
yang berfokus terhadap interaksi sosial serta konflik. Berbeda dengan teori
Freud yang lebih berfokus terhadap aspek seksual seseorang, teori ini berfokus
pada interaksi sosial serta pengalaman seseorang yang menjadi penentunya.

Tahapan perkembangan anak yang ada pada teori ini juga digunakan untuk
menjelaskan proses individu sejak bayi hingga meninggal dunia. Berbagai
konflik yang dihadapi di setiap tahapan nantinya akan berpengaruh saat dewasa
kepada pembentukan karakternya.

4. Teori Behavioral
Teori perkembangan anak keempat yang dikemukakan oleh John B. Watson,
B.F. Skinner, serta Ivan Pavlov yang berfokus pada pengalaman individu
sepanjang hidupnya dalam pembentukan sifatnya hingga dewasa.
Pada perspektif teori ini, segala perilaku seseorang dapat dijelaskan melalui
pada pengaruh lingkungan. Teori behavioral juga memiliki fokus pada interaksi
lingkungan yang memiliki pengaruh terhadap karakter seseorang.
Dan yang membedakan teori ini dengan teori lainnya adalah teori behavioral
ini mengabaikan beberapa aspek seperti halnya perasaan maupun pikiran
seseorang.

5. Teori Jean Piaget


Teori perkembangan anak kelima yang dikemukakan oleh Jean Piaget yang
berupa teori kognitif. Fokus dari teori ini sendiri adalah pola pikir individu.
Dimana beliau mengemukakan bahwa seorang anak memiliki cara pikir yang
berbeda jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Pada teori ini juga proses berpikir dari individu menjadi pertimbangan
penting sebagai aspek yang menentukan cara pandang untuk memahami dunia
ini oleh seseorang. Terdapat beberapa tahapan yang dibedakan oleh teori ini,
sebagai berikut.
Sensorimotor Stage, yang terjadi ketika seorang anak berumur 0 bulan
hingga 2 tahun. Pada tahapan ini, pengetahuan yang dimiliki anak terbatas oleh
persepsi sensori serta aktivitas motoriknya saja.
Pre-Operational Stage, yang terjadi ketika seorang anak berumur 2 hingga
6 tahun. Pada tahapan ini, seorang anak mulai belajar untuk menggunakan
bahasa tanpa memahami konsep logika.
Concrete Operational Stage, yang terjadi ketika seorang anak berumur 7
hingga 11 tahun. Pada tahapan ini, seorang anak mulai memahami konsep atau
cara berpikir logis, namun masih belum memahami konsep abstrak.
Formal Operational Stage, yang terjadi ketika seorang anak berumur 12
tahun hingga dewasa. Pada tahapan ini, seorang individu sudah memiliki cara
berpikir abstrak serta kemampuan berpikir logis, analisis secara deduktif, dan
juga perencanaan sistematis.

6. Teori John Bowlby


Teori yang dikemukakan oleh John Bowlby ini masuk ke dalam teori
perkembangan sosial yang paling awal ditemukan. Ia mengemukakan bahwa
hubungan sejak dini yang terjadi antara seorang anak dengan pengasuhnya
memiliki peran penting pada perkembangannya.
Hubungan tersebut juga dapat berdampak pada hubungan sosial anak
tersebut seumur hidupnya. Pada teori ini, John Bowlby juga berpendapat bahwa
anak terlahir dengan adanya kebutuhan atas kasih sayang.
Hal tersebut juga menggambarkan mengapa seorang anak selalu ingin
berada di dekat pengasuhnya, yang kemudian dibalas dengan kasih sayang
tersebut.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


1. Herediter, Lingkungan, dan Kematangan
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah
faktor herediter. Selanjutnya, pengaruh yang lain datang dari lingkungan dalam
(inner) dan lingkungan luar (outer), yaitu dunia di luar diri seseorang mulai
dalam rahim hingga pembelajaran yang berasal dari pengalaman (Papalia, dkk.,
2009).
Perbedaan individual meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Banyak
perubahan yang khas pada bayi dan kanak-kanak awal, seperti kemampuan
berjalan dan bicara, yang umumnya berhubungan dengan kematangan tubuh dan
otak. Sejalan anak tumbuh menjadi remaja dan dewasa, perbedaan individual
dalam karakteristik bawaan dan pengalaman hidup memainkan peran yang lebih
besar (Papalia, dkk., 2009).
Proses-proses yang akan dilalui oleh setiap orang bervariasi dalam tempo
dan waktu. Meskipun dalam modul-modul selanjutnya kita akan berbicara
tentang milestones atau tanda-tanda perkembangan yang terkait pada usia
tertentu, usia tersebut semata-mata merupakan rata-rata untuk terjadinya
peristiwa tertentu. Misalnya, anak rata-rata mampu berjalan pada usia 12 bulan
dan berbicara pada usia 14 bulan. Namun, apabila terjadi penyimpangan yang
sangat ekstrim dari rata-rata yang ada, kita harus mulai mempertimbangkan
bahwa “ada sesuatu” yang terjadi pada perkembangan anak tersebut (Papalia,
dkk., 2009).
2. Konteks Perkembangan
1) Keluarga
Dengan makin banyaknya orang tua yang bekerja di luar rumah, anak-anak
menerima lebih banyak pengasuhan dari sanak keluarga, bahkan dari orang
yang tidak ada hubungan keluarga sama sekali, misalnya pembantu atau
pengasuh anak. Jika orang tua bercerai, anak mungkin akan tinggal dengan
salah satu dari orang tua atau mungkin berpindah mondar-mandir antara
rumah kedua orang tuanya. Rumah tangga mungkin pula akan meliputi orang
tua tiri dan saudara tiri. Kesemuanya itu tentu akan berpengaruh pada
perkembangan seseorang.
2) Status sosial ekonomi dan lingkungan tempat tinggal.
Kemiskinan, khususnya untuk jangka waktu yang lama, berpengaruh buruk
terhadap kesejahteraan fisik, kognitif, dan psikososial anak dan keluarga.
Anak dari keluarga miskin lebih rentan untuk memiliki masalah emosi dan
tingkah laku. Perkembangan kognitif serta performa sekolah mereka juga
lebih buruk (Evans dalam Papalia dkk., 2009). Sekali lagi, pengaruh buruk
yang ditimbulkan oleh kemiskinan bersifat tidak langsung. Pengaruh buruk
timbul akibat keadaan emosi orang tua serta praktek pengasuhan yang
dilakukan orang tua terhadap anak. Bagaimanapun, perkembangan yang
positif tetap dapat berlangsung pada anak-anak yang tumbuh dalam
kemiskinan (Kim-Cohen, Moffitt, Caspi, & Taylor dalam Papalia dkk., 2009).
3) Budaya dan ras/kelompok etnik
Budaya mengacu pada keseluruhan cara hidup dari masyarakat atau
kelompok meliputi adat, tradisi, belief (keyakinan), nilai, bahasa, dan produk-
produk fisik dari alat hingga karya seni (Papalia dkk., 2009). Semua tingkah
laku tersebut dipelajari dan diwariskan pada anggota-anggota kelompok
masyarakat di budaya tersebut. Dalam keluarga, nilai-nilai biasanya
diwariskan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
3. Pengaruh Normatif dan Non Normatif
Pengaruh normatif, yaitu kejadian-kejadian biologis atau yang berhubungan
dengan lingkungan yang mempengaruhi sebagian besar orang di dalam
masyarakat dalam cara yang serupa (Papalia dkk., 2009).
Pengaruh normatif terbagi dua, yaitu normative age-graded influences dan
normative history-graded influences (Papalia dkk., 2009). Pengaruh normative
age-graded sangat mirip untuk orang-orang pada kelompok usia tertentu.
Mencakup di dalamnya adalah waktu dari kejadian biologis yang dapat
diramalkan dalam rentang yang normal (Papalia dkk., 2009), misalnya usia saat
menstruasi pertama atau usia dicapainya menopause. Untuk waktu dari kejadian
yang berhubungan dengan lingkungan dapat dicontohkan dengan usia masuk
sekolah yang kurang lebih sama, yaitu antara usia 6-7 tahun atau usia pensiun
seseorang yang umumnya merentang dari usia 55 hingga 65 tahun.
4. Pengaruh Waktu: Periode Sensitif atau Kritis

Periode kritis adalah waktu tertentu ketika munculnya suatu kejadian ataupun
ketidakhadiran suatu kejadian mempunyai pengaruh khusus pada perkembangan
seseorang (Papalia dkk., 2009). Sebagai contoh, kejadian yang berlangsung pada
saat kehamilan. Jika ibu yang hamil terkena sinar X, memakan obat-obatan tanpa
konsultasi dengan dokter kandungan, atau mengalami penyakit tertentu pada
waktu-waktu tertentu selama kehamilan, bayinya dapat berisiko mengalami
masalah tertentu kelak. Periode kritis juga terjadi di awal masa kanak-kanak.
Seorang anak yang kurang mendapatkan pengalaman tertentu selama periode
kritis dapat menunjukkan hambatan dalam perkembangannya.

Konsep periode kritis sebenarnya mendatangkan kontroversi. Mengapa? Karena


banyak aspek perkembangan manusia, bahkan dalam domain fisik, menunjukkan
plasticity, atau kemampuan untuk memodifikasi performa (Papalia dkk., 2009).
Sebagai contoh, anak yang selama usia kanak-kanak awal tidak distimulasi oleh
orang tua dalam kegiatan-kegiatan yang mengarah pada kemampuan menulis dan
membaca (misalnya kegiatan mewarnai, menarik garis, mengenal bangun-bangun
geometri yang berbeda), mungkin akan mengalami hambatan dalam kemampuan-
kemampuan menulis dan membaca ketika ia mulai bersekolah di sekolah formal,
namun hal ini dapat diperbaiki dengan mengikutsertakan anak dalam terapi
remedial.

REFERENSI

Hildayani, R., Sugianto, M., Tarigan, R. and Handayani, E., 2014. Psikologi
perkembangan anak.

Susilowati, E., Mujiastuti, R., Ambo, S.N. and Sugiartowo, S., 2019. STIMULASI,
DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK
PADA POSYANDU KELURAHAN PENGGILINGAN JAKARTA
TIMUR. Jurnal Pengabdian Masyarakat Teknik, 1(2), pp.59-68.

Winarsih, B.D. and Hartini, S., 2020. Peningkatan pengetahuan guru paud tentang
deteksi tumbuh kembang anak menggunakan KPSP. Jurnal Pengabdian
Kesehatan, 3(2), pp.100-108.

Anda mungkin juga menyukai