Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imageri (imagery) merupakan suatu proses di dalam pikiran, dimana

pengalaman sensori disimpan dalam memori dan secara internal diulang dan

dialami lagi di dalam pikiran, tanpa perlu menghadirkan stimulus eksternalnya

(Gould & Damarjian, 1996).

Latian imajeri merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa

pembayangan diri atau pengalaman di dalam pikiran. Latian imajeri ini

seringkali disamakan dengan latihan visualisai karena sama-sama melakukan

pembayangan gerakan di dalam pikiran. Hal penting disini adalah atlet

merasakan dan melihat dirinya melakukan gerakan atau bereaksi tertentu

secara benar. Namun, di dalam imajeri, seorang atlet bukan hanya melihat

gerakan dirinya namun juga memberfungsikan indera pendengaran, perabaan,

penciuman bahkan pengecapan, untuk mengulang atau menciptakan

pengalaman di dalam pikirannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakekat imajeri?

2. Bagaimana teori-teori representasi pengetahuan secara visual?

3. Bagaimana panduan penerapan latihan imajeri?

4. Apa saja contoh-contoh penerapan latihan imajeri?

1
5. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat latihan imajeri?

6. Bagaimana cara terbaik atlet dalam penerapan latihan imajeri?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hakekat imajeri.

2. Untuk mengetahui teori-teori representasi pengetahuan secara visual.

3. Untuk mengetahui panduan penerapan latihan imajeri.

4. Untuk mengetahui contoh-contoh penerapan latihan imajeri.

5. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat latihan imajeri

6. Untuk mengetahui cara terbaik atlet dalam penerapan latihan imajeri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Imajeri

Mental imajeri adalah kemampuan manusia untuk mengkhayalkan

gambaran-gambaran di dalam pikiran setelah stimuli asli adalah tidak dapat

dilihat lagi. Komponen kognitif ini adalah salah satu cara yang membantu

faktor-faktor di dalam memori-memori dan pemikiran yang ada. Komponen

ini menyediakan dengan gambaran-gambaran untuk bantuan menerjemahkan

konsep-konsep yang diperkenalkan.

Mental imagery adalah aktivitas menggambarkan suatu hasil tertentu

sebelum hasil tersebut dicapai. Dengan visualisasi seseorang seolah-olah

membuat rancangan gambar secara abstrak tentang hasil yang ingin dicapai

(Korn & Johnson, 1983). Hakekat imajeri, pada intinya ada tiga hal, yaitu:

1. Mengulang pengalaman bahkan menciptakan pengalaman baru dalam

pikiran.

2. Mengaktifkan seluruh panca indera seperti halnya dalam pengalaman

nyata.

3. Tidak diperlukan adanya stimulus eksternal, artinya tidak perlu harus

berada di tempat sesungguhnya dengan mempergunakan alat yang

sesungguhnya.

3
Pada latihan imajeri, atlet dapat melakukan latihan simulasi dengan

melibatkan berbagai suasana, situasi, strategi dan segala hal yang mungkin

ditemui atau terjadi dalam pertandingan sesungguhnya. Latihan imajeri juga

bermanfaat bagi atlet yang sedang tidak dapat melakukan latihan fisik karena

cedera. Dapat pula diterapkan jika tidak memungkinkan melakukan suatu

latihan fisik atau teknik karena ada gangguan cuaca atau sedang dalam

perjalanan. Topik imajeri atau visualisasi merupakan latihan yang paling

mendasar untuk membantu atlet mencapai penampilan puncak dalam olahraga.

B. Teori-Teori Representasi Pengetahuan Secara Visual

Setudi terhadap representasi pengetahuan secara visual memuculkan

pertayaan yang lebih besar mengenai bagaimana informasi visual disimpan da

diambil dari memori. Kita dapat mengajukan argumen bahwa aktivitas

neurologis yang terasosialsi dengan penyimpanan informasi memiliki bentuk

yang spesifik. Artinya, informasi visual disandikan sebagai suatu “gambar”

internal yang dapat diaktifkan kembali dengan memanggil gambar tersebut,

seperti saat kita mengamati sebuah album foto.

Selain itu, kita dapat pula mengajukan argumen bahwa informasi

visual akan disaring, dihimpun, dan disimpan sebagai “pertanyaan-

pertanyaan” abstrak mengenai bayangan atau citra yang bersangkutan.

Reaktivitas memori kemudian akan terdiri dari pemanggilan sandi (codes)

abstrak, yang selanjutnya akan merekontruksi bayangan subjektif yang

terasosiasi dengan sandi tersebut. Akhirnya, kita dapat mengajukan argumen

bahwa sejumlah informasi disimpan secara visual dan sejumlah informasi

4
lainnya disimpan dalam bentuk abstrak, yang mengindikasikan keberadaan

sandi-sandi yang beragam dalam pikiran.

Kemajuan yang sesungguhnya terjadi dalam upaya mencari

pemahaman yang lebih baik mengenai imagery. Kemajuan tersebut di dapat

melalui teknik-teknik penelitian yang berdaya cipta (inventive research

techniques) dan hasil-hasil yang tegas (clear-cut results). Pada saat ini masih

terdapat perdebatan mengenai apakah perumpamaan visual sungguh-sungguh

bersifat visual ataukah dikendalikan oleh proses-proses kognitif yang

bertujuan umum (yang berbeda dengan proses-proses visual yang spesifik).

Argumen yang mendukung proses visual menyatakan bahwa

perumpamaan mental melibatkan representasi-representasi yang sama

sebagaimana yang digunakan sebagai penglihatan, sehingga kita “melihat”

sebuah pohon sungguhan, sistem kognitif akan mengaktifkan pemrosesan

neural dan representasi-representai yang spesifik. Ketika kita

“membayangkan” sebuah pohon, sistem kognitif akan mengaktifkan proses-

proses dan representasi yang sama (atau sangat serupa). Sisi lain argumen ini

adalah bahwa representasi-representasi yang digunakan dalam imagery

tidaklah sama dengan representasi-representasi yang digunakan dalam

persepsi yang sesungguhnya. Argumen ini berisikan gagasan bahwa “berfikir

dalam wujud gambar” (thinking in pictures) pada dasrnya melibatkan

pengetahuan yang paling tepat di ekspresikan dalam bentuk representasi

pengetahuan secara tradisional.

5
Teori terkini mengenai perumpamaan mental berfokus pda tiga hipotesis

sentral:

1. Hipotesis penyandian ganda (dual-coding hypothesis)

Hipotesis mengenai keberadaan dua sandi dan dua sistem

penyimpanan (sandi dan sistem penyimpanan pertama bersifat khalayalan

dan yang lainnya bersifat verbal). Informasi dapat disimpan secara

imaginal atau verbal atau keduanya. Hal seperti ini dapat dilihat dari karya

Paivio.

2. Hipotesis proposional konseptual (conceptual-propositional hypothesis)

Infomasi visual dan verbal direpresentasikan dalam benruk

proposisi-proposisi abstrak mengenai objek-objek beserta hubungannya.

Hipotesis ini dalam karya Anderso , Bower, Pylyshyn.

3. Hipotesis ekuivalensi funsional (funcional-equivalency hypotesis)

Yang mengatakan bahwa imageri dan persepsi melibatkan proses-

proses yang serupa. Didapat dar karya Sherard dan Kosslyn. Sherpard dan

merzler (1971) mengajukan ide mengenai rotasi mental dengan

menggunakan petunjuk visual terhadap stimuli visual dala memori.[3]

Hipotesis penyandian-ganda

Penelitian Paivio dan rekan-rekannya (1965;Paivio, Yuille, dan

Madigan, 1968) mengenai imagery meminjam ide dari penlitian-penelitian

awalyang berupaya menguantifikasikan imagery. Penelitian Paivio dkk.

Menggunakan paradigma pembelajaran asosiasi-berpasangan (paired-

assosiated learning), yang memang merupakan trend pda masa itu. Langkah

6
pertama yang diambil Paivio adalah menguantifikasikan kualitas imagery

yang dimiliki oleh kata-kata benda. Dalam metode tersebut sekelompok

mahasiswa (yang menjadi partisipan) menilai kata-kata benda berdasarkan

kemampuan kata-kata benda tersebut untuk memunculkan suatu citra atau

suatu gambar, memuat sample hasil penelitian tersebut, termasuk rating untuk

imagery (kemampuan kata yang diujikan untuk membangkitkan citra

nonverbal), rating untuk kekonkritan (rating terhadap acuan langsung ke

pengalaman sensorik objek yang bersangkutan). Rating untuk kebermaknaan

(jumlah rata-rata kata yang relevan, yang ditulis dalam waktu 30s), dan rating

untk frekuensi(seberapa lazimnya kata yang bersangkutan). Data-data tersebut

mendukung ide yang telah kita ketahui secara intuitif: bahwa beberapa kata

besifat lebih visual (misalnya: gajah, tomahawk, dan gereja), dan beberapa

kata lain cukup sulit divisualkan (seperti konteks, perbuatan, dan kebajikan).

Studi yang dilakukan oleh Paivio dan rekan-rekannya telah

mempelopori berkembangnya hipotesis penyandian ganda, yakni suatu teori

yang menjelaskan cara informasi direperesentasikan dalam memori. Hipotesis

tersebut disusun berdasarkan kesimpulan bahwa terdapat dua sistem

penyandian (dua cara informasi direpresentasikandalam memori): proses

imagery nonverbal dan proses simbolik verbal. Kedua sandi tersebut--imajinal

dan verbal—kadang saling meliputi satu sama lain (overlap) selama

pemprosessan informasi dalam tahap tersebut, sebuah skema penyandian akan

menjadi dominan bagi suatu kata tertentu.

7
Hipotesis proposisional-konseptual

Andreson dan Bower, tokoh yang mengembangkan model HAM (Human

Associative Memory) proposisional, mengkritik metafora “gambar mental”

(mental picture). Mereka menyatakan bahwa “tidaklah shahih secara ilmiah

untuk mengasumsikan bahwa memori, atau jenis-jenis pengetahuan lainnya,

memiliki wujud serupa suatu foto internal atau seperti kaset video, atau

rekaman tape , yang dapat kita aktifkandan kita putar ulang saat kita

mengingat suatu citra”. Sekalipun kita mampu mengalamisuatu perasaan

subjektif mengenai suatu citra, komponen kognitif yang mendasari

pengalaman subjektif tersebut mungkin berupa suatu bentuk yang sangat

berbeda dari suatu citra atau gambaran. Sebuah alasan yang mneyebabkan

Adreson dan Bower menolak teori “gambar-dalam-kepala” berhubungan

dengan argumen konservasi yang menyatakan bahwa dalil mengenai

penyimpanan yang berisi gambar-gambar atau pemandangan-pemandangan

yang lengkap adalah dalil yang tidak berguna, sebab sistem memori semacam

itu akan memerlukan penyimpanan dan pengambilan yang melampaui

kemampuan manusia. Sejumlah saran tetaplah diperlukan untuk penyimpanan

dan menginterpretasikan gambar-gambar internal tersebut.

Hipotesis proposisional-konseptual menyatakan bahwa kita

menyimpan interpretasi-interpretasi terhadap peristiwa-peristwa (verbal dan

visual), alih-alih menyimpan komponen-komponen citra atau gambaran.

