Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBELAJARAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar

DOSEN PEMBIMBNG:

Dr. Irdamurni, M.Pd.

Oleh kelompok :

1. Intan Aulia 20003070

2. Rara Ajeng Pratiwi 20003030

3. Teguh Shulha Shiddqi 20003149

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVESITAS NEGERI PADANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat allah yang mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-NYA lah
penulis dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Makalah ini di susun guna memenuhi tugas pada
mata kuliah Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar di Universitas Negeri Padang. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dan penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah


membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.wassalamualaikum Wr.Wb

Padang,20 September 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A... Latar Belakang........................................................................................... 1


B... Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C... Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2

A... Strategi layanan anak gangguan persepsual motor.................................... 2


B... Program intervensi anak gangguan persepsual motor..............................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A... Kesimpulan.............................................................................................. 15
B... Saran .......................................................................................................15

DAFTAR RUJUKAN........................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan dengan
maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik. Menurut Sugiyanto, (2007: 85)
menyatakan bahwa perseptual motorik adalah kemampuan menginterpretasi stimulus yang
diterima oleh organ indera. Kemampuan perseptual berguna untuk memahami segala sesuatu
yang ada di sekitar, sehingga seseorang mampu berbuat atau melakukan tindakan tertentu
sesuai dengan situasi yang dihadapi. Misalnya ketika seseorang sedang bermain bola, ia dapat
melihat bola dan memahami situasi bola, sehingga ia dapat memainkan bola sesuai dengan
situasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Strategi layanan anak gangguan persepsual motor

2. Apa saja Program intervensi anak gangguan persepsual motor

C. Tujuan

1. Mengetahui apa saja Strategi layanan anak gangguan persepsual motor

2. Mengetahui apa saja Program intervensi anak gangguan persepsual motor

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Layanan Anak Gangguan Persepsual Motor

Perseptual motorik mengkaitkan antara fungsi kognitif dan kemampuan gerak. Menurut Clifton
yang dikutip oleh Hari Amirullah Rachman (2003: 79) menjelaskan bahwa perseptual motorik
terbentuk atas dua sistem, yaitu sistem persepsi dan sistem indera. Kedua sistem ini tidak dapat
dipisahkan, hal ini dikarenakan seseorang tidak mungkin melakukan aktivitas gerak tanpa persepsi dan
sebaliknya. Perseptual motoric memiliki peranan terhadap prestasi akademik.

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik. Menurut Sugiyanto, (2007: 85) menyatakan bahwa
perseptual motorik adalah kemampuan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh organ indera.
Kemampuan perseptual berguna untuk memahami segala sesuatu yang ada di sekitar, sehingga
seseorang mampu berbuat atau melakukan tindakan tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Misalnya ketika seseorang sedang bermain bola, ia dapat melihat bola dan memahami situasi bola,
sehingga ia dapat memainkan bola sesuai dengan situasi.

Thomas Lee yang dikutip oleh Hari Amirullah Rachman (2003: 80) menjelaskan pengaruh
perseptual motorik pada fungsi kognitif diantaranya:

1) Terdapat akibat dan keterkaitann langsung antara kemampuan perseptual motorik dan prestasi
akademik
2) Perseptual motorik melandasi kesiapan dan penampilan akademis. Hal ini dapat dicontohkan
bahwa koordinasi mata tangan yang baik merupakan prasyarat untuk kemampuan menulis.

Rusli Lutan (2001: 78) menyatakan bahwa kualitas gerak seseorang bergantung pada perseptual
motorik. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam pemberian atau contoh pelaksanaan tugas gerak,
kemampuan anak untuk melakukan tugas yang dimaksud, bergantung pada kemampuannya
memperoleh informasi dan menafsirkan makna informasi tersebut. Kemampuan menangkap
informasi serta menafsirkan dengan cermat, maka pelaksanaan gerak yang serasi akan lebih bagus
daripada kemampuan perseptual motorik yang kurang cermat. Perseptual motorik adalah sebuah
proses pengorganisasian, penataan informasi yang diperoleh dan kemudian disimpan, untuk
kemudian menghasilkan reaksi berupa pola gerak. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa perseptual
motorik merupakan sebuah proses perolehan dan peningkatan keterampilan dan kemampuan untuk
berfungsi.
1
Proses terjadinya perseptual motorik melewati beberapa tahapan, yang meliputi: masuknya
rangsang melalui saraf sensoris, perpaduan rangsang, penafsiran gerak, pengaktifan gerak, dan umpan
balik. proses terjadinya perseptual motorik, sebagai berikut:
1. Masukan rangsang melalui saraf sensoris: aneka rangsangan yang telah ditangkap melalui saraf
sensoris, seperti: penglihatan, pendengaran, perabaan, dan kinestetis. Rangsang yangtelah diterima
itu kemudian diteruskan ke dalam otak dalam bentuk pola energi saraf.
2. Perpaduan rangsang: rangsang yang telah diperoleh kemudian dipadukan atau disimpan
bersama-sama dengan rangsang yang pernah diperoleh dan disimpan dalam memori.
3. Penafsiran gerak: berdasarkan pemahaman rangsang yang telah diterima, maka akan diputuskan
pola gerak. Respon ini merupakan jawaban terhadap kombinasi antara rangsang yang diterima
dan informasi yang tersimpan dalam memori.
4. Pengaktifan gerak: pada tahap ini merupakan terjadinya gerak yang sesungguhnya dilaksanakan.
Gerak ini dapat diamati.
5. Umpan balik: pada tahap ini merupakan evaluasi gerak yang dilaksanakan melalui berbagai alat
indra, yang selanjutnya informasi umpan balik itu, diteruskan ke beberapa sumber masukan
informasi, seperti: dari pengamatan atau perasaan. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan gerak
sesuai dengan koreksi yang diperoleh. Perseptual motorik seseorang dibentuk oleh beberapa
unsur, yaitu: kesadaran tubuh, kesadaran ruang, kesadaran arah, dan kesadaran tempo. Gangguan
pada perseptual motorik dapat terjadi pada setiap anak. Beberapa contoh gangguan perseptual
motorik pada anak diantaranya:
1) Tidak dapat mengidentifikasi bagian tubuh.
2) Tidak dapat meyentuh bagian-bagian tubuh atas perintah dari seorang guru.
3) Tidak dapat menirukan gerakan yang telah dicontohkan oleh guru.
4) Tidak dapat mengubah posisi dalam sebuah ruang.
5) Tidak dapat melakukan gerakan keseimbangan statis maupun dinamis.

Mendeteksi gangguan perseptual motoric. Upaya untuk memengenali atau mendeteksi gangguan
perseptual motorik pada anak, dapat dilakukan dengan tes perseptual motorik. Menurut Claudine Sherill
(1993: 324-325), ada beberapa cara untuk mendeteksi gangguan perseptual motorik, diantaranya :

1. Mengidentifikasi atau mengenali bagian tubuh.

Tujuan: untuk pendengaran, ingatan dan sekuensi/penggiliran/urutan Cara:

a. Menyentuh bagian tubuh secara satu per satu yang disebutkan oleh guru.
b. Menyentuh dua bagian tubuh secara bersama yang disebutkan oleh guru

2
c. Menyentuh lima bagian tubuh secara berurutan yang telah disebutkan oleh guru.
d. Melakukan semua gerakan di atas (dari a-c) dengan mata tertutup.
2. Menyentuh kanan-kiri bagian anggota badan yang berlawanan.

Tujuan: untuk pendengaran, ingatan, dan sekuensi/penggiliran/urutan Cara:

a. Menyentuh bagian tubuh dan permukaannya setelah guru selesai memberikan


perintah, yang meliputi:
1) Menggunakan tangan kanan kemudian menyetuh bagian tubuh yang berada di
sebelah kanan.
2) Menggunakan tangan kanan kemudian menyetuh bagian tubuh yang berada di
sebelah kirim
3) Menggunakan tangan kiri kemudian menyetuh bagian tubuh yang berada di
sebelah kiri
4) Menggunakan tangan kiri kemudian menyetuh bagian tubuh yang berada di
sebelah kanan.
b. Memberikan kesempatan untuk menyentuh bagian tubuh temannya, anak akan
mengikuti instruksi tanpa demonstrasi. Anak diharapkan melakukan :
1) Menggunakan tangan kanan untuk menyentuh bagian tubuh sebelah kanan
temannya
2) Menggunakan tangan kanan untuk menyentuh bagian tubuh sebelah kiri
temannya.
3. Mengubah (berubah) posisi dalam suatu ruang.

Tujuan: untuk pendengaran, ingatan dan sekuensi/penggiliran/urutan Cara:

a. Memberikan kesempatam kepada anak untuk mengidentifikasi kedudukannya atau


posisinya dengan objek atau benda yang tetap.
1) Berdiri di depan, di belakang, di samping kanan, dan di sebalah kiri
sebuah kursi.
2) Berlari menuju base pertama dalam lapangan softball.
3) Memperagakan posisi pemain bagian kanan, tengah dan kiri pad permainansoftball.
4) Menempatkan posisi pada sebuah lingkaran, empat persegi Panjang dan bentukyang
lain di lantai.
5) Memanjat tali atau horisontal bar.

3
b. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengikuti perintah, perintah verbal dalam
pemanasan tanpa memberi contoh.
1) Melakukan gerakan posisi latihan dasar, seperti: half squat, squat, kneel,long
sitting, supine lying, hook lying, hook sitting, cross legge sitting.
Memperagakan perbedaan posisi kaki dalam merespon sebuah perintah: wide
base, narrow base, square stance, colsed stance, dan open stance.
2) Menampilkan gerakan-gerakan tertentu sebanyak lima kali berturut turut.
Gunakan delapan hitungan untuk setiap gerakan dan ulangi kemudian berhenti
dalam hitungan tertentu.
4. Melintasi garis tengah.

Tujuan: untuk pendengaran, ingatan dan sekuensi/penggiliran/urutan Cara: memberi kesempatan


pada anak untuk menggerakan lengan kanan menyilang garis tengah melalui perintah verbal tanpa
memberi contoh.

a. Melempar bola ke arah diagonal


b. Menggelindingkan bola dengan posisi kaki berlawanan dengan tangan yang
menggelindingkan.
c. Melakukan back hand tenis.
d. Menangkap pantulan bola dari tembok yang datang ke arah kiri badan
e. Melontarkan bola tenis ke atas tegak (vertikal) di depan bahu kiri.
5. Meniru gerakan.

Tujuan: visualisasi, ingatan, dan pengurutan Cara

a. Memberi kesempatan kepada anak untuk meniru gerakan lengan dan tungkai yang
dicontohkan
1) Meniru gerakan bilateral
a) Meniru gerakan-gerakan lengan secara bersama atau sendiri,
sementara tungkai tetap atau diam.
b) Menggerakan kaki secara bersama-sama atau sendiri, sementara
lengan tetap atau diam.
c) Menggerakkan empat anggota tubuh secara bersama-sama atau
sendiri-sendiri secara berurutan.
d) Mengkombinasikan tiga macam gerakan secara beruruta
2) Meniru gerakan-gerakan unilateral
4
a) Menggerakkan lengan kanan dan tungkai kanan secara sendiri
sendiri atau bersama-sama, sementara bagian kiri tetap.
b) Gerakan sebaliknya, dari gerakan di atas.
c) Meniru gerakan-gerakan menyilang ke samping.
d) Menggerakkan lengan kanan dan tungkai kanan secara sendiri
sendiri atau bersama-sama, sementara bagian kiri tetap.
e) Gerakan sebaliknya, dari gerakan di atas.
f) Menggerakkan lengan kanan dan tungkai kiri secara sendirisendiri atau
bersama-sama atau bersamaan secara berurutan, sementara yang lain
tetap.
g) Melakukan gerakan sebalikanya, dari gerakan di atas.
b. Memberi kesempatan untuk meniru gerakan lengan dari guru tanpa intstruksi verbal.
1) Mulai dan berhenti ke dua lengan secara simultan.
2) Meniru secara benar enam dari sembilan gerakan.
c. Memberi kesempatan untuk meniru gerakan lengan dari guru yang memegang raket atau
alat olahrga lainnya, tanpa instruksi verbal dengan benar dari sebelas gerakan.
6. Meniru gerakan olahraga

Tujuan: visualisasi, ingatan dan urutan Cara: memberi kesempatan untuk meniru gerakan guru
memanipulasi bola tenis, tanpa instruksi verbal.

1) Meniru gerakan guru dengan benar menggunakan lengan kanan


seperti yang diperagakan guru.
2) Melempar bola ke atas setinggi/persis atau sama dengan yang dipergakanguru.
3) Memantulkan bola di depan, di samping dan variasinya.
4) Memantulkan bola dengan ketinggian seperti yang diperagakan guru.
7. Jejak visual (visual tracking).

Tujuan: pengamatan visual, ingatan dan pengurutan Cara:

a. Memberi kesempatan kepada anak untuk menggunakan matanya mengikuti jejak.


1) Mengikuti gerakan guru yang bergerak ke kiri atau ke kanan.
2) Mengikuti gerakan guru melakukan gerak berputar atau berkeliling.
3) Mengikuti gerakan guru secara acak dan berurutan.
b. Memberi kesempatan mengamati dan mengikuti benda-benda bergerak.

5
1) Mengikuti gerakan benda-benda yang bergerak yang dilempar guru sampai ke
arah jatuhnya benda tersebut.
2) Bergerak mengikuti benda-benda yang bergerak yang dilemparkan guru
kemudian menangkapnya.
3) Bergerak mengikuti benda-benda yang bergerak yang dilemparkan guru
kemudian memukulnya sebelum jatuh.
c. Memberi kesempatan untuk mengikuti jejak bola yang bergulir kearahnya.
1) Menghentikan bola yang bergulir ke arah samping kanan.
2) Menghentikan bola yang bergulir ke arah tengah.
3) Menghentikan bola yang bergulir ke arah samping kiri.
8. Keseimbangan statis

Tujuan: visual atau auditori Cara: memberi kesempatan untuk mengembangkan keseimbangan
statis.

a. Berdiri dengan satu kaki selama 10 detik dengan mata tertutup.


b. Berdiri dengan satu kaki dengan ujung kakinya selama 10 detik.
c. Berdiri dengan satu kaki di atas benda seperti balok, batu, bata dan sebagainya.
d. Berdiri di atas satu lutut.
e. Berdiri dengan satu kaki dan kaki lainya squat.
f. Melakukan head stand.
g. Mengulangi ferakan-gerakan keseimbangan di atas dengan mata tertutup.
9. Keseimbangan dinamis

Tujuan: visual atau auditori Cara:memberi kesempatan anak untuk mengembangkan


keseimbangan dinamis.

a. Berjalan di atas garis lurus.


b. Melompat ke belakang lima kali berturut-turut tanpa kehilangan keseimbangan.
c. Berjalan di atas balok titian dengan membawa beban di tangan kanan limakilogram.
d. Berjalan dengan melakukan squat pada balok keseimbangan.
e. Berjalan dan berputar di atas balok titian sebanyak tiga kali putaran.
f. Melakukan loncatan seperti kangguru sambil memantul-mantulkan bola di antarakedua
kakinya.
10. Dominasi lateral

6
Tujuan: visual dan auditori Cara: memberi kesempatan mengeksplorasi gerakan yang
memungkinkan dengan menggunakan raket, bad, tali dan lain sebagainya.

a. Dapat mendemonstrasikan beberapa keterampilan dengan menggunakan tangan yang


lebih disukai daripada yang tidak disukai.
b. Dapat menampilkan kecenderungan lengan yang biasa digunakan secara konsistendaipada
lengan lain.

Mengenai Strategi Layanan Anak Gangguan Perseptual Motor. Terdapat :

1. Strategi Pengembangan Motorik Kasar

Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar
dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga
dan sebagainya. Karakteristik bagi anak usia dini adalah bermain, merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi anak.

Dengan bermain anak dapat bereksplorasi dan dapat mengembangkan motorik kasar, agar
motorik kasar pada anak usia dini dapat berkembang secara optimal maka dirancanglah berbagai
bentuk permainan-permainan yang menarik bagi anak. Tugas perkembangan jasmani berupa
koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan
menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar.

Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya,
seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada
usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini
menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang
mengandung bahaya.

1) Berlari.

