Anda di halaman 1dari 4

PENELITIAN LINTAS BUDAYA MENGENAI KEPRIBADIAN

Suatu aliran pemikiran antropologi yang mnghubungkan variasi dalam pola budaya dengan
masa pengasuhan anak dan jenis kepribadian. Sehingga terdapat jenis kepribadian yang umum
bagi masyarakat yakni basic personality structure serta modal personality yang memusatkan
perhatian kepada penelitian serta pengamatan selama proses pengasuhan serta menghubungkan
sifat utama dalam masyarakat. Contohnya Predisposisi seseorang diumpamakan sebagai ban karet
dimana faktor-faktor genetic menentukan sampai dimana ban karet tadi dapat ditarik dan faktor
lingkungan menentukan sampai seberapa panjang ban karet tadi akan ditarik atau direntang. Dari
hipotesa diatas dapat ditarik bahwa budaya memberi pengaruh pada perkembangan kepribadian
seseorang.

Memperhatikan perilaku orang lain apa yang dilakukannya serta dikatakannya, sikap serta
gerak gerik yang diperlihatkan. Gregory Bateson tidak menggunakan konsepsi "Kepribadian
Modal" sebagian dari pengamatannya yaitu suku Latmul suku Pengayu di Irian. Bateson
melakukan generalisasi tentang cara berlaku yang umum. Catatan-catatan lapangan dapat
dimasukkan dalam lampiran. Bateson menceritakan tingkah laku orang dewasa yang berhasil dan
kaum pemuda yang belum memiliki kedudukan apa-apa

Penelitian Lintas Budaya Mengenai Kepribadian

Menurut Betenson ada penggambaran perilaku khas ditempat kejadian lain, seperti upacara
inisasi, didasarkan pada hasil pengamatan dan interprestasi yang diberikannya. Jika timbul kesan
bahwa ada konsistensi dalam tingkah laku masyarakat pada tempat kejadian dan dalam peristiwa
berlainan maka seorang ahli etnologi dapat menarik kesimpulan-kesimpulan sementara yang
disokong tau dibantah berdasarkan informasi-informasi baru tentang tes-tes proyektif terhadap
kecenderungan kepribadian mereka.

Dalam mengamati perilaku, berguna sekali untuk mengingat bagaimanakah perilaku warga
masyarakat lain dalam keadaan yang sama akan terlihat kontras yang mencyolok. Sebuah film
dokumentasi yang dibuat oleh Gregory Batenson dan Margaret Mead yang berjudul Childhood
Rivalry in Bali and New Guinea (Persaingan pada masa kanak-kanak di Bali dan di Irian),
didalamnya diakan pertandingan antara tingkah laku anak-anak Bali dengan anak-anak Iatmul.
Margaret Mead memberikan boneka kepada anak-anak dari kedua daerah tersebut dan
mendokumentasikan reaksinya. Anak Bali tidak bersedia menerima boneka, karena ibunya
menggunakan boneka tersebut untuk memperolok anaknya (membuat cemburu sang anak melalui
boneka), namun nyatanya ibu-ibu di Bali sering menggoda anaknya seperti itu. Di Iatmul anak-
anak cukup tenang ketika bermain boneka disamping ibu mereka, dan sang ibu tidak mengolok
anaknya. Contoh lain, ada dokumentasi pada upacara melobangi cuping telinga terhadap anak-
anak seumur di Bali dan sebagian di Iatmul. Di Bali, seorang kakak perempuan terlihat biasa saja
ketika melihat adiknya menjalani prosesi tersebut, sedangkan seorang kakak lelaki Iatmul terlihat
begitu cemas ketika adiknya menjalani prosesi terkait. Perbedaan-perbedaan yang ditunjukkan
bahwa di Bali ada perangsang mengenai timbulnya persaingan antar anak-anak, namun di Iatmul
hal ini tidak terjadi, pola perilaku anak-anak meskipun tidak mewakilkan keseluruhan jumlah
penduduk namun tampak sesuai dengan pola-pola khas dalam kebudayaan yang berlainan itu.

Berdasarkan film tersebut, timbul pertanyaan mengenai anak-anak Iatmul yang senang
rukun dan berperasaan halus ini saat tumbuh dewasa berubah menjadi suka nampang, suka
bersaing seperti yang ada pada buku Naven, dijelaskan oleh Bateson hal ini terjadi akibat
perploncoan ganas yang dialami setiap anak lelaki dalam upacara inisiasi: “...dia mengalami
tindakan-tindakan kekerasan tanpa bertanggung jawab serta penghinaan-penghinaan, sehingga
sebagai kompensasi yang berlebihan dia menjadi orang yang kasar – yang disebut orang pribumi
‘orang panas’.”

BAHAN DARI SEJARAH HIDUP PRIBADI

Dalam sejumlah penelitian utama mengenai kebudayaan dan kepribadian seperti yang
dilakukan oleh DuBois dan Gladwin, sejarah hidup dari para informan telah dikumpulkan.
Kesulitannya di sini ialah, bahwa umumnya yang bersedia untuk menceritakan sejarah hidupnya
kepada seorang ahli antropologi adalah anggota masyarakat yang menderita gangguan emosional,
dan yang kurang berhasil dalam hidupnya. Cora DuBois menemukan, bahwa orang-orang Alor
yang lebih berhasil dalam hidupnya terlalu sibuk dengan usaha dan urusan mereka, sehingga tidak
tertarik kepada kegiatan semacam itu.
direncanakan oleh Gladwin dalam penelitiannya mengenai Truk, dan oleh G. Morris Carstairs
dalam penelitiannya mengenai orang-orang Hindu dari kasta tinggi. Carstairs berusaha untuk
memasukkan dalam sampelnya orang-orang yang berhasil dan yang gagal, dari tingkat umur yang
berbeda dan juga informan yang merupakan anak sulung, dan anak-anak di bawah urutan itu.
Dalam membahas sejarah hidup, peneliti mencoba menemukan soal-soal pokok atau tema yang
senantiasa diulang-ulang, dan nilai-nilai serta sikap yang tersirat atau implisit pada si pencerita. ,
seperti yang dilakukan oleh DuBois di Alor.

PERCOBAAN ATAU TEST RORSCHACH

Merupakan salah satu tes untuk penelitian kebudayaan dan kepribadian dalam suatu
kelompok masyarakat. Test Rorschach dilakukan dengan menggunakan 10 kartu dengan titik-titik
noda di setiap kartunya. 5 kartu tidak berwarna (hitam, putih, abu-abu) dan 5 sisanya memiliki
corak yang berwarna warni. Responden akan diminta untuk mendeskripsikan/menginterpretasikan
noda-noda yang ada pada kartu, sedangkan peneliti akan mencatat setiap uraian yang diberikan
oleh responden. Percobaan ini juga disebut sebagai percobaan proyektif karena setiap responden
harus memproyeksikan setiap hal-hal dalam noda tersebut. Meskipun beberapa ahli antropologi
meragukan tes ini, namun tes Rorschach memiliki kelebihan tersendiri yaitu kemudahan mencari
subjek/responden dikarenakan responden tidak harus pandai membaca dan menulis serta tidak
bergantung pada kisaran usia tertentu dan tidak terikat kebudayaan tertentu (sehingga
memungkinkan setiap jawaban memiliki corak tersendiri).
PERCOBAAN APRESIASI TEMATIK (TAT)

Perobaan apresiasi tematik mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian adalah


reproduksi lukisan-lukisan. Sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi buku atau majalah. Dalam
percobaan tersebut para peserta mampu mengemukakan cerita-cerita dapat dianalisa untuk melihat
tem-tema apa yang tibul berulang-ulang. Tema-tema yang agak lain dari yang biasa. Macam-
macam konflik yang dipaparkan, dan bentuk penyelesaiannya. Usaha untuk mengatasi kesukaran
adalah mempergunakan seri TAT yang telah disesuaikan, dimana gambar-gambar dari seri yang
asli diubah dengan penyesuaian kepada kebudayaan dan tempat-tempat dimana percobaan itu
diberikan.

Percobaan TAT pada anak - anak Indian Hopi, Navajo, dan Ojibwa oleh William E. Henry dan
William Claudill.

Indian Hopi

William E Henry melakukan percobaan TAT dari 102 anak - anak umur 6-18 tahun, ditemukan
gambar wanita dewasa yang secara tidak disadari banyak rasa permusuhan terhadap wanita.
Ditekankan pada penguasaan emosi dan kepentingan kelompok, sehingga rasa agresi mencari jalan
keluar melalui desas - desus jahil, pencurian, perusakan - perusakan, dan keganasan terhadap
binatang.

Navajo

William E. Henry menganalisa TAT mengenai anak - anak Navajo yang seumuran dengan anak -
anak suku Indian Hopi ditemukan rasa tanggung jawab yang kurang, kebebasan dan spontanitas
lebih tinggi, dan rasa bersalah pada pelanggaran peraturan kurang dirasakan.

Ojibwa

William Claudill membuat analisa TAT dari 88 anak Ojibwa, Wisconsin bawha sedikit sekali
memperlihatkan emosi, agresi fisik, keadaan mabuk, dan masuk penjara mereka terima sebagai
aspek hidup yang normal.

PENELITIAN MENGENAI ORANG ALOR

Cora DuBois belerja selama 8 bulan di tengah-tengan orang Alor, sebuah pulai di Indonesia.
Dipelajarinya Bahasa Belanda , Bahasa Melayu dan Bahasa daerah. DuBois menulis sebuah
etnografi umum mengenai Alor , yang juga memuat banyak obervasi mengenai tingkah laku ;
diberikannya percobaan Rorschach kepada 37 orang . Percobaan asosiasi kata-kata kepada 36
orang . Percobaan porteus mengenai saliur jalan uang menyesuaikan kepada 55 orang.
Dikumpulkannya gambar-gambar yang dibuat oleh 35 anak lelaki dan 22 anak perempuan yang
dicatatnya 8 riwayat kehidupannya cukup panjang.
Dalam proses pembuatan analisis telah diikuti suatu pembaruan yang menonjol sekali
dalam proyek ini yaitu prosedul “ analisia gelap” yitu bahan-bahan proyektif di serahkan kepada
beberapa ahli yang beragam, yang sebelumnya tidak diberitahukan apa- apa mengenai kebudayaan
Alor itu. Setiap ahli diwajibkan memberikan gambaran umum mengenai kepribadian orang-orang
Alor di atas berdasarkan bahan-bahan yang Diberikan itu. Sekiranya usalan-ulasan memreka
berbeda satu sama lain , orang akan cenderung untuk meragukan kebenaran dari metoda yang telah
dipenrgunakan itu . Pada kenyataan terdapat banyak sekali persamaan di antara laporan itu dan
persesuaian dengan kesan yang di peroleh penulis etnografi tersebut. Metoda ini memperkcil
kemungkinan adanya prasangka dan subyektivitas dalam deskripsi kepribadiaan orang-orang Alor
itu.
Emil Oberholzer, analis Rorschach , mengatakan Bahwa orang Alor saling curga-
mencurigai dan tidak percaya satu sama lain . Dia memperoleh kesimpulan bahwa mereka begitu
pasif, tidak kreatif , fan tisak mempunyai suatu tujuan yang membutuhkan usaha yang harus
dipertahankan. Menurut anggapannya Orang-orang Alor mudah sekali menyerah kepada ledakan
emosi . Mereka tidak mengenal rasa persahabatan yang akrab.
Kardiner mencatat bahwa Figur ayah tidak dijadikan sebagai teladan atau tidak di idealisir
dan pembentukan super ego mereka lemah sekali. Kardiner dan Gardner beranggapan , bahwa
asalnya ialah kelalaian dari pihak ibu , sewaktu anak-anak kecil kaum Ibu lah yang memegang
peran utama ddalam mencari nafkan . Setelah 10 hari sampai 2 minggu melahirkan bayi , sang Ibu
kembali keladng untuk meneruskan usaha pertaniannya .

CONTOH

Anda mungkin juga menyukai