Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DASAR - DASAR PENSKALAAN DAN MODEL - MODEL SKALA

PSIKOMETRI

Disusun Oleh : Kelompok 1

Dian Budi Rachmawaty (1511409016)

Yunita Nurzainina (1511413088)

Achmad Nur Rochman (1511413101)

Pinesthi Laksa Ambawani (1511413115)

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015
A. Metode Psikofisik dan Metode Psikometrik

Kontinum dapat dikonsepkan sebagai suatu rentang garis lurus horizontal


di antara dua kutub kata sifat yang berlawanan yang menunjukkan posisi relative
objek atau individu menurut atribut yang diukur. Atribut yang bersangkutan
menaik dari kecil menjadi semakin besar baik secara kuantitatif (melalui proses
pengukuran) maupun secara kualitatif (sebagai hasil dari proses judgement).

Pendekatan metodologis dalam pengukuran dipisahkan secara tradisional


menjadi dua kelompok. Pertama adalah kelompok metode-metode psikofisik
(psychophysical methods) yang perhatian tertuju pada penerjemahan karakteristik
fisik yang dimiliki oleh stimuli menjadi karakteristik psikologis yang relevan.
Metode psikofisik mencoba mencari jawaban terhadap pertanyaan mengenai
hubungan antara sifat fisik suatu stimulus dan dampak psikologisnya akibat
perilaku individu serta mengenai cara mengaitkan nilai-nilai skala fisik dengan
nilai-nilai skala psikologis.

Kelompok pendekatan yang ke dua adalah metode-metode psikometrik


(psychometric methods) yang lebih memusatkan perhatiannya terhadap
permasalahan perbedaan individual pada karakteristk-karakteristik yang bersifat
murni psikologis seperti inteigensi, minat, harga-diri, motivasi, sikap, dan
semacamnya.

Perbedaan individual antara individu yang satu dengan yang lain pada
suatu atribut tertentu menjadi dasar dalam meletakkan posisi individu yang
bersangkutan di sepanjang suatu kontinum. Ketika posisi relative individu
ditentukan berdasar proses judgement atau ketika proses pengukuran terhadap
atribut yang bersangkutan hanya menghasilkan jenjang kualitatif maka makna
perbedaan individual yang diperoleh tidak dapat dibandingkan (tidak
komparabel). Hal semacam ini hampir selalu terjadi dalam pengukuran psikologi.

Penskalaan (scaling) merupakan suatu prosedur psikologis untuk


penempatan atribut atau karakteristik objek pada titik-titik tertentu di sepanjang
suatu kontinum dan menyatakannya secara kuantitatif. Dengan diketahuinya letak
atau posisi atribut pada kontinum secara kuantitatif maka diketahui pula jarak

2
antara satu atribut dengan yang lainnya. Pada gilirannya, diketahui pula jarak
kuantitatif perbedaan individual pada atribut yang bersangkutan.

B. Pendekatan Penskalaan

Dalam pengembangan tes psikologis, selain adanya asumsi mengenai


kontinum unidimensional teoritik, proses penskalaan memusatkan perhatiannya
pada karakteristik angka-angka yang merupakan nilai skala. Berkaitan dengan
prosedur penskalaan ini, Torgerson (1958) mengemukakan adanya tiga
pendekatan utama yaitu pendekatan dengan metode-metode yang berorientasi
pada subjek, pendekatan dengan metode-metode yang berorientasi pada stimulus,
dan pendekatan dengan metode-metode yang berorientasi pada respons.

Dalam pendekatan penskalaan yang berorientasi pada subjek, perhatian


ditujukan pada masalah penempatan individu pada titik-titik di sepanjang suatu
kontinum. Inilah yang pada umumnya menjadi tujuan pengadaan tes bakat dan tes
prestasi. Pada tes semacam ini subjek diminta memberikan responsnya terhadap
beberapa pertanyaan sebagai stimulus sedangkan respons yang diberikan akan
diberi skor, misalnya, 0 atau 1. Skor tes keseluruhan diperoleh dengan cara
menjumlahkan skor pada masing-masing stimulus dan kemudian subjek yang
memperoleh jumlah skor tinggi diletakkan pada kontinum prestasi atau bakat yang
tinggi sedangkan mereka yang jumlah skornya rendah akan diletakkan pada titik
di sekitar awal kontinum bakat atau prestasi yang bersangkutan. Skor yang
diberikan bagi masing-masing respons biasanya ditentukan tanpa dasar yang jelas
dan setiap respons terhadap masing-masing stimulus diberi bobot (weight) yang
sama. Dalam hal ini perbedaan gradasi jawaban terhadap suatu stimulus tidak
diperhatikan dikarenakan tujuan pengukuran adalah semata-mata untuk
mendudukkan subjek pada posisinya menurut kontinum atribut yang diukur.

