Anda di halaman 1dari 7

LKM 1 DINAMIKA KELOMPOK

NAMA :RAMADHAN PRADANA PUTRA

NIM : 2010811022

A. Tercetusnya Dinamika Kelompok


Dinamika kelompok atau group dynamic, muncul di Jerman pada menjelang tahun
1940-an, oleh teori kekuatan medan yang terjadi di dalam sebuah kelompok, akibat
dari proses interaksi antar anggota kelompok. Teori ini dikembangkan oleh ahli-ahli
psikologi Jerman penganut aliran gestalt psycology. Salah seorang tokohnya adalah
Kurt Lewin yang terkenal dengan Force-Field Theory. Mereka melihat sebuah
kelompok sebagai satu kesatuan yang utuh, bukan sebagai kumpulan individu-
individu yang terlepas satu sama lain. Kesatuan ini muncul sebagai resultan dari
adanya gaya tarik menarik yang kuat diantara unsur-unsur yang terlibat di dalamnya.
Unsur-unsurnya adalah manusia yang ada dalam organisasi, yang masing-masing
bertindak sebagai ego, dengan gaya-gaya tertentu, sehingga terjadilah saling tarik
menarik, yang akhirnya menghasilkan resultan gaya yang kemudian menjadi kekuatan
kelompok. Kemampuan utama untuk mendukung penerapan teori Lewin tersebut
tergantung pada seberapa baik organisasi menguatkan perilaku kelompok yang telah
dipelajari dan disiapkan.
B. Tokoh yang pertama kali memperkenalkan dinamika kelompok
Salah seorang tokoh yang memperkenalkan dinamika kelompok pertama kali adalah
Kurt Lewin dan J.L. Moreno pada tahun 1800 an dengan teori Force-Field Theory
nya.
C. Perkembangan dinamika kelompok
Pertumbuhan kelompok melalui beberapa fase, yaitu forming (fase kekelompokan),
fase storming (fase peralihan), fase norming (fase pembentukan norma) dan fase
performing (fase berprestasi).
1. Tahap Pembentukan Rasa Kekelompokan (Forming).
Pada tahap ini setiap individu dalam kelompok melakukan berbagai
penjajagan terhadap anggota lainnya mengenai hubungan antar pribadi yang
dikehendaki kelompok, sekaligus mencoba berperilaku tertentu untuk
mendapatkan reaksi dari anggota lainnya. Bersamaan dengan tampilnya
perilaku individu yang berbeda-beda tersebut, secara perlahan-lahan, anggota
kelompok mulai menciptakan pola hubungan antar sesama mereka Pada tahap
pertama inilah secara berangsur-angsur mulai diletakkan pola dasar perilaku
kelompok, baik yang berkaitan dengan tugas-tugas kelompok, atau yang
berkaitan dengan hubungan antar pribadi anggotanya, bahkan mungkin dengan
kelompok-kelompok pesaing dalam berusaha.
2. Tahap Pancaroba/Peralihan (Storming).
Upaya memperjelas tujuan kelompok mulai tampak, partisipasi anggota
meningkat. Sadar atau tidak sadar, pada tahap ini anggota kelompok mulai
mendeteksi kekuatan dan kelemahan masing-masing anggota kelompok
melalui proses interaksi yang intensif, ditandai dengan mulai terjadinya
konflik satu sama lain, karena setiap anggota mulai semakin menonjolkan aku-
nya masing-masing. Salah satu ciri penting dari fase ini adalah dengan
berbagai cara apapun anggotanya akan saling mempengaruhi di antara satu
sama lain.
3. Tahap Pembentukan Norma (Norming).
Dalam fase ketiga ini, meskipun konflik masih terjadi terus, namun anggota
kelompok mulai melihat karakteristik kepribadian masing-masing secara lebih
mendalam, sehingga lebih memahami mengapa terjadi perbedaan dan konflik,
bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang tertentu, bagaimana cara
membantu orang lain dan bagaimana cara memperlakukan orang lain dalam
kelompok.
4. Tahap Berprestasi (Performing).
Kelompok sudah dibekali dengan suasana hubungan kerja yang harmonis
antara anggota yang satu dengan yang lainnya, norma kelompok telah
disepakati, tujuan dan tugas kelompok serta peran masing-masing anggota
telah jelas, ada keterbukaan dalam komunikasi dan keluwesan dalam
berinteraksi satu sama lain, perbedaan pendapat ditolerir, inovasi berkembang.

