Anda di halaman 1dari 20

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN 1

Sullivan: Teori Interpersonal

Disusun Oleh:

Kelompok 6:
Arfrancius Sinaga Samuel H. Debataraja Mega Purba 12900009 12900007 11900001

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2013

Sulivan : Teori Interpersonal

Si anak laki-laki teman seusianya , namun memiliki beberapa teman bermain khayalan. Di sekolah , aksen irlandia dan kepintarannya membuat ia tidak populer di kalangan teman-teman sekolahnya. Kemudian, di usia 8,5 tahun, si anak mengalami hubungan akrab dengan anak laki-laki berusia 13 tahun yang mengubah hidupnya. Kedua anak tersebut tetap tidak populer di kalangan teman-temannya yang lain, namun ikatan yang dekat antara mereka semakin berkembang. Sebagian besar ahli percaya bahwa hubungan antara kedua anak tersebut Harry Stack Sullivan dan Clarence Bellinger-homoseksual, paling tidak pada tingkat tertentu, namun ahli lainnya percaya bahwa kedua anak laki-laki tersebut tidak pernah intim secara seksual. Mengapa penting halnya untuk mengetahui orientasi Sullivan ? Hal ini penting untuk diketahui setidaknya karena dua alasan. Pertama, kepribadian kehidupan awal teoritikus, termasuk jenis kelamin, urutan lahir, keyakinan agamis, latar belakang etnis, sekolah, dan juga orientasi seksual, semua berhubungan dengan keyakinannya saat dewasa, konsep akan kemanusiaan, dan tipe teori kepribadian yang akan ia kembangkan. Kedua, dalam kasus Sullivan, orientasi seksualnya mungkin telah mencegahnya dalam mencapai penerimaan dan pengakuan yang mungkin ia bisa dapatkan apabila orang lain tidak mencurigainya homoseksual. A.H. Chapman menyatakan bahwa pengaruh Sullivan mudah menyebar, namun tidak dihargai karena banyak psikologis dan psikiater di massanya yang sulit menerima konsep teoritis dan praktik terapeutik dari seseorang yang dicurigai homoseksual. Chapman beranggapan bahwa hal-hal kontemporer Sullivan dapat diterima sebagai seniman homoseksual, musisi, atau penulis. Akan tetapi, bila berhadapan dengan psikiater maka mereka masih dibimbing dengan konsep Dokter menyembuhkan dirisendiri. Frasa ini sangat tertanam di masyarakat Amerika pada masa Sullivan sehingga pekerja kesehatan kesulitan untuk mengakui hutang mereka pada psikiater yang homoseksualitasnya diketahui banyak orang. Oleh karena itu, Sullivan yang mungkin saj a dapat mencapai popularitas lebih dalam situasi berbeda, terbelenggu oleh prasangka seksual yang menghambatnya untuk dihargai psikiater Amerika terpenting di paruh pertama abad ke20.

Gambaran Umum Teori Interpersonal


Harry Stack Sullivan, orang Amerika pertama yang membangun teori kepribadian yang komprehensif. Ia percaya bahwa manusia mengembangkan kepribadian mereka dalam konteks sosial. Tanpa orang lain menurut Sullivan , manusia tidak akan memiliki kepribadian. sebuah kepribadian tidak akan dapat terpisah dari hubungan interpersonal kompleks dimana seseorang hidup dan memiliki keberadaannya. Teori Interpersonal Sullivan menekankan pentingnya ragam tahapan perkembangan-masa bayi, kanak-kanak, juvenil, praremaja, remaja awal, remaja akhir, dan dewasa. Perkembangan manusia yang sehat bergantung pada kemampuan manusia untuk mencapai keintiman dengan orang lain, namun sayangnya kecemasan dapat menggagalkan hubungan interpersonal yang memuaskan pada usia berapapun. Mungkin tahapan paling krusial adalah praremaja-periode dimana seseorang anak pertama kalinya memiliki kapasitas untuk keintiman, namun belum mencapai usia dimana hubungan intim mereka diperumit dengan nafsu. Sullivan percaya bahwa manusia dapat mencapai perkembangan yang sehat saat mereka mampu merasakan keintiman dan gairah terhadap orang lain yang sama.

Biografi Harry Stack Sullivan


Harry Sullivan lahir disebuah kota pertanian kecil di Norwich, New York, pada tanggal 21 Februari 1892, satu-satunya anak yang berhasil bertahan hidup, dari pasangan Katolik Irlandia. Ibunya Ella Stack Sullivan, berusia 32 tahun ketika menikah dengan Timothy Sullivan dan berusia 39 tahun ketika melahirkan Harry. Ia telah melahirkan dua anak laki-laki sebelumnya, tetapi tak satupun yang mampu bertahan hidup di tahun pertamanya. Akibatnya ia memanjakan dan melindungi anak tunggalnya, dimana kelangsungan hidup Harry merupakan kesempatannya terakhir untuk menjadi seorang hidup. Ayah Harry, Timothy Sullivan, adalah seorang anak laki-laki pemalu, tertutup, dan pendiam yang tidak pernah memiliki hubungan erat dengan anaknya hingga ketika istrinya meninggal dan Sullivan telah menjadi ternama. Walaupun kedua orang tuanya adalah keturunan Katolik Irlandia yang miskin, ibunya beranggapan bahwa keluarga Stack secara sosial lebih superior dibanding dengan keluarga Sullivan. Sullivan menerima kedudukan sosial tertinggi keluarga Stack di atas keluarga Sullivan hingga ia menjadi psikiater ternama yang mengembangkan teori interpersonal yang menekankan persamaan antara manusia, bukan perbedaan.

Selama ia tinggal di New York, Sullivan juga dipengaruhi oleh beberapa ilmuwan sosial ternama dari Chicago University, yang merupakan pusat studi sosiologi dari Amerika selama tahun 1920-an sampai 1930-an. Termasuk diantaranya adalah psikologi sosial, George Herbert Mead, sosiolog Robert Ezra Park, dan W.I Thomas, antropolog Edward Sapir, serta ilmuwan politik Harold laswell. Sullivan, Sapir, dan Laswell memiliki peran utama dalam mendirikan Yayasan Willian Alanson White di Washington DC.dengan tujuan menyatukan psikiatri dengan ilmu-ilmu sosial lain. Oleh karena kegiatan-kegiatan ini, Sullivan meninggalkan praktiknya di New York, yang sebetulnya juga tidak menguntungkan, dan pindah kembali ke Washington DC, dimana ia dapat tetap berhubungan dekat dengan sekolah dan jurnal.

Ketengangan
Seperti Freud dan Jung, Sullivan melihat kepribadian sebagai sistem energi. Energi dapat berupa ketengangan dan tindakan itu sendiri. Ketegangan adalah potensi tindakan yang mungkin atau tidak mungkin dalam kesadaran. Banyak ketegangan, seperti rasa cemas, firasat, kebosanan, rasa lapar, dan hasrat seksual dirasakan, namun tidak selalu pada tingkat kesadaran.

Kebutuhan.
Kebutuhan adalah ketegangan yang dibawa oleh ketidakseimbangan biologis antara seseorang dengan lingkungan fisiokimiawi, baik di dalam maupun luar organisme. Kebutuhan bersifat sementara saat mereka terpuaskan, mereka kehilangan, mereka kehilangan kekuatan untuk sementara, namun seiring waktu, mereka cenderung untuk muncul kembali. Kebutuhan interpersonal yang paling dasar adalah kelembutan. Kelembutan adalah kebutuhan umum karena berkaitan dengan kesejahteraan seseorang secara menyeluruh.

Kecemasan
Ketegangan tipe kedua adalah kecemasan, berbeda dengan ketegangan akan kebutuhan dalam arti ia bersifat memisahkan, lebih tersemar dan samar, oleh karena itu tidak menuntut tindakan konsisten untuk menghilangkannya. Apabila seorang bayi kehilangan makanan, maka rangkaian tindakan mereka jelas. Akan tetapi bila mereka merasa cemas, maka tidak banyak yang dapat dilakukan untuk melarikan diri dari rasa cemas tersebut.

Transformasi Energi

Ketegangan yang diubah bentuk menjadi tindakan, baik tersembunyi maupun terbuka disebut transformasi energi. Istilah yang agak aneh ini semata-mata mengacuh pada tingkah laku kita yang bertujuan memuaskan kebutuhan dan mengurangi kecemasan-dua ketengangan utama. Tidak semua transformasi energi terlihat jelas sebagai tindakan terbuka; sebagian besar berbentuk emosi, pikiran, atau tingkah laku tersembunyi yang dapat disembunyikan dari orang lain.

Dinamisme
Transformasi energi diorganisir menjadi pola tingkah laku umum yang membangun karakter seseorang sepanjang hidup mereka. Sullivan menyebut pola tingkah laku ini dinamisme, istilah yang artinya lebih kurang sama dengan sifat atau pola kebiasaan. Dinamisme memiliki dua kelas utama, yaitu pertama dinamisme yang berkaitan dengan zona khusus pada tubuh termasuk mulut, anus, dan alat genital. Kedua, dinamisme yang berkaitan dengan ketegangan. Kelas kedua ini terdiri dari tiga kategori-yang disjungtif (berlawanan), yang mengasingkan, dan yang konjungtif (menghubungkan).

Kedengkian
Kedengkian adalah dinamisme disjungtif akan kejahatan dan kebencian yang ditandai oleh perasaan hidup di antara musuh-musuh. Kedengkian muncul sekitar usia dua atau tiga tahun, saat tindakan anak sebelumnya menyebabkan kelembutan maternal, disangkal, tidak diacuhkan, atau disambut dengan kecemasan dan rasa sakit. Ketika orang tua berusaha mengendalikan tingkah laku anak dengan rasa sakit fisik dan teguran, sebagian anak akan belajar untuk menahan ungkapan kebutuhan akan kelembutan dan akan untuk melindungi diri mereka sendiri dengan mengadopsi sifat dengki. Orang tua dan kelompok temannya akan semakin sulit untuk memberikan reaksi dengan kelembutan, yang akhirnya menguatkan sikap negatif anak terhadap dunia. Tindakan dengki dapat berupa sifat penakut, kenakalan, kekejaman, dan tingkah laku asosial atau antisosial lainnya.

Keintiman
Keintiman tumbuh dari kebutuhan sebelumnya akan kelembutan, namun lebih spesifik dan melibatkan hubungan interpersonal antara dua orang dengan status kurang lebih setara. Keintiman berbeda dengan minat seksual. Bahkan, keintiman berkembang sebelum pubertas, idealnya selama pra remaja yang biasanya didapati antara dua orang anak-anak, masing-masing memandang pasangannya sebagai orang dengan nilai setara. Oleh karena

keintiman adalah dinamisme yang membutuhkan kemitraan yang seimbang, maka hal ini biasanya tidak didapati dalam hubungan orangtua-anak kecuali keduanya dewasa dan memandang satu sama lain sebagai orang yang sebanding. Keintiman adalah dinamisme dengan sifat integrasi yang cenderung untuk menarik reaksi penuh cinta kasih dari orang lain, oleh karena itu mengurangi kecemasan dan kesendirian, dua pengalaman yang sangat menyakitkan.

Berahi
Berahi adalah kecenderungan mengasingkan, tidak membutuhkan siapapun untuk memenuhinya. Berahi menampilkan dirinya sebagi tingkah laku otoerotis bahkan ketika seseorang menjadi obyek berahi orang lain. Berahi khususnya merupakan dinamisme yang sangat kuat selama masa remaja, dimana pada masa itu berahi biasanya menyebabkan rasa percaya diri seseorang berkurang. Usaha dalam aktifitas berahi biasanya ditolak oleh orang lain sehingga meningkatkan kecemasan dan mengurangi rasa percaya diri.