Orang tua bisa melakukan kegiatan ini di halaman, atau di ruangan yang luas untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam rumah. Lakukan improvisasidengan
menggunakan bendera, kartu unik, atau benda yang dioper.

7
2) Memanjat.

Jika di dekat rumah Orang tua ada taman bermain yang terbuka untuk umum, Orang tua bisa
mengajak anak-anak Orang tua untuk bermain di area memanjat. Atau, buatlaharea memanjat
sendiri di rumah dengan menggunakan meja dan kursi. Untuk menghindari ada yang terluka,
usahakan agar Orang tua menyediakan matras untuk mendarat jika mereka melompat.

3) Permainan jingkat.

Dalam bahasa Jawa disebut engklek. Permainan ini baik untuk melatih keseimbangan dan
koordinasi tubuh si kecil.

4) Main bola. Apapun jenis permainan bolanya, ini sangat bagus untuk melatih kekuatan otot
anak-anak
Menurut Catron menyatakan: "Permainan merupakan wahana yang memungkinkan anak
berkembang secara optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek
perkembangan anak ketika anak bermain, memungkinkan anakbelajar tentang diri mereka sendiri,
orang dan linkungannya dalam bereksplorasi dan menciptakan sesuatu". Ericson menambahkan
bahwa bermain sangat berguna sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri, membantu anak
menguasai kecemasan-kecemasan dan konflik-konfliknya. Permainan mampu meredakan
ketegangan sehingga anak dapat melakukan penyesuaian diri dengan permasalahan-permasalahan
hidupnya dan bermain memungkinkan anak menyalurkan energi fisiknya dan meredakan
ketegangannya, Strategi pengembangan penghayatan dan kesadaran tubuh menunjuk bagian-
bagian tubuh, permainan puzzle, mencari yang hilang, menggambar seukuran tubuh, meraba
berbagai bagian tubuh, permainan pantomim, mengikuti perintah, membuat estimasi, ekspresi
wajah, dan aktivitas air.
2. Strategi Pengembangan Motorik Halus

Persiapan dan alat-alatnyapun sangat mudah didapatkan di sekitar kita bahkan itu adalah
sesuatu yang tanpa kita sadari bisa dijadikan sebagai sebuah pembelajaran buat si anak. Adapun
aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan adalah:

1) Senam Tangan

Kegiatan membuka dan menutup tangan secara berulang-ulang disertai dengan


nyanyian adalah sesuatu yang

2) Menggunting Kertas.

8
Kegiatan ini sangat baik sekali karena melatih otot-otot tangan, usahakan posisi
dalam memegang gunting tepat karena kegiatan memegang dan menggerakkan gunting
sama halnya dengan menulis, maka jikalau salah maka akan berpengaruh dengan cara
anak menulis.

3) Menempel

Menempel adalah kegiatan yang melibatkan visual, imajinasi dan motorik halus
anak. Cobalah dengan gambar yang lebih sederhana seperti gambar sebuah mobil
kemudian anak disuruh menempel pada bidang kertas yang kosong.Setelah anak mulai
terbiasa dengan hal ini maka naiklah tingkat kesulitan tempelan dengan cara membuat
gambar kemudian si anak menempel pada kertas yang sebelumnyasudah diberikan pola
yang sama dengan gambar yang akan ditempel.

4) Menyambung titik-titik

Kegiatan menyambung titik-titik ini mengajarkan kepada anak untuk melatih


kekuatan tangan, ketelitian, konsentrasi dan kesabaran, untuk anak yang masih belajar
maka jangan terlalu memaksakan untuk mendapatkan hasil yang baik tapi teruslah
berikan dia latihan dan semangat agar dia bisa menyelesaikan denganbaik.

5) Melipat kertas

Melipat kertas dengan menggunakan kertas origami adalah sesuatu yang sangat
menyenangkan bagi anak karena bisa dibuat apa saja, mulailah dengan kegiatan melipat
yang sederhana seperti melipat bentuk segitiga, segiempat kemudian ke bentuk yang
agak sulit. Yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak menekan
lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan
anak

6) Plastisin

Plastisin sering dipakai dalam kegiatan mengasah keterampilan motorik dan


kreatifitas karena bahannya yang Stimulus yang ditujukan pada pancaindra anak akan
direspons secara motorik sehingga orang lain dapat memahami maksud melalui bahasa
tubuh anak. Dengan dasar pemahaman ini, metode sensomotorik membantu anak yang
mengalami gangguan perkembangan.

3. Strategi Pengembangan Persepsi Auditoris Dan Visual


9
Metode sensorik merupakan pelatihan yang mengajak anak untuk mau mencoba sendiri.
Dari mencoba sendiri, anak bisa lebih memahami apa yang sedang dicobanya, bisa memperbaiki
sesuatu jika ia anggap salah, juga bisa berkreasi dengan lebih baik lagi. Metode ini termasuk
dengan bagaimana para terapis dan guru ikut mengasah persepsi visual dan auditori anak,
sehingga anak mampu mengekspresikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Metode
sensomotorik meliputi:

1) Persepsi visual untuk meningkatkan pemahaman visual


2) Mengembangkan motorik anak untuk mengontrol gerakan tubuh
3) Pengekspresian secara verbal pikiran dan perasaan
4) Kemandirian sehingga anak bisa bersosialisasi dengan tepat dan dapat mengatasi
permasalahan

Metode sensomotorik bertujuan agar anak selalu mau mencoba bertahan hidup
dalam kondisi apa pun, sanggup mengembangkan pikirannya untuk sesuatu yang baru,
sanggup bersaing dengan siapa pun, sanggup mengutarakan apa yang dipikirkan dan
dirasakannya, sanggup bekerja dalam tim, serta menjadi kreatif, imajinatif, fleksibel, dan
bertanggung jawab. Pada saat metode ini dilakukan, anak-anak mengikutinya tanpa merasa
tertekan. Setiap hari kita akan melihat ketertarikan dari anak sebagai torang tua adanya
perbaikan perkembangan, baik secara fisik maupun kejiwaan. Selain itu, anak-anak
berkembang secara individual sesuai karakter masing-masing, dan mau bermain dengan
teman-teman di sekitarnya.

4. Strategi pengembangan persepsi heptik (taktil dan kinestetik)


Persepsi heptik dapat dikembangkan dengan berbagai cara seperti marasakan macam- macam
tekstur, papan raba (touch board), merasakan bentuk, merasakan temperature, merasakan bobot,
mencium, atau menjiplak pola. e. Strategi untuk mengembangkan integrasi sistem perseptual Integrasi
visual ke auditoris dapat diperoleh dengan menyuruhanak melihat suatu pola titik-titik dan garis-garis;
kemudian menyuruh anak menirukan pola tersebut dalam bentuk ritmis pada drum. Integrasi auditoris
ke visual dapat diperolehdengan menyuruh anak mendengarkan irama ritmis dan memilih salah satu pola
visual titik dan garis yang sesuai dari beberapa pilihan. Integrasi auditoris ke motor visual dapat
diperoleh dengan meminta anak mendengarkan irama ritmisdan mengalihkan irama tersebut ke suatu
bentuk visual dengan menuliskan pasangan titik dan garis.

B. Program Intervensi Anak Gangguan Persepsual Motor

10
Intervensi dilakukan untuk menetapkan cara-cara apakah yang patut digunakan untuk
merencanakan perbaikan masalah yang ditemukan dalam proses diagnosa yang sebelumnya telah
dilakukan identifikasi. Dengan deteksi sedini mungkin, akan dapat mengetahui lebih awal dalam
pemberian stimulasi yang sesuai dengan masalah yang dialami seorang anak. Stimulasi merupakan salah
satu bentuk program intervensi yang diberikan kepada anak, khususnya anak dengangangguan perseptual
motor yang dibantu oleh ahli seperti dokter.

Berikut beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk membuat anak dengan gangguan perseptual
motor menjadi lebih baik:

1. Terapi Okupasi

Salah satu jenis terapi yang dapat membuat anak dengan gangguan dispraksia menjadi
lebih baik adalah terapi okupasi. Metode ini dapat membantu anak-anak tersebut mendapatkan
keterampilan motorik dan belajar melakukan tugas-tugas dasar yang dibutuhkan pada kehidupan
sehari-hari. Beberapa kemampuan tersebut, seperti menulis, mengetik, mengikat sepatu, hingga
berpakaian.

2. Terapi Wicara dan Bahasa

Terapi lainnya yang dilakukan untuk mengatasi gangguan dispraksia pada anak adalah
terapi wicara dan bahasa. Kelainan tersebut dapat memengaruhi koordinasi otot yang digunakan
untuk berbicara. Maka dari itu, jenis terapi ini sangat dibutuhkan oleh anak agar dapat berbicara
dengan lancar di masa depan. Terapis akan membantu untuk berkomunikasi dengan kemampuan
terbaik anak dan meningkatkan kemampuan tersebut.

3. Pelatihan Motorik Perseptual

Metode ini berhubungan dengan peningkatan kemampuan bahasa, visual, gerakan, hingga
pendengaran anak. Cara ini akan memberikan serangkaian tugas secara bertahap agar anak
tertantang sehingga membuatnya lebih baik. Namun, terapis akan tetap memperhatikan tugasnya
agar tidak timbul perasaan frustasi atau stres akan tetap memperhatikan tugasnyaagar tidak timbul
perasaan frustasi atau stress karenanya.

Upaya mengembangkan kemampuan gerak dasar pada anak taman kanak-kanak dapat
dilakukan melalui berbagai macam bentuk aktivitas jasmani berbasis perseptual motorik. Model
aktivitas jasmani berbasis perseptual motorik, memberikan pengaruh pada kemampuan gerak
dasar anak taman kanak-kanak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian:

11
1. Perseptual motorik memiliki hubungan dengan kemampuan gerak dasar pada anakusia 5-
7 tahun (Hyungmin & Johan, 2012).
2. Intervensi program perseptual motorik pada anak usia 6-7 tahun efektif meningkatkan
keterampilan motorik kasar dan halus serta kemampuan membaca dan mengeja (Botha &
Africa, 2020).
3. Program latihan perseptual motorik dapat mengembangkan kemampuan kelincahan,
berlari, keseimbangan, koordinasi dan kekuatan pada anak usia 8-11 tahun yang
mengalami high function autistic disorder (Azar & Akbar, 2018).
4. Program perseptual motorik yang diberikan pada anak Taman Kanak-Kanak usia 4-6
tahun dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar dan halus (Sajedi & Barati, 2014).
5. Pengembangan perseptual motorik dapat dikembangkangkan secara optimal pada anak
usia 3-6 tahun (Johnstone & Ramon, 2011).
6. Keterlibatan unsur-unsur perseptual motorik dalam tugas gerak, melalui sebuah bentuk
permainan sangat perlu dilakukan oleh guru, agar menarik dan membuat siswa senang
(Ningrum & Sukoco, 2017).
7. Perceptual Motor Training (PMT) memberikan pengaruh terhadap perkembangan
motorik kasar anak usia 5-6 tahun.

Peningkatan motorik kasar anak dapat dilihat dari anak yang mampu untuk melakukan berbagai
macam gerak lokomotor, gerak manipulatif, dan keseimbangan dengan benar dan terarah(Lukmawati et al.,
2019). Sehubungan dengan penguasaan keterampilan motorik dasar ini maka dibutuhkan proses belajar.
Proses belajar ini diawali dengan adanya rangsangan sehingga menimbulkan kesan dan kemudian
harapannya dicontoh oleh anak. Berikut akan dibahas proses ransangan sehingga menjadi proses belajar
yang dikaitkan dengan perseptual motor program. Wiliam dan DeOreo dalam Corbin (1980: 138)
menjelaskan proses terjadinya sebuah gerakan sebagai berikut: Information input The performer’s
central nerver system Information input movement

Proses perseptual ini melibatkan judgement individual atau keuputusun yang dibuat secarab
individual berdasarkan pengalaman masa lalu dan situasi rangsangan saat itu. Judgment atau kuputusan
merupakan dasar untuk melakukan gerakan. Lebih lanjut proses motorik ini oleh Massaro (1975) dalam
Wiliam dan DeOreo dikatakan ada empat phase fase pengambilan informasi, fase interaksi antara
rangsangan dengan informasi, fase analisis informasi rangsangan, fase penyimpanan, dan terakhir fase
respon (Corbin, 1980: 138).

Program ini disusun untuk mengembangkan bentuk gerak dasar agar anak siap mengikuti
aktivitas gerak pada tingkatan selanjutnya. (Gallahue, 1982: 6) membagi tahapan gerak anak terdiri atas 4
12
tahapa yaitu reflextive movement phase, redimentary movement phase, fundamental movement phase,
sport related movement phase. Bulluss and Coles (2007: 7) membagi tahapan ini lebih rinci dengan
tingkatan sebagai berikut

Keluaran program perseptual motor merupakan proses dari gerak Gerak melihat, mendengar,
meraba, pemrosesan informasi, membuat persepsi sebagai dasar untuk bereaksi. Pengalaman dalam
langkah ini memiliki berbagai kemungkinan yang berbeda. Motor out come, hasil atau reaksi dari empat
langkah presedur yang akan menghasilkan lokomotor, keseimbangan, koordinasi mata- tangan dan kaki
serta kebugaran. Hasil persepsi merupakan proses dalam membuat keputusan pada langkah ketiga dalam
langkah prosedur yang akan menghasilkan self body image, kontrol tubuh, laterarity and directionality,
space awareness anda time body rhythm. Pada lingkaran outcome akan dihasilkan bahasa, memory,
keterampilan pendidikan jasmani pemecahan masalah dan rasa percaya diri termasuk di dalamnya
keterampilan meniru.

Sehingga program ini perlu untuk dikembangkan agar anak-anak lebih mendapat kesempatan
untuk meningkatkan kemampuan motorik dasar. Meskipun tidak menutup kemungkinan bagianbagian
13
kecil dari program perseptual motor ini telah dilaksanakan, hanya sajabelum terstruktur terlebih. Hal kedua
yang perlu menjadi pertimbangan adalah penguasaanketerampilan motorik dasar pada anak-anak sebelum
sekolah dasar belum begitu mendapat perhatian. Permendiknas no 52 tahun 2009 tentang kriteria dan
perangkat akreditasi taman kanak- kanak/raudhatul athfal (TK/RA), belum menunjukkan operasional
gerakan yang terkandung dalamfase dan umur perkembangan gerak anak seperti halnya yang dikatakan
oleh Graham (2005), Gallahue (1982) dan Bullus (2007).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Intervensi dilakukan untuk menetapkan cara-cara apakah yang patut digunakan


untuk merencanakan perbaikan masalah yang ditemukan dalam proses diagnosa yang
sebelumnya telah dilakukan identifikasi. Dengan deteksi sedini mungkin, akan dapat
mengetahui lebih awal dalam pemberian stimulasi yang sesuai dengan masalah yang dialami
seorang anak. Stimulasi merupakan salah satu bentuk program intervensi yang diberikan
kepada anak, khususnya anak dengan gangguan perseptual motor yang dibantu oleh ahli
seperti dokter.

B. Saran

Dalam pembahasan makalah diatas, penulis meminta maaf kepada pembaca jika
selama penulisan makalah banyak menemui kesalahan baik dalam kata maupun kalimat. Dan
juga penulis ingin meminta saran jika makalah ini masih banyak kekurangan, dengan saran
yang membangun maka akan menambah kebaikan dalam penyusunan makalah ini.

15
DAFTAR RUJUKAN

Yudanto. (2015). UPAYA GURU PENJAS DALAM MENDETEKSI GANGGUAN


PERSEPTUALMOTORIK PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Paper Knowledge .
Toward a Media History ofDocuments, 3(April), 49–58.

Yudanto, Y. (2020). Pengaruh model aktivitas jasmani berbasis perseptual motorik


terhadap gerak dasar manipulatif anak taman kanak-kanak. Jurnal SPORTIF : Jurnal
Penelitian Pembelajaran, 6(1), 92–104. https://doi.org/10.29407/js_unpgri.v6i1.13976

Nurina, Titis, dkk. (2017). Identifikasi Gangguan Perseptual Motorik Pada Siswa Tk
Aisyiyah Kota Sukabumi, Vol VIII, No.2.

16

Anda mungkin juga menyukai