Anda di halaman 1dari 11

BEHAVIORISME

Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkrit. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon).
Metode pengajaran yang digunakan oleh Nyi. Sulivan adalah dengan memberikan
reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku
yang kemudian membentuk kepribadian Tingkah laku Hellen.Tingkah laku ketika
individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar :

1. Pembiasaan klasik

Pada dasarnya pembiasaan klasik ( classical conditioning) adalah sebuah prosedur


peciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks
tersebut.

Teori ini di kembangkan oleh Albert Bandura. Dalam teori ini ditegaskan bahwa anak
akan meniru perilaku orang dewasa dan lingkungan yang ada di sekitarnya.

Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar,
sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
pembentukan tingkah laku. Manusia cenderung akan mengambil sti-mulus yang
menyenangkan dan menghin-darkan stimulus yang tidak menyenang-kan.
Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau
stimulus yang diteri-manya. Memahami kepribadian manusia, mempelajari dan
memahami bagai-mana terbentuknya suatu tingkah laku.

Dalam kisah Hellen Keller dalam film The Miracle Worker ini terdapat beberapa
bentuk pengaplikasian teori-teori pembelajaran (behaviorisme), antara lain ialah:
ketika hellen marah ibu Hellen selalu memberikan makanan yang bias menjadikan
hellen tenang, ketika Ny.sullifan melihatnya ia menegur ibu Hellen, karena
memberikan hadiah kepada Helen ketika melakukan kesalahan.
Dan juga ketika Ny.sulivan mengajari hellen ia membawa boneka untuk diberikan
hadiah ketika apa yang diajarkan bias ia lakukan. (koneksionisme dan pembiasaan
perilaku respon). Ny. Sulivan membiasakan Hellen menggunakan sandi tangan untuk
memahami segala sesuatu yang ada di sekitarnya untuk dipahaminya, bahkan
mengajaknya berkeliling agar mengetahui dan memahami semuanya yang ada di
lingkungan tempat Hellen belajar dengan pemanfaatan lingkungan yang ada. Hingga
akhirnya Hellen dapat memahami apa yang diajarkan Ny. Sullivan melalui
pembiasaan-pembiasaan yang telah diberikanya (pembiasaan/conditioning). Seperti
mengajari Hellen mengeja kata-kata yang ia pernah rasakan, seperti memberinya
kue,susu dan lain sebagainya untuk memudahkan pemahaman hellen.

2. Pembiasaan perilaku respon

Selain itu hal tersebut juga dilakukan secara berulang-ulang (teori pembiasaan
perilaku respon).Membiasakan Hellen makan menggunakan pring sendiri, sendok
dan garpu sehingga ia menjadi terbiasa melakukan hal tersebut
(pembiasaan/conditioning) serta dilakukan berulang-ulang hingga Hellen mampu
melakukannya (teori pembiasaan perilaku respon).

3. Peniruan.

Hellen meniru apa yang dilakukan Ny. Sullivan terhadapnya, yaitu Ny. Sullivan
menamparya ketika pertama kali Hellen diajari makan menggunakan piring , sendok
serta garpu sendiri. (teori yang dikembangkan oleh Albert Bandura). Dalam
pembelajaran yang telah di ajarkan Ny.sulivan merupakan pembelajaran yang
membutuhkan waktu dan kesabaran, karena dalam pembelajaran ini perlu kebiasaan-
kebiasaan dan pengaplikasikan atau pembiasaan. Tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu.
Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus
segera diperbaiki. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang
digunakan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behafiorisme ini adalah terbentuknya perilaku yang diinginkan.
Teori Behaviorisme

Secara pragmatis, teori pembelajaran dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang saling berhubungan dan merupakan atas
sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Dari sekian
banyak teori pembelajaran yang ditemukan di antaranya adalah teori pembelajaran
behaviorisme dan teori pembelajaran kognitivisme.

Dalam teori pembelajaran behaviorisme terdapat beberapa macam teori, di antaranya


yang terkenal adalah sebagai berikut:

1. Koneksionisme

Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan serta


dikembangkan oleh Edward L. Throndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang
ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-
hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena balajar.

Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar yang berbentuk kotak berjeruji
yang dilengkapi dengan peralatan. Seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang
menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian
rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di
depan sangkar tadi.

Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah


hubungan antara stimulus dan respons. Oleh karena itulah sehingga teori
koneksionisme disebut juga “S-R Bond theory” dan “S-R Psychology of Learning”.
Selain itu teori ini terkenal juga dengan sebutan “Trial and Error Learning”. Istilah ini
menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya kekeliruan dalam mencapai suatu
tujuan (Hilgard & Bower, 1975).
Aplikasi teori koneksionisme dalam pembelajaran biasanya guru memberikan hadiah
kepada murid atau anak didiknya ketika anak didik mampu mengerjakan sesuatu
dalam kegiatan belajar tersebut dan hadiah yang hendak diberikan guru sudah
dibberitahukan terlebih dahulu kepada murid atau anak didiknya.

2. Pembiasaan Klasik

Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil


ekksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849/1936). Pada dasarnya classical
conditioning adalah sebuah prosedur peciptaan refleks baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973).
Selanjutnya, mungkin karena fungsinya, teori Pavlov ini juga disebut respondent
conditioning (pembiasaan yang dituntut).

Dalam eksperimennya Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-


hubungan antara conditioned stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS),
conditioned respons (CR), dan unconditioned resspons (UCR). Dengan penjelasan CS
adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respons yang dipelajari, sedangkan
respon yang dipelajari itu disebut CR. Adapun UCS berarti rangsangan yang
menimbulkan respons yang tidak diipelajari, dan respons yang tidak dipelajari disebut
UCR.

Anjing percobaan itu mula-mula diikat sedemikian rupa dan pada salah satu kelenjar
air liurnya diberi alat penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil (tube).
Perlu diketahui bahwa sebelum dilatih (dikenai eksperimen), secara alami anjing itu
selalu mengeluarkan air liur setiap kali mulutnya berisi makanan. Ketika bel
dibunyikan, seccara alami pula anjing itu menunjukkna reaksinya yang relevan, yakni
tidak mengeluarkan air liur.

Kemudian dilakukan eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel (CS)


bersama-sama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS). Setelah
latihan yang berulang-ulang ini selesai, suara bel (CS) tasi didengarkan lagi tanpa
disertai makanan (UCS). Apakah yang terjadi? Ternyata anjing percobaan tadi
mengeluarkan air liur juga (CR), meskipun hanya mendengarkan suara bel (CS). Jadi,
CS menghasilkan CR apabila CS dan UCS telah berkali-kali dihadirkan secara
bersama.

Sebagai contoh aplikasinya dalam pembelajaran ialah adanya seorang guru


perempuan yang selalu menggunakan sepatu “cethok” (jika berjalan selalu berbunyi
thok-thok), ia menyuruh anak-anak didiknya memberikan penghormatan kepadanya
ketika ia datang. Setelah hal itu dilakukan berulang-ulang, akhirnya anak didiknnya
selalu bersiap-siap untuk memberikan penghormatan kapadanya ketika para anak
didik tersebut mendengar suara sepatu yang dikenakannya tersebut.

3. Pembiasaan Perilaku Respon

Teori pembiasaan perilaku respon merupakan teori belajar yang paling muda usianya
dan masih sangat berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini.
Penciptanya adalah Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904).

Dalam salah satu eksperimennya Skinner menggunakan seekor tikus yang


ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian dikenal dengan nama “Skinner Box”.
Peti sangkar ini terdiri dari dua komponen pokok, yakni: manipulandum dan alat
pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum
adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan
reinforcement. Komponen ini terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit
(Reber, 1988).

Sedangkan aplikasinya dalam pembelajaran biasanya guru memberikan punishment


(hukuman) kepada anak didiknya ketika anak didiknya tidak mencapai target tertentu.
Misalnya nalai anak didik berada di bawah target yang telah ditentukan sebelumnya.
Akan tetapi hukuman tersebut tidak diberitahukan dahulu kepada anak didiknya.
4. Albert Bandura

Teori ini di kembangkan oleh Albert Bandura. Dalam teori ini ditegaskan bahwa anak
akan meniru perilaku orang dewasa dan lingkungan yang ada di sekitarnya.

