Anda di halaman 1dari 20

Teori Shaping and Fading

A.  Pembahasan Tentang Shaping


1.    Pengertian Shaping
Shaping adalah mengembangkan perilaku baru dengan penguat berturut-turut dan perkiraan
yang teliti serta menghilangkan perkiraan yang terdahulu dari perilaku. Shaping juga merupakan
salah satu prosedur untuk membentuk perilaku yang belum dimunculkan oleh individu.
Menurut prinsip behavioral, shaping merupakan teknik yang Selalu mengesampingkan hal-
hal yang berhubungan dengan mekanistik, yang memiliki tahap-tahap di antaranya
reinforcement, dan ada modal awal yang harus dimiliki, di mana hal tersebut mirip dengan suatu
tujuan. Kemudian, dalam teori kondisioningoperant  dari Skinner, menunjuk pada pengubahan
tingkah laku pada suatu arah spesifik melalui penguatan, atau Reinforcement, bagi respons-
respons spesifik.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa shaping adalah suatu teknik
mengembangkan tingkah laku baru melalui mula-mula memberikan penguatan pada sesuatu
respons yang membentuk respons tingkah laku yang dikehendaki.

2.    Aspek yang dapat Dibentuk dalam Shaping


Ada tiga aspek yang dapat dibentuk dalam shaping di antaranya :
a.    Topografi, merupakan bentuk kecil dari sebuah respon
Misalnya : Dalam membentuk kata Mama, dimulai dari …em…ma…mama. Disini perilaku kita
pilah-pilah menjadi bentuk kecil.
b.    Amount, merupakan aspek yang diperhatikan yaitu jumlah perilaku yang kita bentuk atau
langkah-langkah yang telah direncanakan dari satu tempat ke tempat yang lain.
c.    Intensity, merupakan kekuatan respon dari suatu aktifitas
Misalnya : Latihan mengemudikan mobil (awalnya tersendat-sendat, kemudian bertambah lancar,
seiring dengan seringnya latihan yang dilakukan maka akan membuat semakin lancar dalam
mengemudikan mobil).

3.    Penerapan Shaping
a.    Sistematis, harus mengikuti langkah-langkah (prosedur) yang jelas
b.    Tidak Sistematis, tanpa adanya prosedur yang jelas
c.    Self Shaping, adanya pembentukan perilaku oleh diri kita sendiri.
Contoh : Latihan membuat kue
Awalnya terlalu asin (keasinan), tapi setelah beberapa lama (sering) dalam membuat kue yang
sama maka rasanya akan sesuai dengan yang diinginkan (tambah enak).

4.    Langkah-langkah dalam Shaping :


a.    Menentukan perilaku akhir yang diinginkan bisa topografi saja, amount saja, intensity saja atau
ketiga-tiganya bisa dipakai sekaligus.
b.    Memilih perilaku awal sebagai modal sehingga akhir dari perilaku memenuhi harapan.
c.    Memilih tahap pembentukan (langkah-langkah dari shaping), hal ini dilakukan supaya dalam
memberikan reinforcement bisa lebih terencana.
d.   Bergerak pada tempat yang benar (moving), supaya subyek berhasil dalam melakukannya jangan
terlalu cepat dalam mengajari, usahakan disesuaikan dengan perkembangan dari anak.

B.  Pembahasan tentang Fading


1.    Pengertian Fading
Fading adalah teknik untuk membentuk perilaku yang diinginkan secara bertahap, yaitu
dengan mamberikan suatu stimulus awal atau stimulus yang mampu menampilkan respon yang
diinginkan secara terus-menerus kepada individu tersebut, dan selanjutnya stimulus tersebut
sedikit demi sedikit dihilangkan. Dengan menggunakan proses ini, diharapkan individu mampu
merespon lingkungan yang sebenarnya tanpa memberikan stimulus awal.
Dalam teori belajar, fading berarti perkenalan, introduksi atau pemasukan secara bertahap
atau berangsur-berangsur (fade-in) suatu stimulus baru tanpa mengganggu respon-respons
tingkah laku yang telah terbentuk; juga berarti pemunduran-pemunduran atau pemudaran secara
berangsur-angsur (fade-out) suatu stimulus.

2.    Proses Fading yang Efektif


Proses fading akan efektif bila :
a.      Memilih Final Desired Stimulus
Final Desired Stimulus adalah memilih stimulus hasil akhir yang diinginkan. Stimulus yang
ingin ditimbulkan atau membentuk perilaku saat prosedur fading selesai.
b.    Memilih stimulus awal
Memilih stimulus awal yang tepat dapat mempengaruhi timbul atau tidaknya perilaku akhir
yang dinginkan. Stimulus awal disini biasanya disebut denganPrompt. Prompt adalah stimulus
permulaan untuk mengontrol atau merangsang kemunculan perilaku yang diinginkan selama
proses fading ini, stimulus ini nantinya akan dieliminasi atau dihilangkan apabila perilaku yang
diinginkan sudah kuat atau sudah benar-benar dikuasai oleh individu yang bersangkutan.

3.    Beberapa tipe prompt yang bisa diberikan :


a.    Physical Prompts/ Physical Guidance  stimulus awal yang diberikan berupa sentuhan.
b.    Gestural prompts  stimulus awalnya dengan menunjuk pada isyarat yang tepat, tanpa
menyentuh siswanya atau orang yang diajari.
c.    Modelling prompts  stimulus awalnya dengan mencontohkan atau memperagakan pada murid
perilaku yang benar.
d.   Verbal prompts  petunjuk secara verbal.
e.    Environmental prompts  stimulus awalnya dengan menunjukkan perilaku yang diinginkan
pada individu tersebut, di mana petunjuknya itu berasal dari lingkungan.

4.    Memilih langkah fading


Hal ini terkait dengan pemberian prompt. Apabila murid membuat kesalahan atau setelah
proses fading murid tidak mampu menunjukkan perilaku yang diinginkan saat sebelum
melakukan fading, maka ini berarti prompt yang diberikan terlalu cepat dihilangkan atau terlalu
banyak langkah dalam pelaksanaan fading.
Pedoman Penggunaan Fading agar Efektif :
a.    menetapkan stimulus akhir yang diinginkan. Stimulus yang dapat menghadirkan respon atau
target perilaku
b.    memilih reinforcement yang tepat
c.    menetapkan stimulus awal dan langkah fading
d.   meletakkan rancangan bila terjadi efek.

Perbandingan Fading dan Shaping


Pada shaping, langkah-langkahnya terdiri dari terus menerus memperkuat respon hingga
mencapai respon akhir yang diinginkan. Pada fading, langkah-langkahnya terdiri dari
memperkuat respon akhir yang diinginkan dengan kehadiran perkiraan yang semakin mendekati
stimulus yang diinginkan dari respon tersebut.

Persamaan Dan Perbedaan Antara Shaping dengan Fading


Shaping Fading

Perilaku akhir 1. Perilaku baru dalam 1. Kontrol stimulus baru


beberapa dimensi fisik seperti dari perilaku tertentu
topografi, jumlah, atau intensitas

2. Perilaku akhir hanya terdiri


atas langkah akhir dari shaping 2. Kontrol stimulus akhir
hanya terdiri atas langkah
akhir dari fading

Prosedur pelatihan 1. Seringkali melibatkan 1. Khususnya melibatkan


secara umum lingkungan yang tidak terstruktur lingkungan yang terstruktur
di mana murid memiliki karena stimulus yang
kesempatan untuk memunculkan dihadirkan harus benar-benar
berbagai perilaku. dikontrol
2. Berjalan dalam urutan yang 2. Berjalan dalam urutan
sesuai dengan urutan alami terbalik dilihat dari urutan
perilaku. perilaku yang sebenarnya

Pertimbangan 1. Seringkali melibatkan 2. Dapat melibatkan


prosedural lainnya kontrol pengajaran; dapat beberapa langkah shaping,
melibatkan beberapa bantuan fisik meskipun ini tidak biasa
pada langkah yang berurutan, tapi dilakukan.
biasanya diminimalkan. Juga dapat
melibatkan beberapa fading dalam
langkah yang berurutan tapi hal ini
tidak biasa dilakukan.

3. Melibatkan penerapan
reinforcement dan extinction
secara berurutan.
5.      Melibatkan penerapan
reinforcement secara
berurutan; jika extinction
harus digunakan, fading tidak
berjalan dengan optimal

LANGKAH-LANGKAH ANALISIS PENGUBAHAN TINGKAH LAKU


1.    Mengidentifikasi Tingkah Laku yang Bermasalah dan Merumuskan Masalahnya secara
Operasional, yang dapat Diamati dan Diukur.
X adalah Mahasiswa program studi Pendidikan Anak Usia Dini semester IV di salah satu
Perguruan Tinggi di Samarinda. X mengalami kesulitan bangun pagi. Kebiasaannya ini berbeda
dengan teman-teman di kosnya. Teman-teman di kos pada pukul 07.00 sudah melakukan
aktivitasnya masing-masing sedangkan X masih tidur dan kebiasaannya bangun pukul 09.00
bahkan lebih dari yang biasanya.
X sering mengeluhkan kebiasaannya ini dengan salah satu teman dekatnya di kos.
Kebiasaan bangun siang mengakibatkan beberapa tugasnya menjadi tertunda dan mengalami
gangguan fisik yaitu sering pusing.
Kemudian dengan asas kesukarelaan, X mendatangi salah satu anggota kelompok kami,
yang mana X menganggapnya sebagai teman sharing di kost untuk meminta bantuan agar X
dapat mengurangi kebiasaan bangun kesiangan dan sikap suka menunda- nunda pekerjaan yang
lain.
2.    Mengidentifikasi Berbagai Kemungkinan Penyebab Timbulnya Masalah 
a.    Pribadi X
1)   Kemampuan Belajar               : Kemampuan rata-rata (normal)
2)   Cita-cita                                  : guru PAUD
3)   Minat                                      : menyanyi dan menuliskan inspirasinya dalam sebuah tulisan
cerita pendek
4)   Sifat kepribadian yang mencolok     :  periang, ramah, peka terhadap situasi dan kondisi tertentu
dan sensitif.
5)   Perasaan yang dirasakan saat ini       : bingung, minder, motivasi untuk merubah kebiasaan yang
tidak baik pada dirinya.

b.   Keluarga X
X adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah X bekerja sebagai karyawan swasta
begitu pula dengan ibunya. Kemampuan ekonominya tergolong menengah.
Orang tua X bekerja di sebuah perusahaan swasta yang memilki jadwal masuk kerja yang
bergantian. Jika ayahnya masuk kerja pada pagi hari maka terkadang ibunya masuk
malam.Kondisi seperti ini mengakibatkan kurangnya intensitas komunikasi X dengan kedua
orang tuanya. X dengan kedua saudaranya memiliki hubungan yang akrab dan harmonis. Pola
asuh yang diterapkan oleh kedua orang tuanya yaitu bebas dan bertanggung jawab. Bebas dalam
arti X berhak memilih apa saja yang menjadi keputusan dalam menentukan aspek kehidupannya
dan mampu bertanggung jawab atas pilihannya.
c.    Keadaan Fisik
Fisik X tergolong normal dan baik, tidak ada sedikitpun penyakit keras yang pernah ia
derita kalaupun menderita sakit hanya sekedar flu, batuk dan penyakit maag yang disebabkan ia
terlambat makan.
d.   Tingkah Laku Sosial
X termasuk anak yang periang dan memiliki banyak teman, mudah bergaul dan tidak
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pembawaanya ramah dan akrab dengan
orang-orang yang sudah lama dikenalnya dan X kurang percaya diri dengan kemampuan yang
dimilikinya. Namun, hubungan dengan Orang tua dan adik-adiknya akrab dan harmonis.

3.    Menetapkan Target Tingkah Laku yang Diinginkan


a.    Membiasakan bangun pagi
b.    Memudarkan kebiasaan suka menunda-nunda pekerjaan (membersihkan kamar, makan tidak
teratur, mengerjakan tugas kuliah)
Berdasarkan hasil pengamatan, maka kami membuat skala waktu bangun pagi yang
diinginkan pada X:
1)   Berhasil                     : 06.00 – 07.00
2)   Cukup berhasil          : 07.00 – 08.00
3)   Tidak berhasil           : 08.00 – 09.00
4.    Merancang dan Melaksanakan Strategi untuk Mengatasi Masalah dan Mencapai Target
Tingkah Laku yang Diharapkan  dengan Memilih dan Menggunakan Teknik yang Tepat.
a.    Menemani X tidur dalam beberapa waktu, tetapi tidak rutin.
Strategi ini dilaksanakan secara insidental, mengajak X tidur bersama dengan berbagai
alasan, seperti memberi arahan kepada X terkait tugas kuliah atau saling bercerita baik
pengalaman pribadi maupun kegiatan lainnya. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali dalam 12 hari
pengamatan.
b.    Menggunakan alarm untuk membangunkan X
Alarm digunakan sebagai alat bantu untuk membangunkan X pada waktu yang ditentukan.
c.    Meminta bantuan orang lain untuk membangunkan
Strategi ini dimaksudkan untuk membantu X untuk bangun pagi, karena pada kondisi
tertentu X bisa saja bangun kesiangan jika sedang kelelahan.
d.   Diingatkan untuk beribadah pagi
Hal ini dilakukan sebagai Reinforcement untuk membantu X dalam membiasakan bangun
pagi dan X dapat melaksanakan kewajiban agamanya.

5.    Mengevaluasi Proses Dan Hasil Capaian

Untuk mencapai target yang kami harapkan, maka kami menggunakan berbagai strategi
yang telah disebutkan di atas. Hasil yang diperoleh dengan menghubungkan kedua teknik yaitu
shaping dan fading, dalam proses perubahan tingkah laku yang ditargetkan pada X mengalami
fluktuatif, seperti tergambar pada grafik di bawah ini :

Tabel Sebelum Diberi Penguatan (Reinforcement)

No
. Tanggal Hari Jam Bangun
21/03/201 09.30
1 3 Jum'at
22/03/201 09.00
2 3 Sabtu
23/03/201 09.30
3 3 Minggu
4 24/03/201 Senin 08.00
3
25/03/201 09.00
5 3 Selasa
26/03/201 09.00
6 3 Rabu
27/03/201 09.00
7 3 Kamis

No
. Tanggal Hari Jam Bangun
29/03/201                        07.
1 3 Jum'at 30
30/03/201                        07.
2 3 Sabtu 30
31/03/201                        08.
3 3 Minggu 30
4 1/04/2013 Senin                     08.00
                       08.
5 2/04/2013 Selasa 00
                       07.
6 3/04/2013 Rabu 30
                       08.
7 4/04/2013 Kamis 00
                       08.
8 5/04/2013 Jum'at 00
                       08.
9 6/04/2013 Sabtu 00
                       06.
10 7/04/2013 Minggu 00
                       07.
11 8/04/2013 Senin 00
                       06.
12 9/04/2013 Selasa 00
10/04/201                        06.
13 3 Rabu 00
Tabel Sesudah Diberi
Penguatan(Reinfocement)

Keterangan :
Waktu yang tercantum pada table di atas, merupakan kisaran  waktu bangun pagi X.

 
 

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa beberapa hari
terakhir X bangun pada pukul 06.00 yang mencapai pada skala “berhasil” yang telah kami
cantumkan pada langkah ke 3 di atas. Hal ini dapat diindikasikan sebagai berikut :
1.    Sejak pagi X sudah membuka pintu kamarnya;
2.    X melakukan aktivitas yang sebelumnya jarang dilakukan pada pagi hari, seperti membersihkan
kamarnya dan mencuci piring dan sebagainya;
3.    Melakukan ibadah pagi di kamarnya, hal ini diketahui dengan sharing bersama X
Adapun kendala-kendala yang dialami dalam penyelesaian tugas ini di antaranya :
1.    Sulit mengamati kegiatan X di kamarnya, masih tidur atau sudah bangun. Sehingga hal ini
mengharuskan pengamat untuk mengetuk pintu ataupun menanyakan kepadaX.
2.    Dibutuhkan penguatan yang berkelanjutan (seperti mengingatkan untuk selalu bangun pagi).
Namun reinforcement tersebut seharusnya dihlangkan secara bertahap.
3.    Proses pembentukan tingkah laku, masih sering mengalami fluktuatif
4.    Kesulitan mendapatkan buku sebagai dasar teori yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
To Occur With Behavioral Chaining, Diposkan oleh Flyy di 10.32 Minggu, 25 April 2010

PRAKTIK TEKNIK KONSELING SELF MANAGEMENT


A. KONSEP DASAR
Ada beberapa definisi dari self management, diantaranya “Self-management adalah proses dimana kilien
mengarahkan sendiri perubahan tingkah lakunya dengan srategi terepeutik atau beberapa kombinasi
strategi” (Cormier&Cormier, 1985:519). Self-management sebagai kontrol dari respon tertentu melalui
stimulus yang dihasilkan dari respon lain pada individu yang sama yaitu melalui stimulus yang dibangkitkan
oleh diri sendiri (Sydney W. Bijou, 1984). Mahoney&Thoresen mengatakan self-management berkenaan
dengan kesadaran dan keterampilan untuk mengatur keadaan sekitarnya yang mempengaruhi tingkah laku
individu (dalam Lutfi Fauzan, 1992:35).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa. Teknik perubahan perilaku self
management merupakan salah satu dari penerapan teori modifikasi perilaku dan merupakan gabungan teori
behavioristik dan teorikognitif social. hal ini merupakan hal baru dalam membantu konseli menyelesaikan
masalah karena didalam tekhnik ini menekankan pada konseli untuk mengubah tingkah laku yang dianggap
merugikan yang sebelumnya menekankan pada bantuan orang lain.
Tujuan dari self management adalah pengembangan perilaku yang lebih adatif dari konseli. Konsep dasar
dari self management adalah :
1. Proses pengubahan tingkah laku dengan satu atau lebih strategi melalui pengelolaan tingkah laku internal
dan eksternal individu.
2. Penerimaan individu terhadap program perubahan perilaku menjadi syarat yang mendasar untuk
menumbuhkan motivasi individu
3. Partisipasi individu untuk menjadi agen perubahan menjadi hal yang sangat penting
4. Generalisasi dan tetap mempertahankan hasil akhir dengan jalan mendorong individu untuk menerima
tanggung jawab menjalankan strategi dalam kehidupan sehari-hari
5. Perubahan bisa dihadirkan dengan mengajarkan kepada individu menggunakan ketrampilan menangani
masalah.
A. KARAKTERISTIK
Menurut Cormier dan Cormier (1985) karakteristik dari self management, yaitu :
1. Kombinasi dari strategi mengelola diri sendiri biasanya lebih berguna dari pada sebuah strategi tunggal
2. Penggunaan strategi yang konsisten adalah esensial
3. Penggunaan penguatan diri sendiri merupakan komponen yang penting
4. Tunjangan yang diberikan oleh lingkungan harus dipertahankan
5. Perlu ditetapkan target yang realistis dan kemudian dievaluasi
6. Dukungan lingkungan mutlak perlu untuk memelihara perubahan-perubahan yang merupakan hasil dari
suatu program self management (Rosyidan, 1988)
B. TUJUAN
Agar individu secara teliti dapat menempatkan diri dalam situasi-situasi yang menghambat tingkah laku
yang mereka hendak hilangkan dan belajar untuk mencegah timbulnya perilaku atau masalah yang tidak
dikehendaki. Dalam arti individu dapat mengelola pikiran, perasaan dan perbuatan mereka sehingga
mendorong pada pengindraan terhadap hal-hal yang tidak baik dan peningkatan hal-hal yang baik dan
benar.
C. ASUMSI DASAR
Perubahan tingkah laku yang didasarkan pada kemauan, kesadaran dan kemampuan individu sendiri akan
lebih tahan lama. Karena individu menganggap bahwa keberhasilan tersebut bukan terjadi atas usahanya
sendiri dan ada campur tangan orang lain yang berupa stimulus lingkungan, tetapi usaha diri sendirilah
yang lebih berpengaruh.
D. RELEVANSI
Pada dasarya self management merupakan salah satu penerapan teori modifikasi perilaku gabungan
behavioristik dan kognitif sosial. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan pada beberapa masalah terkait
dengan diri sendiri dimana tingkah laku dapat dirubah berdasarkan kemauan sendiri. Self management
dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar, mengontrol berat badan, mengurangi kebiasaan
merokok, kebiasaan belajar yang buruk, kecemasan, dan mengurangi kebiasaan berkata jorok.
E. PRINSIP
1. Self regulation, individu cenderung menjadi waspada ketika perilaku mereka mendatangkan konsekuensi
yang tidak diharapkan.
2. Self kontrol, individu tetap memiliki komitmen dan menjalankan program perubahan perilaku meskipun
disalah satu sisi individu mengalami konsekuensi yang tidak mengenakan bagi dirinya
3. Self attibution, individu percaya bahwa dirinya bertanggungjawab atas terjadinya sesuatu dan yakin
kesuksesan yang diraih karena kemampuan personalnya.
F. MANFAAT
1. Membantu individu untuk dapat mengelola diri baik pikiran, perasaan dan perbuatan sehingga dapat
berkembang secara optimal
2. Dengan melibatkan individu secara aktif maka akan menimbulkan perasaan bebas dari kontrol orang lain
3. Dengan meletakkan tanggung jawab perubahan sepenuhnya kepada individu maka dia akan menganggap
bahwa perubahan yang terjadi karena usahanya sendiri dan lebih tahan lama
4. Individu dapat semakin mampu untuk menjalani hidup yang diarahkan sendiri dan tidak tergantung lagi
pada konselor untuk berurusan dengan masalah mereka
G. KENDALA
1. Tidak ada motivasi dan komitmen yang tinggi pada individu
2. Target perilaku seringkali bersifat pribadi dan persepsinya sangat subyektif terkadang sulit
dideskripsikan, sehingga konselor sulit untuk menentukan cara memonitor dan mengevaluasi
3. Lingkungan sekitar dan keadaan diri individu dimasa mendatang sering tidak dapat diatur dan
diprediksikan dan bersifat komplek
4. Individu bersifat independen
5. Konselor memaksakan program pada konseli
6. Tidak ada dukungan dari lingkungan.
H. PROSEDUR APLIKASI
Kesadaran untuk membuat perilaku lebih baik dari biasanya memang sulit, salah satu teknik untuk
mengubahnya yaitu dengan teknik self management. Prosedur aplikasi dalam melakukan teknik ini, yaitu :
1. Melakukan pemantauan diri dan pengamatan
Memantau kegiatan sehari-hari perilaku apa saja yang telah kita amati, melakukan pengamatan dengan
cara misalnya mencatat perilaku-perilaku yang ingin diubah, perilaku-perilaku yan ingin ditingkatkan.
2. Mengimplementasikan strategi pengendalian diri seperti, perencanaan lingkungan (modifikasi perilaku),
pemberian tugas.
Perencanaan lingkungan melibatkan memodifikasi keadaan yang mendahului atau menimbulkan suatu
tingkah laku, melalui perencanaan lingkungan seseorang akan belajar mengenali dan memodifikasi tingkah
laku. Perencanaan lingkungan ini mencakup lingkungan keluarga konseli, lingkungan sekolah dan
lingkungan kegiatan. Tidak selamanya lingkungan memberi dukungan terhadap strategi pengendalian diri
yang dilakukan oleh konseli, oleh karena itu konseli dibantu oleh konselor mempersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan kegagalan modifikasi lingkungan. Misalnya dengan, memikirkan kompensasi-
kompensasi yang akan dilakukan jika tidak berhasil menjalankan strategi awal, meminta tolong kepada
orang tua, teman, guru untuk selalu membantu konseli dalam menjalankan strategi pengubahan tingkah
laku yang ia jalankan.
3. Pemrograman seperti, kelola internal (self reinforcement, kritik diri), konsekuensi eksternal (kontrak
pribadi dan pemberian hak-hak istimewa pada diri)
Menurut Thoresen dan Mahoney (1974), perilaku pemrograman adalah konsekuensi mengubah perilaku
bukannya suatu peristiwa yang mendahului perilaku. Thoresen dan Mahoney mengutip contoh perilaku
pemrograman sebagai konsekuensi perilaku internal adalah penggunaan self-pujian, megkritik diri dan
memberikan kesan senang atau tidak senang terhadap citra mental. Sedangkan sebagai konsekuensi
perilaku eksternal adalah mencakup kontak pribadi misalnya, (jika saya melakukan…., maka saya akan
mendapatkan….), dan pemberian token economi. Hal ini akan sangat efektif dalam membantu konseli untuk
melakukan pengubahan perilaku dan mempertahankannya.

https://lutfifauzan.wordpress.com/2009/12/23/praktik-teknik-konseling-self-management/

PENDEKATAN BEHAVIORAL

A.      Nama Pendekatan
Nama pendekatan dalam konseling ini adalah
pendekatan Behavioral. PendekatanBehavioral merupakan pendekatan klinis yang dapat
digunakan untuk menangani bermacam-macam gangguan, dalam bermacam-macam setting
khusus, dan dengan bermacam-macam kelompok populasi.

