REVILA AULIA
61117137
B. Reinforcement Negatif
Adalah proses peningkatan tingkah laku dengan cara mengurangi hal-
hal atau stimulus yang tidak menyenangkan. Misalnya : siswa yang datang
terlambat oleh gurunya dimarahi, dihari kedua siswa tersebut datang lebih
terambat, oleh gurunya siswa itu dimarahi dan tidak boleh masuk kelas,
dhari ketiga ternyata anak itu tidak berangkat sekolah. Dalam contoh
diatas guru yang marah dan tidak boleh masuk kelas adalah reinforce
negative, yang meningkatkan perilaku terlambat. Acmad Rifa’I (2009 :
121) mengungkapkan reinforce negative itu sebenarnya adalah merupakan
hukuman (punishment). Reinforcemnt negative dalam proses pendidikan
seyogyianya dihindari karena akan dapat meningkatkan perilaku yang
tidak dikehendaki muncul.
Penguatan dapat diberikan secara terus-menerus atau berkala. Jika
setiap respons diikuti dengan penguatan, maka tindakan ini dinamakan
pemberian penguatan secara terus-menerus (continuous reinforcemen
schedules). Sebaliknya, jika sebagian respons yang mendapatkan
penguatan, maka tindakan ini dinamakan pemberian penguatan secara
berantara (intermittent schedules of reinforcement). Terdapat tiga macam
penguatan secara berantara (intermittent schedules of reinforcement)
yaitu:
1) Interval schedules: reinforcement diberikan setelah beberapa waktu
tertentu setelah perilaku berlalu/dilakukan.
a) Fixed-interval schedule: pemberian reinforcement pada interval
waktu tertentu (after a fixed amount of time). Contoh: tiap 3 menit,
tiap minggu/bulan, uts/uas
- Semakin dekat jangka waktu pemberian, semakin sering respon
muncul
- Jika reinforcement dihilangkan, respon lebih cepat punah pada
subjek yang sebelumnya diberikan continuous reinforcement
daripada intermittent reinforcement.
b) Variable-interval schedule: reinforcement diberikan pada interval
yang bervariasi (a random/variable time schedule)
Contoh: orang memancing ikan, kadang cepat dapat, kadang lama
baru dapat.
2) Ratio schedules: reinforcement diberikan setelah muncul sejumlah
respon tertentu.
a) Fixed-ratio schedule: Reinforcement diberikan setelah munculnya
sejumlah respon dari subjek (a fixed Σ of responses). Contoh: tiap
20 respon, sales bekerja dengan sistem komisi.
- Tidak dibatasi waktu munculnya respon.
- Semakin banyak respon yang muncul, semakin besar peluang
memperoleh reinforcement.
b) Variable-ratio schedule: pemberian reinforcement didasarkan pada
ratarata jumlah respon antar reinforcement, tetapi ada variabilitas
besar di sekitar rata-rata itu (variable but based on an overall
average Σ of responses). Contoh: mesin judi.
C. Natural Reinforcement
Dalam makalah 1967 nya, Articifical and Natural reinforcement,
Charles Ferster mengusulkan penguatan mengelompokkan ke dalam
peristiwa yang meningkatkan frekuensi dari operan sebagai konsekuensi
alami dari perilaku itu sendiri, dan peristiwa yang diduga mempengaruhi
frekuensi dengan kebutuhan mereka mediasi manusia, seperti benda
ekonomi dimana subjek "dihargai" untuk perilaku tertentu dengan benda
apa saja yang dinegosiasikan. Pada tahun 1970, Baer dan Wolf
menciptakan nama untuk penggunaan penguatan alami yang disebut
"perangkap perilaku" [11]. Sebuah perangkap perilaku hanya
membutuhkan respon sederhana untuk memasukkan perangkap, namun
begitu memasuki, perangkap tidak dapat ditahan dalam menciptakan
perilaku umum berubah. Ini adalah penggunaan perangkap perilaku yang
meningkatkan repertoar seseorang, dengan mengekspos mereka untuk
penguatan alami dari perilaku itu. Perangkap Perilaku memiliki empat
karakteristik:
1) Mereka "umpan" dengan penguatan yang tinggi, "memancing" siswa
untuk masuk perangkap.
2) Hanya dengan respon yang rendah-upaya dalam sandiwara yang
diperlukan untuk memasuki perangkap.
3) Kontinjensi terkait penguatan dalam perangkap memotivasi orang
untuk memperoleh, memperluas, dan memelihara keterampilan
akademik / sosial yang ditargetkan.
4) Mereka dapat tetap efektif untuk jangka waktu yang lama karena
orang menunjukkan sedikit, jika ada, efek kejenuhan.
2) Humanistik
Pada dasarnya kepribadian yang sehat itu terbentuk setelah
individu dapat mengaktualisasikan dirinya seutuhnya. Dalam proses
bimbingan hendaknya konselor dapat membantu kliennya agar
menjadi pribadi yang sehat serta dapat mencapai keinginan yang ada
dalam individu tersebut, serta menggali potensipotensinya.
Reinforcement positive diberikan pada saat individu mulai
menunjukkan perilaku normal (aktualisasi diri). Misalnya, Siswa yang
bertanya mendapat pujian dari guru seperti penggunaan kata
“Pertanyaan kamu bagus sekali”. Hal tersebut akan mendorong siswa
untuk bertanya lagi.
Reinforcement negative akan lebih tepat diberikan pada saat
perilaku normal mengalami penurunan atau gangguan agar terhindar
dari faktor luar yang mempengaruhi aktualisasi diri. Misalnya, seorang
individu yang asalnya aktif bertanya tiba-tiba menjadi jarang bertanya
karena sibuk bermain laptop, reinforcement negative yang diberikan
biasanya dalam bentuk sindiran.
Reinforcement natural lebih tepat diberikan pada saat muncul
gejala-gejala perilaku tidak normal; seperti mulai pemalu, bersikap
pasif, penakut, malas.
2. EXTINCTION, SHAPING
2.A. EXTINCTION
1. Pengertian Penghapusan (Extinction)
Pengertian (extinction) adalah menghentikan reinforcement
(penguatan) pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement.
Teori yang digunakan adalah Skinner. Langkah-langkah teknik
penghapusan (extinction) yaitu:
1) Tentukan tingkah laku yang akan dibentuk dengan analisis ABC
2) Bila tingkah laku itu ditampilakan, guru dan orangtua diam dan tidak
member indeksi bahwa guru atau orangtua melihat tingkah laku
tersebut.
3) Extinction akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan teknik
penguatan positif.
Langkah-langkah
a. Tentukan tingkah laku yang akan dihentikan dengan analisis ABC
1) A = Antecedent (pencetus perilaku)
2) B = Behavior (perilaku yang dipermasalahkan)
3) C = Consequence (konsekuensi atau akibat perilaku tersebut).
b. Bila tingkah laku itu ditampilkan, guru atau orangtua diam dan tidak
memberikan indikasi bahwa guru atau orangtua melihat tingkah laku
tersebut.
c. Extinction akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan teknik
penguatan positif
Dari uraian diatas bahwasanya extinction efektif bila dikombinasikan
dengan prosedur lain. Efek ini mendukung tercapainya penghapusan
karena subjek telah mendapatkan cukup penguatan. Di dalam penelitian
ini setelah konseli menunjukkan bahwa konseli tidak melakukan perilaku
prokrastinasi akademik maka konseli diberikan penguatan positif yang
berupa reward, sebaliknya jika konseli masih melakukan perilaku
prokrastinasi akademik maka konseli akan mendapatkan Consequence
yang telah ditentukan.
Extinction akan berlangsung cepat setelah diikuti continuous
reinforcement pemberian penguatan setiap kali perilaku diharapakan
muncul. Contohnya anak meminta perhatian saat ibu sedang bicara
ditelepon, ibu mengabaikan. Begitu anak diam dan tenang, ibu langsung
memperhatikan dan memberikan apa yang dibutuhkan anak. Pemberian
continuous reinforcement pada extinction akan lebih cepat menurunkan
perilaku yang tidak diharapkan intermittent reinforcement. Extinction
dapat menurunkan perilaku yang tidak diinginkan dengan dilakukan
pemberian reinforcement pada peserta didik yang melakukan perilaku-
perilaku yang negatif.
2.B . SHAPING
1. Pengertian Shaping
Shaping adalah mengembangkan perilaku baru dengan penguat
berturut-turut dan perkiraan yang teliti serta menghilangkan perkiraan
yang terdahulu dari perilaku. Shaping juga merupakan salah satu
prosedur untuk membentuk perilaku yang belum dimunculkan oleh
individu.
Menurut prinsip behavioral, shaping merupakan teknik yang selalu
mengesampingkan hal-hal yang berhubungan dengan mekanistik, yang
memiliki tahap-tahap diantaranya reinforcement dan ada modal awal
yang harus dimilik, dimana hal tersebut mirip dengan suatu tujuan.
Kemudian, dalam teori kondisioningoperant dari skinner, menunjuk pada
pengubahan tingkah laku pada suatu arah spesifik melalui penguatan,
atau Reinforcement, bagi respons-respons yang membentuk respons
tingkah laku yang dikehendaki.
3. Penerapan Shaping
a. Sistematis, harus mengikuti langkah-langkah (prosedur) yang jelas.
b. Tidak sistematis, tanpa adanya prosedur yang jelas
c. Self Shaping, adanya pembentukan perilaku oleh diri kita sendiri.
Contoh : Latihan membuat kue
Awalnya terlalu asin (keasinan), tapi setelah beberapa lama (sering)
dalam membuat kue yang sama maka rasanya akan sesuai dengan
yang diinginkan (tambah enak).
C. ASPEK-ASPEK
1) Konseli dilatih pengarahan diri dalam wawancara.
2) Konseli mengarahkan diri sendiri melalui tugas pekerjaan rumah.
3) Konseli mengamati sendiri dan mencatat sendiri tingkah laku yang
diinginkan atau pekerjaan rumah.
4) Menghadiahi diri sendiri setelah keberhasilan langkah-langkah
tindakannya dan tugas rumah.
E. TUJUAN SELF-MANAGEMENT
Tujuan dari self management adalah pengembangan perilaku yang lebih
adatif dari konseli. Konsep dasar dari self management adalah :
1) Proses pengubahan tingkah laku dengan satu atau lebih strategi
melalui pengelolaan tingkah laku internal dan eksternal individu.
2) Penerimaan individu terhadap program perubahan perilaku menjadi
syarat yang mendasar untuk menumbuhkan motivasi individu
3) Partisipasi individu untuk menjadi agen perubahan menjadi hal yang
sangat penting
4) Generalisasi dan tetap mempertahankan hasil akhir dengan jalan
mendorong individu untuk menerima tanggung jawab menjalankan
strategi dalam kehidupan sehari-hari
5) Perubahan bisa dihadirkan dengan mengajarkan kepada individu
menggunakan ketrampilan menangani masalah.
F. MANFAAT SELF-MANAGEMENT
1) Membantu individu untuk dapat mengelola diri baik pikiran, perasaan
dan perbuatan sehingga dapat berkembang secara optimal
2) Dengan melibatkan individu secara aktif maka akan menimbulkan
perasaan bebas dari kontrol orang lain
3) Dengan meletakkan tanggung jawab perubahan sepenuhnya kepada
individu maka dia akan menganggap bahwa perubahan yang terjadi
karena usahanya sendiri dan lebih tahan lama
4) Individu dapat semakin mampu untuk menjalani hidup yang
diarahkan sendiri dan tidak tergantung lagi pada konselor untuk
berurusan dengan masalah mereka
Gantina Komalasari, Teori dan Teknik Konseling, PT.Indeks, Jakarta, 2011, h.182
Hardy, Malcolm.dkk. 1988. Pengantar Psikologi Edisi Ke Dua. PT. Gelora Aksara :
Semarang
Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo To Occur With Behavior Chaining