Aplikasi teori dalam film

Dalam kisah Hellen Keller dalam film The Miracle Worker ini terdapat beberapa
bentuk pengaplikasian teori-teori pembelajaran (behaviorisme), antara lain ialah:

a) Ibu Hellen, Catie Keller selalu memberikan permen kepada Hellen ketika ia
mengamuk, guna untuk menenangkannya. Meskipun pada akhirnya hal terseut tidak
disetujui oleh Ny. Sullivan karena ibunya memberikan hadiah ketika Hellen
melakukan kesalahan. (koneksionisme dan pembiasaan perilaku respon).

b) Ny. Sulivan membiasakan Hellen menggunakan sandi tangan untuk memahami


segala sesuatu yang ada di sekitarnya, bahkan mengajaknya berkeliling agar
mengetahui dan memahami semuanya itu. Hingga akhirnya Hellen dapat memahami
apa yang diajarkan Ny. Sullivan melalui pembiasaan-pembiasaan
(pembiasaan/conditioning). Seperti mengajari Hellen mengeja kata “cake” sebelum
memberinya kue dan lain sebagainya. Selain itu hal tersebut juga dilakukan secara
berulang-ulang (teori pembiasaan perilaku respon).

c) Membiasakan Hellen makan menggunakan pring sendiri, sendok dan garpu


sehingga ia menjadi terbiasa melakukan hal tersebut (pembiasaan/conditioning) serta
dilakukan berulang-ulang hingga Hellen mampu melakukannya (teori pembiasaan
perilaku respon).

d) Hellen meniru apa yang dilakukan Ny. Sullivan terhadapnya, yaitu Ny. Sullivan
menamparya ketika pertama kali Hellen diajari makan menggukan piring , sendok
serta garpu sendiri. (teori yang dikembangkan oleh Albert Bandura).
D. KELEMAHAN

1. Meskipun teori behaviorisme berhasil digunakan Ny. Sullivan dalam mengasuh


dan mengajar Hellen, akan tetapi terdapat pula peran teori pembelajaran kognitivisme
dalam prosesnya. Yaitu secara kognitif Hellen tidak akan mau mempelajari apa yang
diajarkan Ny. Sullivan kepadanya jika ia tidak memutuskan untuk mau diajari Ny,
Sullivan pada malam pertama Hellen dan Ny. Sullivan menempati rumah bekas
gudang yang berada di samping rumah keluarga Keller

2. Hellen tidak akan memahami apa yang telah diajarkan oleh Ny. Sullivan
kepadanya jika ia tidak menghendaki hal tersebut

3. Meskipun proses belajar itu dapat diamati secara langsung, akan tetapi proses
belajar juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat diamati secara langsung.
Seperti halnya kehendak atau kemauan, pengambilan keputusan dan lain sebagainya.

KOGNITIVISME

Teori pembelajaran kognitivisme

Meskipun teori behaviorisme berhasil digunakan Ny. Sullivan dalam mengasuh dan
mengajar Hellen, akan tetapi terdapat pula peran teori pembelajaran kognitivisme
dalam prosesnya. Yaitu secara kognitif Hellen tidak akan mau mempelajari apa yang
diajarkan Ny. Sullivan kepadanya jika ia tidak memutuskan untuk mau diajari. Hellen
tidak akan memahami apa yang telah diajarkan oleh Ny. Sullivan kepadanya jika ia
tidak menghendaki hal tersebut. Meskipun proses belajar itu dapat diamati secara
langsung, akan tetapi proses belajar juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat
diamati secara langsung. Seperti halnya kehendak atau kemauan.

Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog


Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama
dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan.

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu

a) Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar
kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga
sampai pada hasil tersebut.

b) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan
jadi ( ready made knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.

c) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan


perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan
melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung
pada kecepatan berbeda.

d) Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran


gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun
penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.

Dalam film ini terdapat ciri-ciri yang mengarah pada teori kognitif yang
menitik beratkan pada mental dan proses berfikir menurut tingkatannya, sehingga
dapat dianalisa teori kognitf yang mendasarinya yaitu;
1. Usia Hellen Keller pada waktu itu sekitar 10 tahun dalam pandangaan teori kognitif
itu disebut masa operasional konkrit
2. schemata
3. Cara berfikir dan proses mental anak
4. Perkembangan nalar memerlukan pertukaran gagasan
5. Zone of proximal development menurut teori Vygotsky.
6. scaffolding

Hellen Keller ketika diajar oleh Ny.Sullivan usianya telah mencapai 10 tahun, usia ini
dalam pandangaan teori kognitif itu disebut masa operasional konkrit (7-11 tahun)
pada masa ini kemampuan bahasa dan kemampuan untuk berfikir dengan bentuk
simbolis mampu memikirkan operasi secara logis, masalah konkrit (yang ada) dengan
cara logis memehami hukum perlindungan dan mampu mengklasifikasi dan
mengurutkan memahami reversibilitas (kebalikan), dalam kondisi ini Hellen tidak
bisa menggunakan potensi kemampuan bahasanya secara vokal karena ia bisu tetapi
daya kemampuan berfikirnya tetap berjalan bahkan lebih cerdas dari anak-anak
seusianya pada umumnya.

Disinilah Ny. Sullivan memainkan peranya, sebagai seorang psikolog ia memahami


betul bahwa Hellen adalah anak yang cerdas (tidak gila) sehingga tidak perlu dibawa
kerumah sakit jiwa, ia menagajari Hellen dengan menitik beratkan pada mental dan
potensi akalnya yang ini merupakan proses pembelajaran dalam teori kognitif.
Teori kognitif juga membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan
informasi secara mental. Dari film ini dapat dilihat bagaimana kesabaran Ny. Sullivan
dalam mengajarkan kosa kata dan lingkungan kepada Hellen yang akhirnya juga
membuahkan hasil yaitu Ny. Sullivan mampu menanamkan insight pada ruang
berfikirnya Hellen. Insight yaitu pemahaman seseorang secara totalitas terhadap suatu
objek ini lah yang dicapai Hellen Keller, akhirnya ia mengerti bahwa tiap kata yang
diajarkan oleh Ny. Sullyvan memilki makna dan bentuk tertentu yang dapat ia
rasakan dan kata/benda yang pertama ia fahami dalam film itu ialah water (air).
Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru
adalah sebagai fasilitator dan dalam menjabarkan implikasi dalam teori kognitif
Pieget menagatakan memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental
anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan
anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Ny. Sullivan dalam hal ini mengerti betul
bahwa dalam mendidik Hellen dia harus bisa menyentuh sisi mentalnya dan hanya
dengan indra peraba dan penciuman yang dimilki Hellen dia mencoba membreikan
kosa kata dan bahasa sebnyak-banyak dengan menggunakan metode belajar.
Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan
berbeda maka metode yang digunakan oleh Ny. Sullivan dalam mendidik Hellen
sesuai dengan kekurangan dan kelebihan yang ia miliki meski terkadang dipandang
kasar dan tidak manusiawi terlebih bagi anak seperti Hellen yang serba kekurangan
seperti ketika Hellen menyiram mukanya, ia kemudian membalasnya, begitu juga
ketika Hellen memukul mukanya ia juga membalas dengan memukul muka Hellen.
Tapi, sebenarnya tidak demikian. karena apa yang diperbuat oleh Ny. Sullivan. Ia
sangat memahami ilmu psikologi. Keadaan Helen memang menuntut diberi perlakuan
“keras”.

Menurut Piaget, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk


perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung.
Hal itulah yang dialami Hellen Keller ia baru mengerti arti sebuah gagasan ketika Ny.
Sullyvan membawanya ke pompa air dan memompanya untuk mendapatkan air
padahal sebelumnya ia sudah begitu banyak diajari kosa kata dan bahas oleh Ny.
Sullivan namun ia tidak dapat memahaminya secara langsung sehingga sangat
menguji kesabaran Ny. Sullivan untuk menjelaskannya namun akhirnya ia didorong
menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan
setelah ia mengerti dan memahami gagasan atau arti sebuah kata.
Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara
mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman
sebaya yang lebih mampu dalam film ini diuraikan secara demonstratif bahwa proses
berfikirnya Hellen Keller pada usia 10 tahun telah sampai pada tingkat ini. Hal ini
terbukti ketika ia memahami arti sebuah kosa kata sehingga ia telah dapat mengatasi
masalah utamanya yaitu berkomonukasi dengan orang sekitarnya khususnya orang
tua dan gurunya. Ia tidak mungkin dapat menunjukkan rasa cinta dan terimakasihnya
kepada gurunya yang diekspresikannya dengan mencium pipi Ny. Sullivan kalau ia
belum mengerti sebuah masalah dan belum dapat memecahkannya.

Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama
tahap – tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Dalam kasus Hellen
Keller tentu yang dimaksud dengan mengurangi bantuan bukanlah bantuan
memperkenalkan padanya kosa kata baru, melainkan proses yang amat rumit yaitu
proses menanamkan dalam pemikirannya pengetahuan menyeluruh tentang sebuah
nama/sifat terhadap sebuah objek atau sering disebut dengan istilah insight.

Anda mungkin juga menyukai