Anda di halaman 1dari 4

Teori Love

Idriyani (20) Cinta yang dimaksud disini terbatas pada hubungan cinta yang bersifat timbal-
balik, sehingga cinta yang tidak terbalas dan hubungan parasosial tidak termasuk ke dalamnya.
Hubungan romantis, rasa cinta antara orang tua dan anak, keterikatan antara anggota tim atau
kelompok termasuk dalam kategori kekuatan ini. Rasa cinta biasanya mencakup perasaan positif
yang kuat, komitmen, dan bahkan pengorbanan yang termanifestasi dalam perilaku membantu,
menenangkan dan menerima orang lain. Hubungan romantis, rasa cinta antara orang tua dan
anak, keterikatan antara anggota tim atau kelompok termasuk dalam kategori kekuatan ini. Rasa
cinta biasanya mencakup perasaan positif yang kuat, komitmen, dan bahkan pengorbanan yang
termanifestasi dalam perilaku membantu, menenangkan dan menerima orang lain.
Peterson dan Seligmen (2004) menyebutkan bahwa love (cinta) melibatkan hubungan dengan
orang lain, saling berbagi dan saling memperhatikan serta mencoba untuk mendekatkan diri
dengan orang lain. Cinta umumnya terbatas terjadi dalam hubungan timbal-balik dengan
seseorang, misalnya hubungan sayang dan rasa cinta antara orang tua dan anak. Individu dengan
character strength ini memandang pentingnya hubungan yang dekat dan intim dengan orang
lain. Character strength love ditandai dengan saling berbagi, kenyamanan, dan penerimaan.
Cinta melibatkan perasaan yang kuat dan positif, komitmen dan bahkan pengorbanan.
Jenis-jenis cinta tak terbalas (unrequited love), jenis kekaguman atau perasaan suka, stalking,
hero worship dan cinta seorang penggemar biasanya terasa seperti cinta bagi orang yang
merasakan ketertarikan tersebut. Akan tetapi karena perasaan tersebut hanya mengalir dari satu
arah, maka jenis-jenis cinta yang seperti ini tidak dapat dikategorikan dalam character strengths
of love (Peterson & Seligman, 2004). Adapun kriteria dari character strength love, yaitu:
1. Fullfilling
Cinta adalah pemenuhan. Kriteria pertama dari character strength love adalah individu yang
memiliki karakter ini akan senantiasa merasa ingin jatuh cinta dan mencintai. Individu dengan
karakter strength ini akan memiliki rasa untuk terpenuhi dalam cinta. Secara umum, karakter
strength ini cenderung dimiliki oleh para penyair. Karakter cinta ini membuat individu mampu
kehilangan jati diri sendiri dalam membangun suatu hubungan tetapi juga mampu menemukan
jati diri sendiri dalam sebuah hubungan (Peterson & Seligman, 2004).
2. Morally Valued
Cinta bernilai moral. Character strength ini menjelaskan bahwa hubungan dekat atau intim
dengan orang lain membuat individu menjadi seorang manusia. Character strength ini membuat
individu yang memiliki karakter ini mampu menjadi popular untuk mampu menjalani intimacy.
Character strength ini membuat individu mampu menyadari dengan siapa mereka ingin
menghabiskan saat-saat terakhir dalam hidup, dan umumnya jawabannya adalah teman,
pasangan dan keluarga (Peterson & Seligman, 2004).
3. Does not diminish others
Cinta tidak melemahkan orang lain. Individu dengan character strength love, tidak akan
melemahkan orang lain di sekitarnya. Hal positif dari character strength ini mampu membuat
individu senantiasa memiliki perasaan positif terhadap orang lain. Contohnya, ketika individu
bepergian sendirian dan makan sendirian di sebuah restoran, ketika individu bertemu atau
melihat pasangan yang berbicara dan tertawa satu sama lain, mampu membuat individu tersebut
juga merasa lebih baik dan terpenuhi dalam cinta. Character strength love ini mampu membuat
individu lebih peka dan turut merasakan emosi-emosi yang ada dilingkungan sekitar mereka,
sehingga character strength ini tidak akan melemahkan orang lain (Peterson & Seligman, 2004).
4. Nonfelicitious Opposite
Nonfelicitious opposite atau kebalikan yang tidak menguntungkan adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi lawan dari character strength itu sendiri. Dalam character strength love,
karakter yang menunjukkan lawan dari character strength love dapat diidentifikasi dalam cinta
yang tidak berbalas (unreciprocated love). Cinta yang tidak berbalas cenderung memunculkan
perasaan keterasingan (alienation), mengasingkan (estrangement) dan kesepian (loneliness)
(Peterson & Seligman, 2004).
Keterasingan (alienation) dan mengasingkan (estrangement) memiliki makna yang hampir
sama, tetapi berasal dari hasil perilaku yang berbeda. Alienation dalam cinta, dapat muncul dari
perilaku mengasingkan diri, atau hubungan timbal-balik yang seharusnya terbentuk dalam cinta,
tidak dapat terbentuk akibat jarak kasat mata yang terbentuk antar satu sama lain. Contohnya,
orang tua yang aktif bekerja, biasanya cenderung menjadi asing dan menyebabkan hard feelings
antara orang tua dan anak. Estrangement sendiri terbentuk dari perilaku yang mengarah pada
abusive atau perilaku buruk lainnya dalam sebuah hubungan. Contohnya, orang tua yang
berperilaku kasar atau buruk kepada anak, dapat memunculkan perasaan diasingkan pada anak
dan dapat menciptakan perasaan kebencian, muak, dendam, keengganan.
5. Traitlike
Kemampuan mencintai dan dicintai pada dasarnya merupakan sifat atau kepribadian yang
dapat berkembang sesuai waktu dan situasional. Pola secure attachment yang terbentuk pada
masa bayi baru dapat terlihat di masa dewasa, ketika individu menjalin hubungan romantis
dengan orang lain (Peterson & Seligman, 2004).
6. Distinctiveness
Character strength love umumnya tidak sepenuhnya dapat diuraikan menjadi character
strength lainnya. Walaupun character strength love dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai character
strength kindness, social intelligence, hope, humor dan vitality, karena character strength-
karakter tersebut dapat merepresentasikan value yang ada dalam karakter cinta. Tetapi character
strength-karakter tersebut tidak begitu berkaitan erat dengan cinta karena tidak perlu meleburkan
intimacy dalam character strength tersebut. Dengan demikian, karakter cinta dapat dikatakan
sebagai karakter yang istimewa atau berbeda dari yang lainnya (Peterson & Seligman, 2004).
7. Paragons
Perwujudan dari character strength love menunjukkan keterikatan yang kuat dan perasaan
kasih sayang yang saling berbalas. Kisah-kisah yang dapat merepresentasikan esensi dari
character strength love seperti Romeo dan Juliet, Brian Piccolo dan Gayle Sayers, George Burns
and Gracia Allen, Paul Newman dan Joanne Woodward, Serena Williams dan Venus Williams,
serta Fox Mulder dan Dana Scully. Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
merepresentasikan contoh nyata dari character strength love yaitu misalnya seorang ayah yang
senantiasa membantu dan menjaga putrinya ataupun hubungan anak dan orang tua yang
senantiasa memberi kabar satu sama lain (Peterson & Seligman, 2004).
8. Prodigies
Prodigies dalam character strength love cukup sulit untuk diketahui. Prodigies dalam
character strength love dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Anak-anak umumnya memiliki
ketergantungan dan senantiasa memerlukan bantuan dari orang dewasa. Pada masa kanak-kanak,
character strength love masih dalam tahap berevolusi. Pada umumnya, di masa remaja,
character strength love sudah dapat terlihat dari tindakan-tindakan yang dilakukan individu
kepada orang-orang di sekitarnya. Contoh prodigies dalam character strength love dapat dilihat
dari kisah seorang atlet olimpik taekwondo, Esther Kim, yang memberikan kesempatan bermain
kepada sahabatnya Kay Poe, yang saat itu sedang cedera, untuk bertanding (Peterson &
Seligman, 2004).
9. Selective Absence
Selective Absence dalam character strength love dapat juga dikatakan sebagai
ketidakmampuan mencintai. Aksis II dalam DSM mendeskripsikan perilaku maladaptif sebagai
gangguan kepribadian narsistik, gangguan kepribadian anti sosial, dan gangguan kepribadian
schizoid, serta autisme infantil, menunjukkan kecenderungan ketidakmampuan menghadirkan
perasaan kasih sayang (attachments) (Peterson & Seligman, 2004).
10. Institutions and Rituals
Pada character strength love, ritual dan kebiasaan yang umumnya dilakukan di Amerika
yaitu dengan meningkatkan dan membangun kelekatan dengan cara, sleepovers atau menjalin
komunikasi secara online. Tetapi kebiasaan dan ritual ini ternyata memiliki dampak buruk dan
meningkatkan kecenderungan tidak memunculkan intimacy dalam sebuah hubungan serta
meningkatkan angka perceraian. Hal ini juga dapat disebabkan karena kurangnya kemampuan
untuk mempertahankan cinta itu sendiri, daripada membangun cinta. Dengan kata lain, belum
ada ritual atau kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan dan membangun character
strength love (Peterson & Seligman, 2004).

Referensi:
Idriyani, N. (2015). Kajian analisis teoritik dan determinan faktor kekuatan karakter, Bunga
rampai Psikologi Positif.
Peterson, C., & Seligman, M. E. (2004). Character Strengths and Virtues: A Handbook and
Classification. Washington DC: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai