Anda di halaman 1dari 30

RISET dan TEORI DALAM

PSIKOTERAPI

Widyastuti, S. Psi., M. Si., Psikolog


Ahmad Ridfah, S. Psi., M. Psi., Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI UNM


2022
Pertanyaan-pertanyaan yang mendorong perlunya riset
dalam psikoterapi maupun konseling (Dallos & Vetere, 2005).
• Apakah psikoterapi dan konseling memberi efek
positif bagi klien?
• Apakah psikoterapi dan konseling lebih bernilai
dalam hal waktu (waktu yg lebih singkat untuk
memperoleh hasil positif)?
• Apakah psikoterapi dan konseling lebih bernilai
dalam hal biaya (lebih murah dibanding alternatif
lain)?
• Apakah psikoterapi dan konseling lebih atau kurang
efektif di banding pendekatan medis (obat-obatan)?
Perlunya riset membuat psikoterapis dan konselor
harus meningkatkan keterampilan penelitian.

Proses riset seringkali dijelaskan sebagai berikut:


1. dimulai dengan beberapa pertanyaan,
2. kemudian menyaring pertanyaan-pertanyaan
tersebut,
3. mencari metode yang tepat untuk menjawab
pertanyaan,
4. mengumpulkan data,
5. menganalisa data, dan
6. menuliskan laporan hasilnya (Dallos & Vetere, 2005).
Salah satu bentuk penelitian yang berkembang
saat ini adalah ‘practice based evidence’.
Penelitian ini dipengaruhi oleh kurangnya
populasi klinis yang tersedia, kurangnya waktu
para klinisian, sehingga para klinisian
menggunakan klien mereka sekaligus sbg subjek
penelitian. Penelitian tersebut kemudian
melaporkan apa yang telah dilakukan oleh
klinisian dan menjelaskannya secara jelas dan
sistematis (Dallos & Vetere, 2005).
Data yang dikumpulkan saat penelitian dapat terdiri atas
data kuantitatif dan data kualitatif (Dallos & Vetere, 2005).
• Data kuantitatif diperoleh dari pengukuran yang
terstandarisasi selama dan di luar proses terapi. Dapat
pula dilakukan pengukuran yang lebih subjektif melalui
rating.
• Data kualitatif biasanya tidak begitu memperhatikan
mengenai jumlah perubahan yang terjadi, tetapi lebih
kepada makna yang individu capai mengenai apa yang
telah berubah selama terapi, bagaimana terapi tersebut
telah membantu mereka untuk melihat sesuatu secara
berbeda atau mendukung harapan yang mereka miliki
bahwa mereka dapat mengatasinya.
Mengapa kita ingin melakukan penelitian?
Kita ingin melakukan penelitian antara lain
karena:
a. Merupakan bagian dari professional training.
b. Merupakan bagian dari deskripsi tugas.
c. Merupakan keinginan untuk mempromosikan
suatu bentuk psikoterapi.
d. Untuk melakukan generalisasi temuan kita
terhadap metode yang sdh kita adaptasi.
e. dll (Dallos & Vetere, 2005).
Pertanyaan penelitian dlm psikoterapi dapat
dikelompokkan pada (Dallos & Vetere, 2005):
a. Questions of evaluation
b. Questions about the process of psychotherapy
c. Questions about theoretical underpinnings of
pschotherapy

Contoh pertanyaan mengenai evaluation


d. Are narrative counselling therapies effective?
e. How does CBT compare with systemic couples
therapy and drug therapy for severe
depression?
Contoh pertanyaan mengenai the process of
psychotherapy
a. What is the influence of the therapeutic alliance in
counselling and psychotherapy?
b. How do understandings of problem and of oneself
change in the process in the process of therapy?
Contoh pertanyaan mengenai theoretical
underpinnings of psychotherapy
c. What are the attachment dynamics in families with
a member with a diagnosis of anorexia nervosa?
d. What are the core schemas in people struggling
with addictive disorder?
Informasi apa yang telah diberikan oleh
penelitian psikoterapi selama ini? (Lebow, 2006)
a. Psikoterapi berhasil.
b. Psikoterapi secara signifikan mengatasi
masalah.
c. Psikoterapi yang dikombinasikan dengan
obat-obatan menjadi tritmen yang efektif
bagi klien, utamanya bagi klien dengan
schizophrenia, bipolar disorders, childhood
autism (Dixon dkk. dalam Lebow, 2006).
Hasil penelitian dalam psikoterapi selain menunjukkan
kekuatan, juga menunjukkan kelemahan, yaitu (Lebow, 2006):
a. Tidak semua klien terbantu oleh psikoterapi.
b. Perubahan yang terjadi seringkali hanyalah
sementara.
c. Banyak klien mengabaikan psikoterapi secara
prematur, ketika psikoterapi belum menghasilkan
efek.
d. Psikoterapi hanya dapat dijangkau oleh individu
dengan tingkat ekonomi menengah ke atas.
e. Masih kurangnya bukti bahwa psikoterapi memiliki
efek pada dunia nyata, dibanding pada setting yang
dibuat untuk penelitian.
Teori dalam Proses Menolong
(Brammer & MacDonald, 2003)

Teori dibutuhkan oleh helpers untuk


membantu mereka memahami betapa
kompleksnya proses menolong itu.
Teori berperan untuk memberikan arah
terhadap tindakan-tindakan yang akan
dilakukan ketika menolong orang lain.
Teori membantu untuk menjelaskan kepada
helpers bagaimana orang lain memandang suatu
proses perubahan dan pada bagian mana usaha
mereka harus difokuskan.
Tiap helpers akan mengembangkan gaya dan
teori yang dianutnya, karena setiap orang
memiliki pengalaman hidup yang berbeda dan
memiliki cara pandang yang berbeda dalam
melihat orang lain.
Helpers membangun teori dalam tiga tahapan yang
saling tumpang tindih.
• Pertama, mereka merefleksikan pengalaman mereka.
• Kedua, helpers banyak membaca ttg pengalaman
orang lain yang telah membangun teori yang
sistematis berdasarkan pada pengalaman klinis dan
temuan-temuan penelitian.
• Terakhir, helpers menempa pengalaman yang ia miliki
dan pengalaman orang lain menjadi suatu teori yang
unik. Apabila teori tersebut ia tuliskan secara
sistematis, diberi nama, dan menarik orang lain untuk
mengikutinya, maka sang helper mungkin akan
menjadi pendiri suatu teori baru.
Semua pendekatan memiliki keterbatasan dan kekuatan
dalam menjelaskan berbagai peristiwa dalam proses
menolong.
• Suatu teori menjadi berguna ketika ia mampu
mendeskripsikan serta menjelaskan apa yang
seseorang lakukan dan mengapa ia melakukan hal
tersebut.
• Kelemahan dasar yang dimiliki oleh seluruh teori
adalah mereka adalah digeneralisasi dari suatu
observasi terhadap situasi tertentu. Sehingga, ketika
akan diaplikasikan kembali pada individu, kita harus
berhati-hati dengan tidak menganggapnya situasi
yang terjadi adalah sesuatu yang mudah.
Berbagai teori yang umum digunakan dalam
proses menolong, yaitu:
• Eclectic/Integrational
•Psychoanalytic
•Phenomenological
•Behavioral
•Rational
•Transactional-Communicative-Reality
•Life-Style
•Family Systems Theories
•Multicultural Theories
Ada beberapa isu-isu sosial yang memiliki
keterkaitan dengan helping relationship, yaitu:
• Values issues
• Political issues
• Religious and spiritual issues
• Economic issues
• Technological issues
Ada empat hal yang mendasari teori-teori dalam
proses menolong, yaitu:
1. Needs  Individu bertindak untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.
2. Learning
3. Awareness  kenyataan adalah apa yang
dirasakan.
4. Communications  individu tidak mampu
memahami individu yang lain sebab mereka
tidak mampu berkomunikasi dengan individu
lain.
Kapan helpees/ klien berubah?
(Corsini & Wedding dalam Brammer & MacDonald, 2003)

Perubahan terjadi pada helpees ketika mereka:


1. Menyadari bahwa mereka tidak menghadapi masalahnya
sendirian, orang lain memiliki masalah yang mirip.
2. Menerima bahwa penderitaan manusia adalah sesuatu
yang universal.
3. Memahami diri sendiri dengan lebih baik serta
mengembangkan cara pandang yang lebih luas dalam
kehidupan mereka ketika mereka menyadari bahwa
orang lain percaya pada mereka.
4. Mengamati orang lain memecahkan masalah mereka
atau melihat model
5. Menerima unconditional positive regard dari
helper.
6. Mengenali bahwa mereka memperoleh cinta dan
kepedulian dari helper.
7. Mengidentifikasi adanya ikatan emosional yang
dekat terhadap helper.
8. Bereksperimen thd perilaku baru serta
menerima dukungan dan umpan balik.
9. Mengekspresikan perasaan dalam suasana yang
mendukung.
10. Mengakui bahwa ada sesuatu yang salah pada
perilaku mereka dan berkeinginan untuk
melakukan perubahan.
Karakteristik helpee yang memudahkan terjadinya
perubahan, yaitu:
1. Keterlibatan dalam proses.
2. Mau bertanggungjawab atas perilaku mereka.
3. Mampu melihat sesuatu secara objektif.
4. Mau berusaha untuk mendiskusikan apa yang ia
rasakan, dan merasakan perasaan secara akurat.
5. Mau menggunakan rasionalitas untuk
mengoreksi pemikiran negatif, rencana ke
depan, dan bertindak untuk rencana tersebut.
Banyak alasan mengapa helpees tidak berubah.
Salah satunya, mereka takut berubah. Mereka
terperangkap dalam sikap atau perilaku mereka,
tetapi mereka merasa tidak nyaman dan ingin
berubah. Individu yang terperangkap menjadi buta
pada berbagai alternatif, tidak mau mengambil
resiko, merasa capek dan pesimis akan masa
depannya.
Referensi
Brammer, L. M., & MacDonald, G. (2003). The
helping relationship: Process and skills. Eight
Edition. Boston: Pearson Education.
Dallos, R. & Vetere, A. (2005). Researching
psychotherapy and counselling. Berkshire:
Open University Press.
Lebow, J. (2006). Research for the psychotherapist
from science to practice. New York: Routledge.
SLIDE GALERY
The Art of HELPING
Robert R. Carkhuff
NINTH EDITION

• I. INTRODUCTION 1  ?
• Bab 1. HELPING AS A WAY OF LIFE 5
• • For Better or Worse 8
The Art of HELPING
Robert R. Carkhuff
NINTH EDITION

Bab 2 THE HELPEE’S CONTRIBUTION—


INTRAPERSONAL PROCESSING 17  ?
• • Involvement in Processing 19
• • Exploring Human Experiences 20
• • Understanding Human Goals 21
• • Acting upon Programs 22
• • Feedbacking Information 23
• • Summary 24
The Art of HELPING
Robert R. Carkhuff
NINTH EDITION

Bab 3. THE HELPER’S CONTRIBUTION—


INTERPERSONAL PROCESSING 25  ?
• • Attending to Facilitate Involvement 27
• • Responding to Facilitate Exploring 29
• • Personalizing to Facilitate Understanding 31
• • Initiating to Facilitate Acting 33
• • Facilitating Feedback 35
• • Summary 37
The Art of HELPING
Robert R. Carkhuff
NINTH EDITION

• Bab 8 RECYCLING THE HELPING PROCESS 215


?
• • Recycling Attending 224
• • Recycling Responding 225
• • Recycling Personalizing 226
• • Recycling Initiating 227
• • Summary 228
The Art of Helping Others: Being Around, Being There, BeingWise
Heather Smith and Mark K. Smith

Introduction 13  ?
• The art of helping others 15
• Having and being 16
• Being around, being there, being wise 17
• Working with 19
• On personal troubles and public issues 21
The Art of Helping Others: Being Around, Being There, BeingWise
Heather Smith and Mark K. Smith

Bab 5 Working to Make Change Possible 93 ?


• Building communities of truth 94
• Engaging in helping conversations 96
• Nurturing moments of reflection and connection 101
• Teaching and speaking to the condition of others 103
• Encouraging informed and committed action 104
• Evaluating the process of helping 108
• Conclusion 111
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai