Anda di halaman 1dari 21

TUGAS ILMU PERILAKU

REVILA AULIA
61117137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2019
1. REINFORCEMENT
A. Reinforcement Positif
Defenisi reinforcement positif identik dengan defenisi reinforcement
itu sendiri, yaitu segala hal yang menyertai perilaku dan berfungsi
meningkatkan kemnungkinan untuk mengulangi perilaku. Contoh :
memberikan senyum dan menyampaikan kata “bagus” kepada anak yang
bertanya, hal tersebut merupakan reinforcement positif yang diharapkan
akan meningkatkan perilaku sehingga anak tersebut akan bertanya lagi.
Sedangkan stimulus yang timbul dan menjadi konsekuen terhadap
munculnya serta beruangnya perilaku yang dikehendaki disebut reinforce.
Dalma contoh diatas, yang menjadi konsekuen (Reinforcer) adalah
senyuman dan kata “bagus”. Terdapat dua jenis reinforcement positif:
1) Reinforcement primer (natural reinforcement)
Adalah reinforcement yang alami, tidak perlu syarat dan tidak perlu
dipelajari bagi individu yang membutuhkannya. Contoh : makanan
dan minuman.
2) Reinforcement Sekunder (secondary reinforcement)
Stimuli yang berhubungan dengan reinforcement positif. Terdapat tiga
macam reindorcement sekunder yaitu :
a) Social reinforcement, adalah reinforce berupa penerimaan sosial,
misalnya senyuman dan sapaan.
b) Activity Reinforce adalah reinforce berupa kegiatan, misalnya
anak baru boleh bermain PS setelah dia belajar dan mengerjakan
tugas, dalam contoh tersebubt bermain PS adalah activity
reinforce.
c) Token Reinforce adalah reinforce menggunakan barang, misalnya
anak TK yang berperilaku baik akan mendapat permen dari
gurunya, dalam contoh ini permen adalah token reinforce.

B. Reinforcement Negatif
Adalah proses peningkatan tingkah laku dengan cara mengurangi hal-
hal atau stimulus yang tidak menyenangkan. Misalnya : siswa yang datang
terlambat oleh gurunya dimarahi, dihari kedua siswa tersebut datang lebih
terambat, oleh gurunya siswa itu dimarahi dan tidak boleh masuk kelas,
dhari ketiga ternyata anak itu tidak berangkat sekolah. Dalam contoh
diatas guru yang marah dan tidak boleh masuk kelas adalah reinforce
negative, yang meningkatkan perilaku terlambat. Acmad Rifa’I (2009 :
121) mengungkapkan reinforce negative itu sebenarnya adalah merupakan
hukuman (punishment). Reinforcemnt negative dalam proses pendidikan
seyogyianya dihindari karena akan dapat meningkatkan perilaku yang
tidak dikehendaki muncul.
Penguatan dapat diberikan secara terus-menerus atau berkala. Jika
setiap respons diikuti dengan penguatan, maka tindakan ini dinamakan
pemberian penguatan secara terus-menerus (continuous reinforcemen
schedules). Sebaliknya, jika sebagian respons yang mendapatkan
penguatan, maka tindakan ini dinamakan pemberian penguatan secara
berantara (intermittent schedules of reinforcement). Terdapat tiga macam
penguatan secara berantara (intermittent schedules of reinforcement)
yaitu:
1) Interval schedules: reinforcement diberikan setelah beberapa waktu
tertentu setelah perilaku berlalu/dilakukan.
a) Fixed-interval schedule: pemberian reinforcement pada interval
waktu tertentu (after a fixed amount of time). Contoh: tiap 3 menit,
tiap minggu/bulan, uts/uas
- Semakin dekat jangka waktu pemberian, semakin sering respon
muncul
- Jika reinforcement dihilangkan, respon lebih cepat punah pada
subjek yang sebelumnya diberikan continuous reinforcement
daripada intermittent reinforcement.
b) Variable-interval schedule: reinforcement diberikan pada interval
yang bervariasi (a random/variable time schedule)
Contoh: orang memancing ikan, kadang cepat dapat, kadang lama
baru dapat.
2) Ratio schedules: reinforcement diberikan setelah muncul sejumlah
respon tertentu.
a) Fixed-ratio schedule: Reinforcement diberikan setelah munculnya
sejumlah respon dari subjek (a fixed Σ of responses). Contoh: tiap
20 respon, sales bekerja dengan sistem komisi.
- Tidak dibatasi waktu munculnya respon.
- Semakin banyak respon yang muncul, semakin besar peluang
memperoleh reinforcement.
b) Variable-ratio schedule: pemberian reinforcement didasarkan pada
ratarata jumlah respon antar reinforcement, tetapi ada variabilitas
besar di sekitar rata-rata itu (variable but based on an overall
average Σ of responses). Contoh: mesin judi.

C. Natural Reinforcement
Dalam makalah 1967 nya, Articifical and Natural reinforcement,
Charles Ferster mengusulkan penguatan mengelompokkan ke dalam
peristiwa yang meningkatkan frekuensi dari operan sebagai konsekuensi
alami dari perilaku itu sendiri, dan peristiwa yang diduga mempengaruhi
frekuensi dengan kebutuhan mereka mediasi manusia, seperti benda
ekonomi dimana subjek "dihargai" untuk perilaku tertentu dengan benda
apa saja yang dinegosiasikan. Pada tahun 1970, Baer dan Wolf
menciptakan nama untuk penggunaan penguatan alami yang disebut
"perangkap perilaku" [11]. Sebuah perangkap perilaku hanya
membutuhkan respon sederhana untuk memasukkan perangkap, namun
begitu memasuki, perangkap tidak dapat ditahan dalam menciptakan
perilaku umum berubah. Ini adalah penggunaan perangkap perilaku yang
meningkatkan repertoar seseorang, dengan mengekspos mereka untuk
penguatan alami dari perilaku itu. Perangkap Perilaku memiliki empat
karakteristik:
1) Mereka "umpan" dengan penguatan yang tinggi, "memancing" siswa
untuk masuk perangkap.
2) Hanya dengan respon yang rendah-upaya dalam sandiwara yang
diperlukan untuk memasuki perangkap.
3) Kontinjensi terkait penguatan dalam perangkap memotivasi orang
untuk memperoleh, memperluas, dan memelihara keterampilan
akademik / sosial yang ditargetkan.
4) Mereka dapat tetap efektif untuk jangka waktu yang lama karena
orang menunjukkan sedikit, jika ada, efek kejenuhan.

CONTOH MENU REINFORCEMENT


Perilaku yang di Kehendaki Pemberian Reinforcement
Muncul
Anak bertanya Senyum, menyampaikan kata
“Bagus”
Anak mendapat nilai 100 dalam Menyampaikan pujian, diberi
ujian hadiah
Anak SD kelas 1 yang sudah berani Menyampaikan pujian, memberi
berangkat sendiri ke sekolah permen
D. APLIKASI REINFORCEMENT TERHADAP PERILAKU
1) Psikoanalisis
Psikoanalisis berfokus pada keseimbangan id, ego, dan superego
untuk mengklasifikasikan individu tersebut bermasalah atau tidak. Jika
ketiga komponen tadi seimbang dalam artian tidak terjadi dominasi
oleh salah satu komponen, maka muncul perilaku normal. Sebaliknya,
jika terjadi dominasi oleh salah satu komponen maka muncul masalah.
Pemberian reinforcement positive, pada dasarnya adalah
pemberian reward jika perilaku normal dimunculkan. Jadi
reinforcement positive tepat digunakan pada saat awal mulai
munculnya perilaku normal. Misalnya, seorang ketua sebuah
kelompok dapat mengambil keputusan yang tidak memberatkan
anggotanya, reinforcement yang diberikan biasanya berupa sanjungan
atau pujian yang dapat di contohkan seperti “Keputusanmu benar-
benar tepat, kami senang akan keputusanmu”.
Pemberian reinforcement negative, tampaknya penguatan ini tidak
terlalu bagus jika diberikan pada pendekatan psikoanalisis karena
dinilai akan membuat individu yang berperilaku bermasalah akan
mencari cara lain untuk melakukan perilaku bermasalah tadi, bukan
menghindari perilaku bermasalah tadi. Tetapi, jika perlu digunakan
reinforcement ini kemungkinan akan lebih tepat diberikan pada saat
individu yang berperilaku bermasalah tadi sedang menjalankan
perilaku bermasalah agar individu tersebut mengetahui bahwa apa
yang sedang dilakukannya harus dihindari. Misalnya, seorang anak
yang sangat senang tidur. Pada saat ia tidur, orang tuanya menegur
atau memberikan sindiran bahwa tidur terus menerus tidak baik untuk
kesehatan.
Reinforcement natural diberikan pada saat individu telah
menjalankan perilaku normal. Seperti anak yang telah membantu
orang tua, kemudian orang tua memberikan penghargaan berupa uang
atau benda ekonomis lainnya.

2) Humanistik
Pada dasarnya kepribadian yang sehat itu terbentuk setelah
individu dapat mengaktualisasikan dirinya seutuhnya. Dalam proses
bimbingan hendaknya konselor dapat membantu kliennya agar
menjadi pribadi yang sehat serta dapat mencapai keinginan yang ada
dalam individu tersebut, serta menggali potensipotensinya.
Reinforcement positive diberikan pada saat individu mulai
menunjukkan perilaku normal (aktualisasi diri). Misalnya, Siswa yang
bertanya mendapat pujian dari guru seperti penggunaan kata
“Pertanyaan kamu bagus sekali”. Hal tersebut akan mendorong siswa
untuk bertanya lagi.
Reinforcement negative akan lebih tepat diberikan pada saat
perilaku normal mengalami penurunan atau gangguan agar terhindar
dari faktor luar yang mempengaruhi aktualisasi diri. Misalnya, seorang
individu yang asalnya aktif bertanya tiba-tiba menjadi jarang bertanya
karena sibuk bermain laptop, reinforcement negative yang diberikan
biasanya dalam bentuk sindiran.
Reinforcement natural lebih tepat diberikan pada saat muncul
gejala-gejala perilaku tidak normal; seperti mulai pemalu, bersikap
pasif, penakut, malas.
2. EXTINCTION, SHAPING
2.A. EXTINCTION
1. Pengertian Penghapusan (Extinction)
Pengertian (extinction) adalah menghentikan reinforcement
(penguatan) pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement.
Teori yang digunakan adalah Skinner. Langkah-langkah teknik
penghapusan (extinction) yaitu:
1) Tentukan tingkah laku yang akan dibentuk dengan analisis ABC
2) Bila tingkah laku itu ditampilakan, guru dan orangtua diam dan tidak
member indeksi bahwa guru atau orangtua melihat tingkah laku
tersebut.
3) Extinction akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan teknik
penguatan positif.

Extinction merupakan salah satu fenomena-fenomena dalam


kondisioning klasik yang artinya adalah menurunya frekuensi respon
bersyarat bahkan akhirnya menghilangnya respon bersyarat akibat
ketiadaan stimulus alami dalam proses kondisioning atau secara singkat
dapat diartikan hilangnya perilaku akibat dari dihilangkanya
reinforcement.
behavioral terkait dengan extinction ini adalah bahwasanya extinction
terjadi ketika, selama sebuah perilaku dikuatkan, meskipun hanya
sebentar atau tidak terlalu lama, maka perilaku tersebut akan terus ada.
Akan tetapi apabila sebuah perilaku tidak diikuti dengan konsekuensi
penguatan dalam waktu yang lama, seseorang akan menghentikan
perilaku tersebut. Ketika perilaku tersebut terhenti karena tidak adanya
penguatan dalam waktu yang lama, bisa dikatakan bahwa perilaku
tersebut telah mengalami penghapusan (extinction) dan perilaku tersebut
telah dihilangkan.

2. Prosedur dari Hukuman (Extinction)


Prosedur penghapusan (extinction) adalah perosedur menghentikan
pemberian penguatan pada perilaku yang semula dikuatkan sampai
ketingkat sebelum perilaku tersebut dikuatkan. Contoh sederhananya
adalah andi selalu melompat-lompat di atas tempat duduknya sambil
berteriak-teriak ketika ia ingin menjawab pertanyaan dari gurunya.
Reinforcement ada dua prosedur, positive dan negative reinforcement.
Begitu juga dengan extinction, sebuah perilaku dapat mengalami
pengurangan terlepas dari apakah karena diberi reinforcement positive
atau negative. Baik reinforcement maupun extinction adalah untuk
mengurangi atau menghentikan perilaku yang tidak diinginkan.
Namun ada dua hal yang membedakan, pertama yaitu apabila sebuah
perilaku secara positif diberi penguatan, maka konsekuensinya akan
dimunculkan atau ditambahkan setelah perilaku tersebut dilakukan. Oleh
karena itu, pengurangan perilaku karena diberi reinforcement positif
melibatkan pengurangan perilaku yang sebelumnya sudah diberikan
setelah perilaku tersebut dilakukan. Dengan kata lain, ketika sebuah
perilaku menghasilkan konsekuensi penguatan, maka perilaku yang
diinginkan pun tidak lama kemudian dapat terjadi.
Sedangkan jika dalam kasus reinforcement negatif, perilaku
dihilngkan atau dikurangi karena adanya stimulus aversive. Oleh karena
itu extinction karena reinforcement negative mengakibatkan perilaku
yang tadinya sudah ada penguatan bisa jadi berkurang atau bahkan
musnah karena dihilangknnya penguatan tersebut. Dengan kata lain,
ketika sebuah perilaku mengakibatkannya menghindari dari aversive
stimulus maka secara otomatis perilaku tersebut akan berhenti.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa extinction
merupakan teknik penghapusan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghentikan perilaku yang tidak diinginkan terkait dalam
permasalahan perilaku prokrastinasi akademik dengan teknik ini
digunakan agar peserta didik tersebut tidak lagi melakukan perilaku
prokrastinasi akademik dengan menggunakan prosedur-prosedur dari
teknik extinction yang telah ditetapkan.

3. Langkah-langkah Penghapusan (Extinction)


Penghapusan (extinction) adalah menghentikan rainforcemant pada
tingkah laku yang sebelumnya diberikan reinforcement.
Langkah-langkah Dalam Penerapan Teknik Extinction
Klasifikasi Tingkah laku Konsekuensi Kemungkinan
awal efek
Extinction Jim mencuci Ayahnya tidak Jim akan
(penurunan) mobil ayahnya peduli berhenti mencuci
mobil ayahnya
Extinction Jason Joe tidak Jason akan
(penurunan) meletakkan mempedulikan menghentikan
jam ditempat
Sumber: Gantina Komalasari Buku Teori dan Teknik Konseling.

Langkah-langkah
a. Tentukan tingkah laku yang akan dihentikan dengan analisis ABC
1) A = Antecedent (pencetus perilaku)
2) B = Behavior (perilaku yang dipermasalahkan)
3) C = Consequence (konsekuensi atau akibat perilaku tersebut).
b. Bila tingkah laku itu ditampilkan, guru atau orangtua diam dan tidak
memberikan indikasi bahwa guru atau orangtua melihat tingkah laku
tersebut.
c. Extinction akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan teknik
penguatan positif
Dari uraian diatas bahwasanya extinction efektif bila dikombinasikan
dengan prosedur lain. Efek ini mendukung tercapainya penghapusan
karena subjek telah mendapatkan cukup penguatan. Di dalam penelitian
ini setelah konseli menunjukkan bahwa konseli tidak melakukan perilaku
prokrastinasi akademik maka konseli diberikan penguatan positif yang
berupa reward, sebaliknya jika konseli masih melakukan perilaku
prokrastinasi akademik maka konseli akan mendapatkan Consequence
yang telah ditentukan.
Extinction akan berlangsung cepat setelah diikuti continuous
reinforcement pemberian penguatan setiap kali perilaku diharapakan
muncul. Contohnya anak meminta perhatian saat ibu sedang bicara
ditelepon, ibu mengabaikan. Begitu anak diam dan tenang, ibu langsung
memperhatikan dan memberikan apa yang dibutuhkan anak. Pemberian
continuous reinforcement pada extinction akan lebih cepat menurunkan
perilaku yang tidak diharapkan intermittent reinforcement. Extinction
dapat menurunkan perilaku yang tidak diinginkan dengan dilakukan
pemberian reinforcement pada peserta didik yang melakukan perilaku-
perilaku yang negatif.

4. Faktor-faktor dalam Pelaksanaan Teknik Penghapusan (Extinction)


Adapun hal-hal yang menjadi faktor dalam pelaksanaan teknik
extinction agar harapan dalam melaksanakan konseling dapat tercapai
dengan baik dan teknik extinction dapat dilaksanakan dengan terarah,
maka ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
penghapusan yaitu:
a. kontrol terhadap pemberian penguatan bagi perilaku yang akan
diturunkan atau dihapuskan. Saat perilaku diabaikan jangan sampai
ada orang lain yang mamberikan perhatian atau penguatan pada
perilaku yang tidak diharapkan.
b. Penurunan perilaku dikombinasikan dengan penguatan positif bagi
perilaku alternatif. Penguatan diberi secara gradual. Misalnya saat
anak menangis menjerit-jerit diabaikan, kemudian setelah anak diam
menangis selama 15 detik -25 detik-1 menit kemudian deberi
penguatan positif.
c. Lakukan pada situasi yang memaksimalkan program extinction dan
meminimalkan situasi yang memungkinkan pihak lain memperkuat
perilaku yang tidak diharapkan. Misalanya anak temper tantrum
disuper market akan sulit ditenangkan dibandingkan dilakukan
dirumah.
d. Memberi intruksi dengan membuat aturan. Contoh suami setiap
pulang kantor selalu mengeluh kemacetan lalu lintas. Istri
mengatakan “ Tono, kemacetan terjadi setiap hari dan tidak ada yang
bias dilakukan dengan mengeluh. Saya lebih suka bicara dengan
kamu tentang hal lain. Tapi kalau satu saat nanti kamu pulang dan
complain lagi tentang lalu lintas, saya akan mengabaikannya”. Ini
perlu dilakukan beberapa kali agar benarbenar menurun
e. Extinction akan berlangsung cepat setelah diikuti continuous
reinforcement pemberian penguatan setiap kali perilaku diharapkan
muncul. Contohnya anak meminta perhatian saat ibu sedang bicara
di telepon, ibu mengabaikannya. Begitu anak diam dan tenang ibu
langsung memperhatikan dan memberikan apa yang dibutuhkan
anak.
f. Pemberian continuous reinforcement pada extinction akan lebih
cepat menurunkan perilaku yang tidak diharapkan dibandingkan
intermitten reinforcement.
g. Extinction bisa menghasilakan perilaku agresi. Hal yang didapat
diminimalisir apabila mengkombinasi antara penghapusan
(extinction) dengan penguatan positif (positive rainforcement) bagi
perilaku alternatif yang muncul.
h. Perilaku yang sudah hilang dapat muncul kembali setelah beberapa
waktu ini disebut spontaneous recovery. Bila hal ini terjadi maka
perlu dilakukan kembali atau dilanjutkan program pengahapusan
(extinction).
i. Perinsip penting dalam modifikasi tingkah laku adalah bila ingin
perilaku muncul lebih sering maka beri dia penguatan. Bila ingin
perilaku menurun atau hilang maka abaikanlah.

Berdasarkan uraian di atas salah satu langkah dalam menggunakan


teknik extinction adalah dengan melakukan layanan konseling
kelompok, dengan konseling kelompok dapat membantu peserta didik
menyelesaikan masalah-masalahnya.

5. Kelebihan dan Kelemahan Prosedur Penghapusan (Extinction)


Kelebihan prosedur penghapusan extinction:
a. Prosedur ini dikombinasikan dengan prosedur lain telah terbukti
efektif diterapkan dalam berbagai macam situasi. Berlangsung cepat
apabila di kombinasikan dengan penguatan perilaku yang
diinginkan.
b. Prosedur penghapusan menimbulkan efek yang tahan lama.
c. Prosedur penghapusan tidak menimbulkan efek samping se-negatif
prosedur-prosedur yang menggunakan stimulus aversif.

Kelemahan prosedur penghapusan extinction:


a. Efek penghapusan biasanya tidak terjadi dengan segera dan tidak
seketika terjadi. Setelah konsekuensi yang mengukuhkan
dihilangkan, perilaku sasaran tetep berlangsung sampai waktu
tertentu. Ini dapat menimbulkan masalah dalam penerapannya.
b. Frekuensi dan intensitas sementara meningkat, pada saat-saat
permulaan penguatan tidak diberikan, frekuensi dan intensitas
perilaku sasaran cendrung bertambah. Oleh karena itu, memilih saat
yang tepat menghentikan pemberian penguatan sangat penting.
c. Perilaku-perilaku lain, termasuk perilaku agresif sering timbul,
kenaikan dan frekuensi dan intensitas sementara diikuti oleh
perilaku-perilaku lain sebagai usaha mendapat penguatan, temasuk
perilaku agresif. Perilaku agresif disebabkan oleh kekecewaan tidak
diperolehnya penguatan yang biasa diperoleh.
d. Imitasi perilaku orang lain, pada permulaan penghapusan, perilaku
yang berulang-ulang timbul dan tidak mendapatkan perhatian yang
berwenang, oleh orang lain yang melihatnya disangka mendapat
pesertujuan, akibatnya perilakunya cendrung ditiru.

2.B . SHAPING
1. Pengertian Shaping
Shaping adalah mengembangkan perilaku baru dengan penguat
berturut-turut dan perkiraan yang teliti serta menghilangkan perkiraan
yang terdahulu dari perilaku. Shaping juga merupakan salah satu
prosedur untuk membentuk perilaku yang belum dimunculkan oleh
individu.
Menurut prinsip behavioral, shaping merupakan teknik yang selalu
mengesampingkan hal-hal yang berhubungan dengan mekanistik, yang
memiliki tahap-tahap diantaranya reinforcement dan ada modal awal
yang harus dimilik, dimana hal tersebut mirip dengan suatu tujuan.
Kemudian, dalam teori kondisioningoperant dari skinner, menunjuk pada
pengubahan tingkah laku pada suatu arah spesifik melalui penguatan,
atau Reinforcement, bagi respons-respons yang membentuk respons
tingkah laku yang dikehendaki.

2. Aspek yang dapat Dibentuk dalam Shaping


Ada tiga aspek yang dapat dibentuk dalam shaping diantaranya:
a. Topografi, merupakan bentuk kecil dari sebuah respon
Misalnya : Dalam membentuk kata Mama, dimulai dari …
em…ma…mama. Disini perilaku kita pilah-pilah menjadi bentuk
kecil.
b. Amount, merupakan aspek yang diperhatikan yaitu jumlah perilaku
yang kita bentuk atau langkah-langkah yang telah direncanakan dari
satu tempat ke tempat yang lain.
c. Intensity, Merupakan kekuatan respon dari suatu aktivitas
Misalnya : Latihan mengemudikan mobil (awalnya tersendat-sendat,
kemudian bertambah lancar, seiring dengan seiringnya latihan yang
dilakukan maka akan membuat semakin lancar dalam mengemudikan
mobil).

3. Penerapan Shaping
a. Sistematis, harus mengikuti langkah-langkah (prosedur) yang jelas.
b. Tidak sistematis, tanpa adanya prosedur yang jelas
c. Self Shaping, adanya pembentukan perilaku oleh diri kita sendiri.
Contoh : Latihan membuat kue
Awalnya terlalu asin (keasinan), tapi setelah beberapa lama (sering)
dalam membuat kue yang sama maka rasanya akan sesuai dengan
yang diinginkan (tambah enak).

4. Langkah-langkah dalam Shaping


a. Menentukan perilaku akhir yang diinginkan bisa topografi saja,
amount saja, intensity saja atau ketiga-tiganya bisa dipakai sekaligus.
b. Memilih perilaku awal sebagai modal sehingga akhir dari perilaku
memenuhi harapan.
c. Memilih tahapan pembentukan (langkah-langkah dari Shaping), hal
ini dilakukan supaya dalam memberikan reinforcement bisa lebih
terencana.
d. Bergerak pada tempat yang benar (moving), supaya subyek berhasil
dalam melakukannya jangan terlalu cepat dalam mengajari, usahakan
disesuaikan dengan perkembangan dari anak.
3. SELF MANAGEMENT
A. PENGERTIAN SELF MANAGEMENT
Self-management merupakan istilah yang akhir-akhir ini popular di
kalangan ahli behavioral kontemporer. Dalam Fauzan (1992:33) istilah
Self-management memiliki beberapa padanan istilah seperti Self-
management dari Michenbaun, Selfcontrol dari Mahoney & Thoresen dan
Self-direction dari Watson & Tharp. Istilah ini sering digunakan untuk
menggambarkan pengubahan perilaku individu oleh dirinya sendiri.
Definisi Self-management ada beberapa yang dikemukakan oleh ahli-
ahli pendekatan perilaku. Definisi-definisi tersebut antara lain :
- “Mahoney & Thoresen mengatakan Self-management berkenaan
dengan kesadaran dan ketrampilan untuk mengatur keadaan
sekitarnya yang mempengaruhi tingkah laku individu (Fauzan,
1992:35).
- Shelton (1986) yang menggunakan istilah Self-control berkenaan
dengan tingkah laku yang menghargai klien dalam memikul tanggung
jawab pada kegiatan mereka sendiri melalui pemanipulasian peristiwa
internal dan eksternal (Mashut,1997).
- Cormier & Cormier (1991:519) “Self management is a process in
which client direct their own behavior change with any one
therapeutic strategy or a combination strategies”. Dan dapat diartikan
Self nanagement adalah suatu proses dimana klien mengarahkan
sendiri pengubahan perilakunya dengan satu strategi atau gabungan
strategi.

Sumber lain menyebutkan Self-management merupakan salah satu


penerapan dari teori modifikasi perilaku dan merupakan gabungan teori
behavioristik dan teori kognitif sosial. Self-management bertujuan untuk
membantu konseli menyelesaikan masalah, teknik ini menekankan pada
perubahan tingkah laku konseli yang dianggap merugikan orang lain.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa,


teknik perubahan perilaku self management merupakan salah satu dari
penerapan teori modifikasi perilaku dan merupakan gabungan teori
behavioristik dan teori kognitif sosial. Hal ini merupakan hal baru dalam
membantu konseli menyelesaikan masalah karena didalam teknik ini
menekankan pada konseli untuk mengubah tingkah laku yang dianggap
merugikan yang sebelumnya menekankan pada bantuan orang lain.
B. KARAKTERISTIK
Menurut Cormier dan Cormier (1985) karakteristik dari self management,
yaitu :
1) Kombinasi dari strategi mengelola diri sendiri biasanya lebih berguna
dari pada sebuah strategi tunggal
2) Penggunaan strategi yang konsisten adalah esensial
3) Penggunaan penguatan diri sendiri merupakan komponen yang
penting
4) Tunjangan yang diberikan oleh lingkungan harus dipertahankan
5) Perlu ditetapkan target yang realistis dan kemudian dievaluasi
6) Dukungan lingkungan mutlak perlu untuk memelihara perubahan-
perubahan.

C. ASPEK-ASPEK
1) Konseli dilatih pengarahan diri dalam wawancara.
2) Konseli mengarahkan diri sendiri melalui tugas pekerjaan rumah.
3) Konseli mengamati sendiri dan mencatat sendiri tingkah laku yang
diinginkan atau pekerjaan rumah.
4) Menghadiahi diri sendiri setelah keberhasilan langkah-langkah
tindakannya dan tugas rumah.

D. TAHAP-TAHAP TEKNIK SELF-MANAGEMENT


1) Tahap monitor diri atau observasi diri
Konseli mengamati tingkah lakunya sendiri dengan sengaja
serta emncatatnnya dengan teliti. Catatan ini dapat menggunakan
daftar cek atau catatan observasi kualitatif. Hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh konseli dalam mencatat tingkah laku adalah
frekuensi, intensitas, dan durasi tingkah laku.
2) Tahap evaluasi diri
Konseli membandingkan catatan tingkah lakudengan target
tingkah laku yagn di buat oleh konseli. Perbandingan ini di buat
untuk mengevaluasi efektifitas dan efiensi program. Bila program
tidak berhasil maka perlu ditinjau kembai program tersebut.
3) Tahap pemberanian penguatan, penghapusan atau hukuman .
4) Konseli mngatur dirinya memberikan penguatan, menghapus dan
membrikan hukuman pada diri sendiri. Tahap ini merupakan tahap
yangm paling sulit karena membutuhkan emauan yang kuat dari
konseli untuk melaksanakan program yang telah dibuat secara
kontinyu . (Sukadji, 1983 dalam Gantina).

E. TUJUAN SELF-MANAGEMENT
Tujuan dari self management adalah pengembangan perilaku yang lebih
adatif dari konseli. Konsep dasar dari self management adalah :
1) Proses pengubahan tingkah laku dengan satu atau lebih strategi
melalui pengelolaan tingkah laku internal dan eksternal individu.
2) Penerimaan individu terhadap program perubahan perilaku menjadi
syarat yang mendasar untuk menumbuhkan motivasi individu
3) Partisipasi individu untuk menjadi agen perubahan menjadi hal yang
sangat penting
4) Generalisasi dan tetap mempertahankan hasil akhir dengan jalan
mendorong individu untuk menerima tanggung jawab menjalankan
strategi dalam kehidupan sehari-hari
5) Perubahan bisa dihadirkan dengan mengajarkan kepada individu
menggunakan ketrampilan menangani masalah.

F. MANFAAT SELF-MANAGEMENT
1) Membantu individu untuk dapat mengelola diri baik pikiran, perasaan
dan perbuatan sehingga dapat berkembang secara optimal
2) Dengan melibatkan individu secara aktif maka akan menimbulkan
perasaan bebas dari kontrol orang lain
3) Dengan meletakkan tanggung jawab perubahan sepenuhnya kepada
individu maka dia akan menganggap bahwa perubahan yang terjadi
karena usahanya sendiri dan lebih tahan lama
4) Individu dapat semakin mampu untuk menjalani hidup yang
diarahkan sendiri dan tidak tergantung lagi pada konselor untuk
berurusan dengan masalah mereka

G. KEGUNAAN DAN KEUNGGULAN PROGRAM SELF-


MANAGEMENT
Self-management memiliki banyak keunggulan dan kegunaan dalam
berbagai hal sebagaimana diungkapkan dalam Fatmawati (2003), Henny
(1994) dan Fauzan (1982). Keunggulan dan keguanaan Self-management
antara lain :
1) Individu dapat terlibat aktif dan dominan dalam pelaksanaan Self-
management
2) Menciptakan kebebasan dari ketergantungan dan kontrol orang lain
3) Pengubahan tingkah laku yang diperoleh lebih tahan lama
4) Keterlibatan guru atau ahli pengubahan perilaku relative sedikit
5) Dapat meningkatkan generalisasi belajar
6) Mudah dilaksanakan dan tidak mahal
7) Rosyidan (Fatmawati, 2003) membuktikan bahwa pengelolaan diri
mengatasi masalah terlalu berat merokok, kebiasaan belajar yang
jelek, tidak dapat tidur dan tidak dapat mengelola waktu dengan
baik.dapat
8) Shelton (1983) membuktikan bahwa pengelolaan diri dapat
dipergunakan untuk melatih sikap tegas
9) Richard (Fauzan, 1992) membuktikan bahwa dengan pengelolaan diri
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

H. KELEMAHAN PROGRAM SELF-MANAGEMENT


Self-management sebagai suatu metode selain memiliki keunggulan juga
memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
1) Pelaksanaan program ini sangat tergantung dari kesediaan individu
2) Untuk tingkah laku sasaran yang bersifat pribadi tidak jarang hal ini
sulit
3) diamati Penggunaan reinforcement (penguatan) berupa daya
imajinasi hanya dapat
4) disarankan untuk individu yang mempunyai daya khayal yang cukup
baik Memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang mencukupi
untuk
5) pengubahan diri Lingkungan sekitar dan keadaan diri individu di
masa datang sering tidak
6) dapat diatur, diprediksikan dan bersifat kompleks.
4. MASALAH KASUS DAN DI BAHAS DENGAN TEORI SKINNER
A. Prinsip Belajar Teori Belajar Skinner
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh
Skinner antara lain:
1) Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3) Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4) Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5) Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6) Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya
7) Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

B. Hukum-Hukum Teori Belajar Skinner


Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap
tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-
hukum belajar, diantaranya :
1) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant
telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner


1) Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak
didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem
hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
2) Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi
(Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi
yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil
bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon
sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran
peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem
hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik
menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal
tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar.
Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi
semakin berat.

D. Masalah kasus dengan teori Skinner


Dalam kehidupan sehari-hari teori Skinner tentang pengkondisian ini
sangat diminati saat ini karena memang memiliki fungsi yang sangat
membantu manusia. Melalui teori ini orang-orang dapat melatih hewan
peliharaan (kucing, anjing, burung dll.) maupun hewan-hewan yang
berguna dalam membantu manusia (merpati, anjing polisi dll.). Dalam
pengkondisian operan menurut Skinner ini, para pelaku eksperimen dapat
mendorong perilaku baru dengan mengambil manfaat dari perbedaan
tindakan subyek. Untuk melatih seekor anjing agar bisa menekan bel
dengan moncongnya, seorang penyelidik dapat memberikan imbalan
setiap kali anjing tersebut mendekati kawasan bel, serta memberi isyarat
bagi anjing untuk menyentuh bel. Dan jika akhirnya bel tersentuh, kembali
diberi imbalan (penguatan). Dengan cara ini juga burung dara dapat dilatih
dengan membentuk respon operan untuk menemukan lokasi orang-orang
yang hilang di laut; ikan lumba-lumba dilatih untuk menarik peralatan di
bawah air. Teori Skinner ini juga sangat berpengaruh dalam dunia
pendidikan, dimana rata-rata system pendidikan saat ini menerapkan
system pengkondisian Skinner. Saat sensitifnya masalah hak asasi
manusia (HAM), maka penerapan hukuman di dunia pendidikan mulai
dikurangi dan beralih ke cara yang dperkenalkan Skinner yaitu bahwa
hukuman tidak perlu, yang diperlukan adalah memberi hadiah bagi yang
berprestasi untuk merangsang anak-anak yg tidak berprestasi untuk belajar
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adhyatman Prabowo, Modifikasi Perilaku dengan Teknik Extinction, Extinction


(online), Tersedia: httpa://www.academia.edu/6467481/Extinction (diakses tanggal
1 Maret 2017 jam 23.30)

Asrori, Muhammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. CV. Wacana prima : Bandung

Gantina Komalasari, Teori dan Teknik Konseling, PT.Indeks, Jakarta, 2011, h.182

Hamzah B, Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi


Aksara, 2006), hal. 168

Hardy, Malcolm.dkk. 1988. Pengantar Psikologi Edisi Ke Dua. PT. Gelora Aksara :
Semarang

Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo To Occur With Behavior Chaining

Rahmi Wahdatunisa. Teknik Extinction, Tersedia: http://rahmi blok.blogspot.com


/2013/ 04/ tehnik-extinction.html. (diunduh tanggal 2 Maret 2017 jam 14.15)

Anda mungkin juga menyukai