3. Penerapan Shaping
a. Sistematis, harus mengikuti langkah-langkah (prosedur) yang jelas
b. Tidak Sistematis, tanpa adanya prosedur yang jelas
c. Self Shaping, adanya pembentukan perilaku oleh diri kita sendiri.
Contoh : Latihan membuat kue
Awalnya terlalu asin (keasinan), tapi setelah beberapa lama (sering) dalam membuat kue yang
sama maka rasanya akan sesuai dengan yang diinginkan (tambah enak).
3. Melibatkan penerapan
reinforcement dan extinction
secara berurutan.
5. Melibatkan penerapan
reinforcement secara
berurutan; jika extinction
harus digunakan, fading tidak
berjalan dengan optimal
b. Keluarga X
X adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah X bekerja sebagai karyawan swasta
begitu pula dengan ibunya. Kemampuan ekonominya tergolong menengah.
Orang tua X bekerja di sebuah perusahaan swasta yang memilki jadwal masuk kerja yang
bergantian. Jika ayahnya masuk kerja pada pagi hari maka terkadang ibunya masuk
malam.Kondisi seperti ini mengakibatkan kurangnya intensitas komunikasi X dengan kedua
orang tuanya. X dengan kedua saudaranya memiliki hubungan yang akrab dan harmonis. Pola
asuh yang diterapkan oleh kedua orang tuanya yaitu bebas dan bertanggung jawab. Bebas dalam
arti X berhak memilih apa saja yang menjadi keputusan dalam menentukan aspek kehidupannya
dan mampu bertanggung jawab atas pilihannya.
c. Keadaan Fisik
Fisik X tergolong normal dan baik, tidak ada sedikitpun penyakit keras yang pernah ia
derita kalaupun menderita sakit hanya sekedar flu, batuk dan penyakit maag yang disebabkan ia
terlambat makan.
d. Tingkah Laku Sosial
X termasuk anak yang periang dan memiliki banyak teman, mudah bergaul dan tidak
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pembawaanya ramah dan akrab dengan
orang-orang yang sudah lama dikenalnya dan X kurang percaya diri dengan kemampuan yang
dimilikinya. Namun, hubungan dengan Orang tua dan adik-adiknya akrab dan harmonis.
Untuk mencapai target yang kami harapkan, maka kami menggunakan berbagai strategi
yang telah disebutkan di atas. Hasil yang diperoleh dengan menghubungkan kedua teknik yaitu
shaping dan fading, dalam proses perubahan tingkah laku yang ditargetkan pada X mengalami
fluktuatif, seperti tergambar pada grafik di bawah ini :
No
. Tanggal Hari Jam Bangun
21/03/201 09.30
1 3 Jum'at
22/03/201 09.00
2 3 Sabtu
23/03/201 09.30
3 3 Minggu
4 24/03/201 Senin 08.00
3
25/03/201 09.00
5 3 Selasa
26/03/201 09.00
6 3 Rabu
27/03/201 09.00
7 3 Kamis
No
. Tanggal Hari Jam Bangun
29/03/201 07.
1 3 Jum'at 30
30/03/201 07.
2 3 Sabtu 30
31/03/201 08.
3 3 Minggu 30
4 1/04/2013 Senin 08.00
08.
5 2/04/2013 Selasa 00
07.
6 3/04/2013 Rabu 30
08.
7 4/04/2013 Kamis 00
08.
8 5/04/2013 Jum'at 00
08.
9 6/04/2013 Sabtu 00
06.
10 7/04/2013 Minggu 00
07.
11 8/04/2013 Senin 00
06.
12 9/04/2013 Selasa 00
10/04/201 06.
13 3 Rabu 00
Tabel Sesudah Diberi
Penguatan(Reinfocement)
Keterangan :
Waktu yang tercantum pada table di atas, merupakan kisaran waktu bangun pagi X.
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa beberapa hari
terakhir X bangun pada pukul 06.00 yang mencapai pada skala “berhasil” yang telah kami
cantumkan pada langkah ke 3 di atas. Hal ini dapat diindikasikan sebagai berikut :
1. Sejak pagi X sudah membuka pintu kamarnya;
2. X melakukan aktivitas yang sebelumnya jarang dilakukan pada pagi hari, seperti membersihkan
kamarnya dan mencuci piring dan sebagainya;
3. Melakukan ibadah pagi di kamarnya, hal ini diketahui dengan sharing bersama X
Adapun kendala-kendala yang dialami dalam penyelesaian tugas ini di antaranya :
1. Sulit mengamati kegiatan X di kamarnya, masih tidur atau sudah bangun. Sehingga hal ini
mengharuskan pengamat untuk mengetuk pintu ataupun menanyakan kepadaX.
2. Dibutuhkan penguatan yang berkelanjutan (seperti mengingatkan untuk selalu bangun pagi).
Namun reinforcement tersebut seharusnya dihlangkan secara bertahap.
3. Proses pembentukan tingkah laku, masih sering mengalami fluktuatif
4. Kesulitan mendapatkan buku sebagai dasar teori yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
To Occur With Behavioral Chaining, Diposkan oleh Flyy di 10.32 Minggu, 25 April 2010
https://lutfifauzan.wordpress.com/2009/12/23/praktik-teknik-konseling-self-management/
PENDEKATAN BEHAVIORAL
A. Nama Pendekatan
Nama pendekatan dalam konseling ini adalah
pendekatan Behavioral. PendekatanBehavioral merupakan pendekatan klinis yang dapat
digunakan untuk menangani bermacam-macam gangguan, dalam bermacam-macam setting
khusus, dan dengan bermacam-macam kelompok populasi.
B. Sejarah Perkembangan
Pendekatan behavior dikembangkan sejak tahun 1950-an dan 1960-an. Pendekatan behavior
memisahkan diri dari pendekatan psikoanalisis yang berlaku pada saat itu. Terapi behavior
berbeda dari konseling lain karena menggunakan classical conditioning dan operant
conditioning terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah. Konseling behavior bangkit
secara serentak di AS, Afsel, dan Inggris tahun 1950-an. Konseling Behavioral terus berkembang
meskipun banyak kecaman dari konseling tradisonal (Psikoanalitik). Pada tahun1960-an Albert
Bandura mengembangkan teori belajar sosial (social learning theory) yang
menggabungkan classic conditioning dan operant conditioning dengan belajar.
Bandura menfokuskan pada terapi kognitif dalam konseling behavioral. 1970-an konseling
behavior muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi dan memiliki pengaruh yang berarti
dalam pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja sosial. Teknik-teknik behavioral
dikembangkan dan diperluas juga diaplikasikan pada bidang-bidang bisnis, industry, dan
pengasuhan anak. Tahun 1980-an merupakan pengembangan cakrawala baru dalam konsep dan
metode yang bergerak jauh di luar teori belajar tradisonal. Adanya perhatian yang meningkat
terhadap peran emosi dalam perubahan terapeutik dan peran factor-faktor biologis dalam
gangguan psikologis. Perkembangan yang menonjol adalah timbulnya konseling kognitif
behavior (cognitive- behavior Therapy/counseling) secara berkelanjutan sebagai kekuatan dan
aplikasi teknik-teknik behavioral terhadap pencegahan dan penanganan gangguan medis. Tahun
1990, assosiasi pengembangan terapi behavior mengklaim dirinya memiliki 4300 anggota. Ada
50 jurnal dan memiliki cabang di seluruh dunia. Konseling behavior saat ini memiliki empat
bidang pokok perkembangan: classical conditioning, operant conditioning, social learning
theory, dan cognitive-behavior therapy.
C. Hakikat Manusia
Hakikat manusia dalam pandangan para behavioris adalah pasif dan mekanistis, manusia
dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan
lingkungan yang membentuknya.
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan
interaksi ini menghasilkan pola - pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Perilaku
seseorang di tentukan oleh macam dan banyaknya penguatan yang diterima dalam situasi
hidupnya. Jadi kesimpulannya teori behavior ini berangapan bahwa perilaku manusia adalah efek
dari lingkungan, pengaruh yang paling kuat itulah yang akan membentuk diri individu.
Beberapa konsep tentang sifat dasar manusia :
1. Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar dan proses terbentuknya kepribadian adalah dari
proses pemasakan dan proses belajar.
2. Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungan
3. Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan
dipelajari dari interaksi dengan lingkungan.
4. Manusia tidak lahir baik atau jahat, tetapi netral. Bagaimana kepribadian seseorang
dikembangakan tergantung interaksi dengan lingkungan.
5. Manusia mempunyai tugas untuk berkembang. Dan semua tugas perkembangan adalah tugas
yang harus diselesaikan dengan belajar.
D. Perkembangan Perilaku
1. Struktur Kepribadian
Kaum behavioris tidak menjelaskan struktur kepribadian seperti pada aliran lain seperti
psikoanalis, tetapi menurut teori kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah
perilaku organisme itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kerpribadian manusia dapat di ketahui
melalui tingkah laku yang tampak dan diamati (observable behavior).Selain itu ada pandangan
dualiasme yang berkembang dalam pendekatan behavior bahwa manusia memiliki jiwa, raga,
mental, fisik, sikap, perilaku dan sebagainya. Seperti yang dijabarkan dibawah ini:
a. Lingkungan dan pengalaman menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang dibentuk.
b. Dualisme, seperti jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas keilmuan
pada pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia.
c. Walaupun pembentukan kepribadian memiliki batasan genetis namun efek dari lingkungan dan
stimulus dari dalam memiliki pengaruh dominan.
d. Dalam membentuk sebuah teori dari kepribadian prediksi dan control dan perilaku merupakan
hal terpenting. Tidak ada yang lebih penting selain kebebasan dalam penentuan respon.
e. Semua perilaku dapat dipisah menjadi operant respondent yaitu individual respon yang berbeda
dalam pengaruh control dari stimulus lingkungan.
E. Hakikat Konseling
Hakikat konseling menurut Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi kelompok
belajar bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal, emosional, dan pengambilan
keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru
yang sesuai.
Konseling dilakukan dengan menggunakan prosedur tertentu dan sistematis yang disengaja
secara khusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-
sama konselor dan konseli. Prosedur konseling dalam pendekatan behavior adalah ; penyusunan
kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi strategi, dan eveluasi perilaku. Dengan
prosedur tersebut konseling/terapi behavior berorientasi pada pengubahan tingkah laku yang
maladaptif menjadi adaptif.
F. Kondisi Pengubahan
1. Tujuan
Tujuan terapi behavioral adalah untuk membantu klien memperoleh perilaku baru,
mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang
adaptif.
2. Sikap, Peran, dan Tugas Konselor
Konselor dalam behavior therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa
tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor
secara khusus diantaranya :
a. Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu
pemecahannya atau tidak
b. Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang
teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
c. Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
d. Mengevaluasi keberhasilan perencanaan perubahan dengan mengukur kemajuan terhadap tujuan
selama durasi perencanaan dan penanganan.
e. Melakukan penilaian tindak lanjut
G. Mekanisme Pengubahan
1. Tahap-Tahap Konseling
a. Assessment (Penilaian Fungsional)
Tahap untuk mendapatkan informasi yang akan menggambarkan masalah yang dihadapi,
sekaligus akan menjadi pedoman dalam menyusun strategi pemberian bantuan. Informasi-
informasi yang dimaksud dapat berupa aktifitas nyata, perasaan, nilai-nilai, dan pikiran klien.
Kanfer dan Saslow (1969) memberikan gambaran tentang kelayakan informasi yang semestinya
dapat digali pada tahap ini adalah berkenaan dengan :
1) Analisis tingkah laku khusus yang bermasalah
2) Analisis Situasi yang didalamnya masalah klien terjadi
3) Analisis motivasional yang berkenaan dengan hal-hal yang menarik dalam kehidupan klien
4) Analisis self-control berkenaan dengan tingkatan kontrol diri klien terhadap tingkah laku
bermasalah
5) Analisis hubungan sosial berkenaan dengan orang-orang lain yang terkait dekat dengan klien
6) Analisis lingkungan fisik-sosial-budaya berkenaan dengan norma-norma dan keterbatasan-
keterbatasan lingkungan.
b. Goal Setting (Menetapkan Tujuan)
Penyusunan tujuan konseling berdasarkan informasi-informasi sebagaimana tersebut diatas.
Penyusunan ini dapat dilakukan melalui tiga tahap (Burk dan Engelkes) yaitu :
1) Membantu klien untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
2) Memperhatikan tujuan klien berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan
belajar yang dapat diterima dan diukur
3) Memecahkan tujuan kedalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi tujuan menjadi tujuan
yang berurutan.
c. Technique Implementation (Implementasi Teknik)
Penentuan strategi belajar yang terbaik untuk membantu klien mencapai tujuan perubahan
tingkah laku yang diinginkannya. Muara konseling adalah membantu klien dalam mempelajari
strategi-strategi efektif yang akan digunakannya dalam upaya perubahan tingkah laku.
d. Evaluation-Termination (Evaluasi dan Pengakhiran)
yaitu evaluasi terhadap tingkah laku klien, efektifitas konselor, efektifitas teknik, dan
keberhasilan konseling, serta balikan yang dapat dilaksanakan.
2. Teknik-Teknik Konseling
a. Desensitisasi sistematis
Teknik spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat
berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara bertahap
b. Teknik Relaksasi
Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental
dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat
pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan mentalnya
c. Teknik Flooding
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan ketakutan
terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi yang
menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang kecamasannya
terhadap situasi tersebut
d. Reinforcement Technique
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki
dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
e. Modelling
Teknik untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model.
f. Cognitive restructuring
Teknik yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak rasional
menjadi rasional dan logis
g. Assertive Training
Teknik membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap orang
lain secara lugas tanpa agresif
h. Self Management
Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku sendiri
melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
i. Behavioral Rehearsal
Teknik penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar ketrampilan
antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
j. Kontrak
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insentif
bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan anatr
pertemuan konseli.
k. Pekerjaan Rumah
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar dilakukan
konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau
membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah yang dihadapinya.
l. Role Playing
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan
dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin dikuasainya
sehingga dapat tujuan yang diharapkan
m. Extinction (Penghapusan)
Extinction (Penghapusan) adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang
sebelumnya diberi reinforcement.
n. Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation) adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak
lagi bersedia untuk melakukannya.
o. Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan konselor
untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
p. Time-out
Time-out merupakan teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan positif.
q. Terapi Aversi
Terpai aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral
yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang
menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.
H. Hasil-Hasil Penelitian
Teknik behavior banyak di gunakan dalam berbagai penelitian karena dapat diaplikasikan dalam
berbagai setting kehidupan. Berikut beberapa aplikasi pendekatan behavioral :
1. Aplikasi behavior therapy di lingkungan keluarga
a. Latihan perilaku orang tua ( behavioral parent training )
Behavioral parent training menunjukkan pada pelatihan keterampilan orang tua. Terapis
membantu sebagai pendidik belajar sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk merubah
respon orang tua terhadap anak-anaknya. Berubahnya respon orang tua, akan membuat perilaku
anak pun berubah. Tipe ini menggunakan metode verbal dan perbuatan. Di dalam metode verbal
mengandung intuksi verbal maupun tertulis. Tujuannya untuk mempengaruhi pikiran. Sedangkan
metode perbuatan menggunakan teknik bermain peran ( role playing ), modelling dan latihan
tingkah laku yang baik. Fokus utama pada perbaikan interaksi antara orang tua dan anak yang
mengalami masalah.
b. Terapi pernikahan / suami istri ( mariage/ couples therapies and education )
Empat komponen utama dalam terapi pernikahan/ suami istri yaitu :
1) Analisis perilaku dalam masalah suami istri
Analisis ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh terapis terhadap pasangan,
jawaban-jawaban dari angket yang diberikan, dan pengamatan terhadap perilaku keluarga.
2) Pelatihan keterampilan berkomunikasi
Pasangan belajar menggunakan kata ‘saya’ dalam kalimat untuk mengekspresikan perasaan-
perasaan mereka. Mereka belajar tentang masalah masalah “here and now “ yang mereka miliki,
dan kemudian merenungkan hal-hal pada masa lalu. Selanjutnya mereka mulai menggambarkan
perilaku suami/istri dengan spesifik. Di akhir latihan, pasangan dapat memberikan feedback
positif terhadap perilaku pasangan.
3) Latihan memecahkan masalah
Komponen ini melengkapi pasangan dengan keterampilan memecahkan masalah, seperti
menyebutkan ( secara jelas ) apa yang mereka inginkan, Kemudian merundingkannya dengan
pasangan, serta membuat kesepakatan.
4) Treatment pada Disfungsi seksual ( treatment of sexual disfunctioning)
Digunakan untuk membantu pasangan suami istri yang mengalami gangguan pada hubungan
seks mereka, yang kemudian menjadi masalah pasangan. Seperti ejakulasi dini.Treatment yang
diberikan mengandung pengurangan kecemasan terhadap penampilan mereka, pendidikan seks
yang mengandung teknik-teknik dalam hubungan suami istri, latihan keterampilan dalam
berkomunikasi, perubahan sikap.
c. Terapi fungsi keluarga ( functional family therapy )
Dalam functional family therapy, pertolongan diberikan apabila hubungan interpersonal antar
anggota keluarga dalam keadaan :
1) Contact/ Closeness ( Merging )
2) Anggota keluarga sama-sama bersaing di dalam keluarga.
3) Distance/ Independence ( Separating )
4) Anggota keluarga saling memisahkan diri, ada jarak diantara mereka.
Pendekatan behavioral ini dapat juga diaplikasikan menuju proses pembelajaran. diantaranya
sebagai berikut :
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
f. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
i. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).
b. Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur
c. Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan pada
perilaku yang terjadi dimasa dating
J. Sumber Rujukan
Komalasari, Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi Rafika Aditama
Muthi’ah, Anisatul & Umar Fadhilah, Nur. 2013. Makalah Pendekatan Person Cintered Therapy. Malang
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.
Belmont, CA: Brooks/Cole.
http://akhmad-sugianto.blogspot.co.id/2014/03/teori-pendekatan-behavioral.html