Pendekatan penskalaan yang berorientasi pada stimulus bertujuan untuk


meletakkan stimulus pada kontinum psikologis atribut yang bersangkutan.
Pendekatan ini berawal dari minat para ahli psikofisik yang berusaha menemukan
hubungan antara respons terhadap suatu stimuli dan stimulinya sendiri. Pada masa
itu, Ernst Weber dan Gustav Theodor Fechner di Jerman berusaha
mengidentifikasikan perbedaan terkecil pada stimulus fisik yang masih dapat

3
dideteksi oleh indra manusia. Objek penelitian tersebut yang lalu dikenal dengan
nama JND (just noticeable difference) membawa kepada perkembangan “hokum
Weber” di tahun 1846 yang kemudian disempurnakan oleh Fechner di tahun 1860.

Kemudian Thurstone, di tahun 1927, menunjukkan bahwa penskalaan


dapat dilakukan terhadap atribut-atribut stimulus yang tidak dikaitkan dengan
pengukuran fisik apa pun. Misalnya tingkat keberanian setiap bentuk perbuatan
dapat diskalakan dengan cara membandingkan kualitas keberanian dari tiap
pasangan-pasangan berbagai bentuk perbuatan tersebut, lalu mengidentifikasikan
mana perbuatan yang kualitas keberaniannya paling tinggi (law of comparative
judgment). Thurstone juga memperlihatkan bahwa penskalaan psikologis dapat
diadaptasikan untuk pengukuran sikap dan tentu saja untuk beerbagai skala
psikologi. Metode-metode penskalaan yang berorientasi pada stimulus antara lain
adalah Method of Paired Comparison, Method of Equal-appearing Intervals,
Methods of Successive Intervals, dll.

Pendekatan penskalaan yang paling kompleks adalah pendekatan yang


berorientasi pada respons. Dalam hal ini data respons dipergunakan untuk
meletakkan subjek pada suatu kontinum psikologis berdasarkan kekuatan aitem
yang dipilih atau yang dijawab dengan benar (mendapat endorsement), sedang
dalam waktu yang bersamaan aitem-aitemnya diskalakan menurut kakuatan
banyaknya sifat yang dimiliki oleh subjek yang memilih atau menjawab dengan
benar tadi. Di antara metode penskalaan yang berorientasi pada respons, yang
paling popular adalah Method of Summated Rating.

C. Macam-macam Skala Pengukuran

Skala adalah suatu alat atau mekanisme yang dapat digunakan untuk
membedakan individual-individual kedalam variabel-variabel yang akan
digunakan dalam riset. Terdapat empat macam tipe dasar dari skala yaitu,
nominal, ordinal, interval, dan rasio.

Tipe dasar dari skala mengikuti nilai datanya. Ada empat macam tipe skala
atau tipe dari nilai data yaitu sebagai berikut:

4
a. Nominal
Penelitian dengan instrument penelitian skala nominal, sebenarnya tidak
melakukan pengukuran tetapi lebih pada mengkategorikan, memberi nama,
dan menghitung fakta-fakta dari obyek yang diteliti.
Contoh:
1. peneliti dapat mengkategorikan : pegawai pria dan wanita, suku
sunda,Jawa, Batak, dan lain-lain.
2. Peneliti dapat memberi nama dari hasil observasinya misalnya: kepala
bagian, kepala sub bagian dan lain-lain.
3. Peneliti dapat menghitung dari hasil observasi: misalnya menemukan
jumlah pegawai 100 orang, jumlah mesin tik 13, jumlah mobil 10, dan
lain-lain.

Dalam skala nominal, banyak terjadi peneliti sekaligus mengkategorikan,


memberi nama dan menghitung. Misalnya ada lima orang pria yang
menduduki kepala bagian.

Skala nominal akan menghasilkan data yang disebut data nominal atau data
diskrit, yaitu data yang diperoleh dari mengkategorikan, memberi nama dan
menghitung fakta-fakta dari objek yang diobservasi.

b. Ordinal
Penelitian dengan instrument skala ordinal, berarti peneliti sudah melakukan
pengukuran terhadap variabel yang diteliti.
Skala ordinal, adalah skala yang berjenjang dimana sesuatu „lebih‟ atau
„kurang‟ dari yang lain. data yang diperoleh dari pengukuran dangan skala ini
disebut data ordinal yaitu data yang berjenjang yang jarak antara satu data
dengan yang lain tidak sama.
Contoh: mengukur kejuaraan olahraga, prestasi kerja, teladan, tingkat
senioritas pegawai.
c. Interval
Bernilai klasifikasi, order (urutan), dan berjarak (perbedaan dua nilai berarti).
Misalnya skala likert 1 samapai dengan 5, dengan jarak 1 sampai dengan 2
mempunyai jarak yang sama dengan 2 sampai dengan 3 dan seterusnya.

5
Penelitian dengan skala interval berarti peneliti telah melakukan pengukuran
terhadap variabel yang akan diteliti, hanya data yang diperoleh berbeda
dengan data ordinal.
Skala interval adalah skala yang jarak antara satu data dengan data lainnya
sama tetapi tidak memiliki nilai nol (0) absolut (nol yang berarti tidak ada
nilainya).
Misalnya: skala thermometer adalah skala interval. Dalam thermometer
walaupun ada angka nol (0 derajat celcius misalnya) tidak berarti 0 itu tidak
ada nilainya. Suhu es nol derajat celcius adalah merupakan suatu nilai.
Tetapi dalam skala interval ini tidak dapat dibuat untuk penjumlahan atau
kelipatan. Misalnya 5 liter air yang bersuhu 200 C + 5 liter air bersuhu 400 C
tidak sama dengan 600 C. atau 100 derajat bukan berarti perkalian antara 5 x
20 derajat C.
d. Rasio
Bernilai klasifikasi, order, distance (berjarak), dan mempunyai nilai awal
(origin). Misalnya unit waktu sebesar 20 menit yang mempunyai nilai awal 0.
Rasio dalam hal ini tidak harus dalam pembagian.
Digunakan untuk mengukur variabel tertentu, hanya data yang diperoleh
berbeda dengan data interval dan data ordinal.
Data rasio adalah data yang antara interval satu dengan yang lain mempunyai
jarak yang sama, tetapi mempunyai nilai nol absolut.
Contoh: pengkuran terhadap besarnya gaji para pegawai, pengukuran panjang
berat, IQ dan lain-lain. gaji nol rupiah berarti pegawai itu tidak akan
menerima uang sedikitpun. Panjang nol meter berarti tidak ada panjang, berat
nol kg berarti memang tidak ada berat.

Level Pengukuran
Karakter Angka
Nominal Ordinal Interval Rasio
Identitas V V V V
Jenjang - V V V
Kuantitas - - V V
Nol absolut - - - V

6
Nilai data divariabel dapat juga diklasifikasikan sebagai data metrik dan
data nonmetrik. Data metrik berisi nilai kuantitatif dan yang termasuk data metrik
adalah tipe data interval dan rasio. Data nonmetrik adalah data kualitatif (Hair,
1992) yang dapat berbentuk suatu atribut, karakteristik atau kategori atau
dikotomi. Yang termasuk data nonmetrik adalah tipe data nominal dan nominal.
D. Tipe Skala Pengukuran
Dalam penelitian sosial, skala interval lebih sering digunakan untuk
mengukur gejala/fenomena sosial. Skala yang sering digunakan bila
digunakan dalam pengukuran akan mendapatkan data interval atau rasio.
Hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur. Berbagai skala
yang sering digunakan untuk mengukur sikap adalah sebagai berikut:
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan
skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat setuju a. Selalu
b. Setuju b. Sering
c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang
d. Tidak setuju d. Tidak pernah
e. Sangat tidak setuju

a. Sangat positif a. Sangat baik


b. Positif b. Baik
c. Negatif c. Tidak baik
d. Sangat negatif d. Sangat tidak baik

7
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut dapat
diberi skor. Instrument penelitian yang menggunakan skala Likert dapat
dibuat dalam bentuk checklist maupun pilihan ganda.

Data yang diperoleh dari skala likert adalah data interval.

2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang
tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-
negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau
rasio dikotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3, 4,
5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”,
maka dalam skala Guttman hanya ada dua imterval yaitu “setuju” atau
“tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila
ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang
dipertanyakan.
3. Rating Scale
Rating Scale merupakan data mentah yang diperoleh berupa angka
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab,
sennag atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah
adalah merupakan data kualitatif.dalam skala model rating scale,
responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang
telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah
disediakan. Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas
untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur status sosial ekonomi,
kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan, dan lain-lain.
Yang penting bagi penyusun instrument dengan rating scale adalah
harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif
jawaban pada setiap item instrument. Orang tertentu memilih jawaban
angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya
dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2.
4. Semantic deferential

8
Skala pengukuran yang berbentuk semantic diferensial
dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur
sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya”
terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif”terletak
di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data
interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
E. Metode Penskalaan

Metode penskalaan adalah pemberian nilai-nilai kedalam variabel-variabel


yang sesuai dengan skalanya. Terdapat dua macam metode penskalaan, yaitu
skala rating dan skala rangking.
a. Skala Rating (Rating Scale)
Digunakan untuk memberikan nilai kesuatu variabel. Beberapa skala rating
yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
 Skala Dikotomi (Dichotomous scale)
Skala ini memberikan nilai dikotomi, misalnya nilai “ya” atau “tidak”.
Tipe data yang digunakan adalah nominal.

Apakah Anda mempunyai kartu kredit? Ya Tidak

 Skala Kategori (Category Scale)


Skala ini memberikan nilai beberapa item untuk dipilih. Tipe data yang
digunakan untuk skala ini adalah tipe nominal.

Pilih industri dari perusahaan:

______ Pabrikan

______ Jasa

______ Keuangan

 Skala Likert (Likert Scale)


Skala ini digunakan untuk mengukur respons subjek kedalam 5 poin
skala dengan interval yang sama. Tipe data yang digunakan adalah

9
tipeinterval.

Dengan menggunakan skala likert, apakah adanda setuju dengan pendapat ini.

Sangat Tidak Setuju


Tidak setuju Setuju

Kuliah di S1 menarik

Dosen memberikan wawasan


 Skala Perbedaan Semantik (Semantic Differential Scale)
Skala ini menggunakan dua buah nilai ekstrim dan subjek diminta untuk
menentukan responsnya diantara dua nila tersebut diruang yang
disediakan yang disebut dengan ruang semantik. Tipe data yang
digunakan adalah data interval.

Setuju ___ ___ ___ ___ ___ Tidak setuju

Pintar ___ ___ ___ ___ ___ Naif

Besar ___ ___ ___ ___ ___ Kecil

 Skala Numerik (Numerical Scale)


Skala ini sama dengan skala perbedaan semantik, hanya mengganti ruang
semantik yang disediakan dengan angka-angka numerik. Tipe data yang
digunakan adalah tipe data interval.

Setuju 1 2 3 4 5 6 7 Tidak setuju

 Skala Penjumlahan Tetap atau Konstan (Fixed or Constantsum Scale)


Subjek diminta untuk mendistribusikan nilai responsnya kedalam
beberapa item yang sudah disediakan dengan jumlah yang tetap. Tipe

10
data yang digunakan adalah tipe rasio.

Di dalam memilih pendidikan S2, tentukan besarnya nilai alokasi yang anda
berikan dengan total nilai 100 poin.

Fasilitas Komputer ___

Fasilitas basis data ___

Kenyamanan kuliah ___

Total 100

 Skala Stapel (Stapel Scale)


Skala ini dimaksudkan tidak hanya mengukur intensitas respons dari
subjek, tetapi juga arah responsnya. Karena nilai 0 (nol) tidak disebutkan
dengan eksplisit, maka tipe data yang digunakan adalah tipe interval.

Tunjukkan bagaimana Anda menilai dosen yang mengajar di kelas dengan


melingkari niali jawabannya.

+3 +3 +3
+2 +2 +2
+1 +1 +1
Serius Menarik Pintar
-1 -1 -1
-2 -2 -2
-3 -3 -3

 Skala Grafik (Graphic Rating Scale)


Skala ini menggunakan grafik skala dan subjek memberi tanda pada
tempat digrafik untuk respons. Tipe data yang digunakan adalah tipe
interval.

Bagaimana Anda secara umum menilai dosen dimata kuliah ini.

___10 memuaskan
___
___
___ 5 Cukup baik
___
___
___ 1 Sangat mengecewakan

11
b. Skala Rangking (Ranking Scale)
Membandingkan dua atau lebih objek untuk memilih objek yang lebih baik.
Beberapa skla rangking adalah:
 Skala Perbandingan-Berpasangan (Paired-Comparison Scale)
Digunakan untuk memilih salah satu dari dua objek secara berpasangan.
Jumlah pasangan yang ada adalah sebanyak (n x (n-1)/2) dengan “n”
adalah jumlah objek. Tipe data yang digunakan adalah ordinal.

Di antara kandidat pasangan presiden dan wakil presiden, mana yang Anda
pilih menjadi presiden perusahaan saudara:

___ Ali ___ Ali ___ Ali


___ Basuki ___ Centil ___Didik

___ Basuki ___ Basuki ___ Centil


___ Centil ___ Didik ___ Didik

 Skala Rangking Dipaksakan (Forced Ranking Scale)


Skala ini mengurutkan langsung relatif satu terhadap lainnya. Tipe data
yang digunakan adalah ordinal.

Diantara kandidat presiden, mana yang Anda pilih menjadi presiden presiden
perusahaan saudara (beri nilai rangking 1 sampai dengan 6):

___ Ateng

___Basuki

___ Centil

 Skala Komparatif (Comparative Scale)


Skala ini membandingkan data standar atau benchmark yang lainnya.
Tipe data yang digunakan adalah ordinal.

Dibandingkan dengan kinerja manajer periode kemarin, kinerja manajer


sekarang:

Inferior Hampir sama Superior

1 2 3 4 5

12
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2015. Dasar-Dasar Psikometrika Edisi II. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.
Hartono, Jogiyanto. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman Edisi 6. Yogyakarta: BPFE.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
-----------. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

13

Anda mungkin juga menyukai