B.       Sejarah Perkembangan
Pendekatan behavior dikembangkan sejak  tahun 1950-an dan 1960-an. Pendekatan behavior
memisahkan diri dari pendekatan psikoanalisis yang berlaku pada saat itu. Terapi behavior
berbeda dari  konseling lain karena menggunakan classical conditioning dan  operant
conditioning terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah. Konseling behavior bangkit
secara serentak di AS, Afsel, dan Inggris tahun 1950-an. Konseling Behavioral terus berkembang
meskipun banyak kecaman dari konseling tradisonal (Psikoanalitik). Pada tahun1960-an Albert
Bandura mengembangkan teori belajar sosial (social learning theory) yang
menggabungkan classic conditioning dan operant conditioning dengan belajar.
Bandura  menfokuskan pada terapi kognitif dalam konseling behavioral. 1970-an konseling
behavior muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi dan memiliki pengaruh yang berarti
dalam pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja sosial.  Teknik-teknik behavioral
dikembangkan dan diperluas  juga diaplikasikan pada bidang-bidang bisnis, industry, dan
pengasuhan anak. Tahun 1980-an merupakan pengembangan cakrawala baru dalam konsep dan
metode yang bergerak jauh di luar teori belajar tradisonal. Adanya perhatian yang meningkat
terhadap peran emosi dalam perubahan terapeutik dan peran factor-faktor biologis dalam
gangguan psikologis.  Perkembangan yang menonjol adalah timbulnya konseling kognitif
behavior (cognitive- behavior Therapy/counseling) secara berkelanjutan sebagai kekuatan dan
aplikasi teknik-teknik behavioral terhadap pencegahan dan penanganan gangguan medis.  Tahun
1990, assosiasi pengembangan terapi behavior mengklaim dirinya memiliki 4300 anggota. Ada
50 jurnal dan memiliki cabang di seluruh dunia.   Konseling behavior saat ini memiliki empat
bidang pokok perkembangan: classical conditioning, operant conditioning, social learning
theory, dan cognitive-behavior therapy.
C.      Hakikat Manusia
Hakikat manusia dalam pandangan para behavioris adalah pasif dan mekanistis, manusia
dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan
lingkungan yang membentuknya.
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan
interaksi ini menghasilkan pola - pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Perilaku
seseorang di tentukan oleh macam dan banyaknya penguatan yang diterima dalam situasi
hidupnya. Jadi kesimpulannya teori behavior ini berangapan bahwa perilaku manusia adalah efek
dari lingkungan, pengaruh yang paling kuat itulah yang akan membentuk diri individu.
Beberapa konsep tentang sifat dasar manusia :
1.    Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar dan proses terbentuknya kepribadian adalah dari
proses pemasakan dan proses belajar.
2.    Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungan
3.    Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan
dipelajari dari interaksi dengan lingkungan.
4.    Manusia tidak lahir baik atau jahat, tetapi netral. Bagaimana kepribadian seseorang
dikembangakan tergantung interaksi dengan lingkungan.
5.    Manusia mempunyai tugas untuk berkembang. Dan semua tugas perkembangan adalah tugas
yang harus diselesaikan dengan belajar.

D.      Perkembangan Perilaku
1.    Struktur Kepribadian
Kaum behavioris tidak menjelaskan struktur kepribadian seperti pada aliran lain seperti
psikoanalis, tetapi menurut teori kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah
perilaku organisme itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kerpribadian manusia dapat di ketahui
melalui tingkah laku yang tampak dan diamati (observable behavior).Selain itu ada pandangan
dualiasme yang berkembang dalam pendekatan behavior bahwa manusia memiliki jiwa, raga,
mental, fisik, sikap, perilaku dan sebagainya. Seperti yang dijabarkan dibawah ini:
a.       Lingkungan dan pengalaman menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang dibentuk.
b.      Dualisme, seperti jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas keilmuan
pada pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia.
c.       Walaupun pembentukan kepribadian memiliki batasan genetis namun efek dari lingkungan dan
stimulus dari dalam memiliki pengaruh dominan.
d.      Dalam membentuk sebuah teori dari kepribadian prediksi dan control dan perilaku merupakan
hal terpenting. Tidak ada yang lebih penting selain kebebasan dalam penentuan respon.
e.       Semua perilaku dapat dipisah menjadi operant respondent yaitu individual respon yang berbeda
dalam pengaruh control dari stimulus lingkungan.

2.    Pribadi Sehat dan Bermasalah


a.    Pribadi Sehat
1)   Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.
2)   Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
3)   Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku atau bertingkah laku dengan tidak
mengecewakan diri dan lingkungan.
4)    Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
5)   Mempunyai self control yang memadai
b.    Pribadi Bermasalah
1)   Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
2)   Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
3)   Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan
dengan tepat.
4)   Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan lingkungannya
5)   Tingkah laku yang tidak wajar menurut standard nilai,  yang kemudian menimbulkan konflik
dengan lingkungan

E.       Hakikat Konseling
Hakikat konseling menurut Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi kelompok
belajar bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal, emosional, dan pengambilan
keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru
yang sesuai.
Konseling dilakukan dengan menggunakan prosedur tertentu dan sistematis yang disengaja
secara khusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-
sama konselor dan konseli. Prosedur konseling dalam pendekatan behavior adalah ; penyusunan
kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi strategi, dan eveluasi perilaku. Dengan
prosedur tersebut konseling/terapi behavior berorientasi pada pengubahan tingkah laku yang
maladaptif menjadi adaptif.

F.       Kondisi Pengubahan
1.    Tujuan
Tujuan terapi behavioral adalah untuk membantu klien memperoleh perilaku baru,
mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang
adaptif.
2.    Sikap, Peran, dan Tugas Konselor
Konselor dalam behavior therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa
tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor
secara khusus diantaranya :
a.    Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu
pemecahannya atau tidak
b.    Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang
teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
c.    Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
d.   Mengevaluasi keberhasilan perencanaan perubahan  dengan mengukur kemajuan terhadap tujuan
selama durasi perencanaan dan penanganan.
e.    Melakukan penilaian tindak lanjut

3.    Sikap, Peran, dan Tugas Konseli


Dalam konseling behavioral konseli dan konselor aktif terlibat di dalamnya. Konselisecara aktif
terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan
bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting konseli dalam
konseling adalah konseli didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang
bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya serta dapat menerapkan
perilaku tersebut dalah kehidupan sehari-hari.
4.    Situasi Hubungan
Dalam terapi behavioral, hubungan antara terapis dan klien dapat memberikan kontribusi penting
bagi perubahan perilaku klien. Hubungan terapis sebagai fasilitator terjadinya perubahan. Sikap
konselor seperti empati, permisif, acceptance dianggap sebagai hal yang harus ada, namun tidak
cukup untuk bisa menciptakan perubahan perilaku. Masalah ada pada bukan pentingnya
hubungan namun peranan hubungan sebagai landasan strategi konseling untuk membantu klien
berubah sesuai dengan arah yang dikehendaki.

G.      Mekanisme Pengubahan
1.    Tahap-Tahap Konseling
a.    Assessment (Penilaian Fungsional)
Tahap untuk mendapatkan informasi yang akan menggambarkan masalah yang dihadapi,
sekaligus akan menjadi pedoman dalam menyusun strategi pemberian bantuan. Informasi-
informasi yang dimaksud dapat berupa aktifitas nyata, perasaan, nilai-nilai, dan pikiran klien.
Kanfer dan Saslow (1969) memberikan gambaran tentang kelayakan informasi yang semestinya
dapat digali pada tahap ini adalah berkenaan dengan :
1)   Analisis tingkah laku khusus yang bermasalah
2)   Analisis Situasi yang didalamnya masalah klien terjadi
3)   Analisis motivasional yang berkenaan dengan hal-hal yang menarik dalam kehidupan klien
4)   Analisis self-control berkenaan dengan tingkatan kontrol diri klien terhadap tingkah laku
bermasalah
5)   Analisis hubungan sosial berkenaan dengan orang-orang lain yang terkait dekat dengan klien
6)   Analisis lingkungan fisik-sosial-budaya berkenaan dengan norma-norma dan keterbatasan-
keterbatasan lingkungan.
b.    Goal Setting (Menetapkan Tujuan)
Penyusunan tujuan konseling berdasarkan informasi-informasi sebagaimana tersebut diatas.
Penyusunan ini dapat dilakukan melalui tiga tahap (Burk dan Engelkes) yaitu :
1)   Membantu klien untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
2)   Memperhatikan tujuan klien berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan
belajar yang dapat diterima dan diukur
3)   Memecahkan tujuan kedalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi tujuan menjadi tujuan
yang berurutan.
c.    Technique Implementation (Implementasi Teknik)
Penentuan strategi belajar yang terbaik untuk membantu klien mencapai tujuan perubahan
tingkah laku yang diinginkannya. Muara konseling adalah membantu klien dalam mempelajari
strategi-strategi efektif yang akan digunakannya dalam upaya perubahan tingkah laku.
d.   Evaluation-Termination (Evaluasi dan Pengakhiran)
yaitu evaluasi terhadap tingkah laku klien, efektifitas konselor, efektifitas teknik, dan
keberhasilan konseling, serta balikan yang dapat dilaksanakan.
2.    Teknik-Teknik Konseling
a.    Desensitisasi sistematis
Teknik spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat
berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara bertahap
b.    Teknik Relaksasi
Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental
dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat
pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan mentalnya
c.    Teknik Flooding
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan ketakutan
terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi yang
menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang kecamasannya
terhadap situasi tersebut
d.    Reinforcement Technique
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki
dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
e.    Modelling
Teknik untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model.
f.      Cognitive restructuring
Teknik yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak rasional
menjadi rasional dan logis
g.    Assertive Training
Teknik membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap orang
lain secara lugas tanpa agresif
h.    Self Management
Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku sendiri
melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
i.      Behavioral Rehearsal
Teknik penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar ketrampilan
antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
j.      Kontrak
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insentif
bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan anatr
pertemuan konseli.
k.    Pekerjaan Rumah
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar dilakukan
konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau
membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah yang dihadapinya.
l.      Role Playing
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan
dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin dikuasainya
sehingga dapat tujuan yang diharapkan
m.  Extinction (Penghapusan)
Extinction (Penghapusan) adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang
sebelumnya diberi reinforcement.
n.    Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation) adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak
lagi bersedia untuk melakukannya.
o.    Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan konselor
untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
p.    Time-out
Time-out merupakan teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan positif.
q.    Terapi Aversi
Terpai aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral
yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang
menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.

H.      Hasil-Hasil Penelitian
Teknik behavior banyak di gunakan dalam berbagai penelitian karena dapat diaplikasikan dalam
berbagai setting kehidupan. Berikut beberapa aplikasi pendekatan behavioral :
1.    Aplikasi behavior therapy di lingkungan keluarga
a.    Latihan perilaku orang tua ( behavioral parent training )
Behavioral parent training menunjukkan pada pelatihan keterampilan orang tua. Terapis 
membantu sebagai pendidik belajar sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk merubah
respon orang tua terhadap anak-anaknya. Berubahnya respon orang tua, akan membuat perilaku
anak pun berubah. Tipe ini menggunakan metode verbal dan perbuatan. Di dalam metode verbal
mengandung intuksi verbal maupun tertulis. Tujuannya untuk mempengaruhi pikiran. Sedangkan
metode perbuatan menggunakan teknik bermain peran ( role playing ), modelling dan latihan
tingkah laku yang baik. Fokus utama pada perbaikan interaksi antara orang tua dan anak yang
mengalami masalah.
b.    Terapi pernikahan / suami istri ( mariage/ couples therapies and education )
Empat komponen utama dalam terapi pernikahan/ suami istri yaitu :
1)   Analisis perilaku dalam masalah suami istri
Analisis ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh terapis terhadap pasangan,
jawaban-jawaban dari angket yang diberikan, dan pengamatan terhadap perilaku keluarga.
2)   Pelatihan keterampilan berkomunikasi
Pasangan belajar menggunakan kata ‘saya’ dalam kalimat untuk mengekspresikan perasaan-
perasaan mereka. Mereka belajar tentang masalah masalah “here and now “ yang mereka miliki,
dan kemudian merenungkan hal-hal pada masa lalu. Selanjutnya mereka mulai menggambarkan
perilaku suami/istri dengan spesifik. Di akhir latihan, pasangan dapat memberikan feedback
positif terhadap perilaku pasangan.
3)   Latihan memecahkan masalah
Komponen ini melengkapi pasangan dengan keterampilan memecahkan masalah, seperti
menyebutkan ( secara jelas ) apa yang mereka inginkan, Kemudian merundingkannya dengan
pasangan, serta membuat kesepakatan.
4)   Treatment pada Disfungsi seksual ( treatment of sexual disfunctioning)
Digunakan untuk membantu pasangan suami istri yang mengalami gangguan pada hubungan
seks mereka, yang kemudian menjadi masalah pasangan. Seperti ejakulasi dini.Treatment yang
diberikan mengandung pengurangan kecemasan terhadap penampilan mereka, pendidikan seks
yang mengandung teknik-teknik dalam hubungan suami istri, latihan keterampilan dalam
berkomunikasi, perubahan sikap.
c.    Terapi fungsi keluarga ( functional family therapy )
Dalam functional family therapy, pertolongan diberikan apabila hubungan interpersonal antar
anggota keluarga dalam keadaan :
1)   Contact/ Closeness ( Merging )
2)   Anggota keluarga sama-sama bersaing di dalam keluarga.
3)   Distance/ Independence ( Separating )
4)   Anggota keluarga saling memisahkan diri, ada jarak diantara mereka.
Pendekatan behavioral ini dapat juga diaplikasikan menuju proses pembelajaran. diantaranya
sebagai berikut :
a.     Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b.    Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.
c.     Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d.    Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e.     Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
f.     Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g.    Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h.    Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
i.      Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j.      Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).

I.         Kelemahan dan Kelebihan


1.    Kelemahan
Kelemahan atau keterbatasan kelompok behavioral:
a.    Anggota kelompok lebih tergantung pada dukungan dan dorongan kelompok
b.    Beberapa metodenya dipraktekkan secara kaku. Begitu menekankan pada teknik-teknik dan
tidak memadai bagi individu-individu.
c.    Kecenderungan mengabaikan masa lalu dan ketidaksadaran. Sejarah awal banyak mempengaruhi
masyarakat, sementara itu kelompok behavioral tidak mempertimbangkannya.
d.   Kurang fokus pada isu-isu besar kehidupan. Kelompok behavioral lebih konsentrasi pada
kejadian nyata atau keterampilan dalam kehidupan anggota alih-alih kehidupan anggota secara
keseluruhan.
e.    Terkonsentrasi pada perilaku yang tampak, apakah terbuka atau tertutup. Kelompok behavior
tidak mengkonsentrasikan pada perasaan (feeling), tapi lebih pada dinamika dibelakangnya.
2.    Kelebihan
a.    Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan ilmu
pengetahuan kepada proses koseling

b.    Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur

c.    Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan pada
perilaku yang terjadi dimasa dating

J.        Sumber Rujukan
Komalasari, Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi Rafika Aditama
Muthi’ah, Anisatul & Umar Fadhilah, Nur. 2013. Makalah Pendekatan Person Cintered Therapy. Malang
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.
                   Belmont, CA: Brooks/Cole.
http://akhmad-sugianto.blogspot.co.id/2014/03/teori-pendekatan-behavioral.html

Anda mungkin juga menyukai