Sistem Diri
Dinamisme paling kompleks dan inklusif adalah sistem diri, pola tingkah laku konsisten yang mempertahankan rasa aman interpersonal manusia dengan melindunginya dari kecemasan. Seperti keintiman, sistem diri adalah dinamisme konjungtif yang timbul dari situasi interpersonal. Akan tetapi, sistem dari berkembang terlebih dahulu dari keintiman, yaitu saat usia sekitar dua belas sampai delapan belas bulan. Sebagaimana anak-anak mengembangkan intelegensi dan antisipasi, mereka mampu mengenali tingkah laku mana yang berkaitan dengan peningkatan atau penurunan kecemasan. Kemampuan untuk mendeteksi peningkatan dan pengurangan sedikit kecemasan ini menghasilkan sistem diri dari tanda peringatan sebagai bagiannya. Akan tetapi, peringatan tersebut merupakan anugerah yang tercampur. Di satu sisi, ia bekerja sebagai sinyal, mengingatkan manusia bila kecemasan meningkat dan memberi mereka kesempatan untuk melindungi diri mereka sendiri. Di sisi lain, keinginan untuk perlindungan dari kecemasan ini membuat sistem diri tahan akan perubahan dan mencegah manusia untuk mengambil keuntungan dari pengalaman pemenuhan kecemasan. Oleh karena tugas sistem ini adalah melindungi manusia dari kecemasan, maka ia merupakan penghalang utama perubahan-perubahan yang diinginkan dari kepribadian

Kendali dari kesadaran fokus, disebut ketidakacuhan selektif (inattention selective), meruapakan penolakan untuk melihat apa yang tidak ingin kita lihat. Hal ini berbeda dengan keberceraian, baik dalam derajat dan asalnya. Pengalaman yang tidak diacuhkan secara selektif lebih muda dicapai dalam kesadaran dan lebih terbatas dalam lingkupnya. Ketidak acuhan selektif bermula setelah kita mencapai sistem diri dan dipicu oleh usaha usaha kita untuk merintangi pengalaman-pengalaman yang tidak konsisten dengan sistem diri yang sudah ada.

Personifikasi
Dimualai saat bayi dan berlanjut selama berbagai tahapan perkembangan, manusia memperoleh gambaran tertentu akan diri mereka dan orang lain. Gambaran-gambaran ini , disebut personifikasi, mungkin cukup akurat atau mungkin karena diwarnai oleh kebutuhan dan kecemasan manusia, personifikasi mungkin banyak diubah. Sullivan menggambarkan tiga personifikasi dasar yang berkembang selama masa bayi-ibu yang buruk, ibu yang baik, dan saya. Sebagai tambahan, sebagian anak memperoleh personifikasi eidetik selama masa kanak-kanak.

Ibu yang Buruk, Ibu yang Baik


Pengertian Sullivan akan ibu yang buruk dan ibu yang baik sama dengan Konsep Klein akan payudara baik dan payudara buruk. Personifikasi ibu yang buruk,sebenarnya tumbuh dari pengalaman bayi terhadap puting buruk, yaitu puting yang tidak memuaskan kebutuhan akan rasa lapar. Tidak penting apakah puting tersebut adalah milik ibu atau botol yang dipegang oleh ibu,ayah, perawat,atau orang lain.Personifikasi yang buruk hampir tidak bisa dibedakan karena ia mencakup semua orang yang terlibat dalam situasi perawatan. Personifikasi ini bukan gambaran ibu yang nyata, namun hanya representasi samar dari bayi akan keadaan disusui yang tidak selayaknya. Setelah personifikasi yang buruk terbentuk, seorang bayi akan memperoleh dan membentuk personifikasi ibu yang baik berdasarkan kelembutan dan tingkah laku kooperatif dari seseorang yang keibuan. Kedua personifikasi tersebut, salah satunya didasari oleh persepsi bayi akan ibu yang jahat dan cemas, dan lainnya didasari oleh ibu yang tenang, lembut, dan berpadu membentuk personifikasi kompleks yang terdiri dari kualitas-kualitas bertentangan diproyeksikan pada orang yang sama. Akan tetapi, hingga bayi

mengembangkan bahasa, kedua gambaran ibu yang bertentangan tersebut, hidup bersama dengan mudah (Sullivan,1935b).

Personifikasi Saya
Selama masa pertengahan bayi, seorang anak memperoleh tiga personifikasi saya( saya yang buruk, saya yang baik,bukan saya) yang membentuk balok pembangun personifikasi diri. Masing-masing berhubungan dengan berkembangan konsep akan saya dan tubuh saya. Personifikasi saya yang buruktampil dari pengalaman-pengalaman hukuman dan ketidaksetujuan yang bayi terima dari mereka yang keibuan. Kecemasan yang dihasilkan cukup kuat untuk mengajarkan bayi bahwa mereka buruk, namun tidak cukup parah untuk menyebabkan pengalaman tersebut tercerai atau tidak diacuhkan secara selektif. Sebegaimana semua personifikasi, saya yang buruk dibentuk di luar situasi interpesonal, yaitu bayi bisa belajar bahwa diri mereka buruk hanya dari orang lain, biasanya hanya ibu yang buruk. Personifikasi saya yang baik dihasilkan dari pengalaman-pengalaman bayi dengan penghargaan dan persetujuan. Bayi merasa baik akan diri mereka sendiri ketika mereka menerima ungkapan kelembutan ibu. Pengalaman demikian mengurangi kecemasan dan menumbuhkan personifikasi saya yang baik. Akan tetapi kecemasan berat mendadak dapat menyebabkan bayi membentuk personifikasi bukan saya dan entah pengalaman tercerai atau pengalaman tidak diacuhkan secara efektif akan dikaitkan dengan kecemasan itu. Seorang bayi menyangkal pengalaman-pengalaman ini dari gambaran saya agar mereka menjadi bagian dari personifikasi bukan saya. Personifikasi bukan saya yang samar-samar ini juga ditemukan pada saat dewasa dan diungkapkan dalam mimpi, episode skizofernia, dan reaksi tercerai lainnya. Sullivan percaya bahwa pengalaman-pengalaman mengerikan ini selalu didahului dengan peringatan. Ketika seorang dewasa diserang kecemasan berat mendadak, mereka terlampaui oleh emosi ajaib. Walaupun pengalaman ini melumpuhkan manusia dalam hubungan interpesonal mereka, ia berfungsi sebagai sinyal bererti akan datangnya reaksi skizofernia. Emosi ajaib mungkin dialami dalam mimpi dan berbentuk kekaguman, horor,kebencian,atau sensai dingin merayap (Sullivan,1935b).

Personifikasi Eidetik
Tidak semua hubungan interpesonal terjadi dengan orng nyata. Sebagian adalah personifikasi eidetik, yaitu sifat tidak nyata atau teman khayalan yang banyak diciptakan oleh

anak dengan tujuan melindungi rasa percaya diri mereka. Sullivan(1964) percaya bahwa teman khayalan mungkin sama pentingnya dalam perkembangan anak sebagaimana teman nyata. Personifikasi eidetik, bagaimanapun, tidak terbatas hanya pada anak-anak. Sebagian besar orang dewasa melihat sifat fiktif dalam diri orang lain. Personifikasi eidetik dapat menciptakan konflik dalam hubungan interpesonal ketika manusia memproyeksikan sifat khayalan yang merupakan sisa dari hubungan terdahulu. Personifikasi ini juga mengganggu komunikasi dan mencegah manusia untuk berfungsi pada tingkat kognisi yang sama.

Tingkat Kognisi
Sullivan membagi kongnisi menjadi tiga tingkat atau tiga gaya pengalaman, yaitu prototaksis, parataksis, dan sintaksi. Tingkat kongnisi mengacu pada cara merasa, membayangkan, dan memahami. Pengalaman pada tingkat prototaksis mustahil untuk dikomunikasikan; pengalaman parataksis merupakan pengalaman pribadi, pralogis, dan dikomunikasikan hanya dalam bentuk yang sudah diubah; dan kognisi sintaksis merupakan komunikasi interpersonal bermakna.

Tingkat Prototaksis
Pengalaman paling awal dan primitif seorang bayi terjadi pada tingkat prototaksis. Oleh karena pengalaman-pengalaman ini tidak dapat dikomunikasikan dengan orang lain, maka mereka sulit untuk digambarkan atau dijabarkan. Satu cara untuk memahaminya adalah dengan membayangkan pengalaman subjektif paling awal seorang bayi yang baru lahir. Pengalaman-pengalaman ini dengan cara tertentu, pasti berkaitan dengan zona yang berbedabeda pada tubuh. Bayi yang baru lahir merasa lapar dan sakit, dan pengalaman prototaksis tampil dalam tindakan yang diamati, contohnya, mengisap atau menangis. Si bayi tidak tahu alasan dari tindakan tersebut dan tidak melihat hubungan antara tindakan tersebut dan terpuaskannya rasa lapar. Sebagai pengalaman yang tidak dikenali, kejadian prototaksis di luar ingatan sadar. Pada orang dewasa, pengalaman prototaksis berbentuk sensasi-sensasi sementara, bayangan, perasaan, suasana hati, dan kesan. Gambaran-gambaran mimpi primitif dan kehidupan dalam keadaan bangun dirasakan dengan lemah dan sepenuhnya tidak sadar. Walaupun manusia tidak mampu untuk mengomunikasikan gmbaran-gambaran ini pada

orang lain, mereka terkadang bisa memberi tahu orang lain bahwa mereka baru saja merasakan sensani aneh, yang tidak bisa mereka jelaskan dengan kata-kata.

Tingkat Parataksis
Pengalaman parataksis adalah pengalaman pralogis dan biasanya timbul ketika seseorang berasumsi bahwa dua kejadian yang terjadi bersamaan memiliki hubungan sebabakibat. Kognisi parataksis lebih mudah dikenal daripada pengalaman prototaksis, namun maknanya tetap pribadi. Oleh karena itu, pengalaman ini dapat dikomunikasikan dengan orang lain dalam bentuk yang telah diubah. Contoh pemikiran parataksis adalah ketika seorang nak dikondisikan untuk mengatakan tolong untuk mendapatkan permen. Bila permen dan tolong muncul bersamaan beberapa kali, maka seorang anak akhirnya mencapai kesimpulan tidak logis bahwa permohonannya mendatangkan permen. Kesimpulan ini adalah distorsi parataksis atau keyakinan logis akan adanya hubungan sebab-akibat antara dua kejadian dalam waktu dekat. Bagaimanapun, berkatatolong , tidak hanya dengan kata itu, menyebabkan munculnya permen. Orang yang memebrikan harus hadir untuk mendengar kata tersebut dan mampu serta mau memenuhi permintaannya. Ketika tidak ada orang seperti itu, seorang anak akan meminta Tuhan atau orang-orang khayalan untuk memenuhi permintaannya. Sebagian tingkah laku dewasa datang dari pemikiran parataksis yang sama.

Tingkat Sintaksis
Pengalaman yang sudah tervalidasi dalam mufakat dan dapat dikomunikasikan secara simbolis terjadi pada level sintaksis. Pengalaman tervalidasi dalam mufakat adalah pengalaman yang maknanya disetujui dua orang atau lebih. Kata-kata, misalnya, tervalidasi dalam mufakat karena orang-orang lebih kurang setuju maknanya. Simbol yang paling sering digunakan oleh seseorang untuk berkomunikasi satu sama lain adalah bahasa, termasuk katakata dengan gerakan isyarat. Sullivan berhipotesis bahwa kognisi sintaksis pertama kali muncul ketika suara atau gerakan isyarat mulai memiliki makna yang sama bagi orangtua dan anak. Tingkat kognisi sintaksis menjadi lebih umum ketika anak mulai mengembangkan bahasa formal, namun ia tidak pernah benar-benar menggantikan kognisi prototaksis dan parataksis. Pengalaman dewasa terjadi di ketiga tingkat.

Sebagai rangkuman, memperkenalkan dua jenis pengalaman-ketegangan dan transformasi energi. Ketegangan atau potensi tindakan,mencakup kebutuhan dan kecemasan. Sementara kebutuhan bersifat berguna dan konjungtif bila dipenuhi, kecemasan selalu bersifat disjungtif, merintangi pemuasan kebutuhan dan mengganggu hubungan interpersonal . Transformasi energi secara harafiah melibatkan transformasi energi potensial menjadi energi aktual (tingkah laku) dengan tujuan memuaskan kebutuhan atau mengurangi kecemasan. Sebagian tingkah laku ini membentuk pola konsisten tingkah laku yang disebut dinanisme. Sullivan juga memperkenalkan tiga tingkat kognisi-prototaksis, parataksis, dan sintaksis. Tabel 8.1 merangkup konsep kepribadian Sullivan. Tabel 8.1 Rangkuman Teori Kepribadian Sullivan I.Ketegangan (potensi tindakan) A. Kebutuhan (konjungtif, membantu integrasi kepribadian) 1. Kebutuhan umum (memfasilitasi keseluruhan kesejahteraan seseorang) a. Interpersonal (kelembutan, keintiman, dan cinta) b. Fisiologis (makanan, oksigen, air, dan seterusnya) 2. Kebutuhan zona khusus (juga dapat memuaskan kebutuhan umum) a. Oral b. Genital c. Manual B. Kecemasan (disjungtif; berhubungan dengan pemuasan kebutuhan) II. Transformasi Energi (tindakan terbuka atau tersembunyi yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan atau mengurangi kecemasan. Sebagian transformasi energi menjadi pola perilaku yang cukup konsisten disebut dinamisme) III. Dinamisme (sifat atau pola perilaku) a. Kedengkian (perasaan hidup di negeri musuh)

b. Keintiman (pengalaman terintegrasi ditandai dengan hubungan pribadi yang erat dengan orang lain yang memilki status kurang lebih setara) c. Berahi (dinamisme teransingkan ditandai dengan minat seksual impersonal pada orang lain) IV. Tingkat Kognisi (cara merasa, membayangkan, dan memahami) A. Prototaksis (pengalaman yang tak dikenali dan bersifat sepenuhnya pribadi) B. Parataksis (pengalaman pralogis yang dikomunikasikan dengan orang lain dalam bentuk yang telah diubah) C. Sintaksis (pengalaman tervalidasi dalam mufakat yang dapat dikomunikasikan dengan orang lain secara akurat)

Tahapan Perkembangan
Sullivan (1935b) menyatakan tujuh masa atau tahapan perkembangan, yang masingmasing krusial bagi pembentukan kepribadian manusia. Tali hubungan interpersonal telurur sepanjang tahapan-tahapan itu; orang lain sangat dibutuhkan unutk perkembangan seseorang dari masa bayi hingga dewasa matang. Perubahan kepribadian dapat terjadi kapan pun, namun cenderung terjadi selama masa transisi dari satu tahapan ke tahapan berikutnya. Sebenarnya, periode permulaan ini lebih krusial daripada tahapan itu sendiri. Pengalaman tercerai sebelumnya atau pengalaman tidak diacuhkan secara selektif dapat memasuki sistem diri selama masa transisi. Sullivan berhipotesis bahwa,sebagaimana satu pengalaman melalui salah satu ambang tahap perkembangan yang kurang lebih dapat dipastikan ini, semua yang telah hilang sebelumnya secara masuk akal menjadi terbuka bagi pengaruh (hlm 27). Tujuh masa atau tahapan perkembangan yang dikemukakan Sullivan adalah masa bayi, kanak-kanak, juvenil, praremaja, remaja awal, remaja akhir, dan dewasa.

Masa Bayi
Masa bayi dimulai saat lahir dan berlanjut hingga anak mengembangkan kemampuan bicara yang fasih atau sintaksis, biasanya pada usia 18 sampai 24 bulan. Sullivan percaya bahwa seorang bayi menjadi manusia melalui kelembutan seseorang yang keibuan. Pemuasan kebutuhan setiap manusia pada awalnya menuntut kerja sama dari orang lain. Bayi tidak akan

bertahan hidup tanpa seseorang yang keibuan untuk menyediakan makanan, naungan, suhu yang cukup, kontak fisik, dan membersihkan kotorannya. Hubungan empati antara ibu dan anak pasti menyebabkan perkembangan kecemasan dalam diri bayi. Sebagai manusia, ibu memasuki hubungan dengan tingkat kecemasan yang sebelumnya ia pelajari. Kecemasannya mungkin timbul dari salah satu pengalamannya yang beragam, namun kecemasan pertama bayi selalu dihubungkan dengan situasi perawatan dan zona oral. Tidak seperti pada ibu, tingkah laku yang dapat dilakukan bayi tidak mampu mengatasi kecemasan. Jadi,kapan pun bayi merasa cemas (kondisi yang dihasilkan dari apa yang dipancarkan ibu mereka), mereka akan mencoba cara apapun untuk mengurangi kecemasan. Usaha ini biasanya mencakup menolak puting, namun tidak dapat mengurangi kecemasan atau pun memuaskan kebutuhan akan makanan. Penolakan bayi terhadap puting, tentunya, bukan penyebab kecemasan awal sang ibu, namun sekarang menambah kecemasan tersebut. Pada akhirnya, bayi akan membedakan antara puting uang baik dan puting yang buruk; puting yang baik diasosiasian dengan proses menyusui yang cukup membahagiakan; puting yang buruk diasosiasikan dengan kecemasan abadi. (Sullivan,1935b). Seorang bayi mengungkapkan kecemasan dan rasa lapar mereka dengan menangis. Seseorang yang keibuan mungkin salah memahami kecemasan dengan rasa lapar dan memasukkan puting pada bayi yang cemas ( namun tidak lapar). Situasi berlawanan

mungkin terjadi ketika seorang ibu, dengan alasan apapun,gagal untuk memenuhi keputusan bayi. Sang bayi lalu akan mengalami rasa marah, yang akan meningkatkan kecemasan ibu dan mengacaukan kemampuan mereka untuk bekerja sama dengan bayinya. Dengan ketegangan yang memuncak, sang bayi kehilangan kemampuan untuk menerima kepuasan, namun kebutuhan akan makanan tentunya harus meningkat. Akhirnya, sebagaimana ketegangan mendekati teror, bayi mengalami kesulitan bernapas. Sang bayi bahkan mungkin berhenti bernapas dan menjadi kebiruan, namun perlindungan dalam diri akan apatis dan pelepasan kelelahan melindungi bayi dari kematian. Apatis dan pelepasan kelelahan kelelahan memungkin bayi untuk tidur walaupun dalam keadaan lapar( Sullivan, 1935b). Selama masa menyusui, bayi tidak hanya menerima makanan, namun juga memuaskan kebutuhan akan kelembutan. Kelembutan yang diterima bayi pada masa ini menuntut kerjasama seseorang yang keibuan yang memperkenalkan bayi pada berbagai strategi yang dibutuhkan oleh situasi interpersonal. Akan tetapi hubungan ibu dan anak

seperti koin dua sisi. Bayi mengembangkan personifikasi ganda ibu, melihat mereka sebagai yang baik dan buruk; sang ibu dianggap baik ketika memenuhi kebutuhan dan buruk memancing kecemasan. Masa bayi ini ditandai dengan bahasa autistik, yaitu bahasa pribadi yang sedikit atau yang tidak masuk akal sama sekali bagi orang lain. Komunikasi awal terjadi dalam bentuk ungkapan wajah dan membunyikan berbagai fonem. Keduanya dipelajari dengan menirukan, hingga akhirnya muncul gerakan isyarat dan suara ucapan yang memiliki makna sama, baik bagi bayi maupun orang lain. Komunikasi ini menandai awal bahas sintaksis dan akhir dari masa bayi.

Masa Kanak-kanak
Masa kanak kanak dimulai dengan munculnya bahasa sintaksis dan berlanjut sampai timbulnya kebutuhan akan teman dengan status setara. Usia kanak-kanak, beragam dari kultur yang satu dengan kultur yang lain dan dari individu yang satu yang satu dengan indiviulain, namun dalam masyarakat Barat, biasanya merupakan periode dari usia sekitar1824 bulan sampai sekitar 5 atau 6 tahun. Selama tahapan ini, sang ibu tetap menjadi orang lain yang signifikan, namun perannya berbeda dengan ketika masa bayi. Personifikasi ganda akan ibu sekarang melebur dan menjadi satu dan persepsi anak akan ibu menjadi lebih kongruen dengan ibunyata. Walaupun demikian, personifikasi ibu yang baik dan ibu yang buruk biasanya di tahan di tingkat parataksis. Selain memadukan personifikasi ibu, anak membedakan berbagai orang yang sebelumnya membentuk konsep seseorang yang keibuan, memisahkan ibu dan ayah dan melihat masing masing mereka memiliki peran yang berbeda. Pada sekitar waktu yang sama, anak-anak meleburkan personifikasi saya ke dalam dinamisme diri. Ketika mereka telah mencapai bahasa sintaksis, mereka tidak bisa lagi berhadapan secara sadar dengan saya yang buruk dan saya yang baik secara bersamaan. Sekarang mereka memberi lebel tingkah laku sebagai baik atau buruk dengan menirukan orangtua mereka. Akan tetapi, label ini berbeda dengan personifikasi lama pada masa bayikarena label ini dilambangkan pada tingkat sintaksis dan berasal dari tingkah laku anak, bukan peningkatan atau penurunan kecemasan mereka. Selain itu baik dan buruk sekarang menyiratkan nilai sosial dan moral dan tidak lagi mengacu pada ketidakhadiran dan kehadiran ketegangan menyakitkan yang disebut kecemasan.

Selain orangtua mereka, anak-anak usia prasekolah sering memiliki hubungan signifikan lainnya-teman khayalan. Teman khayalan ini memungkinkan anak untuk memiliki hubungan yang aman dan kokoh dan hanya menghasilkan sedikit kecemasan. Orang tua kadang mengamati anak usia prasekolah mereka berbicara dengan teman khayalan mereka, menyebut namanya, dan bahkan mungkin memaksa untuk tempat tambahan di meja, menyediakan ruang di mobil, atau di tempat tidur untuk teman mereka. Banyak orang dewasa juga dapat mengingat kembali pengalaman masa kanak-kanak mereka dengan teman khayalan. Sullivan menyatakan bahwa memiliki teman khayalan bukanlah tanpa ketidakstabilan atau patologi, namun kejadian positif yang membantu anak agar siap menghadapi keintiman dengan teman nyata selama tahapan praremaja. Teman-teman khayalan ini menawarkan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain yang aman dan tidak akan meningkatkan tingkat kecemasan mereka. Hubungan yang nyaman dan tidak mengancam dengan teman khayalan ini memungkinkan anak menjadi lebih mandiri dari orangtua dan untuk berteman di tahun-tahun selanjutnya. Sullivan (1935b) mengacu pada masa kanak-kanak sebagai periode akulturasi yang pesat. Selain memperoleh bahasa, anak-anak belajar pola kebersihan,toilet training, kebiasaan makan, dan harapan peran gender. Mereka juga mempelajari dua proses penting lainnya, yaitu dramatisasi dan keterpakuan. Dramatisasi adalah usaha untukbertindak atau bersuara seperti figur otoriter yang signifikan, khususnya ibu dan ayah. Keterpakuan adalah strategi untuk menghindari kecemasan dan situasi yang dapat menimbulkan ketakutan dengan tetap terpaku pada kegiatan yang sebelumya telah terbuktu berguna atau berharga. Sikap kedengkian akan mencapai puncak selama tahun tahun prasekolah, dan hal ini memberikan anak-anak perasaan kuat akan hidup di tempat musuh atau lawan. Disaat yang bersamaan, anak anak belajar bahwa masyarakat telah menempatkan batasan batasan tertentu dalam kebebasan mereka. Dengan batasan batasan dan dari pengalaman yang disetujui dan tidak disetujui, anak anak mengembangkan dinamisme diri, yang membantu mereka mengatasi kecemasan dan menstabilkan kepribadian mereka. Sebenarnya, sistem diri memperkenalkan begitu banyak stabilitas yang membuat perubahan di masa depan begitu sulit.

Masa Juvenil
Masa juvenil dimulai dengan adanya kebutuhan akan kelompok akan teman atau teman bermain dengan status setara, dan diakhiri saat seseorang menemukan satu teman

untuk memuaskan kebutuhan akan keintiman. Di Amerika Serikat, tahapan juvenil secara paralel kurang lebih merupakan tiga tahun pertama sekolah, awal usia 3 atau 6 tahun dan berakhir sekitar usia 8,5 tahun. (hal yang menarik bahwa Sulivan begitu spesifik dengan usia dimana periode berakhir dan tahapan praremaja dimulai. Ingat bahwa Sullivan berusia 8,5 tahun ketika ia mulai memiliki hubungan intim dengan anak laki laki berusia 13 tahun di pertanian setempat.) Selama tahapan juvenil, Sullivan percaya, bahwa anak seharusnya belajar untuk bersaing, berkompromi, dan bekerja sama. Tingkat persaingan yang ditemukan antara anak anak usia ini beragam sesuai kulturnya, namun Sullivan percaya bahwa orang orang di Amerika Serikat pada umumnya terlalu menekankan persaingan. Banyak anak percaya bahwa mereka harus kompetitif untuk menjadi sukses. Kompromi juga dapat berlebihan. Seorang anak berusia tujuh tahun yang terus menerus menyerah pada oranglain dirugikan dalam proses sosialisasi, sifat mudah mengalah ini mungkin berlanjut dan membentuk karakter orang dalam hidupnya nanti. Kerja sama mencakup semua proses yang dibutuhkan untuk bergaul dengan orang lain. Anak usia juvenil harus belajar bekerja sama dengan orang lain di dunia nyata akan hubungan interpersonal. Kerja sama adalah langkah enting untuk hidup bermasyarakat dan merupakan tugaz terpenting yang dihadapi anak pada masa perkembangan ini. Selama masa juvenil, anak anak berhubungan dengan anak anak lain yang dianggap setara. Hubungan satu satu jarang ditemukan, namun bila ada, biasanya cenderung kenyamanan dan bukannya keintiman tulus. Anak laki-laki dan perempuan main dengan satu sama lain tanpa terlalu menganggap jenis kelamin teman lainnya. Walaupun hubungan pasangan permanen tetap ada di masa depan, anak anak usia ini mulai membedakan diri di antara mereka sendiri dan membedakan orang dewasa. Di akhir tahapan juvenil,seorang anak seharusnya sudah mengembangkan orientasi terhadap hidup yang memudahkannya untuk secara konsisten mengatasi kecemasan, memuaskan kebutuhan kelembutan dan zona khusus, serta merancang tujuan berdasarkan ingatan dan tinjauan masa depan. Orientasi terhadap hidup ini menyiapkan seseorang untuk hubungan interpersonal lebih dalam di masa yang akan datang (Sullivan, 1935b).

Masa Praremaja

Masa praremaja, yang di mulai saat usia 8,5 tahun dan berakhir pada masa remaja adalah waktu untuk keintiman dengan orang tertentu, biasanya seseorang dengan jenis kelamin yang sama. Karakteristik luar biasa dari para remaja adalah permulaan dari kemampuan untuk mencintai. Sebelumnya, semua hubungan interpersonal didasari oleh pemuasan kebutuhan, namun selama praremaja, keintiman dan cinta menjadi intisari dari pertemanan. Keintiman mencakup hubungan dimana didalamnya keduanya bersama-sama memvalidasi nilai keberhargaan temannya. Cinta diperoleh ketika kepuasan atau rasa aman seseorang menjadi sama signifikannya bagi orang lain sebagai mana rasa kepuasan dan rasa aman itu sendiri.

Masa Remaja Awal


Masa remaja awal diawali pubertas dan diakhiri dengan kebutuhan akan cinta seksual terhadap seseorang. Masa ini ditandai oleh ledakan ketertarikan genetil dan datangnya hubungan yang bersifat berahi. Di Amerika serikat, remaja awal secara umum parallel dengan tahun-tahun sekolah menengah. Namun, seperti sebagian besar tahapan-tahapan lainnya, Sullivan tidak menekankan pada usia kronologis. Sullivan percaya bahwa remaja awal adalah titik balik dalam perkembangan kepribadian. Seseorang dapat keluar dari tahapan ini atas perintah keintiman dan dinamisme berahi ataupun menghadapi kesulitan kepribadian serius selama tahapan-tahapan selanjutnya walaupun penyesuaian seksual penting untuk perkembangan kepribadian. Sullivan berpendapat bahwa pokok permasalahan terletak pada pergaulan dengan orang lain.

Masa Remaja Akhir


Masa remaja akhir mulai ketika orang muda mampu merasakan keintiman dan terhadap orang yang sama dan berakhir dengan masa dewasa ketika mereka mencapai hubungan cinta yang abadi. Remaja akhir mencapai periode penemuan diri ketika remaja memutuskan pilihan mereka dalam tingkah laku genital, biasanya ditahun-tahun usia lanjutan atas atau sekitar usia 15-17 atau 18 tahun. Cirri khas dari remaja akhir adalah peleburan keintiman dan berahi. Usaha-usaha yang sulit akan eksplorasi diri pada saat remaja awal berkembang, menjadi pola tetap akan aktivitas seksual dimana orang yang dicintai juga menjadi objek dari ketertarikan berahi. Lawan jenis tidak lagi semata-mata diinginkan sebagai obejk seksual, namun sebagai

seseorang yang ammpu untuk dicintai tanpa pamrih. Berbeda dengan tahapan sebelumnya yang diiringi perubahan biologis, remaja awal sepenuhnya ditentukan oleh hubungan interpersonal.

Masa Dewasa
Keberhasilan melewati masa remaja akhir, dan mencapai puncaknya dimasa dewasa, yaitu periode ketika manusia dapat mencapai hubungan dengan setidaknya satu orang lain yang signifikan. Sullivan menulis mengenai hubungan cinta ini dan menyatakan bahwa, keintiman yang berkembang pesat dengan orang lain ini bukan urusan utama dalam hidup, namun mungkin merupakan sumber penguasan utamadalam hidup. Dewasa matang adalah persepsi dari kecemasan, kebutuhan, dan rasa aman orang lain. Ketiganya beroperasi pada tingkat sintaksis dan mendapatkan bahwa hidup itu menarik dan menyenangkan. Rangkuman Tahapan Perkembangan Sullivan Tahapan Usia (tahun) Masa bayi 0-2 Orang Lain yang Signifikan Seseorang keibuan yang Kelembutan Ibu yang Proses Interpersonal Pembelajaran Penting yang baik/ibu saya

buruk;

yang baik/saya yang buruk Masa kanakkanak 2- Orang tua Perlindungan rasa aman akan Bahasa sintaksis melalui

teman khayalan Masa juvenile 6-8,5 Teman bermain Orientasi akan hidup Persaingan, dalam dunia bersama kompromi, kelompok teman sama kerja

dengan status setara

Masa praremaja

8,5-13

Teman tunggal

Keintiman

Afeksi hormat

dan

rasa dari

kelompok teman Masa remaja awal 13-15 Beberapa teman Keintiman dan berahi Keseimbangan terhadap orang yang berahi, keintiman dan

berbeda Masa remaja akhir 15- Kekasih Peleburan

operasi rasa aman keintiman Penemuan diri dan

dan berahi terhadap dunia di luar diri orang yang sama

Gangguan Psikologis
Sebagian besar kerja awal terapeutik Sullivan dengan pasien skizofrenia dan banyak kuliah dan tulisannya sesudah itu berkaitan dengan skizofrenia. Sullivan membedakan dua kelas utama skizofrenia. 1, mencakup semua gejala yang berasal dari penyebab organic dan oleh karena itu diluar studi psikiatri interpersonal. 2, mencakup semua gangguan skizofrenia yang didasari factor-faktor situasional. Gangguan-gangguan ini satu-satunya yang menjadi pusat perhatian Sullivan karena satu-satunya yang dapat diubah melalui psikiatri interpersonal. Reaksi tercerai yang sering mengawali skizofrenia ditandai dengan kesendirian, rasa percaya diri yang rendah, emosi aneh dan hubungan tidak memuaskan dengan orang lain, serta kecemasan yang terlalu meningkat. Orang dengan kepribadian yang tercerai-berai, lazimnya semua orang, berusaha untuk memperkecil kecemasan dengan membangun sistem diri secara terperinci yang menghalangi pengalaman-pengalaman yang mengancam rasa aman mereka. Sementara individi normal merasa cukup aman dengan hubungan

interpersonal mereka dan tidak usah tergantung secara konstan pada keberceraian sebagai cara untuk melindungi rasa percaya diri, individu dengan mental terganggu menceraikan banyak pengalaman-pengalaman dari sistem diri. Bila strategi ini terus-menerus dilakukan, maka orang-orang ini akan mulai semakin beroperasi didunia pribadi mereka sendiri, dengan distorsi parataksis yang meningkat dan berkurangnya pengalaman tervalidasi dalam mufakat.

Psikoterapi
Secara umum, terapi Sullivan bertujuan untuk mengungkap kesulitan pasien dalam berhubungan dengan orang lain. Untuk mencapai tujuan ini, terapis membantu pasien untuk menyerahkan rasa aman mereka ketika berhadapan dengan orang lain dan untuk menyadari bahwa mereka bisa mencapai kesehatan mental hanya melalui hubungan pribadi tervalidasi dalam mufakat. Ramuan terapeutik dalam proses ini adalah hubungan tetap muka antara pasien dengan yang lain pada tingkat sintaksis.

Walaupun terapis adalah partisipan dalam wawancara, terapis beralihan Sullivan menghindari keterlibatan pribadi. Mereka tidak menempatkan diri mereka pada tingkat yang sama dengan pasien. Sebaliknya, mereka berusaha meyakinkan pasien akan kemampuan mereka. Dengan kata lain, pertemanan bukan merupakan psikoterapi terapis sebagai ahli dalam pekerjaan sulit untuk membuat pengamatan bijaksana akan hubungan interpersonal pasien.

Penelitian Terkait
Pro dan kontra sahabat karib untuk anak perempuan dan anak laki-laki Teman khayalan

Kritik terhadap Sullivan


Kurangnya pengujian teori Sullivan mengurangi kegunaannya sebagai panduan praktis bagi orang tua, guru, psikoterapis, dan lainnya yang peduli akan pengasuhan anak dan remaja. Walaupun demikian apabila seseorang menerima teori tersebut tanpa teori pendukung maka banyak masalah praktis yang dapat diatasi dengan menggunakan teori Sullivan. Sebagai bimbingan atas tindakan, teori Sullivan mendapat nilai antara cukup dan sedang (rata-rata). Apakah teori ini konsisten secara internal? Gagasan-gagasan Sullivan memiliki kekurangan karena ketidakmampuan Sullivan menulis dengan baik, namun teori itu sendiri dipikirkan secara logis dan terjaga kesatuan wujud. Walaupun Sullivan menggunakan istilah yang tudak biasa, ia menggunakannya dengan konsisten diseluruh tuliasan dan penuturannya. Secara keseluruhan, teori konsisten, namun kurang memiliki keteraturan yang mungkin bisa ia capai bila ia menegrjakan gagasan-gagasannya lebih pada bentuk tulisan. Terakhir, apakah teori tersebut cermat atau sederhana? Dalam hal ini Sullivan harus menerima nilai rendah. Kesenangannya untuk menciptakan istilah-istilahnya sendiri dan kecanggungannya dalam menulis menambah bentuk yang tidak dibutuhkan untuk teori yang apabila memiliki garis aliran yang jelas, maka akan jauh lebih berguna.

Anda mungkin juga menyukai