D. Tokoh dari teori yang muncul dan berkembang dalam dinamika kelompok
a. Kurt Lewin (1800 an)
Lewin mengembangkan sebuah teori medan atau disebut Force-Field Theory. Mereka
melihat sebuah kelompok sebagai satu kesatuan yang utuh, bukan sebagai kumpulan
individu-individu yang terlepas satu sama lain. Kesatuan ini muncul sebagai resultan
dari adanya gaya tarik menarik yang kuat diantara unsur-unsur yang terlibat di
dalamnya. Unsur-unsurnya adalah manusia yang ada dalam organisasi, yang masing-
masing bertindak sebagai ego, dengan gaya-gaya tertentu, sehingga terjadilah saling
tarik menarik, yang akhirnya menghasilkan resultan gaya yang kemudian menjadi
kekuatan kelompok. Kemudian perilaku harus digunakan dalam kedua fungsinya
yaitu sebagai karakteristik pribadi individu dan karakteristik lingkungan. Dalam
konteks kelompok, hal ini memperjelas bahwa faktor yang mempengaruhi
karakteristik pribadi termasuk lingkungan, yang terdiri dari corak kelompok, anggota
kelompok dan situasi. Semua faktor tersebut merupakan totalitas yang disebut
lifespace. Kemampuan utama untuk mendukung penerapan teori Lewin tersebut
tergantung pada seberapa baik organisasi menguatkan perilaku kelompok yang telah
dipelajari dan disiapkan.

E. Teori dasar dinamika kelompok


a. Kata Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang bermakna
“Kekuatan” (force). “Dynamics is facts or concepts which refer to conditions
of change, expecially to forces”. Menurut Slamet Santoso (2004: 5), Dinamika
berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga
yang lain secara timbal balik.. Dinamika berarti adanya interaksi dan
interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok
secara keseluruhan. Karenanya, dapat disimpulkan bahwa Dinamika ialah
kedinamisan atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis.
b. Sedangkan definisi Kelompok menurut slamet Santosa (1992: 8), Kelompok
adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai
kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar
kesatuan persepsi.
c. Jadi definisi Dinamika Kelompok yang dikemukakan oleh Jacobs, Harvill dan
Manson (1994); dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling
mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi
antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada
perkembangan kelompok.
Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di
dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam
kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude
di dalam kelompok (Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral Science).
Dinamika merupakan suatu pola atau proses pertumbuhan, perubahan atau
perkembangan dari suatu bidang tertentu, atau suatu sistem ikatan yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi antara unsur yang satu dengan yang lain,
karena adanya pertalian yang langsung diantara unsur-unsur tersebut. Pengertian
dinamika ini lebih menekankan pada gerakan yang timbul dari dalam dirinya sendiri,
artinya sumber geraknya berasal dari dalam kelompok itu sendiri, bukan dari luar
kelompok, diilhami oleh teori kekuatan medan yang terjadi di dalam sebuah
kelompok, akibat dari proses interaksi antar anggota kelompok.
Dalam kajian Psikologi fokus kajian tentang dinamika kelompok ini lebih
ditekankan kepada aspek psikologis dan tingkah laku individu dalam kelompok.
Sedangkan dalam kajian Sosiologi, dinamika kelompok lebih ditekannkan pana kajian
mengenai kehidupan bermasyaraknya/interaksi sosialnya.
Dalam konteks perpektif kelompok holistic berpendapat bahwa kelompok tersebut
harus sesuai dengan pandangan gestalt sebagai suatu sistem kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan serta mudah dipahami dengan dilakukannya pengujian tersebut. Gestalt
berpendapat bahwa dalam kelompok keseluruhan itu lebih besar daripada bagian.
Kelompok tidak bisa dipahami hanya dengan melihat kualitas dan karakteristik tiap
anggota saja. Lewin mengembangkan sebuah teori medan bahwasanya perilaku harus
digunakan dalam kedua fungsinya yaitu sebagai karakteristik pribadi individu dan
karakteristik lingkungan. Dalam konteks kelompok, hal ini memperjelas bahwa faktor
yang mempengaruhi karakteristik pribadi termasuk lingkungan, yang terdiri dari corak
kelompok, anggota kelompok dan situasi. Semua faktor tersebut merupakan totalitas
yang disebut lifespace.
Kemampuan utama untuk mendukung penerapan teori Lewin tersebut tergantung
pada seberapa baik organisasi menguatkan perilaku kelompok yang telah dipelajari
dan disiapkan. Dengan adanya sistem penghargaan organisasi yang pantas dapat
meningkatkan kekuatan penerapan. Proses implementasi sistem ini dapat dilakukan
melalui pemberian insentif baru untuk menguatkan kepusan dan perilaku yang baru,
dan atau membangkitkan perilaku yang baru kemudian tanpa meninggalkan sistem
insentif yang sudah berjalan. Namun, patut jadi pertimbangan, bahwa ketika perilaku
baru secara wajar diganti, setiap kelompok anggota organisasi menjadi lebih mungkin
untuk mengembangkan dan memelihara pilihan untuk berperilaku secara baru pula.
Berdasarkan pada Force-Field Theory, pada tahap implementasi Lewin menyodorkan
tiga tahap pembaharuan perilaku kelompok, yaitu :
1. Tahap unfreezing,
Pada tahap pertama, merupakan tahap menyiapkan perilaku yang dititikberatkan pada
upaya meminimalkan kekuatan perlawanan dari setiap anggota kelompok.
2. Tahap moving,
Pada tahap kedua, merupakan tahap pergerakan, dengan mengubah orang, individu
maupun kelompok, tugas-tugas, struktur organisasi, dan teknologi.
3. Tahap refreezing.
Pada tahap terahir, merupakan tahap penstabilanperilaku dengan upaya penguatan
dampak dari perubahan, evaluasi hasil perubahan, dan modifikasi-modifikasi yang
bersifat konstruktif.

F. Keterkaitan antara dinamika kelompok dengan psikologi sosial dan Ilmu psikologi
yang lainnya.
a. Psikologi Sosial

Dinamika kelompok erat kaitannya dengan psikologi sosial. Sementara itu,


objek studi psikologi sosial mempelajari tingkah laku individu dalam
hubungan dengan situasi sosial. Situasi sosial selalu berkaitan dengan adanya
kelompok dan tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok.
Dinamika kelompok sebagai fenomena interaksi dan interdependesi antara
anggota kelompok yang satu dan anggota kelompok yang lain secara timbal
balik atau secara keseluruhan penting diketahui untuk lebih memahami
bagaimana antarindividu dan antar kelompok berinteraksi dalam kelompok-
kelompok sosial.

Para ahli psikologi sosial seperti Otto Klineberg berpendapat bahwa dinamika
kelompok lebih ditekankan kepada peninjauan psikologi sosial karena
terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial individu di dalam
kelompok terhadap masing-masing individu sebagai angggota suatu
kelompok. Hal ini berarti dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan
timbal balik/saling pengaruh antara anggota di dalam kehidupan kelompok.
b. Psikologi
Dinamika kelompok juga erat kaitannya dengan bidang psikologi lainnya.
Robert F.Bales di dalam buku interaction analysis memasukkan dinamika
kelompok ke dalam cabang psikologi seperti Psikologi Industri dan
Organisasi. Alasan yang digunakan oleh Robert F.Bales adalah di dalam
dinamika kelompok ini titik beratnya bukan masalah kelompok itu sendiri
tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi/timbul pada individu
dan pengaruhnya terhadap kelompok. Misalnya Bales mengemukakan
bagaimana pengaruh diskusi terhadap cara berpikir individu.

REFERENSI

RI, K. P. (2020) BAHAN PEMBELAJARAN DINAMIKA KELOMPOK.


Arifin, B. S. (2015). Dinamika kelompok.
Rusmana, N. (2009). Konsep Dasar Dinamika Kelompok.
Sirodjudin, Kosim (2019). Sejarah dan Definisi Dinamika Kelompok.
Najib, Muhammad.(2015). DINAMIKA KELOMPOK. Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai