Anda di halaman 1dari 20

Makalah Balajar Motorik

BELAJAR MOROTIK” (TEORI, PRINSIP, DAN ASPEK BELAJAR


GERAK)”

NAMA : IKE ARDHIANA

NIM : 2022151097

KELAS : 1C

MK : TEORI BELAJAR MENGAJAR MOTORIK

DOSEN PENGAMPU

Dr. JUJUR GUNAWAN MANULIANG M.Pd

JURUSAN : PENDIDIKAN JASMANI

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, atas kehendak dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan

makalah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah

menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran Islam yang

sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam

semesta.

Penulis sangat berharap makalah sederhana ini dapat berguna dalam

rangka menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Belajar

Motorik dengan judul (TEORI, PRINSIP, DAN ASPEK BELAJAR

GERAK). Penulis juga menyadari bahwa di dalam makalah ini

terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat

berguna bagi penulis sendiri maupun kepada para pembaca. Terima

kasih atas segala bantuan dan perhatian yang telah diberikan. Mohon

maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.


DAFT AR ISI
Kata pengantar----------------------------------------------------------- i

Daftar isi---------------------------------------------------------------- ii

BAB I : Pendahuluan---------------------------------------------------- 1

1.      Latar belakang---------------------------------------------------- 1

2.      Tujuan------------------------------------------------------------- 1

3.      Rumusan masalah------------------------------------------------- 1

BAB II : pembahasan---------------------------------------------------- 2

A.      Teori belajar gerak---------------------------------------------- 2

B.      Prinsip belajar gerak-------------------------------------------- 3

C.      Aspek belajar gerak---------------------------------------------- 5

BAB III : Penutup------------------------------------------------------- 8

A.      Kesimpulan------------------------------------------------------- 8

DAFTAR PUSTAKA----------------------------------------------------- 9
BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Salah satu hal yang paling menyedihkan dari semua situasi dalam

pembelajaran adalah ketika para guru mengajar tetapi anak-anak

tidak belajar. Hal ini terjadi karena guru tidak memahami bagaimana

siswa belajar. Membuat anak belajar, terlebih mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan bukan hal yang mudah dalam situasi

pembelajaran. Terutama apabila guru tidak memahami apa yang harus

dilakukan untuk menciptakan kondisi kondisi tertentu, sehingga anak

dapat belajar. Bagaimana anak belajar? Apa yang dipelajari anak?

Hasil apa yang dicapai? Semua itu merupakan pertanyaan yang harus

mampu dijawab oleh seorang guru. Pembelajaran keterampilan gerak

merupakan salah satu bagian dari pembelajaran pendidikan jasmani

di sekolah, yang kepadanya dibebankan tanggung jawab untuk

mencapai pembelajaran agar anak memiliki keterampilan gerak yang

memadai. Keterampilan gerak merupakan kemampuan yang

seharnsnya dimiliki oleh siswa sebagai bekal dalam menjalani

kehidupan sehari-hari. Apabila seorang anak mempunyai

keterampilan gerak yang baik, makadia mempunyai kesempatan yang

besar untuk dapat menguasai kecakapan hidup yang dibutuhkan.

Persoalan yang muncul adalah bagaimana guru pendidikan jasmani


dapat menciptakan, mendorong dan mengelola situasi pembelajaran

dengan segenap kemampummya agar anak dapat belajar dan mencapai

tujuan yang diharapkan. Untuk dapat mencapai tujuan pencapaian

keterampilan gerak yang baik melalui pembelajaran pendidikan

jasmani bukan merupakan upaya yang mudah. Hal ini disebabkan oleh

pandangan sebagian orang terhadap pendidikan jasmani yang

menurutnya hanya mendatangkan kelelahan saja. Kemudian

diperparah lagi dengan alokasi waktu yang diberikan oleh kurikulum

yang belum sesuai dengan kebutuhan yang disyaratkan. Keadaan ini

terjadi hampir di semua jenjang pendidikan mulai SD sampai SMA,

yang mengakibatkan rendahnya tingkat keterampilan gerak siswa di

sekolah. Untuk itu tulisan ini memberikan gambaran mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan pencapaian pembelajaran keterampilan

gerak melalui pendidikan jasmani di sekolah.

B.      RUMUSAN MASALAH

1.      Apakah teori belajar gerak?

2.      Apa saja  prinsip-prinsip belajar gerak?

3.      Bagaimana aspek dalam belajar gerak?

C.      TUJUAN

1.      Untuk mengetahui teori belajar gerak

2.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar gerak

3.      Untuk mengetahui aspek dalam belajar gerak


BAB II
PEMBAHASAN

A.     TEORI BELAJAR MOTORIK

Pada dasarnya belajar gerak (motor learning)   merupakan suatu

proses belajar  yang memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai

keterampilan gerak yang optimal secara efisien dan efektif. Seiring

dengan itu, Schmidt (1989: 34) menegaskan bahwa belajar gerak

merupakan suatu rangkaian asosiasi latihan atau pengalaman yang

dapat mengubah kemampuan gerak ke arah kinerja keterampilan gerak

tertentu.

Sehubungan dengan hal tersebut,  perubahan keterampilan gerak

dalam belajar gerak merupakan indikasi    terjadinya proses belajar

gerak yang dilakukan oleh seseorang.   Dengan demikian,

keterampilan gerak yang diperoleh   bukan hanya dipengaruhi oleh

faktor kematangan gerak melainkan juga    oleh faktor proses belajar

gerak.

 1.      Definisi Belajar Menurut BeberapaAhli

Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau   psikis

yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.


Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata,

1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan

dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang

keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The

Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan

yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya

berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan

sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi

akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan

perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat

naluriah.

Moh. Surya (1981:32), definisi belajar  adalah suatu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa

diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya,

belajar adalah perubahan dari diri seseorang.


B.      PRINSIP PERKEMBANGAN MOTORIK

Prinsip utama perkembangan motorik anak usia dini adalah

koordinasi gerakan motorik baik motorik kasar maupun motorik

halus.  Ada beberapa prinsip utama perkembangan motorik menurut

Malina & Bouchard (1991), yaitu :

1.      Kematangan Syaraf

Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh

kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak

dilahirkan, syaraf-syaraf yang ada dipusat susunan belum

berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol

gerakan-gerakan motorik. Pada usia kurang lebih 5 tahun, syaraf-

syaraf ini sudah mencapai kematangan dan menstimulasi berbagai

kegiatan motorik. Otot-otot besar mengontrol gerakan motorik kasar,

seperti berjalan, berari, melompat dan berlutut, berkembang lebih

cepat bila dibandingkan dengan otot-otot halus yang mengontrol

kegiatan motorik halus, seperti menggunakan jari- jari tangan untuk

menyusun puzzle, memegang pensil atau gunting membentuk dengan

plastisin atau tanah liat.

2.      Urutan

Pada usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang

bersifat kompleks, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan


gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat,

mengendarai sepeda, dan lain-lain.

1) Ururtan pertama, disebut pembedaan yang mencangkup

perkembangan secara perlahandari gerakan motorik kasar yang belum

terarah ke gerakan yang lebih terarah sesuai dengan fungsi gerakan

motorik.

2) Ururtan kedua, adalah keterpaduan, yaitu kemampuan dalam

menggabungkan gerakan motorik yang saling berlawanan dalam

koordinasi gerakan yang baik, seperti berlari dan berhenti, melempar

dan menangkap, maju dan mundur.

3.  Motivasi

Teori hedonisme yaitu motivasi yang berhubungan dengan senang

atau gembira. Selain itu ada juga teori naluri yaitu motivasi didalam

diri manusia. Motivasi itu bersifat alami,dan motivasi inilah yang

mendorong seseorang untuk berprilaku beraktifitas untuk mencapai

tujuannya. Semakin kuat motivasi sseorang, maka semakin cepat

dalam memperoleh tujuan dan kepuasan.

Begitu juga dengan anak, kematangan motorik memotifasi   anak

untuk melakukan aktivutas motorik dalam lingkup yang luas. Hal ini

dapat dilihat dari :

1)   Aktivitas fisik yang meningkat dengan tajam.


2)  Anak-anak seakan - akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas

fisik menggunakan otot- otot kasar atau halus.

Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan

morivasi yang datang dari luar. Misalnya dengan memberi

kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan gerak

motorik serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang

dibutuhkan anak.

4.      Pengalaman

Perkembangan gerakan merupakan dasar bagi perkembangan

berikutnya. Latihan dan pendidikan gerak pada anak usia dini lebih

ditujukan bagi pengayaan gerak, pemberian pengalaman yang

membangkitkan rasa senang dalam suasana riang gembira anak.

5.      Praktik

Beberapa kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan

pengembangan motoriknya perlu dipraktikkan anak dengan bimbingan

guru. Kebutuhan anak- anak tersebut menurut Bucher dan Reade

(1959) adalah sebagai berikut :

1)  Ekspresi melalui gerakan.

2)  Bermain, sebagai bagian dari perkembangan anak.

3)  Kegiatan yang berbentuk drama.


4)  Kegiatan yang berbentuk irama.

5)  Banyak latihan motorik kasar maupun motorik halus.

C.      ASPEK-ASPEK BELAJAR GERAK

Tim penulis CRI (1997) menjelaskan bahwa anak usia 3 tahun

memiliki kekuatan fisik yang mulai berkembang, tapi rentang

konsentrasinya pendek, cenderung berpindah-pindah dari satu

kegiatan ke kegiatan yang lain. Meskipun memiliki rentang

konsentrasi yang relatif pendek, mereka menjadi ahli pemecah

masalah dan dapat memusatkan perhatian untuk suatu periode yang

cukup lama jika topik yang diajarkan menarik bagi mereka.

Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus pararel. Pada usia

ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan melakukan

gerakan fisik yang sangat aktif. Energi mereka seolah-olah tiada

habisnnya. 

Pada usia 5 tahun, rentang konsentrasi anak menjadi agak lama.

Kemampuan mereka untuk berfikir dan memecahkan masalah juga

semakin berkembang. Anak dapat memusatkan diri pada tugas-tugas

dan berusaha untuk memenuhi standar mereka sendiri. Secara fisik,

pada usia ini fisik anak sangat lentur dan tertarik pada senam dan

olah raga yang teratur. Mereka mengembangkan kemampuan motorik

yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju,

menggunting, menggambar dan menulis lebih mudah dilakukan.


Secara terperinci, deskripsi perkembangan fisik anak usia 3-5 tahun

adalah sebagai berikut.

Perkembangan motorik anak bisa di pantau dengan melakukan suatu

tes. Tes yang umum dilakukan untuk memantau perkembangan

motorik adalah tes Denver. Tes ini membagi perkembangan anak jadi

empat, yaitu perkembangan personal sosial, perkembangan bahasa,

serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaptif.

Perkembangan bayi akan diamati setiap 1 bulan sekali. Sedangkan

balita, atau tepatnya setelah anak menginjak usia 2 tahun ke atas,

cukup 3 bulan sekali. Tes Denver merupakan checklist untuk

mempermudah pemantauan akan perkembangan anak, apakah anak

sesuai dengan perkembangan usianya saat itu atau tidak.

Usia 1-2 Tahun

Motorik Kasar :

1.      Berjalan sendiri.

2.      Naik tangga atau  tempat  yang lebih tinggi dengan merangkak.

3.       Menendang bola ke arah depan.

4.      Berdiri dengan satu kaki selama satu detik.

5.      Melompat di tempat.
6.        Naik tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan

berpegangan.

7.      Berjalan mundur beberapa langkah.

8.       Menarik benda yang tidak terlalu berat (kursi kecil).

Motorik Halus :

1.      Memegang alat tulis.

2.      Membuat coretan bebas.

3.      Menyusun menara dengan tiga balok.

4.      Memegang gelas dengan dua tangan.

5.      Menumpahkan benda-benda dari wadah dan memasukkannya

kembali.

6.      Meniru garis vertikal atauhorisontal.

7.       Memasukkan benda ke dalamwadah yang sesuai.

8.       Membalik halaman buku walaupunbelum sempurna.

9.      Menyobek kertas.

Usia 2-3 Tahun

Motorik Kasar:

1.      Berjalan sambil berjinjit.


2.      Melompat ke depan dan ke belakang dengan dua kaki.

3.      Melempar dan menangkap bola.

4.       Menari mengikuti irama.

5.      Naik-turun tangga atau tempat yang lebih tinggi/rendahdengan

berpegangan.

Motorik Halus:

1.      Meremas kertas atau kain dengan menggerakkan lima jari.

2.       Melipat kertas meskipun belumrapi/lurus.

3.        Menggunting kertas tanpa pola.

4.       Koordinasi jari tangan cukup baik untuk memegang benda

pipih seperti sikat gigi, sendok.

Usia 3-4 Tahun

Motorik Kasar:

1.      Berlari sambil membawa sesuatu yang ringan (bola).

2.      Naik-turun tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan kaki

bergantian.

3.        Meniti di atas papan yang cukup lebar.


4.       Melompat turun dari ketinggian kurang lebih 20 cm (di bawah

tinggi lutut anak).

5.       Meniru gerakan senam sederhana seperti menirukan gerakan

pohon, kelinci melompat).

Motorik Halus:

1.      Menuang air, pasir, atau biji-bijian ke dalam tempat

penampung(mangkuk, ember).

2.      Memasukkan benda kecil kedalam botol (potongan lidi,

kerikil,biji-bijian).

3.      Meronce manik-manik yang tidak terlalu kecil dengan benang

yang agak kaku.

4.       Menggunting kertas mengikuti pola garis lurus.

Usia 4-5 Tahun

Motorik Kasar:

1.      Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat

terbang, dsb.

2.      Melakukan gerakan menggantung (bergelayut).


3.       Melakukan gerakan melompat,meloncat, dan berlari

secaraterkoordinasi.

4.      Melempar sesuatu secara terarah

5.      Menangkap sesuatu secara tepat

6.      Melakukan gerakan antisipasi.

7.      Menendang sesuatu secara terarah

8.      Memanfaatkan alat permainan di luar kelas.

Motorik Halus:

1.      Membuat garis vertikal,horizontal, lengkung kiri/kanan,miring

kiri/kanan, dan lingkaran.

2.      Menjiplak bentuk.

3.      Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan

yang rumit.

4.      Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu

bentuk dengan menggunakan berbagai media. 

5.      Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan

berbagai media.
Usia 5-6 Tahun

Motorik Kasar:

1.      Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih

kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan.

2.      Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam

menirukan tarian atau senam.

3.       Melakukan permainan fisik dengan aturan.

4.      Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.

5.      Melakukan kegiatan kebersihan diri.

Motorik Halus:

1.      Menggambar sesuai gagasannya.

2.      Meniru bentuk.

3.       Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan.

4.      Menggunakan alat tulis dengan benar.

5.      Menggunting sesuai dengan pola.

6.      Menempel gambar dengan tepat.

7.      Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara

detail
BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN

pembinaan olahraga harus dipahami sebagai sebuah sistem yang

kompleks, sehingga masalah-masalah yang terdapat di dalamnya

perlu ditelaah dari sudut pandang yang lugs. Gejala dalam kegitan

olahra¬ga tidak semata-mata dipandang dari aspek bio-psikis, tapi

jugs dari aspek sosial-budaya. Karena itu pula, prestasi olahraga

merupakan se¬buah gejala majemuk gejala bio-psiko-socio-kultural.

Ada empat dimensi kegiatan olahraga: olahraga kompetitif yang

menekankan kegiatan perlombaan dan pencapaian prestasi; olahrga

profesional yang menekankan tercapainya keuntungan material;

olahraga rekreatif yang menekankan tercapainya kesehatan rohani

dan jasmani pencapaian kesegaran jasmani dan pelepasan ketegangan

hidup sehari-hari; olahraga pendidikan yakni olahraga yang

menekankan aspek kependidikan di mana olahraga merupakan alas

mencapai tujuan pendidikan Persamaan umum ialah bahwa keempat

dimensi olahraga tersebut memanfaatkan gerak rnanusia dalam

pengertian umum, dan keterampilan dalam pengertian yang lebih

spesifik.

Prestasi olahraga terus meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi ialah faktor eksogen, seperti lingkungan fisik tempat

berlatih, lingkungan keluarga yang r-riembantu membangun ambisi,


clan faktor endogen yakni atribut yang melekat pada diri seseorang

seperti struktur anatomi, kemampuan fungsi fisiologis, dan sistem

persyaraf an. serta ciri-ciri kepribadian yang bersangkutan. Beberapa

ciri masalah pokok dalam pembinaan olahraga ialah ketimpangan

daya yang dialokasi untuk kegiatan olahraga pendidikan dan olahraga

prestasi. kurangnya investast i1miah, Iemahnya manajemen dan

pendekatan parsial. Sama sekali tidak sesuai dengan tuntutan

olahraga modern seperti sikap menerabas atau potong kompas, rendah

motif berprestasi, agresif tapi kurang fair, dan kurang bersedia untuk

bekerjp keras. Olahraga kompetitif iuga mengandung'-pbtensi

negatif, di samping dampak positif, sehingga gurul pelatih olahraga

harus mengelola kegiatan In itu guns memperoleh manfaat yang

maksimal.

Untuk memperoleh manfaat yang maksimal clan meningkatkan

efektivitas dan efisiensi permbinaan, dibutuhkan metode ilmiah dan

semangat ilmiah.

Teori itu sendiri dibangun melalui penelitian ilmiah yang sistematis

dengan me-manfaatkan metode dan insirumen yang cermat untuk

mengumpulkan fakta-fakta. Teori itu sendiri terbangun oleh elemen-

elemen berupa konstruk dan hukum-hukum yang diperoleh dari

sejumlah penelitian. Sampai seberapa jauh kebenaran teori, hat itu

perlu diuji lagi melalui penelitian. Tugas peneliti bukan

membuktikan suatu teori itu benaratau sa¬lah. Jika fakta yang


diperoleh selaras dengan teori, maka kesimpulannya ialah fakta-fakta

baru itu mendukung teori yang telah ada. Sebaliknya. jika sejumlah

fakta baru tak cocok dengan teori yang ada, maka teori lama itu tak

dapat dipertahankan lagi lebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikanjasmani13.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-
belajar-dan-pembelajaran.html

http://ariittonk.blogspot.co.id/2014/03/motor-learning.html

http://wengayo.blogspot.co.id/2010/06/prinsip-pembelajaran-gerak-
dan-transfer.html

http://marufulkahri.blogspot.co.id/2013/09/belajar-gerak.html

http://janganpelitilmu.blogspot.co.id/2015/05/proses-dan-kondisi-
belajar-gerak.html

http://berachunk-amrank.blogspot.co.id/2013/06/dimensi-belajar-
gerak-dalam-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai