Anda di halaman 1dari 54

1.

Gerak Dasar pada Anak

Belajar gerak dapat diartikan sebagai perubahan tempat, posisi,

kecepatan tubuh atau bagian tubuh manusia yang terjadi dalam suatu

dimensi ruang dan waktu serta dapat diamati secara objektif. Dalam

belajar gerak, latihan merupakan suatu proses yang paling utama dalam

rangka peguasaan keterampilan gerak. Gerak mengacu pada sesuatu

yang dapat diamati dalam perubahan letak beberapa bagian tubuh,

Gerakan adalah tindakan puncak yang menjadi dasar proses motorik.

Kata gerakan biasa diartikan secara luas namun secara umum berarti

bahwa tindakan jelas dan bergerak.

David L. Gallahue & John C. Ozmun (2006) menuliskan beberapa

istilah gerakan yang sering digunakan, yaitu; 1) pola gerakan, 2) pola

garakan dasar, 3) keahlian olahraga. Gerak merupakan unsur utama

dalam pengembangan motorik anak. Oleh karena itu, perkembangan

kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui

berbagai gerakan dan permainan yang dapat dilakukan.

Di kelas permulaan prasekolah dan sekolah dasar istilah

kemampuan gerak mengacu kepada pengembangan dan penghalusan

berbagai ragam gerakan dasar. Kemampuan gerak ini dikembangkan dan

dihaluskan ke arah satu keadaan hingga anak-anak dapat

menggunakannya dengan mudah dan efisien dalam lingkungannya.

Apabila anak menjadi dewasa, kemampuan gerak yang dikembangkan

ketika masih muda diterapkan pada berbagai ragam permainan dan

olahraga lain yang diharapkan merupakan bagian dan pengalaman hidup

seharian. Kemampuan gerak dasar, seperti memukul objek dan bawah,

samping atau dan atas umpamanya diterapkan dan dijumpai dalam

sejumlah cabang olahraga dan kegiatan rekreasi.


Beberapa kategori gerakan (category of movement) yang dapat

dimasukkan dalam menyusun permainan anak menurut David L. Gallahue

& John C. Ozmun (2006) yaitu 1) kategori gerakan stabilisasi (stability

movements) seperti putar pinggang, berputar ditempat, mendorong,

menarik; 2) kategori gerakan lokomotif (locomotion movements) seperti

benjalan, berlari, berbagai macam lompat, dan 3) kategori gerakan

manipulasi (manipulative movements) seperti melempar, menangkap,

menendang, memukul (gross motor) dan menjahit, mengguntung,

mengetik, menggambar, mewarnai, berbagai macam seni melipat kertas

(fine motor)

Sumber : J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 2 , N o m o r

1,Januari2016
A. Hakekat Belajar dan Belajar Gerak

Belajar adalah hasil langsung dari praktik atau

pengalaman. Belajar tidak dapat diukur secara langsung, karena

proses pencapaian perubahan perilaku berlangsung secara

internal atau dalam diri manusia tidak bisa diamati secara

langsung, terkecuali ditafsirkan berdasarkan perilaku itu sendiri.

Belajar dipandang sebagai proses yang menghasilkan

perubahan relatif permanen dalam keterampilan. Perubahan

dalam perilaku yang menyebabkan perubahan suasana emosi,

motivasi, atau keadaaan internal tidak dianggap sebagai akibat

belajar. Dengan demikian belajar dapat diartikan adalah suatu

proses yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang

mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku

terampil. Sebagian orang awam berpendapat bahwa bagi

seseorang yang menganggap proses belajar sebagai suatu

kejadian yang berlangsung dengan sendirinya. Ia akan

menganggap belajar merupakan suatu gejala yang sederhana.

Lalu pengalaman adalah guru yang terbaik, dan meniru adalah

cara terbaik untuk seseorang yang mau belajar, karena dia

menganggap dalam banyak hal teori itu tidak praktis dan hanya

cocok untuk ilmuwan saja.

Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar secara

umum. Sebagai bagian dari belajar, belajar gerak untuk

menguasai berbagai keterampilan gerak dan

mengembangkannya agar keterampilan gerak yang di kuasai

bisa di lakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk


mencapai sasaran tertentu. Proses belajar gerak berbeda dengan

proses kognitif dan proses belajar afektif. Perbedaan yang ada

bersumber dari aspek aspek yang dominan keterlibatannya di

dalam proses belajarnya yang domain keterlibatannya dalam

proses belajar adalah aspek fisik dan psikomotorik. Konsep

belajar pada umumnya dan belajar motorik sebagai akibat

perilaku motorik pada khususnya, telah dirumuskan dalam

berbagai definisi para ahli. Belajar dapat diartikan semacam

seperangkat peristiwa, kejadian atau perubahan yang terjadi.

Apabila seseorang berlatih memungkinkan ia menjadi semakin

terampil dalam melaksanakan suatu kegiatan.

Meskipun tekanan belajar gerak ialah penguasaan

keterampilan, tidaklah berarti aspek lain, seperti peranan domain

kognitif diabaikan. Hal ini sesuai


dengan pendapat Meinel (1976) yang dikutip oleh Rusli
(1988:102) menyatakan sebagai berikut: belajar itu sendiri dari
tahap penguasaan, penghalusan, dan penstabilan gerak, atau
keterampilan teknik olahraga. Integrasi keterampilan di dalam
perkembangan total dari kepribadian seseorang. Karena itu
penguasaan keterampilan baru diperoleh melalui penerimaan
dan pemilikian pengetahuan, perkembangan koordinasi dan
kondisi fisik sebagaimana halnya kepercayaan dan semangat
juang.

Dalam proses pembelajaran anak melakukan berbagai

tugas-tugas gerak sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangannya. Sehingga dalam proses perkembangan

pendidikan jasmani memiliki muatan belajar gerak yang

diarahkan pada pencapaian tujuan fisik dan perkembangan

motorik.

Belajar gerak secara sederhana dapat diartikan sebagai


proses pembelajaran yang dilakukan secara terencana,
sistematik, dan sistemis untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang direncanakan. Dalam proses pembelajaran materi
pembelajarannya adalah berbagai bentuk keterampilan gerak,
baik yang dikemas dalam bentuk permainan dan latihan
ketangkasan.

Menurut Schmidt (1982), belajar motorik adalah


seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau
pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen
dalam perilaku terampil.
Selanjutnya Meinel (1976), belajar gerak itu terdiri dari
penguasaaan, penghalusan, dan penstabilan gerak atau
keterampilan teknik olahraga. Terdapat analisis karakteristik
belajar motorik yang dipaparkan oleh Schmidt (1982), yang
dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Belajar sebagai proses; dalam psikologi kognitif

dijelaskan, bahwa sebuah proses adalah seperangkat

kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama,

menghasilkan beberapa perilaku tertentu. Sama halnya

dengan belajar keterampilan motorik, di dalamnya terlibat

suatu proses yang menyumbang kepada perubahan dalam

perilaku motorik sebagai hasil dari berlatih, karena itu

fokus belajar motorik ialah perubahan yang terjadi


pada organisme yang memungkinkannya untuk melakukan
sesuatu yang berbeda dengan sebelum berlatih.
b. Belajar gerak adalah hasil langsung dari latihan; perilaku
motorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari
latihan dan pengalaman. Hal ini dipertegas dengan
perubahan yang terjadi seperti faktor kematangan dan
pertumbuhan. Faktor-faktor yang meyebabkan perubahan
perilaku, meskipun dapat disimpulkan perubahan itu
karena belajar. Sama halnya dengan persoalan tersebut,
peningkatan kemampuan fisik dapat menyebabkan
peningkatan keterampilan seseorang dalam satu cabang
olahraga, sehingga dapat dibuat kesimpulan yang salah
bahwa perubahan itu karena belajar.
c. Belajar gerak tidak teramati secara langsung; proses yang
terjadi di balik perubahan keterampilan itu mungkin sekali
amat kompleks dalam sistem persyaratan, seperti
bagaimana informasi sensoris diproses, diorganisasi, dan
kemudian diolah langsung dan arena itu, hanya dapat
ditafsirkan eksistensinya dari perubahan yang terjadi
dalam keterampilan atau perilaku motorik.
d. Belajar gerak menghasilkan kapasitas untuk bereaksi
(kebiasaan); pembahasan belajar motorik juga dapat
ditinjau dari munculnya kapasbilitas untuk melakukan
suatu tugas dengan terampil. Keterampilan tersebut dapat
dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat
syaraf. Tujuan dari latihan adalah untuk memperkuat atau
memantapkan jumlah perubahan yang terdapat pada
kondisi internal. Kondisi internal ini sering disebut dalam
istilah kebiasaan.
e. Belajar gerak relatif permanen; ciri lain dari belajar motorik

adalah relatif permanen. Hasil belajar itu relatif bertahan

hingga waktu relatif lama. Manakala seseorang belajar dan

berlatih, maka ia tidak pernah sama dengan keadaan

sebelumnya. Dan belajar menghasilkan perubahan relatif

permanen. Persoalannya adalah seberapa lama

keterampilan itu melekat? Memang sukar untuk menjawab,

berapa lama hasil belajar itu akan melekat. Meskipun sukar

ditetapkan secara kuantitatif, apakah selama 1


bulan, atau 2-5 hari, untuk kebutuhan analisis dapat
menegaskan, belajar akan menghasilkan beberapa efek
yang melekat.
f. Belajar gerak bisa menimbulkan efek negatif; kesan umum
yang diperoleh bahwa belajar menimbulkan efek positif
yaitu penyempurnaan keterampilan, atau penampilan gerak
seseorang. Namun demikian, anggapan ini mengandung
persoalan, karena apa yang disebut kemajuan atau
penyempurnaan tidak terlepas dari persepsi si pengamat.
Perubahan perilaku pada seseorang bisa jadi dianggap
sebagai peningkatan bagi seorang pengamat, dan sebagai
suatu kemunduran bagi yang lain. Misalnya saat latihan
atau belajar salto ke belakang terjadi kurang tinggi dan
putarannya terlampau banyak sehingga terjatuh terlentang
akibatnya trauma. Kesan buruk masa lampau, kegagalan
dalam suatu kegiatan, atau ketidakberhasilan melakukan
satu jenis keterampilan dengan sempurna justru bukan
berakibat negatif, tapi mendorong ke arah perubahan yang
positif.

Belajar gerak adalah suatu proses yang dilibatkan dalam


melakukan gerak dan penyaringan/seleksi suatu ketrampilan
motorik tentang apa yang menjadi penghambat gerak tersebut.
Studi yang terkait belajar gerak yakni motor control yang
melibatkan system syaraf, phisik dan aspek tingkah laku tentang
pergerakan manusia.

Kedua ilmu yang terkait yakni motor learning dan motor


control perlu dikembangkan dan saling melengkapi tentang
pemahaman tentang konsep keterampilan motorik. Dari
pemahaman tersebut dapat menyediakan bagaimana praktisi
pergerakan manusia dengan fundamental pengetahuan tidak
hanya menjelaskan dengan teori tentang perilaku gerak manusia,
namun didalam pemahaman tersebut menyediakan pembelajaran
yang efektif dalam perancangan praktek yang optimal dan
bagaimana pula tahap rehabilitasi dan pengalaman dalam
pelatihan hal tersebut.

Belajar gerak adalah proses memperoleh pengetahuan,

satuan proses dihubungkan dengan praktek atau pengalaman

yang mendorong kearah perubahan yang secara relatif permanen

dalam kemampuan untuk menghasilkan gerak yang


terampil. Defenisi ini mencerminkan 4 (empat) konsep yakni: (a).
pelajaran adalah suatu proses dari memperoleh kemampuan
untuk suatu gerak yang terampil, (b). pelajaran diperoleh dari
suatu pengalaman atau praktek, (c). pelajaran tidak bisa diukur
secara langsung sebagai gantinya inti dari perilaku, (d). hasil
belajar yang secara relative perubahan permanen dalam perilaku,
perubahan tidak terhadap pemikiran belajar, (Schmidt,1988).

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik

kesimpulan tentang konsep belajar motorik (motor learning),

yakni: bahwa gerak yang timbul akibat adanya respon dan

stimulus artinya manusia akan bergerak karena menginginkan

sesuatu yang dibutuhkan atau diinginkannya, melakukan gerak

yang efektif dan efesien dalam mencapai tujuan. Selanjutnya

dalam melakukan gerak memerlukan koordinasi gerak yang

benar, aspek-aspek yang dilibatkan dalam koordinasi seluruh

anggota tubuh sehingga dapat bekerja sama dengan baik.

Fase Belajar Gerak

Untuk menguasai suatu keterampilan gerak, seorang harus


melalui beberapa tahapan belajar gerak, secara sistematik terjadi
perubahan kemampuan dalam penguasaan keterampilan gerak
akibat adanya proses belajar gerak (motor learning). Adapun fase
belajar gerak Fitts dalam Adam (19910) dan hal yang sama
Abernethy (2013) menyebutnya dengan fase perubahan yang
terjadi dari keterampilan motorik (stages in the acquisition of
motor skill) yaitu ; fase kognitif ferbal (verbal-cognitive phase),
fase assosiatif (associative phase), dan fase otonom
(autonomous phase).
a). Fase kognitif, merupakan fase awal dalam proses belajar

gerak. Proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang

gerakan yang akan dipelajari, orang yang belajar

(pebelajar) berusaha mengetahui dan memahami gerakan

dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi dapat

bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi yang

ditangkap oleh indera kemudian diproses dalam

mekanisme perseptual. Mekanisme perseptual berfungsi

untuk menangkap makna informasi, dari fungsi ini

pebelajar dapat memperoleh gambaran tentang gerakan

yang dipebelajari. Selanjutnya setelah memperoleh

gambaran tentang gerakan, maka gambaran gerakan


tersebut diproses lagi ke dalam mekanisme pengambilan
keputusan untuk melakukan gerakan. Aktivitas penampilan
utama dalam fase ini adalah memikirkan dan
merencanakan strategi gerak (cognition). Instruksi yang
secara signifikan dapat membantu pada fase ini berupa
instruksi verbal dan demonstrasi yang baik. Dalam fase ini
pebelajar melakukan gerakan melalui coba dan coba (trial
and error). Oleh karena itu, tahap kognisi oleh sebagian
ahli berpendapat sebagai tahap perencanaan. Bentuk
keterampilan gerak akan segera dapat terbentuk dengan
baik dalam memori seseorang apabila proses penyajian
informasi dilakukan dengan benar dan sederhana.
Prinsipnya makin sederhana bentuk keterampilan gerak
yang dapat disajikan dengan jelas akan makin cepat pula
terbentuk pola gerak yang dilakukan.

b) Fase Assosiasi, ditandai dengan tingkat penguasaan

gerakan, dimana pebelajar sudah mampu melakukan

gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak

tersendat-sendat pelaksanaannya. Sedangkan untuk

meningkatkan kemampuan gerakan agar menjadi lebih

baik, lebih lancar, lebih efektif maka diperlukan praktek

gerak secara berulang-ulang. Perlu untuk diperhatikan

dalam rangka meningkatkan kemampuan gerakan,

pebelajar perlu tahu kesalahan yang masih diperbuatnya,

baik melalui pemberitahuan orang lain yang mengamati,

merasakan gerakan yang dilakukan, atau melihat hasil

rekaman pelaksanaan gerakan. Dari diketahui kesalahan-


kesalahan yang telah dilakukan, maka diperlukan

perbaikan dan pembetulan gerakan tersebut sehingga akan

diperoleh gerakan yang baik dan benar. Schmidt

menamakan fase asosiasi ini dengan fase gerak (Motor

phase). Oleh karena pelaksanaan keterampilan yang

dilakukan masih tampak kaku. Pada tahap ini perlu

memberikan perhatian yang profesional terhadap frekuensi

pengulangan, intensitas dan tempo pengulangan.

Frekuensi pengulangan merujuk pada berapa kali seorang

melakukan pengulangan gerak, baik yang dihubungkan

dengan satuan berapa kali gerak dilakukan dalam satuan

waktu tertentu, maupun yang berhubungan dengan jumlah

pengulangan belajar yang dilakukan dalam satu minggu.

Pengulangan ini dapat memperkuat hubungan antara

reseptor dan efektor


yang secara langsung dapat meningkatkan kualitas pola
gerak yang terbentuk dalam memori

c). Fase Otonom, ditandai dengan tingkat penguasaan

gerakan,sehingga seseorang telah mampu melakukan

gerakan keterampilan secara otomatis. Fase ini dikatakan

sebagai fase otonom karena pebelajar mampu melakukan

gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada

saat melakukan gerakan pebelajar harus memperhatikan

hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Pada fase ini

gerakan sudah demikian otomatis, untuk mengubahnya

sudah sangat sulit, untuk mengubahnya memerlukan

ketekunan dan waktu yang tidak sedikit. Untuk itulah sejak

awal pebelajar sudah harus diarahkan dan selalu dilakukan

koreksi untuk melakukan gerakan-gerakan yang benar

secara mekanis, agar setelah mencapai fase otonom

gerakannya benar-benar efisien. Gerakan otomatis

merupakan hasil dari latihan yang dilakukan dengan

efektif. Gerakan otomatisasi dapat terjadi karena telah

terjadinya hubungan yang permanen antar reseptor

dengan efektor. Gerakan otomatisasi dalam mekanismenya

tidak lagi dikoordinasikan oleh sistem syaraf pusat

melainkan pada alur singkat pada sistem syaraf otonom.

Melalui tiga fase belajar

gerak, kelihatan bahwa setiap

fase memperlihatkan dimulaiai

dengan coba-coba, mulai


dikuasai walupun masih ada

kesalahan, dan akhirnya dapat

di dikuasi suatu keterampilan

gerak dan dapat menyesuaikan

diri terhadap perubahan yang

dialami Fitts

& Posner dalam Hyuh (2011)


memberikan ilustrasi dalam
bentuk bagan 2.1.
Bagan. 2.1.
Fitts and Posner‟s Stage Theory
suggests
learningas a continuous process
(sumber : Hyuh)
B. Perkembangan Gerak dan Kognitif

Perkembangan gerak menurut para ahli dibangi sesuai


dengan peride atau fase mulai dari lahir sampai usia lanjut.
Gallahue (1997) memberikan ada 10 fase sesuai usia manusia
adalah sebagai berikut:

a. Periode, Fase dan Tahap Perkembangan Motorik menurut

Gallahue. Fase perkembnagan gerak menurut gallahue

yang di kelompokkan dalam

usia dan tugas perkembangan gerak yang terjadi pda masa


tersbut adalah seperti table barikut

Table 2.1. Tahap perkembangan maotorik Gallahue

N0 Usia Tahap Perkembangan

gerak fundamental
Janin sampai 4 (empat) Fase penguraian
1 bulan
informasi

4 (empat) Bulan sampai 1


(satu)
2 Fase penerimaan informasi
tahun

Fase gerak belum sempurna


Lahir sampai 1 (satu) adanya
3 tahun
hambatan refleks

1 tahun sampai
4 2 tahun Fase prakontrol

2 tahun sampai gerakan dasar tahap awal


5 3 tahun Fase (Initial)

6 4 tahun sampai 5 tahun Tahap gerak sederhana


(Elementary)

7 6 tahun sampai 7 tahun Tahap kematangan (mature)

gerak khusus tahap


8 7 tahun sampai 10 tahun Fase peralihan

9 11 tahun sampai 12 tahun Tahap penerapan

Tahap pemantapan/pemanfaatan
14 tahun ke dalam
10 atas
kehidupan sehari-hari.

Secara umum ahli ahli dalam psikologi perkembangan

memberikan periode perkembangan manusia dari terbentuknya

janin hingga usia lanjut.


klasifikasi kronologis sesuai dengan usia (Ma’mun dan Saputra
2000) seperti tabel berikut:

Tabel 2.2. Kronologis perkembangan manusia dari janin hingga usia


lanjut

N0 Preiode Perkiraan usia rata-rata.

1 Pranatal : Pembuahan sampai Lahir :


- Zygote - Pembuahan – 1 minggu
- Embrio - 2 minggu – 8 minggu
- Fetal (Janin) - 8 minggu – lahir
2 Bayi : Bayi Lahir – 24 bulan :
- Neonatal - Lahir – 1 bulan
- Bayi awal - 1 bulan – 12 bulan
- Bayi akhir - 12 bulan – 24 bulan

3 Kanak-kank : 2 tahun hingga 10 tahun


- Anak baru belajar
berjalan - 24 bulan – 36 bulan
- Kanak-kanak awal - 3 tahun – 5 tahun
- Kanak-kanak akhir - 6 tahun – 10 thun
4 Remaja : 10 tahun hingga 20 tahun :
- Remaja awal - 10 thn – 12 thn (wanita)
- 11 thn – 13 thn (pria)
- Remaja akhir - 12 thn – 20 thn (wanita)
- 14 thn – 20 thn (pria)

5 Dewasa Awal : 20 tahun hingga 40 tahun :


Baru memasuki
- dewasa - 20 thn – 30 tahun
- Masa kematangan - 30 thn – 40 tahun
6 Dewasa Pertengahan : 40 tahun hingga 60 tahun :
- Masa transisi dalam
hidup - 40 thn – 45 tahun
- Setengah baya - 45 thn – 60 thn

7 Lanjut Usia : 60 tahun ke atas :


- Lanjut usia awal - 60 thn – 70 tahun
- Lanjut usia menengah - 70 thn – 80 tahun
- Lanjut usia tahp akhir - 80 thn – keatas.

b. Karakteristik Anak
Anak laki-laki dan perempuan bersifat sebangun di dalam pola

pertumbuhan mereka, dengan pola pertumbuhan anggota tubuh

(seperti lengan, tungkai) menjadi lebih cepat dari pertumbuhan

bagian togok sepanjang masa anak-anak. Karakteristik Masa

Anakanak (anak besar) usia 6 Sampai 10 Tahun ditinjau dari


Ranah Kognitif, Afektif, Perkembangan Gerak dan Implikasi
Program Perkembangan Gerak. Dalam proses pembelajaran
gerak kataristik anak sangat penting dipahami seorang pendidik
agar dalam mengembangkan keterampilan gerak anak sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembngan serta kemampuan gerak
yang dimiliki.

Karakteristik Perkembangan Fisik dan Gerak :

a. Anak laki;laki dan perempuan memiliki tinggi badan sekitar


44 sampai 60 inci (111,8-152,4 cm) dan memiliki berat
badan 44 sampai 90 pounds (20.0-40.8 kg)
b. Pertumbuhan melambat, terutama dari usia 8 hingga
terakhir dari periode ini. Ada saat pertumubuhan melambat
tetapi masih ada kenaikan-kenaikan, tidak seperti
keuntungan kecepatan penambahan tinggi dan berat
selama masa pra-sekolah.
c. Tubuh mulai bertambah tinggi, dalam satu tahun tingginya
bertambah dari 2 sampai 3 inci (5.1-7.6 cm) dan dalam satu
tahun berat badan bertambah dari 3 sampai 6 pounds (1.4-
2.7 kg).
d. Cephalocaudal (dari kepala ke kaki) dan proximodistal
(pusat ke batas luar) prinsip-prinsip dari perkembangan di
mana pada kenyataannya otot-otot yang besar dari tubuh
itu lebih cepat perkembangannya dibanding otot-otot yang
kecil.
e. Anak perempuan secara umum sekitar satu tahun di depan
anak laki-laki di dalam perkembangan fisiologis, dan
membedakan minat mulai muncul pada akhir periode ini.
f. Pilihan tangan adalah sekitar 85 persen lebih menyukai
tangan kanan dengan dibentuk kuat dan sekitar 15 persen
yang lebih menyukai tangan kiri.
g. Waktu untuk bereaksi melambat, menyebabkan kesukaran
mata menyampaikan dan memandang koordinasi kaki pada
awal periode ini. Pada akhirnya mereka secara umum lebih
mapan.
h. Anak laki-laki dan anak perempuan adalah keduanya

penuh dengan energi tetapi sering kali rendah dalam

menguasai daya tahan, mengukur daya


tahan dan mudah lelah. Kemampuan reaksi pada latihan
bagaimanapun sangat besar.
i. Mekanisme-mekanisme perceptual visual secara penuh
dibentuk/mapan pada akhir periode ini.
j. Anak-anak memiliki penglihatan jauh selama periode ini
dan secara umum tidak siap bagi periode untuk pekerjaan
yang dekat
k. Kemampuan-kemampuan gerakan yang paling pokok
mempunyai potensi menjadi baik digambarkan oleh
permulaan dari periode ini.
l. Keterampilan-keterampilan dasar penting bagi
keberhasilan permainan menjadi modal untuk
dikembangkan.
m. Aktivitas yang yang melibatkan mata dan anggota tubuh-

anggota tubuh lain berkembang pelan-pelan. Aktivitas

seperti itu seperti memvoly atau membentur bola yang di

berdirikan dan melempar memerlukan praktek yang cukup

yang mempertimbangkan untuk penguasaan.

n. Periode ini menandai suatu transisi dari kemampuan-

kemampuan gerak dasar murni ke penetapan ketrampilan-

ketrampilan gerak transisi dalam kepemimpinan permainan

dan ketrampilanketrampilan atletis.

Karakteristik-Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Kognitif :

a. Tahap perhatian adalah secara umum masih singkat pada


awal periode ini, tetapi secara berangsur-angsur akan
meluas.Bagaimanapun juga, anak laki-laki dan perempuan
dari usia ini akan sering kali memanfaatkan jam untuk
aktivitas yang menjadi minat besar mereka.
b. Mereka bersiap-siap untuk belajar dan untuk
menyenangkan orang dewasa (orang di sekitarnya), tetapi
mereka masih membutuhkan bantuan dan bimbingan di
dalam membuat keputusan-keputusan.
c. Anak-anak mempunyai imajinasi yang baik dan penampilan
kreatif yang sangat baik; bagaimanapun rasa malu
kelihatan untuk menjadi suatu akhir dari periode ini.
d. Mereka sering tertarik akan televisi, komputer-komputer,
game-game video, dan membaca.
e. Mereka tidak mampu berpikir abstrak dan sukses terbaik

dengan contoh-contoh nyata dan situasi-situasi selama

permulaan dari periode ini. Lebih


banyak kemampuankemampuan teori abstrak bersifat jelas
pada akhir periode ini.
f. Anak-anak dengan beralasan curiga dan ingin mengetahui
"mengapa."

Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Afektif :

a. Minat dari anak laki-laki dan anak perempuan bersifat


sebangun pada awal periode ini tetapi segera mulai untuk
berbeda/ menyimpang.
b. Anak adalah berpusat pada diri sendiri dan bermain
dengan kurang baik di dalam kelompok-kelompok yang
besar untuk periode waktu yang lama selama tahun yang
utama, situasi-situasi kelompok kecil dengan ditangani
dengan baik.
c. Anak sering agresif, membual, kritis, reaksi yang berlebih,
dan menerima kekalahan dan memenangkan dengan
kurang baik.
d. Ada satu tidak konsisten tingkat kedewasaan; anak itu
sering lebih sedikit bersikap dewasa di rumah dibanding di
sekolah.
e. Anak mau mendengarkan yang berwibawa, "adil"
hukuman, disiplin, dan penguatan.
f. Anak-anak bersifat ingin/gembira dan senang bertualang
untuk dilibatkan dengan seorang teman atau kelompok
para teman di dalam "berbahaya" atau "rahasia" aktivitas.
g. Konsep diri anak terbentuk menjadi lebih kuat/mapan

C. Persepsi Perkembangan Gerak dan Tahap Perkembangan Gerak

1. Persepsi perkembangan gerak


Persepsi perkembangan gerak merujukpada aktivitas gerak

yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemapuan

kognitif dan akademik. Istil pda program ah ini juga mengarah

pada anak yang terlibat program yang diikuti tersebut, sebab

persepsi perkembangan gerak terjadi selama pra sekolah dan

masa sekolah. Persepsi gerak erat kaitannya antara hubungan

antara gerak manusia dan


persepsi. Persepsi adalah proses dimana sesorang memperoleh

kesadaran sesaat terhadap yang terjadi di luar diri, merupakan

kemampuan menerima informasi melalui perasaan. Namun

informasi ekternal bukan persepsi jika hal itu dirasakan.

Keterkaitan antara persepsi dengan gerak adalah


sangatlah erat. Tanpa persepsi seperti penerimaan melalui
perasaan dalam bentuk sentuhan dan perhatian, bahkan
melakukan gerak yang sangat sederhanapun akan menjadi sulit.
Ketika seorang anak yang secara visul telah menerima sebuah
bola yang dilemparkan kearahnya, dengan memfokuskan pada
bola, anak menerima informasi mengecapai kecepatan
datangnya bola, jalannya bola, beratnya bola dan suasana bola
yang pada akhirnya secara menyakinkan dan pasti anak berhasil
menangkap bola. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa
persepsi perkembangan gerak merupakan bagian dari proses
perubahan perkembangan anak.

Dari uraian di atas Saputra (2000) memberikan rangkuman


dalam persepsi-proses gerak rangsangan lingkungan yang
relevan dengan gerak dapat dikenali melalui proses:

a) Otak menerima infromasi melalui input dan system syaraf


sensoris
b) Informasi tersebut diproses pada otak dengan memadukan

dan menyusun informasi yang baru dan yang lalu

mengenai gerak yang sama sebelumnya.

c) Terjadi proses membuat keputusan untuk bergerak


d) Informasi untuk bergerak dikirimkan berupa out put

ke otot untuk menghasilkan bermacam bentuk

gerak memalui saraf motorik


e) Terakhir otot melakukan gerakan.
f) Gerakan tersebut diamati dan diteliti dengan informasi
yang relevan disimpan untuk memadukan dengan
informasi mengenai gerakan yang sama di masa
mendatang.

2. Tahap-Tahap Perkembangan Gerak Sesuai Dengan Usia

Pada dasarnya perkembangan mencakup dua unsur yaitu

kematangan dan pertumbuhan. Perkembangan merupakan istilah

umum yang merujuk pada kemajuan dan kemunduran yang

terjadi hingga akhir hayat. Pertumbuhan


merupakan aspek struktural dari perkembangan. Sedangkan

kematangan berkaitan dengan perubahan fungsi pada

perkembangan manusia. Perkembangan motorik secara konsep

diartikan sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku

gerak manusia. Sedangkan psikomotorik lebih khusus

digunakan pada domain mengenai perkembangan manusia yang

mencakup gerak manusia. Jadi motorik memiliki ruang lingkup

yang lebih luas dari pada psikomotorik. Perkembangan

merupakan istilah umum yang mengacu pada kemajuan dan

kemunduran yang terjadi hingga akhir hayat. Pertumbuhan

adalah aspek struktural dari perkembangan. Sedangkan

kematangan berkaitan dengan perubahan fungsi pada

perkembangan. Dengan demikian, perkembangan meliputi

semua aspek dari perilaku manusia, dan hasilnya dipisahkan

kedalam periode usia. Dukungan pertumbuhan terhadap

perkembangan sepanjang hidup merupakan sesuatu yang

berarti. Perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam

perilaku gerak yang memperlihatkan interaksi dari kematangan

makhluk dan lingkungannya. Perkembangan motorik merupakan

perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang

melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak.

Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling

mempengaruhi satu sama lain.


Perkembangan motorik dapat didefiniskan sebagai
perubahan dalam perilaku gerak yang merefleksikan interaksi
dari kematangan organisme dan lingkungannya. Perkembangan
motorik lebih memperhatikan pada gerak yang dihasilkan
(movement product). Perkembangan motorik juga lebih
menekankan pada proses gerak (movement process). Beberapa
pakar berpendapat bahwa perkembangan motorik juga dapat
didefinisikan sebagai perubahan kompetensi atau kemampuan
gerak dari mulai masa bayi sampai masa dewasa serta
melibatkan berbagai aspek perilaku manusia.

Masa adolesensi merupakan masa yang paling baik untuk

pengembangan secara optimal kesehatan seseorang yang

berhubungan dengan kesegaran jasmani. Pengembangan yang

terjadi merupakan perubahan-perubahan dalam peningkatan

luasnya otot dan ukuran badan pada semua jenis kelamin.

Latihan yang berfungsi untuk peningkatan daya tahan paru dan

jantung labih baik dimulai sejak awal, dan peningkatan pada

masa adolesensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan masa


dewasa, dengan kata lain fungsi kardiovaskuler berkembang
lebih cepat dengan melakukan latihan pada masa adolesensi.

Siswa berada diantara usia 15 tahun sampai 18 tahun

(pelajar sekolah menengah) berada pada periode adolesensi,

dimana pertumbuhan berlangsung sangat pesat karena

dipengaruhi oleh kerja hormonal. Pada masa adolesensi ditandai

dengan perkembangan seksualitas remaja, yaitu dapat dilihat

dengan ciri seks primer dan seks sekunder. Ciri seksualitas

primer dibedakan melalui jenis kelamin, yaitu pria dan wanita.

Pada remaja pria ditandai dengan berfungsinya organ

reproduksi, seperti adanya mimpi basah. Hal ini terjadi akibat

testis mulai memproduksi sperma. Sperma yang telah

dikeluarkan karena pada kantungnya telah penuh. Sementara

pada remaja putri ditandai dengan adanya peristiwa menstruasi

(manarche) yang menandai bahwa seseorang siap untuk hamil.

Ciri-ciri seks sekunder pada laki-laki ditandai dengan

berubahnya otototot tubuh, lengan, dada, paha, dan kaki tumbuh

lebih kuat dibandingkan pada masa sebelumnya. Terjadi

perubahan suara, kulit menjadaoi lebih kasar dan pori-pori

meluas sedangkan pada remaja putri ditandai dengan

membesarnya pinggul, buah dada, dan puting susu semakin

menonjol. Terjadinya perubahan suara ketika dibandingkan

dengan suara masa anak-anak menjadi lebih merdu dan kelenjar

keringat menjadi lebih aktif.

Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa

adolesensi cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam

ukuran badan, kekuatan, dan fungsi fisiologis. Perubahan-


perubahan dalam hal penampilan keterampilan gerak dasar

antara pria dan wanita semakin meningkat. Anak laki-laki terus

mengalami peningkatan yang berarti sedangkan pada wanita

menunjukkan peningkatan yagn tidak begitu mencolok/signifikan

dan bahkan menurun setelah umur menstruasi. Hal tersebut

dapat diamati melalui beberapa kegiatan, seperti lari, lompat jauh

tanpa awalan, dan aktivitas fisik lainnya. Anak perempuan akan

mengalami hasil maksimal dalam lari pada usia 13 tahun yaitu

masa SMP dan mengalami mangalami sedikit peningkatan pada

usia selanjutnya. Kecepatan pertumbuhan pada laki-laki mampu

memberikan keuntungan dalam ukuran dan bentuk tubuh,

kekuatan, dan fungsi fisiologis yang memberikan kemudahan

dalam melakukan aktivitas fisik selama masa adelosensi.


Koordinasi gerak pada anak laki-laki pada awal pubertas
mengalami perubahan sedikit sekali, tetapi setelah itu
perkembangannya semakin cepat. Sedangkan pada anak
perempuan tidak berkembangan setelah umur 14 tahun.
Kelincahannya kurang baik dibandingkan dengan wanita muda
atau anak-anak, tetapi gerakan akrobatik yang memerlukan
keseimbangan statis dan kontrol, wanita dewasa lebih dapat
menjaga posisinya.

Dalam hal peningkatan keterampilan gerak masa sebelum

adolesensi dan pada masa adolesensi merupakan peningkatan

penampilan gerak, seperti lari cepat, lari jarak jauh, lompat

tinggi, dan aktivitas fisik lainnya. Peningkatan secara kuntitatif

dalam peningkatan dalam penampilan gerak sebelum masa

adolesensi sampai adolesensi yaitu: lari (running), lompat

(jumping) dan lempar (throwing). Sebagian besar penelitian

menyebutkan bahwa usia untuk belajar gerak yang paling tepat

adalah masa sebeluim adolesensi. Sebagian besar keterampilan

dasar dan minat terhadap keterampilan gerak ditemukan pada

usia 12 tahun atau sebelumnya. Masa kanak-kanak merupakan

waktu untuk belajar keterampilan dasar, sedangkan masa

adolesensi merupakan masa penyempurnaan dan penghalusan

serta mempelajari berbagai macam variasi keterampilan gerak.

Perkembangan gerak sangat penting dalam perkembangan


keterampilan anak secara keseluruhan. Aspek motorik yang
merupakan inti dari pengembangan belajar untuk bergerak
terbagi dalam dua tahapan yaitu penguasaan gerak dasar dan
keterampilan gerakan. Gerak stabilitas berkaitan dengan
kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan agar
jangan sampai jatuh. Gerak stabilitas ini dibagi menjadi gerak
aksial dan keseimbangan postur tubuh baik dalam keadaan statis
maupun dinamis. Gerak aksial merupakan gerakan dari tubuh
atau anggota tubuh sambil mempertahankan posisi setimbang
Gallahue & Ozmun (2006) contohnya membungkuk, meregang,
memutar, mengayun, memilin, mendorong dan mengangkat.
Perkembangan gerak anak dibagi jadi dua komponen, yaitu:

a. Perkembangan Perbaikan/Penghalusan Gerak Dasar


Tahap perkembangan fisik pada masa remaja adalah

pengembangan perbaikan/penghalusan gerak dasar.

Harrow (1972: 52) mengemukakan


bahwa gerak dasar merupakan pola gerak yang inheren

yang membentuk dasar-dasar untuk keterampilan gerak

yang kompleks, yang meliputi (a) gerak lokomotor; (b)

gerak non lokomotor; dan (c) gerak manipulatif. Pate, Mc

Clenaghan, dan Rotella (1979: 185), mengemukakan bahwa

urutan rangkaian perkembangan motorik dapat digunakan

model tahap-tahap. Perkembangan motorik dapat dibagi

menjadi dua periode utama, yaitu: (a) tahap pra

keterampilan; dan (b) tahap keterampilan.

Kaitannya dengan anak remaja, maka perkembangan

motorik usia remaja pada perbaikan/penghalusan gerak

dasar dalam “tahap keterampilan”. Tahap ini terdiri dari

urutan perkembangan motorik, yaitu: 1) Gerak refleks dan

integrasi sensori, yang berkembang pada masa bayi; dan

2) Perkembangan gerak dasar, yang berkembang pada

masa kanak-kanak; 3) Menuju kesempurnaan gerak melalui

perbaikan/penghalusan gerak dasar (kelanjutan dari teori:

Pae, Rotella, dan McClenaghan, 1979: 185).

b. Pola Gerak Dasar

1) Keterampilan Lokomotor (Locomotor skills)


Keterampilan lokomotor didefinisikan sebagai

keterampilan berpindahnya individu dari satu empat ke

tempat yang lain. Sebagian besar keterampilan lokomotor

berkembang dari hasil dari tingkat kematangan tertentu,

namun latihan dan pengalaman juga penting untuk


mencapai kecakapan yang matang. Keterampilan

lokomotor misalnya berlari cepat, mencongklang,

meluncur, dan melompat lebih sulit dilakukan karena

merupakan kombinasi dari pola-pola gerak dasar yang lain.

Keterampilan lokomotor membentuk dasar atau landasan

koordinasi gerak kasar (gross skill) dan melibatkan fungsi

gerak dari otot besar utama.

2) Keterampilan Nonlokomotor (Non Locomotor skills)


Keterampilan nonlokomotor disebut juga keterampilan

stabilitas (stability skill), didefinisikan sebagai gerakan-

gerakan yang dilakukan dengan gerakan yang memerlukan

dasar-dasar penyangga yang minimal atau tidak


memerlukan penyangga sama sekali atau gerak tidak
berpindah tempat, misalnya gerakan berbelok-belok,
menekuk, mengayun, bergoyang. Kemampuan
melaksanakan keterampilan ini paralel dengan penguasaan
keterampilan lokomotor.

3) Keterampilan Manipulaif (Manipulative skills)


Keterampilan manipulatif didefinisikan sebagai
keterampilan yang melibatkan pengendalian atau kontrol
terhadap objek tertentu, terutama dengan menggunakan
tangan atau kaki. Ada dua klasifikasi keterampilan
manipulatif, yaitu (1) keterampilan reseptif (receptive skil);
dan (2) keterampilan propulsif (propulsive skill).
Keterampilan reseptif melibatkan gerakan menerima objek,
misalnya menangkap, menjerat, sedangkan keterampilan
propulsif bercirikan dengan suatu kegiatan yang
membutuhkan gaya atau tenaga pada objek tertentu,
misalnya melempar, memukul, menendang.

Walaupun sebagian besar keterampilan manipulatif

menggunakan tangan dan kaki, tetapi bagian-bagian tubuh

yang lain juga dapat digunakan. Manipulasi terhadap

objek tertentu mengarah pada koordinasi mata-tangan dan

mata-kaki yang lebih baik, terutama penting untuk

gerakan-gerakan yang mengikuti jalan atau alur (tracking)

pada tempat terentu.

Keterampilan manipulatif merupakan dasar-dasar dari

berbagai keterampilan permainan (game skill). Gerakan


yang memerlukan tenaga, seperti melempar, memukul,

dan menendang dan gerakan menerima objek, seperti

menangkap merupakan keterampilan yang penting yang

dapat diajarkan dengan menggunakan berbagai jenis bola.

Gerakan melambungkan atau mengarahkan objek yang

melayang, seperti bola voli merupakan bentuk

keterampilan manipulatif lain yang sangat penting. Kontrol

terhadap suatu objek yang dilakukan secara terus

menerus, seperti menggunakan tongkat atau simpai juga

merupakan aktivitas manipulatif. Penggabungan gerak

stabilitas, gerak lokomotor dan gerak manipulatif

selanjutnya akan menjadi keterampilan gerak.

Keterampilan gerakan
merupakan lanjutan dari proses gerak dasar untuk

penguasaan gerakan tertentu yang lebih efektif.

Keterampilan gerak merupakan dasar bagi penguasaan

keterampilan dasar kecabangan olahraga (gambar2.1)

Gambar 2.3. Dampak Keterampilan Gerak dasar pada cabang


olahraga.
(Dari : Victoria . Fundamental Motor Skills A Manual for
Classroom Teachers. 2010, Department of Education, Viktoria)

c. Klasifikasi Keterampilan gerak.

Pengklasifikasian keterampilan gerak dapat dibuat


berdasarkan beberapa sudut pandang, berikut ini
disajikan beberapa klasifikasi keterampilan gerak:

1)Berdasarkan kecermatan gerak


2)Perbedaan titik awal dan titik akhir
3)Stabilitas lingkungan
Berdasarkan kecermatan gerakan atau jenis otot-

otot yang terlibat, keterampilan gerak dapat

dikategorikan menjadi 2 yaitu:


(a) Keterampilan gerak agal (gross motor skills)
Keterampilan gerak agal adalah gerakan yang dalam

pelaksanaannya melibatkan otot-otot besar sebagai

basis utama gerakan, contohnya antara lain

keterampilan gerak loncat tinggi dan lempar lembing.

Pada keterampilan gerak agal diperlukan keterlibatan

bagian-bagian tubuh secara keseluruhan, sedang

pada keterampilan gerak halus hanya melibatkan

sebagian dari anggota badan yang digerakan oleh

otot-otot halus.

(b) Keterampilan gerak halus (fine motor skills)


Keterampilan gerak halus adalah gerakan yang

dalam pelaksanaannya melibatkan otot-otot halus

sebagai basis utama gerakan. contohnya antara lain

adalah keterampilan gerak menarik pelatuk senapan

dan pelepasan busur dalam memanah.

Klasifikasi berdasarkan perbedaan titik awal dan titik


akhir Apabila diperlukan, gerakan keterampilan ada yang
dengan mudah dapat diketahui bagian awal dan bagian
akhir dari gerakannya, tetapi ada juga yang susah
diketahui. Dengan karakteristik seperti itu, keterampilan
gerak dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:

a) Keterampilan gerak diskret (discrete motor skill)


Keterampilan gerak diskret adalah keterampilan gerak
di mana dalam pelaksanaannya dapat dibedakan
secara jelas titik awal dan titik akhir dari gerakan.
Contohnya adalah gerakan berguling kedepan satu
kali. titik awal gerakan adalah pada saat pelaku
berjongkok dan meletakan kedua telapak tangan dan
tengkuknya ke matras, sedangkan titik akhirnya
adalah pada saat pelaku sudah dalam keadaan
jongkok kembali.
b) Keterampilan gerak serial (serial motor skill)
Keterampilan gerak serial adalah keterampilan gerak
diskret yang dilakukan beberapa kali secara berlanjut.
Contohnya gerakan berguling ke depan beberapa kali.
c) Keterampilan gerak kontinyu (continuous motor skill)

Keterampilan gerak kontinyu adalah keterampilan

gerak yang tidak dapat dengan mudah ditandai titik

awal dan akhir dari gerakannya. Contohnya adalah

keterampilann gerak bermain tenis atau permainan

olahraga lainnya. Di sini titik awal dan akhir tidak

mudah untuk diketahui karena merupakan rangkaian

dari bermacan-macam rangkaian gerakan. Pada

keterampilan gerak kontinyu, untuk melaksanakannya

lebih dipengaruhi oleh kemamuan sipelaku dan

nstimulus eksternal. dibandingkan dengan pengaruh

bentuk gerakannya sendiri. Misalnya pada saat

menggiring bola, yang menentukan adalah keadaan

bola dan maunya si pelaku untuk menggiringnya,

sedang bentuk gerakkannya sendiri dapat berubah-

ubah atau tidak berpaku pada bentuk gerakan tertentu

yang baku.

Berdasarkan keadaan kondisi lingkungan seperti itu,


gerakan keterampilan dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:

a) Ketrampilan tertutup (clossed skill)


Keterampilan tertutup adalah keterampilan gerak

dimana pelaksanaannya terjadi pada kondisi

lingkungan yang tidak berubah, dan stimulus

gerakannya timbul dari dalam diri si pelaku sendiri.

Contohnya adalah dalam melakukan gerakan


mengguling pada senam lantai, dalam gerakan ini

pelaku memulainya setelah siap untuk melakukannya,

dan bergerak berdasarkan apa yang direncanakannya.

b) Ketrampilan Terbuka (open skill)


Keterampilan terbuka adalah keterampilan gerak

dimana dalam pelaksanaannya terjadai pada konsisi

lingkungan yang berubah- ubah, dan pelaku bergerak

menyesuaikan dengan stimulus yang timbul dari

lingkungannya. Perubahan kondisi lingkungan dapat

bersifat temporal dan bisa bersifat spesial. Contohnya

adalah dalam melakukan gerakan memukul bola yang

dilambungkan. Dalam gerakan ini pelaku


memukul bola dengan menyesuaikan dengan kondisi

bolanya agar pukulannya mengena. Pelaku dipaksa

untuk mengamati kecepatan, arah, dan jarak bola;

kemudian menyesuaikan pukulannya.

D. Pengembangan Pembelajaran Gerak

Manajemen pembelajaran gerak untuk anak adalah

kemampuan untuk mengelola pembelajaran yang bernuansa

gerak (motorik) dalam pembelajaran. Kemampuan tersebut

meliputi kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan

melakukan penilaian/asesmen dalam pembelajaran gerak.

Kemampuan merencanakan pembelajaran gerak secara umum

menurut Muhammad Joko Susilo (2008) yaitu : 1) kemampuan

memahami tingkat pencapaian perkembangan motorik anak

berdasarkan kurikulum dan tahapan perkembangan gerak dasar

anak, 2) Kemampuan mengembangkan silabi sesuai dengan

kondisi anak, 3) mengembangkan materi ajar dalam hal ini

permainan gerak, 4) merumuskan indikator pencapaian

kompetensi, dan 5) mengembangkan instrumen penilaian gerak..

Jeniffer Wall & Nancy Murray (1994) mengatakan bahwa

perencanaan diawali dengan melakukan pertimbangan untuk

merencanakan yaitu kebutuhan anak, lingkungan, kurikulum

yang digunakan, dan minat dan bakat anak. Tahap selanjutnya

yaitu membuat perencanaan jangka panjang dalam bentuk

program pengembangan tahunan, dilanjutkan dengan

mengembangkan unit seperti menetapkan fokus bentuk gerak


yang akan dikembangkan dan konsep gerak lalu melakukan

perpaduan pada setiap unit. Tahap lanjutan yang dilakukan

adalah mengembangkan pembelajaran. Pembelajaran gerak

untuk anak terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pengenalan, tahap

pengembangan konsep dan keahlian, dan tahap puncak.

Oleh karenanya guru diharapkan mampu merencanakan

program pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak,

tempat, maupun kondisi lain yang dapat mempengaruhi

pembelajaran. Fungsi guru tersebut masih dirasakan sangat

lemah, karena guru cenderung berfungsi sebagai pekerja

(worker), bukan sebagai pembuat program pembelajaran. Fungsi

guru sebagai pekerja cenderung kurang kreatif, kurang

berkembang, dan bersifat statis, karena hanya


mengandalkan apa yang ada. Sebaliknya, fungsi guru sebagai
peranacang atau pembuat program cenderung lebih kreatif dan
dinamis.

Dalam menyusun program latihan fisik atau


pengembangan gerak harus mempertimbangkan komponen-
komponen, yaitu (1) tujuan; (2) tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak (kemampuan gerak); (3) komponen fisik;
dan (4) disesuaikan dengan dunia anak (metode).

1) Penentuan Tujuan
Pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya bertujuan
mengembangkan aspek psikomotor atau fisik, tetapi juga
aspek kognitif dan afektif. Menentukan tujuan yang dimaksud
adalah menentukan hasil atau sasaran yang ingin dicapai
atau ingin ditingkatkan.
Ada dua tujuan yang dirumuskan yaitu tujuan utama dan
tujuan penyerta. (1) tujuan utama (main effect); dan (2) tujuan
penyerta (nurturant effect). Tujuan utama berkaitan dengan
aspek psikomotor atau fisik, yaitu keterampilan gerak dan
unsur-unsur fisik (kecepatan, kekuatan, daya tahan,
kelincahan dan unsur fisik lainya). Tujuan penyerta berkaitan
dengan dampak atau pengaruh yang diakibatkan karena
melakukan aktivitas fisik, seperti unsur-unsur kerjasama,
menghargai orang lain, mengendalikan diri, sportif,
pemecahan masalah, dan lain-lain.

2) Penyusunan program
Dilihat dari sudut tingkat pertumbuhan dan perkembangan,

anak usia antara 6-12 tahun memiliki tingkat kemampuan

gerak dasar dan dilanjutkan usia 13-15 serta usia 16-18 dalam
rangka pembentukan pada Pendidikan jasmani. Oleh karena

itu, penyusunan program aktivitas fisik anak harus

disesuaikan dengan tingkat perkembangan tersebut. Secara

umum gambaran perbedaan antar peserta didik harus

dijadikan landasan untuk penyusunan program

pengembangan pola gerak dasar. Setiap peserta didik

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk

mempelajarai gerakan keterampilan.

Perbedaan kemampuan terjadi terutama karena kualitas

fisik yang berbeda beda, dan perbedaan kualitas fisik terjadi

karena pengalaman yang berbeda-beda. Setiap peserta didik

tidak ada yang makan makanan yang sama, tidak


ada yang melakukan aktivitas dengan kondisi yang sama,
tidak ada yang beristirahat dengan kondisi yang sama, tidak
ada yang mengalami sakit dengan derajat yang sama, dan
sebagainya.
Kondisi yang unik pada setiap peserta didik
mengakibatkan terjadinya kemampuan yang berbeda-beda.
Perbedaan individu bukan hanya yang berkaitan dengan
unsur fisik, tetapi juga dalam aspek psikologis. Tidak ada
satupun peserta didik yang mempunyai watak atau sifat
kepribadian dan tingkat kecerdasan yang sama dengan
peserta didik lain, termasuk anak kembar sekalipun. Yang
ada hanya kemiripmiripan dan bukan sama persis satu
dengan yang lainnya.
Dengan kenyataan bahwa tidak seorangpun peserta didik
yang sama satu dengan yang lainya baik dalam aspek fisik
ataupun aspek psikologis, maka pada dasarnya setiap orang
memerlukan perlakuan yang berbeda-beda didalam proses
pembelajaran agar masing-masing dapat mencapai hasil
yang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki, prinsip ini
berlaku juga dalam proses belajar gerak.
Dalam proses belajar mengajar gerak pada PJOK di
sekolah, pada umumnya seorang guru harus mengajar
peserta didik yang jumlahnya kadang-kadang 36 bahkan
lebih, tentunya tidak memungkinkan bagi guru untuk
memberikan perlakuan kepada peserta didik dengan program
yang berbeda-beda. Pada umumnya, dalam kondisi seperti itu
guru memberikan perlakuan atau kondisi belajar berdasarkan
kemampuan rata-rata peserta didik. Bagi yang mempunyai
kemampuan di atas rata-rata materi pelajaran yang kurang
memberikan beban atau tantangan sesuai tujuan
pembelajaran maka materi ajar dapat dikuasai dengan
mudah, juga sebaliknya, bagi peserta didik dengan
kemampuan dibawah rata-rata, materi ajar yang diberikan
dapat terasa berat sehingga menjadi sulit untuk dikuasai atau
sulit untuk mencapai kemajuan.

3) Analisis Kemampuan Gerak


Kemampuan fisik dapat tercermin dalam komponen fisik

yang terdiri dari daya tahan, kecepatan, kekuatan,

kelincahan, Kelentukan, keseimbangan,


komposisi tubuh dan kordinasi. Kemampuan gerak dasar

meliputi, kemampuan gerak lokomotor, stabilitas dan gerak

manipulasi. Masing-masing kemampuan gerak ini memiliki

unsur-unsur yang berbeda, dari komponen kemampuan

gerak tersebut, kemudian diidentifikasi, dianalisis, dan dipilih

yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Demikian juga untuk komponen fisik perlu diidentifikasi,

dianalisis, dan dipilih yang disesuaikan dengan tujuan yang

ingin dicapai. Setelah komponen kemampuan gerak dan

kemampuan fisik diidentifikasi, dianalisis, dan dipilih, maka

langkah selanjutnya dikembangkan dalam bentuk program

pelajaran yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

4) Metode Sirkuit
Menantang anak melalui aktivitas sirkuit keterampilan
merupakan cara yang sangat baik untuk mendorong dan
meningkatkan keterlibatan di dalam rentang keterampilan
dan aktivitas yang luas. Sirkuit keterampilan
dikarakteristikkan dengan (1) berbagai pos yang terpisah; (2)
tiap pos memerlukan keterampilan yang berbeda untuk anak;
dan (3) menyiapkan sebuah tempat, tempat bermain atau di
dalam ruangan atau gedung. Pos-pos tersebut dirancang
untuk mendorong partisipasi maksimum dan peningkatan
individu.
Sebanyak pos yang diperlukan dapat disiapkan, dengan 12

pos sebagai jumlah maksimum yang disarankan. Anak harus

bekerja di dalam kelompok yang berisi 2 atau 3 anak agar


supaya tiap anak memperoleh tingkat keterlibatan yang

tinggi dalam keterampilan tertentu. Dalam aktivitas-aktivitas

tertentu memerlukan pasangan, agar kelompok yang berisi 3

anak, memastikan bahwa tiap anak memiliki giliran dengan

pasangannya. Rentang waktu yang disarankan untuk tiap

pos 50 detik, diikuti dengan istirahat atau interval 10 detik.

Salah satu cara yang efektif untuk mengatur pelaksanaan

sirkuit ini adalah dengan menyusun, misalnya sebuah tape

musik, yaitu 50 detik dengan musik ....., 10 detik tanpa

musik ....., 50 detik dengan musik .....,

10 detik tanpa musik ...., dan seterusnya. Dengan cara ini anak
akan
mengetahui kapan bergerak dan kapan bersiap-siap untuk
melakukan pada
pos selanjutnya. Anak harus diberi penjelasan secukupnya
mengenai cara pelaksanaan.
Sirkuit keterampilan merupakan bentuk aktivitas yang
dapat dilakukan kapan saja dan untuk cabang olahraga apa
saja. Konsep sirkuit bukan merupakan hal yang baru. Guru
dapat menggunakan sirkuit ini dalam mengajar/melatih.

Rangkuman

Untuk menguasai keterampilan gerak di perlukan suatu


proses belajar yaitu proses belajar gerak.proses belajar gerak
berbeda dengan proses belajar kogitif dan jga dengan proses
belajar afektif. Perbedaanya adalah dalam fase fase belajar yang
di lalui oleh pelajar.

Fitts dan posner, kemudian juga adam telah

mengemukakan teorinya tentang fase belajajar gerak fitts dan

posner mengatakan bahwa proses belajar gerak terbagi menjadi

3 (kognitif,asosiaatif, otonom) Belajar gerak adalah proses

memperoleh pengetahuan, satuan proses dihubungkan dengan

praktek atau pengalaman yang mendorong kearah perubahan

yang secara relative permanen dalam kemampuan untuk

menghasilkan gerak yang terampil.


http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/7300/mod_resou

rce/content/2/URAIAN%20MATERI-kb2.pdf

Anda mungkin juga menyukai