Anda di halaman 1dari 14

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut Herdiansyah (2015:61) adalah

“sebuah metodologi penelitian untuk memahami arti dari pengalaman individu

berdasarkan perilaku yang dimunculkannya serta aktivitas mental yang

mendasarinya dengan batasan central phenomenon berupa konstruk psikologis

yang dipahami berdasarkan sudut pandang subjek penelitian”. Konstruk psikologi

menurut Azwar tahun 2012 dalam Herdiansyah (2015:62) didefinisikan sebagai

“bangunan konseptual mengenai suatu atribut atau bahasan psikologi yang

memuat dimensi atau aspek atribut tersebut”.

Alasan pemilihan penggunaan penelitian kualitatif adalah karena peneliti

ingin menggali nilai dari pengalaman individu, baik yang bersifat overt maupun

covert. Nilai-nilai tersebut akan peneliti gali melalui teknik wawancara dan

kemudian disarikan dari perilaku yang dimunculkan oleh subjek penelitian,

sehingga peneliti dapat mengangkat nilai-nilai yang mendasarinya. Selain itu,

melalui penelitian kualitatif maka peneliti dapat menggali data secara lebih

mendalam, bukan sekedar mencari dan membuktikan hubungan sebab akibat dari

suatu fenomena.

17
18

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study).

Menurut Creswell tahun 1998 dalam (Herdiansyah, 2015:149) menyatakan bahwa

case study adalah “suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu

“sistem yang saling terkait satu sama lain” (bounded system) pada beberapa hal

dalam satu kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara

mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks”.

Yang dimaksud dengan sistem yang saling terkait adalah “adanya kaitan dalam

hal waktu dan tempat serta batasan dalam kasus yang diteliti (dapat berupa

program, kejadian, aktivitas, atau subjek penelitian) menurut Creswell tahun 1998

dalam (Herdiansyah, 2015:150)”.

Kelebihan case study menurut Bungin dalam Herdiansyah (2015:159)

adalah sebagai berikut:

1. Case study dapat memberikan informasi penting mengenai


hubungan antar variabel serta proses-proses yang memerlukan
penjelasan dan pemahaman yang lebih luas.
2. Case study memberikan kesempatan untuk memperoleh
wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia.
Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan
karakteristik dan hubungan-hubungan yang mungkin tidak diduga
sebelumnya.
3. Case study dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan
yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar
permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan
mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.

Desain studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

deskriptif. Menurut Yin tahun 2003 dalam Herdiansyah (2015:158-159) studi

kasus deskriptif “dilakukan ketika peneliti mengangkat sebuah teori yang


19

melandasi riset yang dilakukan dan riset tersebut dilakukan dengan mengacu

kepada pendekatan teori tersebut”.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan studi kasus adalah untuk

mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai kasus yang diteliti secara lebih

detail berdasarkan kronologi waktu yang dialami subjek, yaitu dari kondisi

sebelum subjek mengalami, saat mengalami, dan harapan serta rencana subjek

untuk kedepannya.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis merupakan prosedur pengambilan sampel yang di dalamnya

mencakup sampling dan satuan kajian. Sehubungan dengan penjelasan mengenai

karakteristik unit analisis, Moleong (2005:224) menjelaskan bahwa:

Sampling digunakan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi


dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions).
Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan ke dalam
generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada
di dalam rumusan konteks yang unik. Maksud kedua dari sampling
ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan
dan teori yang muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif
tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive
sampling).

Berdasarkan dengan hal tersebut juga terdapat satuan kajian selain

sampling dalam penelitian, Moleong (2005:225) menjelaskan bahwa:

Satuan kajian biasanya ditetapkan juga dalam rancangan


penelitian. Keputusan tentang penetuan sampel, besarnya dan
strategi sampling pada dasarnya bergantung pada penetapan satuan
kajian. Kadang-kadang satuan kajian itu bersifat perseorangan
seperti siswa, klien, pasien yang menjadi satuan kajian. Bila
seseorang itu sudah diterapkan sebagai satuan kajian, maka
pengumpulan data dipusatkan disekitarnya, yang dikumpulkan
ialah apa yang terjadi dalam kegiatannya, apa yang
mempengaruhinya, bagaimana sikapnya, dan semacamnya.
20

Pada penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah regulasi emosi ibu.

Sedangkan yang menjadi sub unit analisis adalah strategi regulasi emosi. Dalam

hal ini, subjek primer ada dua orang, yaitu ibu yang mengasuh anak yang

mengalami speech delay dan over tantrum. Subjek sekunder dari subjek primer

pertama adalah keluarga (ibu dan adik), sedangkan subjek sekunder dari subjek

primer kedua adalah teman dekat subjek. Melalui sub unit analisis tersebut,

peneliti akan menggali strategi regulasi emosi ibu dalam mengasuh anak. Adapun

tabel unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Unit Analisis Regulasi Emosi

Sumber Informasi
Unit Analisis Sub Unit Analisis Subjek Primer Subjek
Sekunder
Menyeleksi situasi
Regulasi Emosi Modifikasi situasi
Mengarahkan
perhatian
Perubahan kognitif
Modifikasi Respon

3.4 Sumber Data

Karakteristik subjek primer dalam penelitian ini adalah ibu yang

mengasuh anak yang mengalami speech delay dan over tantrum. Sedangkan,

karakteristik subjek sekunder dalam penelitian ini adalah yang mempunyai

hubungan dekat atau keluarga dari subjek primer (ibu, adik, dan teman dekat).

Dalam penelitian ini, terdiri dari dua subjek primer. Subjek primer pertama

dalam berinisial M dan berusia 28 tahun. Ia merupakan ibu yang memiliki 2 anak

laki-laki. Anak yang mengalami speech delay dan over tantrum berinisial Z
21

berusia 3,5 tahun. Pendidikan terakhir yang ia tempuh adalah S1, ia adalah ibu

rumah tangga yang mempunyai usaha fotokopi sendiri di rumah. M sudah hidup

mandiri bersama suami dan kedua anaknya. Subjek sekunder yang dipilih adalah

dua orang (AY dan K). AYyaitu adik subjek dan K yaitu ibu subjek. AY

merupakan seorang mahasiswa yang berusia 21 tahun, yang merupakan adik

subjek. Sementara itu, K merupakan seorang ibu berusia 48 tahun, yang

merupakan ibu subjek, yang sehari-hari ikut membantu subjek dalam mengasuh

anaknya.

Subjek primer kedua berinisial F, yang berusia 32 tahun. Ia merupakan ibu

yang memiliki 2 anak laki-laki. Anak yang mengalami speech delay dan over

tantrum berinisial U berusia 6 ,5 tahun. Pendidikan terakhir ibu adalah SMA dan

sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Di rumah, F tinggal bersama kedua

anaknya, sementara itu suaminya harus tinggal terpisah karena bekerja di luar

kota. Subjek sekunder yang dipilih adalah berinisial N. N merupakan ibu rumah

tangga yang berusia 30 tahun yang merupakan teman dekat subjek.

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5 .1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara. Menurut Stewart dan Cash dalam (Herdiansyah, 2015:184),

wawancara diartikan sebagai suatu interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran/

sharing aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi.

Wawancara yang dilakukan harus bersifat dua arah, yaitu bukan saja peneliti

bertugas untuk mengajukan pertanyaan, sementara subjek penelitian bertugas


22

untuk menjawab pertanyaan, tetapi keduanya aktif berdialog saling bertanya dan

juga saling menjawab.

Bentuk wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara semi

struktur. Penelitian ini menggunakan wawancara semi struktur. Menurut

Herdiansyah (2015:194-198) menjelaskan kelebihan yang dimiliki wawancara

semi struktur yaitu sebagai berikut: dapat memberikan kesempatan yang luas bagi

peneliti untuk memahami dan mendengarkan segala hal yang dikatakan subjek

penelitian dari pengalaman hidupnya. Pertanyaan yang diajukan berfungsi sebagai

stimulus yang dijadikan sebagai landasan bagi subjek dalam menceritakan sudut

pandang subjek; memberikan ruang bagi peneliti dan subjek penelitian untuk

memiliki hak yang sama dalam bertanya dan menjawab. Peneliti hendaknya

mendahulukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum, setelah itu barulah

mengajukan pertanyaan yang bersifat pribadi atau spesifik.

Alasan peneliti menggunakan wawancara semi struktur sebagai metode

pengumpulan data utama adalah untuk mendapatkan informasi atau jawaban yang

valid sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga wawancara harus dilakukan tatap

muka secara langsung (face to face) dengan subjek. Kemudian dapat memberikan

kesempatan kepada peneliti untuk memahami dan mendengarkan pengalaman

hidup yang diceritakan subjek. Serta peneliti dan subjek memiliki hak yang sama

dalam bertanya dan menjawab.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti agar data yang

diperoleh lengkap dan akurat adalah:


23

1. Membangun rapport

Peneliti menciptakan hubungan yang baik (rapport) dengan subjek yang

akan diwawancarai. Peneliti melakukan rapport terlebih dahulu dengan responden

dan tidak menanyakan secara langsung permasalahan yang dihadapi, sehingga

dapat mengetahui kesiapan dan penerimaan subjek terhadap peneliti. Tujuan

peneliti menjalin rapport adalah menciptakan suasana saling menghargai,

mempercayai, memberi dan menerima, bekerja sama, memberi rasa aman dan

perhatian. Oleh karena itu, tugas peneliti tidak hanya terbatas untuk memberikan

informasi, melainkan membuat suasana wawancara dengan sebaik-baiknya.

Peneliti dibantu significant other sebagai pihak pengantar kehadiran peneliti dan

menerangkan perlu dan pentingnya memberikan informasi-informasinya kepada

peneliti.

2. Menciptakan kerja sama yang baik dengan subjek

Pada awal wawancara, peneliti melakukan pembicaraan-pembicaraan yang

sifatnya ramah tamah kemudian mengemukakan tujuan dari wawancara dengan

bahasa yang mudah dimengerti dan menciptakan suasana bebas agar subjek tidak

merasa tertekan sehingga subjek bersedia bekerjasama dan peneliti dapat dengan

mudah menggali informasi dengan subjek.

3. Peneliti menggunakan rekorder sebagai alat perekam hasil wawancara

penelitian terhadap subjek.

4. Melakukan pencatatan terhadap hasil wawancara agar peneliti dapat mencatat

ekspresi subjek ketika menjawab pertanyaan.


24

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, sehingga instrumen yang

digunakan adalah interview guide. Interview guide ini disusun berdasarkan teori

strategi regulasi emosi menurut Gross dalam (Riahta, 2015). Berikut ini adalah

tabel interview guide yang telah dibuat oleh peneliti:

Tabel 3.2 Interview Guide Regulasi Emosi

No. Sub Unit Analisis Pertanyaan


1. Menyeleksi Situasi 1.1 Apa saja emosi yang anda rasakan selama
mengasuh anak ?
1.2Bagaimana cara anda mengatasi setiap emosi
yang anda rasakan selama mengasuh anak ?
1.3 Apa saja permasalahan yang muncul selama
mengasuh anak ?
1.4 Bagaimana cara anda menerima permasalahan
tersebut ?
2. Modifikasi Situasi 2.1 Bagaimana cara anda memberikan pemahaman
kepada diri sendiri untuk menerima keadaan
anak ?
2.2 Apakah terdapat perasaan menyalahkan diri
sendiri ketika mengasuh anak ?
3. Mengarahkan 3.1 Apa saja kebiasan yang anda lakukan untuk
Perhatian mengatasi emosi negatif ?
3.2 Bagaimana hubungan kelekatan anda dengan
anak ?
4. Perubahan kognitif 4.1 Bagaimana cara anda untuk berpikir positif
mengenai keadaan anak sekarang ?

4.2 Apakah anda merasa rendah diri dengan kondisi


anak sekarang ?
4.3 Apakah orang lain mempunyai pengaruh
terhadap kondisi anak yang sekarang ?
4.4 Apa saja langkah yang anda lakukan untuk
mengatasi speech delay pada anak ?
4.5 Bagaimana cara anda memfokuskan perhatian
anak agar kondisinya menjadi kondusif ?
4.6 Bagaimana cara anda merubah suasana tegang
yang dirasa menjadi suasana yang lebih nyaman
?
25

Lanjutan tabel 3.2 Interview Guide Regulasi Emosi

5. Modifikasi respon 5.1 Bagaimana pola asuh yang anda terapkan


selama mengasuh anak ?
5.2Apakah mengasuh anak dengan kondisi tersebut
mempengaruhi kondisi psikis dan fisik anda ?
5.3Bagaimana hubungan interpersonal anda dengan
lingkungan sekitar ?

3.6 Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Teknik pengecekan keabsahan data dapat dilakukan dengan cara

triangulasi. Menurut Sugiyono (2012:330) trianggulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan

pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan

data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti

menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber, berarti untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dalam teknik yang sama. Dan

triangulasi waktu, berarti untuk mendapatkan data dari sumber dan teknik yang

sama dalam waktu yang berbeda.

Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa

fenomena, tetapi lebih pada meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang

telah ditemukan. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik ini , maka yang
26

diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan pasti. Selain itu, akan lebih

meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber, yaitu

untuk mendapatkan data maka peneliti menggunakan sumber yang berbeda

(significant other) dengan teknik wawancara yang sama. Alasan peneliti memilih

teknik tersebut karena akan memudahkan peneliti dalam memperoleh data

pendukung. Dengan demikian, peneliti dapat melihat kesesuaian antara jawaban

subjek primer dengan jawaban subjek sekunder yang akan dilakukan pada tahap

pengecekan keabsahan data.

3.7 Teknik Analisa Data

Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2015:334) dijelaskan

sebagai berikut:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara


sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami,
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis
data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data model Miles and Huberman tahun 1984 dalam Sugiyono (2015:338-345).

Aktivitas yang terjadi dalam analisis data adalah sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
27

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data

dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan

memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mentranskrip seluruh hasil wawancara

dalam bentuk verbatim, untuk memastikan kelengkapan data apakah sudah

mencakup interview guide yang sebelumnya telah dibuat. Selain itu, peneliti juga

memberikan kode dari setiap hasil wawancara dan melakukan pengecekan

keabsahan data antara data yang diperoleh dari subjek primer dengan subjek

sekunder. Yang terakhir, peneliti membuat kartu konsep untuk menentukan tema-

tema dari hasil wawancara, sehingga dapat mempermudah peneliti dalam

melakukan analisis data.

2. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data berupa uraian penjelasan

mengenai tema-tema yang ditemukan, yang disertai dengan kutipan hasil

wawancara sebagai bukti ditemukannya tema tersebut.

3. Conclusion Drawing (Verification)

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang


28

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakann kesimpulan

yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitataif yang diharapkan adalah temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis, atau teori.

Dalam penelitian ini, pada tahap awal data yang diperoleh dari subjek

primer sudah didukung dengan bukti yang valid dari significant other, sehingga

data yang digunakan sudah absah. Sedangkan untuk hasil temuan, dideskripsikan

secara jelas, terperinci, dan dibahas sesuai dengan teori yang relevan.

3.8 Etika Penelitian

Menurut Herdiansyah (2015:113) etika pada dasarnya merupakan garis

batas yang memberikan jarak personal antara satu manusia dengan manusia

lainnya, yang dengan jarak tersebut dapat meredam berbagai benturan antar-hak,

antar-kepentingan manusia satu dengan lainnya sehingga manusia dapat hidup

harmonis dengan manusia lain dalam satu lingkup sosial.


29

Etika penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Pernyataan persetujuan (Informed Consent)

Menurut Shaunghnessy dkk tahun 2007 dalam Herdiansyah (2015:117)

informed consent merupakan bentuk kontrak sosial yang sifatnya resmi dan

berlandaskan hukum. Dalam informed consent, peneliti memiliki tanggung jawab

etik untuk menjelaskan kepada partisipan/ subjek penelitian tentang hal yang

terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, termasuk kemungkinan semua

risiko yang dapat terjadi terhadap subjek penelitian serta penghormatan terhadap

martabat dan hak-hak individu dari subjek penelitian sepanjang penelitian tersebut

berlangsung. Selain itu, dalam informed consent juga dijelaskan mengenai

deskripsi prosedur penelitian yang akan dilakukan dengan sejelas-sejelasnya, serta

subjek penelitian mendapatkan hak untuk mengetahui sebenar-benarnya mengenai

apapun yang akan terjadi atau apa yang akan diharapkan dari subjek penelitian

oleh peneliti.

Dalam penelitian ini, peneliti telah membuat pernyataan persetujuan

(informed consent) sesuai dengan yang telah dipaparkan di atas, yaitu peneliti

memberikan lembar informed consent, serta menjelaskan mengenai tujuan

penelitian, prosedur penelitian, manfaat penelitian, dan bertanggung jawab dalam

menjamin kerahasiaan data hasil wawancara (tidak menuliskan nama subjek dan

mencantumkan bukti persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian).

2. Peneliti meminta ijin kepada subjek untuk merekam audio selama proses

wawancara berlangsung. Hal itu dilakukan untuk menghargai dan menjaga

kerahasiaan identitas dari subjek.


30

3. Peneliti menggunakan bahasa yang sopan sehingga dapat mengedepankan

hubungan yang natural dan alamiah dengan subjek.

Anda mungkin juga menyukai