Andreson dan bower tidak menyangkal mundahnya mempelajari kata-kata

yang konkrit dibandingkan mempelajari kata-kata yang abstrak, namun

mereka mengatribusikan fenomena tersebut ke suatu gagasan bahwa konsep-

8
konsep yang konkrit di sandikan olehsebuah set yang berisi macam-macam

predikat, yang mengikat konsep-konsep tersebut sebagai suatu kesatuan.

Mereka menyatakan bahwa “satu-satunya perbedaan antara representasi

internal terhadap suatu masukan linguistik dan suatu gambaran memori adalah

detail-detail informasi” (1973).

Hipotesis proposional-konseptual anderson dan bower adalah sebuah

sudut pandang yang secara teoritik elegan, dan sesuai dengan model teoritik

mereka (HAM). Meskipun demikian hipotesis tersebut memiliki kesulitan

menjelaskan sejumlah proses imagery yang tampak memerlukan struktur

internal yang bersifat isomorfikurutan kedua (secon-order isomorphic)

terhadap objek fisik yang sesungguhnya. (isomorfisme adalah konsep

psikologi gestalt, yang menyatakan bahwa bentuk atau wujud stimuli akan

menimbulkan “peta” yang serupa, namun lebih merupakan representasi

simbolik, di medan rangsangan korteks). Data-data penelitian yang

mendukung proses-proses semacam itu telah disajikan oleh shepard dan rekan-

rekanya.

Hipotesis Ekuivalensi-Fungsional

Sebagian besar kegemparan dalam bidang perumpamaan mental pada

era 1970-an disebabkan oleh demonstrasi dan interpretasi rotasi mental

(mental rotation) yang dilakukan oleh shepard dan metzler (1971). Dengan

menggunakan isyarat-isyarat dan petunjuk-petunjuk visual, shepart

mempelajari rotasi mental terhadap stimuli visual dalam memori. Dalam

eksperimenya, para partisipan menyaksikan dua gambar dan mereka diminta

9
apakah kedua gambar tersebut adalah objek yang sama. Dalam beberapa

kasus, pola kedua adalah suatu bayang-bayang cermin (miror image)dari

gambar pertama sehingga tidakkah “sama” dengan stimulasi yang asli, namun

diputar (dirotasi). Derajat rotasi berkisar antara 0 derajat hingga 180 derajat.

Variabel bergantung (departemen variable) adalah jumlah waktu yang

digunakan untuk penilaian. Hasil eksperimen tersebut menunjukan bahwa

waktu yang di perlukan untuk merespon adalah sebuah fungsi linear dari

derajat rotasi. Artinya, stimulus yang dirotasi hanya dalam derajat yang kecil

akan menimbulakan waktu respon yang singkat, sedangkan stimulus yang

dirotasi dalam derajat rotasi yang besar menimbulkan waktu respon yang lebih

lama. Data-data tersebut menunjukan bahwa representasi internal dari setiap

stimuli memerlukan waktu sekitar 1 detik untuk setiap rotasi sebesar 50

derajat. Hasil eksperimen shepart memiliki pengaruh luas bagi teori kognitif.

Hubungan antara waktu yang diperlukan dan derajat rotasi mengindikasikan

bahwa proses internal adalah sebuah fungsi teratur (orderly function) dari

jumlah transformasi yang dibutuhkan. Dengan demikian, terdapat sebuah

hubungan yang dekat antara waktu yang diperlukan untuk rotasi mental yang

spesifik dan derajat rotasi yang sesungguhnya.

Shepard (1968) dan Chipman (1970) mengenalkan istilah isomorfisme

urutan kedua (second-order isomorphism) untuk mepresentasikan hubungan

antara objek-objek eksternal dan representasi-representasi internal dari objek-

objek yang tidak termasuk jenis isomorfik. (isomorfik adalah konsep psikologi

Gestalt yang menyatakan bahwa bentuk atau wujud stimuli akan menimbulkan

“peta gambaran” yang serupa dengan stimuli aslinya, dimedan renagsangan

10
korteks, namun “peta” tersebut lebih merupakan represenasi simbolik dan

bukan merupakan salinan yang sama persis dengan stimuli aslinya). Perbedaan

antara isomorfisme urutan pertama dan isomorfisme urutan kedua adalah

perbedaan yang hampir-hampir tidak kentara, namun tetaplah penting. Dalam

isomorfisme urutan kedua, objek tidak direpresentasikan secara langsung atau

secara struktural dalam otak kita, namuncara kerja hubungan-hubungan

internal tersebut sangat menyerupai cara kerja hubungan-hubungan eksternal

(sehingga disebut “urutan kedua” atau “second order”).

C. Panduan Penerapan Latihan Imajeri

Visualisasi atau imajeri dalam istilah psikologi olahraga merupakan

suatu teknik membayangkan sesuatu didalam pikiran yang dilakukan secara

sadar dengan tujuan untuk mencapai target, mengatasi masalah, meningkatkan

kewaspadaan diri, mengembangkan kreativitas dan sebagai simulasi gerakan

atau kejadian. Bagi seorang anak, aktivitas visualisasi sangat mudah mereka

lakukan karena dalam kehidupan bermain anak sehari-hari, mereka seringkali

melakukannya sebagai khayalan.

Sebelum melakukan latihan visualisasi, atlet bisa diajak untuk

melakukan relaksasi terlebih dahulu, dimana atlet diminta berbaring dengan

mata tertutup lalu mereka diminta menarik nafas panjang dan membuang

nafas secara perlahan-lahan melalui mulut. Hal ini sangatlah penting untuk

mereka, karena membayangkan hal yang positif, gerakan yang benar, dan

diakhiri dengan keberhasilan dan kepuasan.

11
Suatu tindakan, misalnya gerakan olahraga tertentu seperti memantik

pelatuk senapan, memukul bola golf, shooting bola ke gawang, dan sejenisnya

dapat dilakukan tanpa harus berada dilapangan yang sesungguhnya. Kita bisa

membayangkan seorang atlet yang sedang latihan menembak, berapa peluru

harus dimuntahkannya untuk latihan secara intensif. Kalau harga satu peluru

sepulur ribu, kalau dalam satu latihan ia menghabiskan seratus peluru maka

biaya satu latihan akan mencapai satu juta. Dan kalau latihan itu dilakukan

tiap hari dalam satu tahun, kita bisa membayangkan betapa besarnya biaya

untuk seorang atlet menembak agar terampil dalam menembak.

Selain atlet membayangkan kalau dia sedang melakukan suatu

tindakan, mental imajeri juga menunjukkan adanya seseorang yang sedang

menggambarkan atau membayangkan berada dalam suatu situasi lingkungan

tertentu. Kita bisa mungkin saja akan kaget dan cemas bila berada dalam suatu

situasi pertandingan yang tempatnya jauh atau asing dari kita. Kita juga

mungkin akan mengalami susah tidur apabila kita tidak bisa membayangkan

kekuatan lawan yang akan menjadi musuh dalam pertandingan pada esok

harinya.

Kita bisa bayangkan akibatnya apabila seorang penerjun payung tidak

latihan imagery terlebih dahulu. Tentunya mereka tidak akan langsung

menjatuhkan diri dari pesawat tanpa membayangkan terlebih dahulu bahwa ia

berada di dalam pesawat, lalu dan melakukan gerakan melompat, menghitung

kapan payung dibuka, dan bagaimana proses pendaratannya.

12
Berikut ini panduan penerapan latian imajeri:

Rainner Martens, seorang psikolog olahraga menyatakan ada tiga tahapan

yang penting dalam melakukan imajeri.

1. Mengembangkan seluruh kesadaran sensorinya. Ketika seseorang

melakukan imajeri, mereka tidak hanya memvisualisasikan situasi yang

dibayangkan, melainkan juga meningkatkan seluruh kesadaran

sensorinya sehingga ia seolah berada dalam situasi yang senyatanya.

2. Mengembangkan vividness (gamblang/jelas/hidup). Bayangan yang

dibuat seolah harus hidup dan jelas lokasi, tempat, dan juga apa yang

dilakukannya.

3. Mengembangkan rencana untuk mengontrol perilaku. Meskipun imajeri

berguna bagi atlet, teknik ini juga dapat merusak penampilan atlet

apabila tidak dikendalikan. Pengendalian ini dimaksudkan untuk

memiliki maha imajeri yang harus dipilih dan mana yang tidak perlu

dipilih. Misalnya, jika atlet dalam ber-imajeri banyak membayangkan hal

yang salah, atau kekalahan, maka justru al itu akan berakibat buruk bagi

atlet.

Dalam melakukan mental imajeri, seorang atlet harus melihat dirinya

dengan senang hati melakukan aktivitas dan merasakan apa yang terjadi secara

penuh perasaan. Mereka harus mencoba ketika memasuki lingkungan atau

melakukan aktivitas menajamkan penglihatannya, pendengarannya,

perasaannya, penciumannya, dan melakukan tindakan seolah ia melakukan

dalam situasi yang sebenarnya.

13
Untuk bisa melakukan penajaman indera, seorang atlet perlu berada

dalam kondisi relaks dan pikirannya bisa dikonsentrasikan pada latihan

tersebut. Kedua hal tersebut sangat penting karena dengan rileks, seorang akan

dengan mudah adaptasi dan memasuki suatu lingkungan yang baru, dan

dengan konsentrasi seseorang akan mudah memfokuskan pikiran, dan

perasaan pada situasi yang dibayangkannya.

D. Contoh-Contoh Penerapan Latihan Imajeri

Penerapan latihan imajeri merupakan langkah awal untuk atlet

mencapai prestasi puncak. Berikut ini contoh-contoh penerapan pada latihan

imajeri, yaitu:

1. Mempelajari dan melancarkan teknik gerakan baru

2. Memperbaiki gerakan yang salah

3. Melancarkan rangkaian gerakan

4. Menghafal route perlombaan

5. Sebagai simulasi pertandingan

6. Menghadapi lawan tertentu

7. Menambah rasa percaya diri

8. Meningkatkan daya dan ketahanan konsentrasi

9. Mengurangi ketegangan

10. Replay pertandingan

11. Pemulihan cedera atau lelah

14
E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Latihan Imajeri

Untuk mencapai kecakapan imajeri, diperlukan pemahaman yang

mendalam dari atlet dan bimbingan yang jelas dari pelatih mental agar tidak

terjadi kekeliruan dalam menerapkannya. Oleh karena itu, perlu

memperhatikan hal-hal saat latihan imajeri:

1. Buatlah urutan gerak secara detail

2. Pastikan gerakan adalah gerakan yang benar

3. Mulailah dengan latihan relaksasi

4. Bayangkan gerakan dengan kecepatan yang sebenarnya

5. Buat berbagai skenario untuk segala kemungkinan

6. Siapkan kata-kata penambah semangat yang bersifat positif

7. Akhiri latihan imajeri dengan membayangkan kesuksesan

8. Rencanakan waktu khusus untuk latihan imajeri

Untuk menjadi mahir dalam penggunaan praktek imajeri harus

menggunakannya setiap hari: di jalan untuk pelatihan, selama pelatihan dan

setelah pelatihan. Dalam setiap sesi latihan, sebelum Anda menjalankan

keahlian atau kombinasi dari keterampilan.. Melihat, merasakan, dan

mengalami sendiri bergerak melalui tindakan dalam pikiran , seperti ingin

benar-benar melakukannya. Dalam penggunaan imajeri situasi, bayangkan

kompetisi sebelum dan dimulainya kompetisi dan melihat diri memenangkan

pertandingan.

15
F. Cara Terbaik Atlet Dalam Penerapan Latihan Imajeri

Kiat untuk memulai latihan imajeri untuk para atlet :

1. Practice makes perfect (latihan membuat sempurna). Pencitraan adalah

keterampilan, dan, sama seperti keterampilan apa pun yang Anda lakukan

dalam olahraga, Anda perlu berlatih untuk disempurnakan.

2. Quality not quantity (kualitas bukan kuantitas). Karena pencitraan adalah

keterampilan mental, Anda perlu berkonsentrasi untuk membuat dan

mengendalikan gambar Anda, yang bisa melelahkan saat pertama kali

memulai. Untuk alasan ini, yang terbaik adalah memulai pelatihan

pencitraan Anda dengan pencitraan gambar berkualitas tinggi untuk waktu

yang singkat, dan kemudian secara bertahap meningkatkan waktu yang

Anda habiskan untuk pencitraan.

3. Set the scene (mengatur adegan). Cobalah untuk membuat citra serealistis

mungkin dengan menciptakan kembali detail penting pengaturan olahraga

Anda (mis., Tempat latihan dan kompetisi) di mata pikiran Anda. Dengan

memasukkan detail seperti warna seragam lawan Anda atau suara sorakan

penonton, Anda akan merasa seperti Anda benar-benar mengalami kinerja

yang sedang Anda olah.

4. Plan your imagery (rencanakan pencitraan Anda). Gambar olahraga Anda

sering dapat muncul di kepala Anda, tetapi untuk benar-benar mendapat

manfaat dari pencitraan, Anda harus merencanakan konten pencitraan

Anda untuk memenuhi kebutuhan Anda saat ini. Berikut ini beberapa

contohnya:

16
(1) Jika Anda kesulitan untuk melakukan keterampilan atau strategi

tertentu dalam situasi permainan, Anda harus mencoba

membayangkan diri Anda melakukan keterampilan atau strategi itu

dengan sempurna dan percaya diri dalam permainan yang akan

datang.

(2) Jika Anda sering membiarkan gangguan mengganggu, coba

bayangkan diri Anda tetap santai dan fokus di hadapan gangguan

tersebut.

(3) Jika Anda memiliki masalah dalam menangani saraf dalam

persaingan, coba bayangkan diri Anda melakukan persis seperti

yang Anda inginkan dalam kondisi yang biasanya membuat Anda

gugup.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Imageri (imagery) merupakan suatu proses di dalam pikiran, dimana

pengalaman sensori disimpan dalam memori dan secara internal diulang dan

dialami lagi di dalam pikiran, tanpa perlu menghadirkan stimulus eksternalnya.

Mental imagery adalah aktivitas menggambarkan suatu hasil

tertentu sebelum hasil tersebut dicapai. Dengan visualisasi seseorang seolah-

olah membuat rancangan gambar secara abstrak tentang hasil yang ingin

dicapai.

Kiat terbaik untuk memulai latihan imajeri untuk para atlet, yaitu

practice makes perfect (latihan membuat sempurna), quality not quantity

(kualitas bukan kuantitas), Set the scene (mengatur adegan), set the scene

(mengatur adegan).

B. Saran

Olahraga yang menjadi suatu kebutuhan untuk prestasi, menuntut atlet

untuk tampil semaksimal mungkin tanpa adanya kekurangan. Penerapan

latihan imajeri yang baik dan terprogram akan membuat atlet mempunyai

mental yang sempurna untuk bertanding. Oleh karena itu, atlet maupun pelatih

wajib hukumnya membuat program latihan mental imajeri yang baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, MIIF. 2016. Pengantar Psikologi Kognitif. Bandung: Refika Aditama.

Nurseto, Frans. 2018. Psikologi Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu .

Singgih, D.G. 2004. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: PT BPK Gunung


Mulya.

19

Anda mungkin juga menyukai