Tiap orang tua tahu bahwa tidak ada bayi yang sama persis. Tiap bayi bukan hanya memiliki
penampilan fisik yang khas, tapi sejak semula juga sudah memiliki apa yang disebut tempramen
yang berbeda-beda. Temperamen adalah kualitas responsive terhadap lingkungan yang sudah ada
sejak lahir dan memicu reaksi yang berbeda-beda.
Thomas dan Chess (1977) mengemukakan bahwa terdapat tiga kategori utama tempramen:
mudah, sulit, dan lambat untuk memulai (slow-to-warm-up). Temperamen mudah dicirikan oleh
gaya perilaku yang wajar, mudah menyesuaikan, positif, dan responsive. Temperamen sulit
adalah gaya penarikan diri yang tidak stabil, yang biasanya dicirikan dengan suasana hati
negative. Bayi yang slow-to-warm-up biasanya butuh waktu untuk melalui transisi dalam
aktivitas dan pengalaman. Meski bayi ini awalnya akan menarik diri atau merespon secara
negative, jika diberi waktu dan dukungan mereka akan bisa menyesuaikan diri dan bereaksi
secara positif.
Interaksi antara temperamen anak dan prang tua salah satu kunci perkembangan kepribadian.
Konsep ini disebut “goodness of fit” atau “tingkat kecocokan”. Reaksi orang tua pada
temperamen anak bisa memacu kestabilan atau ketidakstabilan dalam respon temperamen anak
terhadap lingkungan. Intekasi antara respon orang tua pada temperamen anak mereka juga akan
berdampak pada kelektan.
Kelekatan
Kelekatan atau attachment adlah ikatan khuss yang berkembang antara bayi dan
pengasuhnya. Kualitas kelekatan mempunyai efek seumur hidup terhadap hubungan seorang
individu dengan orang-orang yang dicintainya. Kelekatan member keamanan emosional pada
seorang anak. Setelah terdapat kelekatan, bayi akan menjadi tertekan oleh perpisahan dengan
ibunya.
Studi Harlow menunjukkan pentingnya sentuhan dan kenyamanan fisik dalam
perkembangan kelekatan. Bowlby (1969) menyimpulkan bahwa bayi memiliki dasar biologis
yang sudah terpogram sebelumnya untuk menjadi lekat pada pengaruhnya. Program ini
mencakup perilaku-perilaku seperti tersenyum dan tertawa yang nantinya akan memicu perilaku-
perilaku yang mendorong terbenrtuknay kelakatan dari pihak ibu.
Ainsworth, dkk (1978) membedakan tiga gaya kelekatan, yaitu, aman (secure), menghindar
(avoidant), dan ambivalen. Bayi yang lekat secara aman biasanya punya ibu yang hangat dan
responsive. Anak yang menghindar, yang mengindari ibunya, mempunyai ibu yang diduga
intrunsif (terlalu mencampuri) dan terlalu menstimulasi. Anak-anak yang ambivalen merespon
ibu mereka secara tidak pasti, berubah-ubah dari mencari dan menolak perhatian ibu. Ibu dari
anak-anak yang demikian biasanya tidak sensitive dan kurang terlibat dengan anaknya.
Kelekatan ini mendasari konsep kepercayaan dasar (basic trust). Erikson (1963)
menggambarkan formasi kepercayaan sebagi langkah penting pertama dalam proses
perkembangan psikososial yang berlangsung seumur hidup. Kelakatan yang bruk adalah
kompenen dari ketidakpercayaan (mistrust), kegagalan menyelesaikan kebutuhan-kebutuhan
tahapan perkembangan masa bayi. Kepercayaan dasar dipandang akan memengaruhi hubungan-
hubungan serta tahap-tahap perkembagan bayi. Erikson menggambarkan bahwa tahap-tahap
perkembangan dalam masa anak-anak mencakup tugas0tugas memapankan atau membentuk
otonomi, inisiatif, dan kompetensi. Semua ini adalah bagian dari diri yang sedang berkembang
dan dipengaruhi oleh bagaimana ibu dan orang-orang penting lain merespon terhadp anak
tersebut.
Penalaran Moral
Cara cara anak memahami dunia mereka semakin lama semakin menjadi kompleks. Perubahn
kognitif ini juga berdampak pada pemahaman mereka dalam penilaian moral. Mengapa suatu hal
itu baik atau buruk berubah dari penafsiran anak kecil tentang hadiah dan hukuman menuju
prinsip kebenaran dan kesalahn.
Teori dominan tentang penalaran moral dalam psikologi perkembangan adalah teori yang
diajukan oleh Kholberg [1976, 1984]. Teori kholberg didasarkan pada karya karya piaget
sebelumnya tentang perkembangan kognitif, Teori keterampilan penalaran moral. Selanjutnya
tiap tiap tahap terbagi lagi kedalam dua tahap dengan total enam subtahap perkembangan moral.
Tiga tahap umum penalaran moral menurut Kohlberg sebagai adalah sebagai berikut.
1. Moralitas prakonvesional, dengan penekanan pada kepatuhan terhadap aturan untuk
untuk menghindari hukuman dan mendapat hadiah.
2. Moralitas Konvensional, penekanan pada konformitas pada aturan yang ditentukan oleh
persetujuan orang lain atau aturan aturan masyarakat.
3. Moralitas pascakonvensional, dengan penekanan pada penalaran moral menurut prinsip
prinsip dan hati nurani individual.
Dekade yang lalu, kajian kajian kajian gilingan dan rekan rekannya [gilingan, 1982] menantang
teori Kohlberg dengan menyatakan bahwa enam sub tahap teori itu mengadung bias teradap cara
pandang khas lelaki, yang dibedakan dengan cara pandang perempuan dalam memandang
hubungan, menurut Gilligan penalaran moral lelaki dikaitkan dengan keadilan, sedangkan
penalaran moral perempuan dikaitkan dengan tugas dan tanggug jawab. Meski perdebatan ini
berlangsung sengit, ulasan ulasan terhadap berbagai penelitian tampaknya menunujukkan tidak
adanya perbedaan penalaran moral antar jenis kelamin [Walker 1984]. Isu ini dapat menjadi
diterangi lebih lanjut lewat penelitian lintas bu
Budaya.
Kesimpulan
Psikologi perkembangan adalah bidang yang menarik dimana penelitian lintas pemahaman
pemahaman tentang tempramen, kelekatan, peran sebagai orang tua, pengasuh anak, struktur dan
lingkungan keluarga, dan penalaran moral dibentuk oleh konteks cultural dimana perkambangan
itu terjadi. Penelitian lintas budaya tentang perkembangan membuat kita menyadari berbagai
akar perbedaan cultural yang ada dalam kehidupan orang dewasa.
Namun demikian, masih banyak yang harus dikerjakan di bidang ini. Misalnya antara tahun
1987 dan 1989, 64,85% dari penelitian yang terpublikasi dalam Child Development [sebuah
jurnal penelitian utama dibidang psikologi perkembangan] tidak melaporkan komposisi etnik
sampel mereka [slaughter-Defoe dkk, 1990]. Kurang diperhatikannya pertimbangan
pertimbangan lintas budaya ini jelas merupakan suatu kekurangan. Banyak yang melihat masa
anak anak sebagai fondasi yang tak tergantikan bagi perkembangan masa dewasa. Kita perlu
memperhatikan dengan cermat beragamnya cara anak dibesarkan dan disosialisasikan ke dunia,
terutama karena sebagian besar diantara mereka tumbuh menjadi individu individu yang sehat,
berfungsi dan produktif yang member kontribusi pada masyarakatnya masing masing.
Masih banyak yang perlu kita pelajari tentang dia maupun orang lain. Yang menarik dari
psikologi, dan terutama psikologi perkembangan, adalah bahwa akan selalu ada jawaban
jawaban baru yang akan memunculkan berbagai pertanyaan baru tentang perilaku mana yang
universal dan mana yang unik bagi sekelompok orang saja.