Anda di halaman 1dari 4

Jumat 28 April 2017, 14:35 WIB

Upah Buruh di Bawah UMR, Direktur di Surabaya Dipenjara 1 Tahun


Andi Saputra - detikNews
Peringatan Hari Buruh di Jalan MH Thamrin, Jakarta pada 2013. (ari/detikcom)
Jakarta - Hari Buruh akan jatuh tiga hari lagi. Salah satu isu yang terus
didengungkan adalah soal upah dan kesejahteraan. Bagaimanakah sanksi hukum
apabila perusahaan menggaji di bawah upah minimum regional (UMR)?

Mahkamah Agung (MA) melansir putusan soal kasus pengupahan tersebut dalam
websitenya, Jumat (28/4/2017). Putusan atas nama terpidana Bagoes Srihandojono
yang juga Direktur PT Panca Puji Bangun dan sudah berkekuatan hukum tetap.

Kasus bermula saat PT Panca Puji Bangun itu mempekerjakan 35 orang karyawan
di pabriknya di Jalan Tanjung Anom, Surabaya pada 2004. Nah, kurun 2004-
2010, PT Panca Puji Bangun menggaji buruhnya di bawah UMR. Yaitu:
1. Upah terendah yaitu Rp 680 ribu sebanyak 10 orang
2. Upah tertinggi sebesar Rp 1,2 juta.
3. Selain itu, buruh mendapatkan tunjangan tidak tetap yang besarnya
bervariasi, berupa yang hadir, uang makan dan uang premi.

Salah satu karyawan yang bernama Yudi Santoso mendapatkan upah:


1. Gaji pokok Rp 300 ribu.
2. Tunjangan keluarga Rp 30 ribu.
3. Tunjangan rumah Rp 150 ribu.
4. Tunjangan transportasi Rp 6 ribu per kedatangan.
5. Uang premi Rp 50 ribu.
Gaji di atas juga dirasakan tak jauh beda oleh M Setiyo Budi. Kala itu, UMR Kota
Surabaya sebesar Rp 934.500. Pada 2007, PT Panca Puji Bangun merumahkan
Yudi dan Setiyo dengan alasan kinerja keduanya di bawah standar. Tidak terima
dengan hal itu, Yudi dan Setiyo melaporkan PT Panca Puji Bangun ke Dinas
Ketenagakerjaan setempat.

Bagoes selaku Direktur PT Panca Puji Bangun dilaporkan telah melanggar Pasal
Pasal 90 ayat (1) dan (2) dan pasal 91 ayat (1)
(1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.

(2) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan.

Pasal 91 ayat 1 berbunyi:


(1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak
boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Adapun Pasal 185 berbunyi:


1. Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
ayat (1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90
ayat (1), Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana
penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 4 tahun dan/atau denda paling
sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 400 juta.
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak
pidana kejahatan.
Kasus pun bergulir hingga ke pengadilan. Pada 30 Maret 2010, jaksa menuntut
Bagoes selama 18 bulan penjara. Gayung bersambut. Pengadilan Negeri (PN)
Surabaya menghukum Bagoes selama 1 tahun penjara karena menggaji
karyawannya di bawah UMR. Putusan itu dikuatkan Pengadilan Tinggi (PT)
Surabaya pada 13 April 2010 dan kasasi pada 8 November 2011.

Tidak terima dengan putusan itu, Bagoes mengambil langkah hukum luar biasa
yaitu mengajukan peninjauan kembali (PK). Bagoes berdalih dirinya hanyalah
karyawan di perusahaan tersebut. Tapi apa kata MA?
"Menolak permohonan pemohon PK," ucap majelis yang terdiri dari Timur
Manurung, Prof Dr Surya Jaya dan Suhadi.
Alasan Bagoes yang mengaku hanya karyawan ditepis MA. Sebab, sebagai
direktur, mempunyai kemampuan untuk menyatakan sistem penggajian di
perusahaan telah melanggar perundangan yang berakibat pidana, yang tidak boleh
dilanggar oleh perusahaan dan harus dipatuhi.

"Terpidana tidak dapat mengajukan bukti pernah mengajukan keberatannya


kepada pemilik perusahaan, agar penggajian karyawan diperbaiki sesuai aturan
perundangan, karenanya permohonan PK tidak dapat dibenarkan," pungkas
majelis pada 5 Mei 2015. (asp/fdn)

Analisis :
Tujuan diadakannya Perjanjian kerja bersama (PKB) dibuat oleh dan antara
pekerja/buruh dengan pengusaha secara musyawarah mufakat ialah agar seluruh
hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha termasuk didalamnya
upah, diatur dan disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan adanya perjanjian
kerja bersama tersebut diharapkan proses hubungan industrial dapat berjalan
dengan baik dan harmonis karena segala hak dan kewajiban masing-masing pihak
telah disepakati bersama.
Permasalahan utama yang terjadi mengenai penetapan Upah Minimum adalah
kekeliruan penafsiran tentang arti Upah Minimum. Sementara pengusaha
menafsirkan bahwa Upah Minimum adalah tingkat upah pekerja/buruh. Sehingga
apabila pengusaha telah membayar upah sebesar Upah Minimum tanpa
mempertimbangkan tingkat, masa kerja, dan lain sebagainya sudah dianggap
memenuhi ketentuan yang berlaku.
Sedangkan pengertian Upah Minimum sebenarnya adalah upah terendah, bagi
pekerja/buruh tingkat terbawah, dalam masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.
Sehingga pekerja/buruh yang mempunyai tingkat lebih tinggi atau masa lebih dari
1 (satu) tahun seharusnya menerima upah lebih besar dari sekedar Upah
Minimum. Untuk itu maka perlu adanya skala upah pekerja perusahaan.
Suwarto dalam bukunya yang berjudul Hubungan Industrial dalam Praktek
(2003, hal.186) mengatakan bahwa Upah merupakan salah satu aspek yang
sensitif di dalam hubungan kerja dan hubungan industrial. Antara 70 – 80 % kasus
yang terjadi dalam hubungan kerja dan hubungan industrial mengandung masalah
pengupahan dan berbagai segi yang terkait, seperti tunjangan, kenaikan upah,
struktur upah, skala upah dan lain sebagainya. Oleh karena itu tidak mustahil
apabila manajemen perusahaan senantiasa memberikan perhatian yang cukup
besar mengenai pengupahan di perusahaan masingmasing.

Dalam prakteknya banyak perusahaan yang belum memahami secara benar sistem
pengupahan. Ada sementara yang beranggapan bahwa dengan melaksanakan
Upah Minimum sudah merasa memenuhi ketentuan pengupahan yang berlaku,
sehingga mereka berharap tidak akan terjadi masalah yang berkaitan dengan upah
pekerja/buruh. Pemahaman semacam ini perlu diluruskan dengan mendalami
makna dan pengertian Upah Minimum dan system pengupahan secara
keseluruhan.
Idealnya tingkat upah ditetapkan di masing-masing perusahaan melalui
perundingan antara pekerja/buruh dengan pimpinan perusahaan. Untuk dapat
melakukan perundingan secara efektif, maka pekerja/buruh sebaiknya diwakili
oleh Serikat Pekerja/Serikat Buruh, sehingga perundingan dapat dilakukan dengan
menggunakan mekanisme baku untuk membentuk Perjanjian Kerja Bersama
(PKB). Kendala utama yang cukup besar adalah kemampuan Serikat
Pekerja/Serikat Buruh masih terbatas untuk melakukan perundingan PKB dengan
pengusaha. Oleh karena itu pengaturan pengupahan secara intern perusahaan
dinilai belum cukup efektif.

Anda mungkin juga menyukai